Anda di halaman 1dari 8

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Journal Universitas PGRI Semarang

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 1


P-ISSN: 2502-7638; E-ISSN: 2502-8391

IDENTIFIKASI KESULITAN DALAM


MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

Lalu Muhammad Fauzi


Pendidikan Matematika Universitas Hamzanwadi
Email: miq.ujiq@yahoo.co.id

Abstrak
Pemecahan masalah mengacu pada kemampuan untuk menggunakan pengetahuan awal, fakta, dan data untuk
memecahkan masalah secara efektif. Dalam beberapa penelitian mengungkapkan berbagai temuan terutama
pada kesulitan siswa lamam memecahkan masalah matematika. Kemampuan awal siswa sebagai dasar
pengetahuan yang dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan menyelesaikan masalah-masalah
matematika. Siswa sebagian besar mengalami kesulitan pada kemampuan verbal yakni memahami dan
menafsirkan soal dalam bentuk matematika disamping rasa percaya diri siswa terhadap kemampuannya sendiri.
Berberapa solusi yang ditawarkan dengan membangun dialog dalam bentuk refleksi dengan siswa, menguatkan
kemampuan awal siswa, menggunakan beragam metode pengajaran, dan memotivasi siswa untuk yakin
terhadap kemapuannya dalam memecahkan masalah matematika.

Kata kunci: Identifikasi kesulitan, Memecahkan masalah matematika

PENDAHULUAN praktik dalam memecahkan masalah


Sejak awal kegiatan matematika matematika.
terkoordinasi secara internasional, Peserta didik diajarkan melalui
komponen historis dianggap sangat penting pengajaran interaktif, di mana fokusnya
dalam memahami matematika masa depan, adalah pada semua peserta didik yang
seperti yang telah banyak ditekankan oleh bekerja bersama pada konten pelajaran yang
sejarawan matematika dan oleh pendidik sama pada saat yang sama. Ini memastikan
matematika dan telah didukung oleh bahwa semua dapat menguasai konsep
komunitas matematika. Para sebelum pindah materi berikutnya dari
matematikawan, sejarawan dan pendidik di urutan kurikulum, sehingga tidak ada peserta
banyak negara telah lama memikirkan didik yang tertinggal. Jika seorang peserta
apakah pendidikan matematika dapat didik gagal untuk memahami konsep atau
ditingkatkan melalui gabungan metode prosedur, ini diidentifikasi dengan cepat dan
pembelajaran matematika dalam beberapa intervensi awal memastikan bahwa peserta
cara. Hal ini muncul dari pengkajian bahwa didik tersebut mengalami kesulitan belajar.
pendidikan matematika tidak selalu Menurut Wickelgren (1973: 10)
memenuhi tujuannya untuk semua peserta terdapat tiga jenis informasi dalam semua
didik, sebagian besar peserta didik masalah formal yakni: All the formal
mengalami kesulitan dalam matematika, problems of concern to us can be considered
atau bahkan dengan ketakutan atau fobia to be composed of three types of
matematika. information: information concerning givens
Para ilmuan lain melihat sejumlah cara (given expressions), information concerning
di mana teori pembelajaran dapat membantu operations that transform one or more
guru dan peserta didik, memberikan expressions into one or more new
informasi lebih lanjut tentang matematika expressions, and information concerning
dan bagaimana mengajarkan matematika. goals (goal expressions).
Pendidikan Matematika menjadi bidang Terdapat tiga jenis informasi yang
yang terdokumentasi dengan baik dengan perlu diperhatikan dalam semua masalah
banyak buku, jurnal dan konferensi formal yaitu 1) informasi mengenai
internasional yang berfokus pada berbagai pemberian (masalah yang diberikan),
aspek berkaitan dengan teori, penelitian, dan informasi mengenai operasi yang digunakan

Lalu Muhammad Fauzi: Identifikasi Kesulitan dalam Memecahkan 21


Masalah Matematika│Halaman 21 - 28
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 1
P-ISSN: 2502-7638; E-ISSN: 2502-8391

dalam menyelesaika satu atau lebih dimaknai dan dijelaskan agar dapat
pernyataan baru, dan informasi mengenai dipahami dengan baik oleh pembaca.
tujuan Data yang digunakan dalam penelitian
Kecemasan yang tinggi yang dialamai ini berupa data sekunder. Data sekunder
oleh sebagian besar peserta didik adalah adalah data yang diperoleh bukan dari hasil
bahwa dia menganggap esensi dari pengamatan langsung. Akan tetapi data
kemampuan matematika adalah kemampuan tersebut merupakan data hasil dari penelitian
untuk menghitung dengan benar. Sudut- terdahulu. Sumber data sekunder yang
sudut pandang ini dapat dikategorikan lebih dimaksud dalam penelitian ini berupa buku
jauh ke dalam sudut pandang prosedural dan dan laporan ilmiah primer atau asli yang
konseptual dimana dalam prosesnya terdapat di dalam artikel atau jurnal (tercetak
membutuhkan strategi pemecahan masalah. dan/atau non-cetak) berkenaan dengan
Menurut Wickelgren (1973: 21) kesulitan dalam memecahkan maslah
terdapat persoalan-persoalan yang matematika.
berkembang muncul dalam pemecahan Metode pengumpulan data dalam
masalah yakni “Problems often evolve from penelitian ini adalah metode dokumentasi.
(a) vaguely formulated to (b) semi precisely Metode dokumentasi adalah salah satu
formulated to (c) precisely but partly metode pengumpulan data dalam penelitian
implicitly formulated to (d) precisely and kajian literature dengan tjuan menggali data
explicitly formulated stages”. Masalah dari literatur yang terkait dari apa yang telah
sering berkembang dari (a) rumusan masalah dimaksudkan dalam fokus kajian. Data-data
yang belum jelas (b) rumusan yang kurang yang sudah didapatkan dan dikumpulkan
tepat (c) rumusan secara tepat tetapi dari berbagai literatur merupakan suatu
sebagian secara tidak langsung (d) tahap- kesatuan dokumen yang digunakan dalam
tahap yang dirumuskan secara tepat dan menjawab permasalahan yang telah
eksplisit. dirumuskan.
Data-data yang sudah diperoleh
METODE selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
Jenis penelitian yang digunakan dalam metode analisis deskriptif. Metode analisis
penelitian ini adalah penelitan literatur yaitu deskriptif dilakukan dengan
serangkaian penelitian yang berkenaan mendeskripsikan fakta-fakta yang telah
dengan metode pengumpulan data pustaka, ditemukan selanjutnya dengan memberikan
atau penelitian yang obyek penelitiannya penjelasan secukupnya.
digali melalui beragam informasi
kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal HASIL DAN PEMBAHASAN
ilmiah, koran, majalah, dan dokumen) Nana Pemecahan masalah matematika
Syaodih. (2009; 52). Penelitian kepustakaan Pendidikan matematika yang dianggap
atau yang sering disebut dengan kajian berhasil dalam mengubah kebiasaan berpikir
literatur (literature review, literature sehingga siswa menjadi kritis, dengan cara
research) merupakan penelitian yang berpikir yang konstruktif, dari semua yang
mengkaji secara kritis terkait dengan disajikan gambaran intelektual mereka.
pengetahuan, gagasan, atau temuan yang Siswa yang telah berhasil dididik secara
terdapat dalam kajian tersebut yang matematis adalah siswa yang merasa
berorientasi akademik (academic-oriented penasaran, yang mencari bukti, contoh,
literature), serta merumuskan kontribusi menghitung kembali, dan bukan hanya
teoritis dan metodologisnya untuk topik karena permintaan sekolah yang menuntut,
tertentu. Adapun sifat dalam penelitian ini tetapi karena dorongan yang diinternalisasi
yakni analisis deskriptif, dimana data yang untuk mengetahui dan memahami pesoalan
diperoleh diuraikan secara teratur, kemudian yang dihadapi.

22 Lalu Muhammad Fauzi: Identifikasi Kesulitan dalam Memecahkan


Masalah Matematika│Halaman 21 - 28
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 1
P-ISSN: 2502-7638; E-ISSN: 2502-8391

Schunk (2012: 299) mengungkapkan pengetahuan adalah konsep yang lebih baik
bahwa “One of the most important types of daripada hasil ataupun produk. Dia percaya
cognitive processing that occurs often bahwa pengetahuan dan hasil keduanya
during learning is problem solving”. Salah penting, tergantung pada tujuan
satu jenis dari pengolahan kognitif yang pembelajaran yang diharapkan.
sering terjadi selama belajar adalah Dari beberapa pendapat di atas dapat
pemecahan masalah. Beberapa ahli teori di simpulkan bahwa dalam pemecahan
menganggap pemecahan masalah menjadi masalah yang lebih dipentingkan adalah
proses kunci dalam pembelajaran, terutama proses dari pada hasil akhir, dengan
dalam pembelajaran sains dan matematika. menggunakan atahapan-tahapan yang di
Terdapat lima strategi yang tawarkan sesuai dengan tujuan dalam
ditawarkan oleh Schwartz (1994: 2) dalam pemedahan masalah tersebut.
menyelesaikan masalah matematika
meliputi: 1). Getting an important new idea, Kesulitan dalam memecahkan masalah
2). Disguising the idea so that it appears matematika
nonthreatening, 3). Making curricular Berdasarkan beberapa kajian
artifacts built around the idea, 4). penelitian ditemukan bahwa masih banyak
Distributing the artifacts and building a siswa yang mengalami kesulitan dalam
social network of users, dan 5). Looking memecahkan masalah matematika
carefully at what, how, what to do diantaranya penelitian Pape & Wang (2003)
differently. dengan judul “Middle school children's
Dari uraian di atas dikatakan bahwa strategic behavior: Classification and
strategi yang dimaksud adalah 1) relation to academic achievement and
Mendapatkan ide baru yang penting, 2) mathematical problem solving” dengan
Menyembunyikan gagasan itu sehingga tujuan meneliti masalah terkait dengan
mengganggu, 3) Membuat gambaran strategi yang digunakan siswa sekolah
pemecahan yang dibangun di sekitar ide menengah dalam menyelesaikan masalah,
tersebut, 4) Mendistribusikan gambaran peneliti mengemukakan bahwa siswa
pemecahan dan membangun cama mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
penyelesaiannya, 5) Perhatikan dengan masalah matematika yakni dalam
saksama apa, bagaimana, dan apa yang harus memahami dan menafsirkan soal
dilakukan. selanjutnya menterjemahkannya dalam
Sejalan dengan pendapat di atas Polya bentuk variabel, selain itu siswa juga
mengemukanan empat tahapan dalam megalami kesulitan dalam mengemukakan
pemecahan masalah yaitu See (memahami tiga pernyataan: banyaknya yang diketahui,
problem yang dihadapi), Plan (menyusun pernyataan hubungan antara banyaknya
rencana penyelesaian masalah), Do yang diketahui dan tidak diketahui. Dengan
(melaksanakan rencana penyelesaian demikian, pendapat saya dari definisi
masalah) dan Check (menguji jawaban atau masalah, solusi, dan metode tidak perlu
melihat kembali jawaban yang sudah membedakan antara praktis (konkret) dan
dibuat). simbolik (abstrak, matematis). Namun,
Elshout, Wolters & Broekk, 1999, ketika berhadapan dengan masalah praktis,
mengemukakan bahwa “Learning is a more tidak perlu berbicara tentang representasi
encompassing concept than acquisition, atau ekspresi, jika masalahnya lebih mudah
including processes rather than only diselesaikan tanpa menggunakan bahasa
products. We believe that learning and yang lebih abstrak.
acquisition are both important, dependent Dengan demikian, metode pemecahan
on the learning goals that are concerned”. masalah umum yang dijelaskan dapat
Penedapat tersebut menjelaskan bahwa dinyatakan sebagai berikut: Menggambar

Lalu Muhammad Fauzi: Identifikasi Kesulitan dalam Memecahkan 23


Masalah Matematika│Halaman 21 - 28
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 1
P-ISSN: 2502-7638; E-ISSN: 2502-8391

kesimpulan dari informasi yang disajikan then goes to sleep again and slip down to
secara eksplisit dan implisit yang memenuhi brick. On its last attempt it reacher the tenth
satu atau kedua dari dua kriteria berikut: (a) brick. How many bricks did the snail climb
kesimpulan dibuat dengan mengingat on its last attemp? Dan 2) The ice cream
kemampuan awal dari jenis informasi yang seller where I live sells scoops of trawberry,
sama; (b) kesimpulan berkaitan dengan sifat vanilla, chocolate and pistachio ice cream.
(variabel, istilah, ekspresi, dan sebagainya) He has two types of cone: small and large.
yang muncul pada tujuan, yang memberikan How many different kinds of one scoop ice
kesimpulan dari tujuan. (Wayne A. cream can the seller make?. Studi yang
Wickelgren, 1974: 23) dilakukan pada 146 siswa kelas 4 di
Berikutnya penelitian Zhang, Ding, Luksemburg, menganalisis efek dari dua
Dave E. Barrett, Xin & Liu (2014) yang jenis 'representasi skematik' (diagram vs
berjudul “A comparison of strategic gambar skematik) pada penyelesaian
development for multiplication problem masalah aritmatika. Hasil penelitian
solving in low, average, and high achieving mengungkapkan kesulitan yang signifikan
students”. Menemukan bahwa siswa dalam memecahkan masalah non-rutin,
kemampuan rendah menggunakan lebih ketika masalah terlalu sederhana,
banyak jenis strategi daripada siswa dengan representasi skematik membuat mereka
kemampuan menengah dan siswa kesulitan dan akan meningkatkan beban
kemampuan tinggi dalam memecahkan kognitif tanpa memberikan bantuan
masalah perkalian. Selanjutnya, jumlah (Berends & Van Lieshout, 2009; Elia,
strategi yang berbeda yang digunakan Gagatsis, & Demetriou, 2007). Kesulitan
berkorelasi negatif, meskipun pada skala yang dialami siswa adalah siswa kurang
rendah, dengan akurasi pemecahan masalah memahami soal dan kesulitan dlam
siswa. Siswa dengan kemampuan rendah menafsirkan soal.
mengalami kesulitan dalam memecahkan Penelitan Raymond Bjuland (2004)
masalah perkalian karena penetahuan awal dengan judul Student “Teachers' Reflections
yang kurang sebagai sehingga menggunakan on Their Learning Process through
strategi yang tidak efektif dan berbagai Collaborative Problem Solving in
strategi pemecahan dengan sitem coba-coba Geometry” penelitan ini bertujuan untuk
(trial and error) dan salah karena tidak melihat refleksi guru dan siswa pada proses
memiliki strategi yang pasti dalam pembelajaran dalam konteks pemecahan
memecahkan masalah, sedangkan siswa masalah kolaboratif pada mata pelajaran
dengan kemampuan sedang dan tinggi geometri kelas 8 pada siwa sekolah
menggunakan strategi yang jauh lebih menengah. Penelitian ini dilakukan dengan
sedikit. dua metode 1) tanpa interpensi guru dan 2)
Selanjutnya penelitian Fagnant & dengan interpensi guru. Masalah yang
Vlassis (2013) dengan judul “Schematic dikemkakan terdiri dari tiga kriteria utama
representations in arithmetical problem yaitu 1) Masalahnya harus relevan dengan
solving: Analysis of their impact ongrade 4 tingkat kemampuan siswa dan pengalaman
students”. Penelitian ini melihat kemampuan kelompok kecil; 2) Masalahnya harus
siswa kelas 4 dalam memecahkan masalah menantang para siswa untuk bereksperimen,
aritmtika menggunakan Representasi membuat dugaan, untuk menolak dugaan
skematis. Soal yang diberikan berupa soal dan untuk membuktikannya jika
non rutin contohnya 1) A snail tries to climb memungkinkan; dan 3) Pertanyaan-
a brick wall. First it climbs up the first for pertanyaan harus menantang tetapi dalam
bricks, but is then exhausted, stops and falls kapasitas subyek untuk menyelesaikan
asleep. While it it is asleep it slips down one dengan pengetahuan yang ada. Penelitain ini
brick. When it wakes up climbs up six bricks, dilakukan dengan membangun dialog

24 Lalu Muhammad Fauzi: Identifikasi Kesulitan dalam Memecahkan


Masalah Matematika│Halaman 21 - 28
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 1
P-ISSN: 2502-7638; E-ISSN: 2502-8391

dengan siswa dengan tujuan mengambil memecahkan masalah-masalah semacam ini


informasi terkait dengan proses adalah kemampuan meterjmahkan soal
pembelajaran. Hasil penelitian ini dalam bentuk diagram atau sekema dan tidak
menunjukan siswa banyak mengalami secara spontan menggunakan representasi
kesulitan dalam memecahkan masalah yakni skematis yang dieksternalisasi di atas kertas,
1) siswa menganggap soal yang diberikan terlepas dari fakta bahwa ini berpotensi
terlalu sulit, 2) siswa merasa kesulitan dalam membantu mereka menangani tugas-tugas
memahami masalah dan menafsirkan soal kompleks ini.
sehingga siswa sulit untuk menggambar Berdasarkan penelitian Raymond
bentuk geometrinya. Bjuland (2004) factor yang menyebabkan
terjadinya kesulitan dalam memecahkan
Penyebab kesulitan dalam memecahkan masalah matematika siswa pada materi
masalaha matematika geometri adalah 1) siswa menganggap soal
Faktor penyebab terjadinya kesulitan terlalu sulit, 2) kemampuan awal siswa, 3)
dalam memecahkan masalah matematika kemampuan siswa nalar dalam mengkaitkan
seperti yang di temukan oleh Pape & Wang pengetahuan awal dengan materi yang
(2003): kesulitan dalam memecahkan dihadapi pada saat itu, siswa merasa tidak
masalah adalah multi tafsir pada soal yang yakin dengan kemampuannya, akibatnya
diberika kepada siswa. Kalimat relasional siswa menganggap dirnya tidak bisa
dapat disajikan dalam format bahasa yang menyelesaikan masalah dan kurang
konsisten atau tidak konsisten. Karena lengkapnya instruksi dari guru.
subjek kalimat relasional dalam masalah
mengacu pada variabel yang tidak diketahui, Solusi kesulitan pemecahan masalah
istilah relasional konsisten dengan atau matematika
cocok dengan operasi aritmatika yang Secara khusus, penelitian pendidikan
diperlukan untuk memecahkan masalah. mengasumsikan bahwa sebagian besar
Terjadinya penyelesaian masalah gagasan matematika dikembangkan dalam
dengan berbagai strategi yang digunakan interaksi antara guru dan murid dalam situasi
oleh siswa dengan kemampuan rendah komunikasi yang bertujuan untuk
dalam penelitian Zhang, Ding, Dave E. memperoleh pengetahuan bersama. Pada
Barrett, Xin & Liu (2014) disebabkan oleh proses belajar mengajar di kelas, penelitian
kuarangnya pengetahuan dan pemahaman pendidikan memberikan perhatian khusus
siswa dalam perkalian dan kemampuan pada usaha membangun hierarkis
sebagai akibat ketika menafsirkan hasil, instruksional bagi para peserta didik.
kemungkinan bahwa seorang siswa Sebagai contoh, Williams dan Baxter (1996)
berprestasi rendah lebih memilih untuk mengidentifikasi dua jenis membangun
menghitung unit, penambahan berulang, instruksional yang berbeda: membangun
atau bahkan pengambilan langsung tetapi ide-ide matematika untuk peserta didik, atau
tidak dapat melaksanakan prosedur dengan membangun analitik, dan membangun
benar. norma untuk perilaku sosial dan harapan
Penelitian Fagnant & Vlassis (2013) membangun social budaya.
dapat diungkapkan penyebab kesulitan Secara khusus dijelaskan bagaimana
belajar karena tidak ada instruksi khusus aliran informasi dapat terjadi secara vertikal
yang diberikan mengenai masalah dan dari seorang guru yang berperan sebagai
bahwa siswa tidak secara eksplisit diminta pasilitator terhadap peserta didik, atau secara
untuk menggambar representasi skematis horizontal di antara teman sebaya dengan
selain itu siswa mengalami kesulitan dalam anggapan bahawa memiliki pengetahuan
menafsirkan soal yang ada. Sebagian besar yang sama. Beberapa saran yang diajukan
siswa mengalami kesulitan dalam oleh beberapa peneliti tentang interaksi

Lalu Muhammad Fauzi: Identifikasi Kesulitan dalam Memecahkan 25


Masalah Matematika│Halaman 21 - 28
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 1
P-ISSN: 2502-7638; E-ISSN: 2502-8391

antara guru dan murid ketika mereka Memecahkan masalah dapat


mencoba memecahkan masalah yang ditetapkan sebagai proses pengajaran dan
termasuk dalam kategori masalah pembelajaran jangka panjang yang pada
perbandingan, sesuai dengan skema dasarnya mencakup empat fase menrut
klasifikasi yang diperkenalkan oleh Reed, Bruder dan Collet (Burder 2016: 5) yakni: 1)
1999; dan Verschaffel & De Corte, 1997). Sosialisasi intuitif dengan metode dan teknik
Sejalan dengan pendapat di atas dalam heuristic, 2) Menyadari heurisme khusus
memecahkan masalah perlu memahami dengan menggunakan contoh-contoh yang
istilah-istilah linguistik, menafsirkan situasi menonjol (akuisisi strategi eksplisit), 3) Fase
yang digambarkan, mengidentifikasi operasi latihan untuk menggunakan heurisme yang
yang tepat, dan menghitung jawaban. Dari baru diperoleh dengan kesulitan tugas yang
sudut pandang yang lain, juga dipandang berbeda, dan 4) Memperluas konteks strategi
perlu untuk mempertimbangkan apakah yang diterapkan.
pendekatan untuk pengajaran dan
pembelajaran dapat dikembangkan dalam SIMPULAN
meningkatkan kemampuan memecahkan Dalam tradisi penyelesaian masalah,
masalah matematika siswa. langkah mencari kembali Polya sering
Secara historis, Dewey diakui sebagai dikaitkan dengan kegiatan reflektif karena
pencetus utama pada abad kedua puluh dimungkinkan untuk meningkatkan solusi
konsep refleksi (Hatton dan Smith, 1995). atau pemahaman solusi. Dengan melihat
Dewey menganggapnya sebagai bentuk kembali solusi, siswa dapat
khusus pemecahan masalah, berpikir untuk mengkonsolidasikan pengetahuan mereka
memecahkan masalah yang melibatkan dan mengembangkan kemampuan mereka
pemesanan yang cermat dari ide-ide yang untuk memecahkan masalah. Dalam
menghubungkan masing-masing dengan beberapa penelitian yang berkenaan dengan
pendahulunya. Menurut Hatton dan Smith pemecahan masalah dan upaya siswa untuk
(1995), empat masalah utama muncul dari menghasilkan argumen yang meyakinkan,
karya asli Dewey dan interpretasi melihat ke belakang dan merefleksikan.
selanjutnya sejauh refleksi yang Melihat kembali proses solusi dan solusi itu
bersangkutan. Masalah pertama berkaitan sendiri dianggap sebagai strategi heuristik
dengan apakah refleksi terbatas pada proses yang berfungsi untuk menemukan solusi,
berpikir tentang tindakan, atau apakah itu sementara mencerminkan mengacu pada
lebih terikat dalam tindakan. Isu kedua perjuangan untuk memodifikasi solusi.
berkaitan dengan kerangka waktu di mana Dari berbagai penelitian di atas secara
refleksi terjadi. Isu ketiga berkaitan dengan umum menemukan letak sesulitan siswa
apakah refleksi adalah karena sifatnya yang pada kontes yang sama yakni siswa
berpusat pada masalah atau tidak. Akhirnya, menganggap dirrinya tidak mampu
isu keempat berfokus pada "bagaimana mnyelesaikan masalah atau kurang perca diri
secara sadar mencerminkan satu terhadap kemampuan tang dimilikinya, dan
mencerminkan nilai-nilai historis yang lebih siswa banyak mengalami kesulitan pada
luas, budaya dan politik atau keyakinan penafsiran soal yang diakibatkan oleh
dalam membingkai dan membingkai kemampuan awal siswa masih kurang dan
masalah praktis yang solusi sedang dicari" kemampuan verbal siswa dalam memahami
(Hatton dan Smith, 1995,34). Jadi dalam dan menterjemahkan soal dalam bentuka
mengatsi kesulitan siswa dalam matematis dan ini terjadi pada berbagai
memecahkan masalah matematika perlu tingakt sekolah.
dilakukan dialog dengan siswa sehingga Mengataasi permasalahan-
guru mendapatkan informasi pada bagian permasalahan pemecahan masalah
mana siswa mengalami kesulitan belajar. matematika siswa banyak hal yang dapat

26 Lalu Muhammad Fauzi: Identifikasi Kesulitan dalam Memecahkan


Masalah Matematika│Halaman 21 - 28
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 1
P-ISSN: 2502-7638; E-ISSN: 2502-8391

dilakukan oleh guru maupun siswa. Secara DAFTAR PUSTAKA


khusus, penelitian pendidikan
mengasumsikan bahwa sebagian besar Bjuland, R. (2004). Student Teachers'
gagasan matematika dikembangkan dalam Reflections on Their Learning Process
interaksi antara guru dan murid dalam situasi through Collaborative Problem
komunikasi yang bertujuan untuk Solving in Geometry. Educational
memperoleh pengetahuan bersama, Studies in Mathematics, 55(1/3). 199-
sehingga guru merlu melakukan komunikasi 22
atau dialog dengan sswa untuk menemukan
Bruder, R. (2016). Problem solving in
permasalahn letak kesulitan dan secara
mathematics education. Hamburg.
bersamaan memberikan solusi
Springer Nature.
pemecahannya.
Kemampuan berbahasa atau Fagnant, A & Vlassis, J. (2013). Schematic
kemampuan verbal cukup emberikan solusi representations in arithmetical
dalam memahami masalah sehingga problem solving: Analysis of their
dipandang perlu memahami istilah-istilah impact on grade 4 students. Source:
linguistik, menafsirkan situasi yang Educational Studies in Mathematics,
digambarkan, mengidentifikasi operasi yang 84(1). 149-168
tepat, dan menghitung jawaban. Dari sudut
pandang yang lain, juga dipandang perlu Hatton, N. and Smith, D.: 1995, Reflection
untuk mempertimbangkan apakah in teacher education: Towards
pendekatan untuk pengajaran dan definition and implementation,
pembelajaran dapat dikembangkan dalam Teaching and Teaching Education
meningkatkan kemampuan memecahkan 11(1), 33-49.
masalah matematika siswa.
Kesulitan dalam memecahkan Pape, S. J. & Wang, C. (2003). Middle
masalah yang dialami oleh siswa bukan school children's strategic behavior:
semata-mata karena factor internal siswa Classification and relation to academic
sendiri akan tetapi yang menyebabkan achievement and mathematical
kesulitan juga pada factor eksternal yang problem solving. Instructional
salah satunya adalah dari guru. Guru dapat Science, 31(6). 419-449.
mengembangkan berbagai metode, bentuk
soal dan teknik yang setiap waktu Reed, S.K. (1999). Word Problems:
direfleksikan dengan siswa. Dewey Research and curriculum reform.
mengemukanan permasalahan refleksi Mahwah, NJ: Lawrence E
berkaitan dengan apakah refleksi terbatas
pada proses berpikir tentang tindakan, atau Schunk D. H. (2012). Learning Theories: An
apakah itu lebih terikat dalam tindakan. Educational Perspective Sixth Edition.
berkaitan dengan kerangka waktu di mana Boston. Allyn & Bacon
refleksi terjadi, berkaitan dengan apakah
refleksi adalah karena sifatnya yang berpusat Schwartz, J. L. (1994). Mathematical
pada masalah atau tidak. Akhirnya, isu thinking and problem solving. New
keempat berfokus pada "bagaimana York. Lawrence Erlbaum Associates.
kemampuan mencerminkan nilai-nilai
Syaodih, N. (2009). Metode Penelitian
historis yang lebih luas, dari pengalaman
Pendidikan. Bandung. Remaja
dalamm menyelesaikan masalah
Rosdakarya.
sebelumnya.
Verschaffel, L., & De Corte, E. (1997).
Teaching realistic mathematical

Lalu Muhammad Fauzi: Identifikasi Kesulitan dalam Memecahkan 27


Masalah Matematika│Halaman 21 - 28
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 Nomor 1
P-ISSN: 2502-7638; E-ISSN: 2502-8391

modeling in the elementary school: a


teaching experiment with fifth graders.
Journal for Research in Mathematic
Education, 28(5), 577-601.

Wickelgren, W A. (1973). How to solve


mathematical problems. New York.
Dover Publications.

Wickelgren, W. A. (1974). How to solve


mathematical problems. New York.
Dover Publications.

Williams, S.R., & Baxter, J.A. (1996).


Dilemmas of discourse-oriented
teaching in one Middle School
Mathematics Classroom. The
Elementary School Journal, 97(1), 21-
38.

Zhang, D., Ding, Y., Barrett D. E., Xin, P.


Y., & Liu, R. (2014). A comparison of
strategic development for
multiplication problem solving in low,
average, and high-achieving students.
European Journal of Psychology of E
ducation, 29(2). 195-214.

28 Lalu Muhammad Fauzi: Identifikasi Kesulitan dalam Memecahkan


Masalah Matematika│Halaman 21 - 28

Anda mungkin juga menyukai