Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA KELAS IX

MTs Al- JUMHURIYYAH SEI ROTAN PADA MATERI


LINGKARAN
Disusun oleh : Kelompok 1
M. IQBAL NASUTION ( 0305172079 )
WINDA ( 0305172124 )
ASRIANI PUSPITA DEWI ( 0305171034 )
DEWI SARTIKA ( 0305171060 )
YULIA NINGSIH ( 0305172121 )
NANDA KHAIRANI BATUBARA ( 0305171001 )
ASMINAR SIREGAR ( 0305171011 )

Dosen Pembimbing :
Reflina, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA-2


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman matematis


bedasarkan kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita pada materi lingkaran.
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif.
Sedangkan pengumpulan data dilakukan berdasarkan lembar tes kemampuan
pemahaman matematis. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX MTs
Al- Jumhuriyyah Sei Rotan yang memiliki kemampuan pemahaman rendah dalam
menyelesaikan soal cerita pada materi lingkaran pada semester ganjil tahun
akademik 2018/2019. Berdasarkan hasil tes yang diperoleh nilai rata-rata siswa
hanya menunjukkan 51,4% yang bearti pemahaman matematis mereka “Kurang
Baik”. 48,8% siswa cenderung tidak bisa menentukan konsep-konsep yang tepat
untuk digunakan dalam menyelesaikan soal karena siswa cenderung sulit untuk
menghitung, terutama pada operasi perkalian dan dalam memahami soal cerita
pada materi Lingkaran. 36,6% siswa cenderung tidak bisa menerapkan konsep-
konsep dalam perhitungan matematis. Dapat disimpulkan bahwa kesulitan
bedasarkan kemampuan pemahaman siswa yang paling dominan yang didapatkan
pada siswa nilai rendah dalam menyelesaikan soal cerita pada materi Lingkaran
terletak pada menentukan konsep-konsep yang tepat untuk digunakan dalam
menyelesaikan soal dan dalam operasi perkalian mereka juga sangat rendah sekali
pemahamannya.
Kata Kunci : Kesulitan Siswa, Kemampuan Pemahaman, Soal Cerita
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu, dan
mengembangkan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan
kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta
didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,
serta kemampuan bekerjasama (Depdiknas, 2006: 387).
Materi lingkaran merupakan salah satu topik dalam matematika yang
cukup menarik bagi guru dan siswa. Banyak permasalahan-permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari yang memerlukan pemahaman konsep lingkaran dalam
pemecahannya. Dengan menguasai konsep lingkaran, siswa akan memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk dapat
menyelesaikan masalah dalam kehidupanya sehari-hari khususnya mengenai
masalah dalam bidang geometri.
Untuk memudahkan guru dalam menyajikan materi lingkaran dalam
proses pembelajaran dan memudahkan peserta didik untuk mempelajarinya, guru
perlu mengorganisasikan materi tersebut yang kemudian dikembangkan ke dalam
bahan ajar. Kemampuan guru dalam mengembangkan bahan ajar terkait dengan
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional seperti yang tercantum dalam
lampiran Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru. Guru sebagai pendidik profesional diharapkan
memiliki kemampuan mengembangkan bahan ajar sesuai dengan mekanisme yang
ada dengan memperhatikan karakteristik dan lingkungan sosial siswa (Depdiknas,
2010: 25).
Materi lingkaran pada tingkat SMP/MTS khususnya kelas IX sudah
dipelajari secara mendalam karena materi –materi tersebut sudah diajarkan pada
kelas-kelas sebelumnya. Jadi kami disini akan melakukan penelitian untuk siswa
kelas IX seberapa paham mereka tentang lingkarang tersebut. Karena materi
lingkaran ini sangat berguna untuk melanjutkan pemahaman pada tingkat
selanjutnya seperti materi tabung dan kerucut.
Adapun kesulitan yang dihadapi siswa SMP/MTS kelas KELAS IX yaitu
kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal cerita dari materi lingkaran. Soal cerita
mempunyai peranan penting dalam pembelajaran matematika karena siswa akan
lebih mengetahui hakekat dari suatu permasalahan matematika ketika siswa
dihadapkan pada soal cerita. Selain itu, soal cerita sangat bermanfaat untuk
perkembangan proses berpikir siswa karena dalam menyelesaikan masalah yang
terkandung dalam soal cerita diperlukan langkah-langkah penyelesaian yang
membutuhkan pemahaman dan penalaran. Namun kenyataannya, banyak siswa
yang mengalami kesulitan dalam memahami arti kalimat-kalimat dalam soal
cerita, kurangnya keterampilan siswa dalam menerjemahkan kalimat sehari-hari
ke dalam kalimat matematika dan unsur mana yang harus dimisalkan dengan
suatu variabel.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini yaitu tentang kesulitan yang dialami siswa dalam
menyelesaikan soal-soal yang berbentuk cerita, dan apa yang menjadi hambatan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk cerita. Serta bagaimana
pemahaman matematis siswa MTs kelas IX dalam materi lingkaran.
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk mengetahui pemahaman siswa MTs kelas IX dalam menyelesaikan soal-
soal yang berbentuk cerita, mengetahui kesulitan yang dialami dalam
menyelesaikan soal-soal cerita, dan pemahaman matematis siswa MTs kelas IX
dalam materi lingkaran.
BAB II
KAJIAN TEORI

1. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola
pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu
hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika,
para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman
tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek
(abstraksi). Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk
memahami atau menyampaikan informasi misalnya melalui persamaan-
persamaan, atau tabel-tabel dalam model-model matematika yang merupakan
penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soalsoal uraian matematika lainnya
NCTM (National Coucil of Teachers of Mathematics) merekomendasikan 4
(empat) prinsip pembelajaran matematika, yaitu :
a. Matematika sebagai pemecahan masalah.
b. Matematika sebagai penalaran.
c. Matematika sebagai komunikasi, dan
d. Matematika sebagai hubungan (Erman Suherman, 2003:298).
Matematika perlu diberikan kepada siswa untuk membekali mereka dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan
bekerjasama. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (Depdiknas, 2006:346)
menyebutkan pemberian mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan
mengaplikasi konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam
pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk menjelaskan keadaan/masalah.
e. Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu:
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam pelajaran matematika serta
sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Tujuan umum pertama,
pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah
memberikan penekanan pada penataan latar dan pembentukan sikap siswa. Tujuan
umum adalah memberikan penekanan pada keterampilan dalam penerapan
matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu
mempelajari ilmu pengetahuan lainnya.
Fungsi mata pelajaran matematika sebagai: alat, pola pikir, dan ilmu atau
pengetahuan (Erman Suherman, 2003:56). Pembelajaran matematika di sekolah
menjadikan guru sadar akan perannya sebagai motivator dan pembimbing siswa
dalam pembelajaran matematika di sekolah.
2.Pemahaman Matematis
Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang dapat
diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Siswa dapat
dikatakan paham jika siswa tersebut mampu menyerap materi yang dipelajarinya.
Lebih lanjut Michener (Herdian, 2010) menyatakan bahwa pemahaman
merupakan salah satu aspek dalam Taksonomi Bloom. Untuk memahami suatu
objek secara mendalam seseorang harus mengetahui 1) objek itu sendiri, 2)
relasinya dengan objek lain yang sejenis, 3) relasinya dengan objek lain yang
tidak sejenis, 4) relasi dual dengan objek lainnya yang sejenis, 5) relasi dengan
objek dalam teori lainnya.
Ada tiga macam pemahaman matematik menurut Herdian (2010) yaitu
pengubahan (translation), pemberian arti (interpretation), dan pembuatan
ekstrapolasi (ekstrapolation). Pengubahan (translation) memiliki indikator dimana
siswa memiliki kemampuan untuk menyampaikan informasi dengan bahasanya
sendiri, mampu mengubah kedalam bentuk yang lain yang menyangkut pemberian
makna dari suatu informasi yang bervariasi. Jenis pemahaman matematik yang
kedua adalah pemberian arti (interpretasi), indikatornya yaitu siswa memiliki
kemampuan yang menafsirkan maksud dari bacaan, tidak hanya dengan kata-kata
dan frase, tetapi juga mencakup pemahaman suatu informasi dari sebuah ide. Jenis
pemahaman matematik yang terakhir adalah pembuatan ekstrapolasi
(ekstrapolation), indikatornya yaitu siswa memiliki kemampuan untuk
memberikan perkiraan dan prediksi yang didasarkan pada sebuah pemikiran,
gambaran kondisi dari suatu informasi, juga mencakup pembuatan kesimpulan
dengan kosekuensi yang sesuai dengan informasi jenjang kognitif ketiga yaitu
penerapan (application).
Indikator dari penerapan itu yaitu siswa memiliki kemampuan untuk
menggunakan atau menerapkan suatu bahan yang sudah dipelajari kedalam situasi
baru, yaitu berupa ide, teori atau petunjuk teknis. Sejalan dengan apa yang
dikemukakan Herdian sebelumnya, lebih rinci jenjang kognitif tahap pemahaman
itu, Bloom (dalam Suherman & Sukjaya, 1990:38-45) membaginya menjadi
enam, yaitu meliputi hal-hal berikut ini : Pemahaman konsep.
Pemahaman prinsip, aturan dan generalisasi.
Pemahaman terhadap struktur matematika.
Kemampuan untuk membuat transformasi.
Kemampuan untuk mengikuti pola pikir.
Kemampuan untuk membaca dan menginterpretasikan masalah sosial atau data
matematika.
2. Lingkaran
1. Pengertian Lingkaran
Lingkaran adalah suatu bidang sederhana yang dibatasi oleh suatu garis
melingkar, setiap titik yang terletak pada garis tersebut memiliki jarak yang sama
terhadap satu titik di tengah lingkaran yang disebut pusat lingkaran.
2. Sifat- sifat Lingkaran
(i) . Jarak dari pusat lingkaran ke garis lingkaran disebut jari-jari, r, lingkaran (
lihat OP pada gambar 2.1 )
Q
A
O

P B
R OO
C
Gambar 2.1
(ii) . Batas suatu lingkaran disebut Keliling lingkaran, c .
(iii) . Setiap garis lurus yang melewati pusat lingkaran dan kedua ujungnya
terletak pada keliling lingkaran dan kedua ujungnya terletak pada keliling
lingkaran disebut diameter , d ( lihat QR pada gambar 2.1 ). Jadi d = 2r .
𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔
(iv) . Rasio = konstanta untuk setiap lingkaran. Konstanta ini ditulis
𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

dengan huruf yunani 𝜋 (phi) dimana 𝜋 = 3,14159, benar hingga 5 angka decimal.
Sehingga c/d = 𝜋 atau c = 𝝅d atau c = 2r .
(v) . Setengah lingkaran adalah setengah dari satu lingkaran penuh.
(vi) . Kuadran adalah seperempat dari satu lingkaran.
(vii) . Garis singgung suatu lingkaran adalah sebuah garis lurus yang menyentuh
lingkaran hanya di satu titik tertentu dan tidak memotong lingkaran. Garis AC
pada gambar 21.1 adalah sebuah garis singgung lingkaran, karena AC menyentuh
lingkaran hanya pada titik B . Jika jari-jari OB digambar, maka sudut ABO
adalah sudut siku-siku.
(viii) . Sektor suatu lingkaran adalah bagian dari lingkaran yang berada di antara
dua jari-jari ( sebagai contoh, bagian OXY pada gambar 2.2 adalah sebuah sektor
). Jika sebuah sektor itu disebut Sektor minor, jika lebih besar daripada setengah
lingkaran disebut sektor mayor.
X
Y

O
S T
R
Gambar 2.2
(ix) . Tali busur suatu lingkaran adalah sebarang garis lurus yang membagi
lingkaran menjadi dua bagian dan kedua ujungnya pada keliling lingkaran.
(x) . Tembereng adalah nama yang diberikan untuk bagian-bagian yang diperoleh
apabila sebuah lingkaran dibagi dua oleh tali busur. Jika tembereng tersebut lebih
kecil daripada setengah lingkaran disebut tembereng minor ( lihat bagian yang
diasir pada gambar 2.2 ) . jika suatu tembereng lebih besar dari setengah lingkaran
disebut tembereng mayor ( lihat pada bagian yang tidak diasir pada gambar 2.2 )
(xi) . Busur adalah sebagian dari keliling sebuah lingkaran. SRT pada gambar 2.2
disebut busur minor dan SXYT disebut busur mayor.
(xii) . Sudut pada pusat lingkaran, yang berhadapan dengan suatu busur, adalah
dua kali dari sudut pada keliling lingkaran yang berhadapan dengan busur yang
sama. Perhatikanlah Gambar 2.3, sudut AOC = 2 x Sudut ABC .

Q B
A
P O

Gambar 2.3
(xiii) . Sudut pada setengah lingkaran adalah sudut siku-siku (lihat sudut BQP
pada gambar 2.3 ).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Penelitian jenis ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang menggunakan
metodologi pendekatan penelitian deskritif. Hal yang dideskripsikan dalam
penelitian ini adalah analisis kesulitan siswa berdasarkan kemampuan pemahaman
matematis dalam menyelesaikan soal cerita pada materi lingkaran.
2. Subjek Penelitian
Seluruh siswa kelas IX MTs Al- Jumuhuriyyah merupakan sasaran dalam
penelitian ini. Subjek penelitian diambil 33 orang dari siswa IX MTs Al-
Jumuhuriyyah tersebut .
3. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini yaitu kemampuan pemahaman matematika rendah
secara tertulis siswa kelas IX MTs Al- Jumuhuriyyah yang mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal cerita.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah Tes kemampuan pemahaman untuk
mendapatkan subjek penelitian yang berbentuk soal essay, seperti di bawah ini :
1. Dihalaman rumah Pak Andi terdapat kolam hias. Kolam tersebut berbentuk
lingkaran yang berdiameter 4,8 meter. Berapa luas tanah yang digunakan untuk
membuat kolam tersebut ?
2. Sebuah meja yang berbentuk lingkaran memiliki diameter 1,4 meter. Diatas
meja tersebut akan dipasang kaca sesuai dengan luas meja tersebut. Tentukan luas
kaca yang diperlukan!
3. Keliling sebuah roda adalah 314 cm. tentukan luas roda tersebut ! (𝜋 = 3,14)
4. Panjang jari-jari sepeda adalah 50 cm. Tentukanlah diameter ban sepeda
tersebut dan keliling ban sepeda tersebut!
5. Perhatikan gambar di bawah ini!
Sebuah persegi terletak tepat di dalam sebuah lingkaran. Jika persegi
tersebut memiliki panjang sisi 14 cm, tentukanlah jari-jari lingkaran dan keliling
lingkaran !
Tes kemampuan pemahaman matematika ini berdasarkan pemahaman
siswa atau kemampuan sebelumnya yang dimiliki oleh siswa tersebut. Penilaian
yang digunakan untuk menentukan presentase menurut Purwanto, (2009: 102)
adalah sebagai berikut :
𝑅
NP = 𝑆𝑀 𝑥100 %

Keterangan :
NP = Nilai persentase yang dicari,
R = Skor yang diperoleh siswa,
SM = Skor maksimal atau ideal.
Adapun skor kemampuan siswa menurut Purwanto (2009:103) dapat
dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Skor Kemampuan Pemahaman Siswa
Skor ( Dalam % ) Kategori
86-100 Sangat Baik
76-85 Baik
60-75 Cukup
55-59 Kurang
Kurang dari 54 Kurang baik
5. Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan dengan memberikan lembar tes
penyelesaian soal matematika. Adapun prosedur pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Peneliti memberikan soal tes kemampuan pemahaman matematika.
2. Peneliti memberi kesempatan kepada subjek untuk meninjau kembali hasil yang
sudah diperoleh.
3. Peneliti mencatat kegiatan subjek ketika meninjau kembali hasil yang sudah
diperoleh, dan melakukan wawancara untuk mengungkap kesulitan apa saja yang
dialami siswa dan kesulitan yang paling dominan dialami siswa berdasarkan
kemampuan pemahaman dalam menyelesaikan soal cerita yang dilakukan subjek
dalam meninjau kembali hasil yang sudah diperoleh.
3. Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengecekan keabsahan data.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data penelitian ini menggunakan teknik analsisis data
deskriptif kualitatif dan akan dikelompokkan dengan kategori pada gambar 4.1 .
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pengumpulan Data


Setelah proses pengumpulan data dilakukan dengan memberikan lembar tes
penyelesaian soal matematika, maka didapatkan hasil dari beberapa penyelesaian
yang diberikan siswa-siswi MTs Al-Jumhuriyah seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar di atas adalah contoh jawaban yang diberika oleh siswa-siswa kelas
IX MTs Al- Jumhuriyyah Sei rotan, tetapi peneliti hanya melampirkan jawaban
yang memiliki skor tertinggi yaitu 80.
Pada soal pertama ia salah dalam mengalikan hasilnya, sehingga itu yang
membuat jawaban no 1 nya salah, tetapi untuk no 2 dan seterusnya ia menjawab
dengan benar.
2. Hasil Analisis Data
Setelah jawaban-jawaban dari siswa-siswi telah didapatkan, maka tinggal
menganalisis data yang telah ada dengan menggunakan penilaian persentase
menurut purwanto, berikut ini telah disajikan hasil analisis halis kemampuan
pemahaman siswa kelas IX MTs Al-Jumhriyyah pada tabel 2.1 .
𝑅
NP = 𝑆𝑀 𝑥100 %

Tabel 2.1. Skor kemampuan Pemahaman Siswa


NO SKOR SISWA NP (Nilai Persentase) KATEGORI
1 70 87,5% Sangat Baik
2 20 25% Kurang Baik
3 20 25% Kurang Baik
4 20 25% Kurang Baik
5 0 0% Kurang Baik
6 30 37,5% Kurang Baik
7 30 37,5% Kurang Baik
8 0 0% Kurang Baik
9 80 100% Sangat Baik
10 10 12,5% Kurang Baik
11 10 12,5% Kurang Baik
12 10 12,5% Kurang Baik
13 60 75% Cukup
14 60 75% Cukup
15 60 75% Cukup
16 60 75% Cukup
17 40 50% Kurang Baik
18 40 50% Kurang Baik
19 40 50% Kurang Baik
20 40 50% Kurang Baik
21 40 50% Kurang Baik
22 40 50% Kurang Baik
23 50 62,5% Cukup
24 50 62,5% Cukup
25 50 62,5% Cukup
26 50 62,5% Cukup
27 50 62,5% Cukup
28 50 62,5% Cukup
29 50 62,5% Cukup
30 50 62,5% Cukup
31 50 62,5% Cukup
32 70 87,5% Sangat Baik
33 70 87,5% Sangat Baik

Setelah dilakukan analisis seperti bedasarkan tabel di atas, diketahui


bahwa skor siswa-siswi kelas IX MTs Al –Jumhuriyyah rata-ratanya hanya 41,51
dan nilai persentase nya 51,4% yang itu bearti pemahaman matematisnya
“Kurang Baik”.
Tabel 2.2.

Grafik Pengelompokkan Pemahaman


Matematis
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Kurang Baik

Dari grafik di atas terlihat bahwa Siswa yang kategori “Sangat Baik” ada 4
orang , kategori “Baik” tidak ada, kategori “Cukup” ada 13 orang, kategori
“Kurang” tidak ada dan kateogori “Kurang Baik” mencapai 16 orang. Dari hasil
kategori tersebut dapat diketahui bahwa lebih banyak siswa-siswi yang Kurang
Baik pemahaman matematisnya.
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan mengenai analisis
pemahaman matematis dapat disimpulkan bahwa Dalam matematika para siswa
dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman menggunakan
matematik sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan informasi misalnya
melalui persamaan-persamaan atau tabel-tabel dan model model dari matematika.
Misalnya dalam menyelesaikan soal pada lingkaran pola pikir siswa dalam
menyelesaikan masalah mengenai lingkaran menggunakan soal soal yang telah
diberikan kepada siswa menunjukkan 51,4% pemahaman matematis mereka
kurang baik, 48,8% siswa cenderung tidak bisa menetukan konsep untuk
menyelesaikan soal-soal tersebut. 36,6% siswa cenderung tidak bisa menerapkan
konsep-konsep dalam perhitungan.
Ada tiga macam pemahaman matematik menurut herdian :
 Pengubah (translation)
 Pemberian arti ( interpretation)
 Pembuatan eksploitasi ( ekstrapolation )

Siswa kelas IX MTs Al- Jumuhuriyyah lah yg telah kami teliti dalam
menyelesaikan soal-soal mengenai lingkaran.

Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disarakan bagi guru matematika MTs
Al- Jumuhuriyyah agar lebih memeperhatikan siswanya dalam mengerjakan soal-
soal yang berbentuk matematika supaya siswa tersebut dapat lebih paham dan
mengerti tentang materi matematika yg akan dipelajari khususnya kelas XI
apalagi mereka akan memasuki ketahap yg lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Bird, John. 2002. Matematika Dasar : Teori dan Aplikasi Praktis. Jakarta :
Erlangga

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas

Depdiknas. 2006. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta :


Depdiknas

Devi Emilya, Darmawijoyo, dan Ratu Irma Indra Putri. Pengembangan Soal-soal
Open-Ended Materi Lingkaran Untuk Meningkatkan Penalaran
Matematika Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 1O
Palembang. Jurnal PENDIDIKAN MATEMATIKA, Vol 4. No.2,
Desember 2010

Fihrin Luqiyya Safitri, Susanto dan Arif Fatahillah. Analisis Pemahaman


Matematis Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 8 Jember Berdasarkan Polya
dan Pemberian Scaffolding Pokok Bahasan Kubus dan Balok. Kadikma,
Vol. 8, No. 2, hal. 155-165, Agustus 2017

Nizlel Huda, Angel Gustina Kencana. Analisis Kesulitan Siswa Berdasarkan


Kemampuan Pemahaman dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi
Kubus dan Balok Di Kelas VIII SMP Negeri 30 Muaro Jambi. Prosiding
Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Nur’aini Muhassanah , Imam Sujadi dan Riyadi. Analisis Keterampilan Geometri


Siswa Dalam Memecahkan Masalah Geometri Berdasarkan Tingkat
Berfikir Van Hiele. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. Vol 2,
No.1, Maret 2014
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta: Pustaka Belajar

Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.


Bandung : UPI

Suherman & Sukjaya. 1990. Petunjuk Evaluasi Untuk Melaksanakan Evaluasi


Pendidikan Matematika . Bandung : Wijayakusuma

Anda mungkin juga menyukai