Anda di halaman 1dari 10

KORELASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN

KETERAMPILAN SOSIAL GENERASI ALPHA


Sandra Rizkya Rudianti1, Atikah Nur’afra2, Fatimah Az-Zahra3, Nadia Azzahra4, Mutiara Nasjwa Maharani5

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru

Email: sandrarizkya@upi.edu

Abstrak

Perkembangan media sosial sangat berpengaruh pada pola kehidupan manusia baik dari segi pola
pikir maupun perilaku. Banyak berbagai macam fitur dari media sosial yang semakin hari semakin update
yang menyebabkan media sosial menjadi salah satu kebutuhan yang sangat penting saat ini. Hal ini
dikarenakan dengan adanya teknologi kehidupan pada zaman sekarang sangat mudah didapatkan.
Penggunaan media sosial yang intensif sudah sering terjadi terkait dengan perkembangan perilaku adiktif di
kalangan generasi alpha. Penggunaan media sosial sangat erat kaitannya dengan generasi alpha. Dengan
adanya media sosial dapat mempengaruhi pola kehidupan baik dari segi pola pikir maupun perilaku. Media
sosial dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Salah satu dampak yang didapatkan adalah kurangnya
kemampuan interaksi sosial, dan memudarnya karakter peduli sosial anak-anak terhadap lingkungan di
sekitarnya. Hal ini ternyata akan berpengaruh pada proses keterampilan sosial anak, Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah narrative review yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan merangkum artikel
yang telah diterbitkan sebelumnya, menghindari duplikasi penelitian dan mencari bidang studi baru yang
belum diteliti.

Kata kunci: media sosial, keterampilan sosial, generasi alpha

Abstract

The development of social media is very influential on the pattern of human life both in terms of mindset
and behavior. There are many various kinds of features from social media that are increasingly being updated
which causes social media to become one of the most important needs at this time. This is because with the
technology of life today it is very easy to obtain. Intensive social media use is often associated with the
development of addictive behavior among the alpha generation. The use of social media is closely related to the
alpha generation. The presence of social media can influence the pattern of life both in terms of mindset and
behavior. Social media can affect everyday life. One of the impacts is the lack of social interaction skills, and the
fading of children's social caring character towards the surrounding environment. This turns out to affect the
process of children's social skills. The method used in this study is a narrative review which aims to identify and
summarize previously pu blished articles, avoid duplication of research and look for new fields of study that have
not been researched.

Keywords: social media, social skills, alpha generation

LATAR BELAKANG

Media sosial sangat berpengaruh terhadap keterampilan sosial anak, seperti yang kita ketahui
penggunaan media sosial sangat beragam dan variatif. Pada abad ini juga perkembangan teknologi berjalan
dengan pesat contohnya dalam kemajuan media platform informasi seperti aplikasi WhatsApp, TikTok, dan
Instagram yang dimana anak generasi alpha hampir sudah mengetahui aplikasi tersebut, hal tersebut
dikarenakan mudahnya akses internet baik itu diakses oleh mereka sendiri maupun orang tua, bahkan pada
umumnya banyak anak yang sudah mulai kecanduan dan hilangnya kemampuan berkomunikasi antar teman,
menghargai orang lain, dan individualistik (Ria Novianti, Hukmi, dan Ilga Maria, 2019). Dalam hal ini pula
terdapat dampak positif yaitu diantaranya adalah sangat mudah mendapat informasi dengan cepat, bisa
berkomunikasi dengan mudah, dan lebih memudahkan siswa dalam pembelajaran. Hal ini didukung oleh
pernyataan Professor Peter McDonald (Ria Novianti dkk., 2019), yang memaparkan bahwa generasi alpha
akan lebih unggul dan cerdas dibandingkan generasi sebelumnya, karena mereka akan sangat menguasai
akses mendapatkan informasi. Ketika media sosial ini mampu dimanfaatkan dengan baik, maka siswa akan
lebih mudah dan cepat dalam mendapat kabar terbaru disaat adanya informasi terkini muncul di lingkungan
sekitar mereka. Jika siswa sudah mengetahui keadaan lingkungan sekitar maka akan memiliki kepedulian
sosial lebih. Pemanfaatan media sosial ini akan sangat membantu siswa dalam memahami isu–isu yang
terjadi, serta siswa akan terangsang untuk menjadi orang yang peduli terhadap keadaan sekitar.

Tidak hanya itu, dampak dari perkembangan media sosial sangat terasa pada pembelajaran. Demi
mengikuti perkembangan zamannya, sudah lazim bagi para siswa memiliki media sosialnya mereka sendiri.
Namun perkembangan media sosial bisa diibaratkan bisa menjadi dua mata pisau, di satu sisi bisa sangat
menguntungkan dan jika tidak bisa memanfaatkannya maka akan menjadi bumerang yang mengakibatkan
siswa menjadi lebih asyik dengan dunianya sendiri.

Dampak negatif dari kemajuan media sosial terhadap keterampilan sosial siswa yaitu dapat dilihat
dari aspek bertindak sopan santun, membantu orang lain, dan bersikap toleransi ketika dihadapi perbedaan.
Karena tidak jarang kita temui kasus ketika siswa mengalami perubahan perilaku dengan meningkatnya
sikap individualisme, seperti mengabaikan teman yang meminta tolong (Cahyono, 2018). Karena pesatnya
pengaruh media sosial ini membuat siswa menjadi lebih tertarik untuk memainkan aplikasi-aplikasi yang
menggunakan menyenangkan. Sekarang ini hampir semua anak sudah mengenal TikTok sejak usia dini. Hal
tersebut menyebabkan anak menjadi kecanduan hingga malas untuk belajar, karena belajar akan dinilai lebih
membosankan dan juga monoton. Selain itu yang lebih membahayakan adalah jika siswa ini sudah merasa
nyaman dalam keadaan itu sehingga melupakan dunia realitanya.

Selain itu anak akan memiliki sikap introvert atau susah bergaul dengan orang lain dan cenderung
akan kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial. Hal tersebut tentunya bukan hal yang baik bagi
perkembangan mental anak dan karakter anak. Karena jika terjadi terus menerus anak akan menjadi
seseorang yang tidak peduli akan kehidupan sosialnya. Padahal penanaman keterampilan sosial merupakan
salah satu aspek yang sangat penting karena setiap individu tentunya tidak selamanya hidup sendirian dan
keterampilan sosial ini menumbuhkan rasa kekeluargaan, persaudaraan, dan menjauhkan dari sifat egois,
individual, dan sombong. Upaya dalam memfasilitasi siswa untuk berpikir, memecahkan masalah, dan
menjadikan pembelajaran yang mandiri merupakan salah satu hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan
keterampilan sosial. Serta pentingnya dialog dan penalaran induktif dalam proses pembelajaran (Wiyanto,
2018).

Oleh karena itu dengan adanya permasalahan tersebut peran guru sangat penting. Guru harus
semakin berkembang, kreatif, inspiratif dan inovatif. Semakin maraknya penggunaan media sosial guru harus
melakukan sebuah inovasi atau pembaharuan dalam menerapkan sebuah pembelajaran kepada siswanya.
Sebagai seorang pendidik maka perannya disini yaitu mendampingi peserta didik berubah menjadi manusia
yang berkembang baik dari sisi individu dan sosialnya, sebagai seorang pendidik juga perlu memiliki
kemampuan untuk mengintegrasikan pengetahuan, perilaku, dan keterampilannya dalam kegiatan belajar
mengajar dan memberikan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di
luar sekolah. Karena dengan melalui pendidikan siswa dapat membentuk keterampilan sosial yaitu dengan
menghormati orang lain, toleransi, bekerjasama, memiliki kontrol diri, dan memiliki kepekaan sosial. Selain
guru, orang tua juga berperan aktif dalam mengontrol anak agar tidak semakin kecanduan sebaiknya anak
dipantau dan diberikan interaksi yang menyenangkan agar pikiran anak tidak selalu tentang sosial media
saja.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana penggunaan media sosial pada generasi alpha?

2. Bagaimana korelasi antara media sosial dengan keterampilan sosial bagi generasi alpha?
3. Apa saja dampak dan solusi penggunaan media sosial pada generasi alpha terhadap keterampilan
sosialnya?

TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui penggunaan media sosial pada generasi alpha.

2. Menginformasikan potensi-potensi yang akan terjadi terhadap penggunaan media sosial yang intensif
sangat terkait dengan keterampilan sosial di kalangan generasi alpha.

3. Memberikan solusi terhadap permasalahan media sosial yang berpengaruh pada keterampilan sosial
generasi alpha.

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode narrative review. Narrative
review atau ulasan naratif merupakan jenis tinjauan yang berguna dalam mengumpulkan sejumlah literatur
dalam bidang subjek tertentu dan mensintesisnya. Tujuannya adalah untuk memberikan pembaca latar
belakang yang komprehensif, mengidentifikasi dan menggambarkan suatu masalah yang diminati saat ini,
dan memahami pengetahuan atau menyoroti pentingnya penelitian baru tersebut (Demiris, Oliver, &
Washington, 2019). Model narrative review juga bertujuan untuk mengidentifikasi dan merangkum artikel
yang telah diterbitkan sebelumnya, menghindari duplikasi penelitian, dan mencari bidang studi baru yang
belum diteliti.. Alur penelitian yang dilakukan pada penulisan untuk model narrative review ialah berawal
dari penentuan isu, penelusuran literatur berdasarkan database jurnal terkait, seleksi literatur, pengolahan
data dan kesimpulan. Seperti yang terlampir di bawah ini.

Penentuan Isu

Penelusuran Literatur

Seleksi Litertur

Pengolahan Hasil Literatur

Kesimpulan

Penelitian ditelusuri melalui Semantic Scholar, menggunakan kata kunci media sosial, keterampilan
sosial, dan generasi alfa. Terdapat batasan untuk periode waktu tinjauan. Semua judul dan abstrak jurnal
diteliti secara seksama. Jika sudah yakin dengan judul dan abstraknya maka jurnal lengkap diunduh. Pada
seleksi literatur/jurnal harus ditentukan inklusi dan eksklusinya karena dapat membantu memfokuskan
pada relevansi penelitian dengan topik. Langkah pertama dimulai dari menandai kata kunci, diikuti dengan
meninjau daftar referensi yang diambil dari hasil pencarian pertama. Siklus kemudian diulangi yang diambil
hanya esensi atau hasil yang sesuai dengan tujuan setiap artikel. Setelah memperoleh mayoritas jurnal,
seleksi diproses, dan prosedurnya direkam dalam ringkasan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Media dan sosial adalah dua kata yang membentuk istilah "media sosial", yang keduanya memiliki
arti berbeda. Menurut Engkos (2019), istilah “media” dapat diartikan sebagai alat komunikasi, sedangkan
“sosial” mengacu pada suatu tindakan (interaksi) oleh individu yang akan memberikan kontribusi kepada
masyarakat di sekitarnya. Pengguna media sosial dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi, menciptakan
konten, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia maya. Media sosial adalah media online. Bentuk media sosial
yang paling banyak digunakan di seluruh dunia adalah aplikasi tik-tok, facebook, dan instagram. Dengan kata
lain, media sosial adalah cara untuk terlibat dalam interaksi sosial berbasis online (dalam jaringan) yang
terhubung ke internet. Tujuannya adalah untuk memudahkan pengguna berbagi informasi atau cerita,
berpartisipasi, mengirim pesan, menjalin hubungan, dan membangun relasi pertemanan.

Keterampilan sosial merupakan kemampuan seseorang yang bertujuan berkomunikasi secara baik
dan benar dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. Bagaimana anak-anak berinteraksi
dengan orang lain, berbagi, dan berkomunikasi adalah contoh keterampilan sosial. Menurut (Ahsani, Eva, &
Azizah, Nur, 2021) keterampilan sosial merupakan sarana menjalin hubungan (timbal balik) yang positif saat
berinteraksi dengan orang lain.

Anak dapat mengembangkan keterampilan sosial dengan berinteraksi dengan orang lain, berada
dalam kelompok teman sebaya, dan mempelajari keterampilan pengembangan karakter dari lingkungan
keluarga, sekolah, dan lingkungan bermain anak. Melalui proses penyesuaian diri yang baik, keterampilan
sosial dapat diterapkan atau dipelajari. Tidak menutup kemungkinan bahwa setiap orang telah memiliki
keterampilan sosial yang baik dan terlibat dalam interaksi sosial yang aktif, sehingga mampu berperilaku
dengan cara yang sesuai untuk berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, keterampilan sosial
sebenarnya erat kaitannya dengan kemampuan anak atau siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan dan
mengekspresikan diri. Kecerdasan emosional anak atau siswa juga dipengaruhi oleh keterampilan sosial.
Kemampuan untuk memahami orang secara lebih dalam dapat membantu membentuk kemampuan individu
untuk menghadapi kehidupan yang mendalam dengan pemikiran dan melaksanakannya melalui kemampuan
mengendalikan diri, memotivasi diri sendiri, memiliki pilihan untuk berhubungan dengan orang lain dan
memiliki kemampuan interaktif, dan dapat berempati terhadap sesama (Temalur, 2019).

Generasi penerus dari generasi Z disebut juga dengan generasi alpha, disebut dengan Generasi Alpha
atau gen A. Dengan kata lain, mereka adalah anak-anak yang baru lahir, atau generasi alfa, dan orang tuanya
adalah generasi milenial. Setidaknya 2,5 juta anak generasi alfa lahir ke dunia ini setiap minggunya. Selain
itu, generasi alfa merupakan generasi yang paling akrab dengan internet sepanjang masa. Generasi Alpha,
menurut prediksi, kurangnya bersosialisasi, minimnya daya kreativitas, dan bersikap individualisme. Mereka
juga tidak lepas dari gadget. Generasi Alpha lebih menghargai kepuasan instan daripada proses. Mereka
terisolasi secara sosial akibat obsesi mereka terhadap gadget (Fadlurrohim et al, 2019).

Generasi Alpha tumbuh di masa kemajuan teknologi, sehingga mereka cenderung lebih praktis dan
materialistis. Selain itu, mereka umumnya lebih mementingkan diri sendiri daripada generasi sebelumnya,
kurang memperhatikan nilai-nilai, dan berpikir sangat praktis (Christine, C, et, al, 2021). Mereka pasti akan
terpengaruh di masa depan oleh kemajuan teknologi yang pesat ini: dimulai dengan gaya belajar, materi-
materi pembelajaran yang ada di sekolah, dan interaksi sehari-hari untuk melihat bagaimana generasi yang
up to date.

Keterampilan sosial anak berkembang dengan cara berikut: menunjukkan kasih sayang, empati,
pemahaman, dan kepedulian terhadap orang lain; mengetahui mana yang benar dan yang salah, agar anak
dapat bisa mengenali keduanya; Sikap dan karakteristik anak akan dibentuk oleh teman sebayanya sesuai
dengan usianya; serta mampu berperilaku sesuai dengan norma sosial lingkungan (Agusniatih, 2019).
Salah satu informasi yang dirilis oleh Tribun Jambi (Purnama, 2018) mengidentifikasi ciri-ciri atau
karakteristik generasi alpha sebagai berikut:

1. Generasi alpha bersifat bossy, suka memerintah, dan dominan. Menjadi penanggung jawab membuat
Anak Alpha merasa nyaman. Seperti ayam, anak-anak lain senang merawat orang lain, terutama yang
lemah. Namun, mereka juga termotivasi untuk menegaskan otoritas mereka dengan memanfaatkan
kelemahan orang lain. Beginilah cara mereka menunjukkan bahwa mereka adalah yang pertama,
terbaik, atau dikenal. Namun, itu tidak berarti bahwa mereka menikmati intimidasi.
2. Generasi alpha tidak suka berbagi. Anak-anak di Generasi Alpha terlihat enggan berbagi. Mereka
menekankan pentingnya kepemilikan pribadi. Mereka mungkin tidak lagi dapat berkata, "aku
membawakan sesuatu untukmu," tetapi mereka mungkin berkata, "Ini adalah punya aku, milikku!"
bahkan banyak yang menyebutkan kata, semua milikku!"
3. Generasi alpha menentang mengikuti aturan. Apakah Anda berharap mereka mewarnai gambar dengan
rapi? Krayon pasti akan pecah. Mereka selalu punya cara untuk melarikan diri, terlepas dari apakah
Anda ingin mereka memakai popok, bedong, jaket, atau menaruhnya di kursi makan atau kursi mobil.
4. Generasi alpha menjadi terbiasa dengan teknologi dan tidak akan menyadari dunia tanpa jejaring sosial.
Generasi alpha tidak memandang smartphone sebagai alat karena sudah akrab dengannya sejak bayi.
Inovasi hanya akan dimasukkan ke dalam kehidupan mereka. Mereka lebih memilih smartphone
daripada laptop dan komputer desktop karena sangat mudah dioperasikan. Mereka juga menyukai
aplikasi yang terlihat bagus dan mudah digunakan, dan mereka mengharapkan segala sesuatu dibuat
untuk memenuhi kebutuhan mereka.
5. Kemampuan dalam berkomunikasi langsung sangat berkurang. Teknologi dapat memberikan banyak
informasi, tetapi juga memiliki efek negatif. Saking asyiknya dengan gadget, generasi alpha jarang
berinteraksi langsung dengan orang lain. Hal ini akan sendirinya mengurangi empati dan kemampuan
komunikasi mereka.

Telah ditelaah terlebih dahulu bagaimana generasi alpha bisa akrab dengan media sosial sebelum
menjelaskan bagaimana generasi alpha memanfaatkannya. Dalam Ria Novianti et al., Mildayani 2019)
menyimpulkan bahwa perkembangan anak yang dalam konteks ini mengacu pada generasi alfa sangat
dipengaruhi oleh lingkungannya. Hal ini disebabkan karena pada awalnya anak-anak tidak akan terpapar
media sosial dan tidak akan mengembangkan keterampilan sosial-emosionalnya di sana jika dari awal
mereka tidak dikenalkan dengan gadget ataupun media sosial tersebut (Arianto,2018).

Mildayani (2018), yang melihat bagaimana media sosial mempengaruhi cara anak berinteraksi
dengan orang lain, sampai pada kesimpulan bahwa perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh
lingkungannya karena mereka tidak akan mempelajari keterampilan sosial dari penggunaan media sosial.
Jika orang tua memprioritaskan perkembangan anaknya dalam pengasuhan, maka akan mencegah anaknya
dari kecanduan media sosial. Orang tua perlu berperan aktif dalam mengatur dan mengawasi penggunaan
media sosial oleh anaknya. Selain itu, kecanduan dapat diakibatkan oleh penggunaan teknologi digital yang
berlebihan (Wulandari & Hermiati, 2019). Sari dan Rinaldi (2019, hlm. 3) menyatakan bahwa kecanduan
adalah suatu kondisi dimana seseorang diperbudak oleh suatu kebiasaan yang tidak dapat dipatahkan
sehingga semakin sulit mengendalikan diri untuk melakukan aktivitas tertentu yang disukainya. Hal ini juga
didukung oleh penelitian sebelumnya, yang menunjukkan bahwa remaja yang menggunakan dan memiliki
ponsel pintar saat masih anak-anak cenderung menjadi kecanduan.

Jean Twenge, seorang psikolog, menjelaskan bahwa maraknya smartphone dan media sosial justru
bisa membuat anak muda lebih depresi dan kesepian. Generasi alpha juga banyak menghabiskan waktu
online, meskipun kurang aktif, kurang minum, dan jarang keluar rumah (Fadlurrohim, I., Husein, A., Yulia, L.,
and Wibowo, H., & Raharjo, S. T. , 2019).

Penggunaan media sosial tampaknya secara umum memiliki dampak negatif. Faktanya, beberapa
hasil konstruktif ditemukan, menunjukkan bahwa komitmen besar yang teratur terhadap penggunaan
hiburan online dapat membantu menciptakan dan menjaga hubungan sosial dan persahabatan. Permainan
yang tidak teratur memiliki dampak negatif kecil hingga sedang pada kepuasan hidup yang dirasakan dan
keterampilan sosial, sementara gangguan penggunaan media sosial memiliki dampak negatif yang signifikan
terhadap kepuasan hidup (Regina van Den Eijnden, Ina Koning, Suzan Doornwaard, Femke van Gurp, dan
Tom Ter Bogt , 2018). Sebaliknya, gejala keterlibatan yang tidak terorganisir dalam penggunaan media sosial
tampak menurunkan keterampilan sosial.
Selain itu, media sosial juga memiliki sisi positif dan dapat meningkatkan sejumlah karakteristik
pengguna, antara lain:

1. Meningkatkan kemampuan visual;


2. Meningkatkan koordinasi mata dan kemampuan menyelesaikan tugas
3. Peningkatan skor tugas (tes kecerdasan).

Pemakaian aplikasi WhatsApp adalah platform media sosial paling populer karena kemampuan
berbagi foto, video, suara, dan dokumen, yang memudahkan untuk berkomunikasi dengan orang yang dicintai
dan menyebarkan informasi dalam bentuk pengumuman untuk berbagi materi pelajaran oleh guru melalui
grup obrolan. (Pangestika, 2018)) Selain itu WhatsApp juga tidak terdapat iklan seperti aplikasi hiburan
virtual lainnya, sehingga pemberitahuan terkait data yang disampaikan dalam pesan akan lebih kuat dan
WhatsApp akan langsung terhubung dengan kontak di telepon klien (Aprilia dkk, 2020).

Kebebasan dan penyesuaian adalah dua manfaat tambahan dari media sosial. Pengguna internet dan
media sosial dapat merasa lebih pribadi dengan setiap akun yang mereka miliki berkat kebebasan dan
penyesuaian ini. Apapun yang mereka inginkan dapat diedit, diunggah, di unduh, disusun, dan dibagikan.
Menurut Yuhdi Fahrimal (2018), akun media sosial dianggap sebagai milik individu dan dapat digunakan
untuk kepentingan apapun.

Dr. Neil Aldrin, M.Psi mengatakan bahwa secara sosial, karena dibesarkan di era kemajuan teknologi,
generasi alfa yang cenderung lebih praktis dan materialistis. Selain itu, mereka umumnya lebih
mementingkan diri sendiri daripada generasi sebelumnya, kurang memperhatikan nilai-nilai, dan berpikir
sangat praktis. Mereka pasti akan terpengaruh di masa depan oleh kemajuan teknologi yang pesat ini: mulai
dari gaya belajar, konten sekolah, dan interaksi sehari-hari (Nurjanah, N.E., & Mukarromah, 2021).

Nova Riyanti Yusuf, SpKJ, seorang psikiater, mengatakan bahwa para introvert bisa menggunakan
media sosial untuk menunjukkan citra dirinya yang ingin diproyeksikan ke publik. karena menggunakan
media sosial mencegah introvert dan orang lain yang memposting komentar atau tanggapan atas postingan
mereka untuk terhubung secara tatap muka. Ciri-ciri unik dari zaman alfa adalah ketergantungan, pemujaan
kesempatan, kemandirian (meremehkan pekerjaan kelompok), ketergantungan pada inovasi dan hal-hal
berkecepatan tinggi (Berkup, 2019). R. Nabila, AH. Hermawan, dkk. 2022) mengatakan bahwa sikap
individualistis dapat muncul dari orang yang berpikir dapat melakukan sesuatu sendiri, tidak memiliki
simpati atau empati terhadap orang lain, dan tidak peduli dengan kondisi di lingkungannya. Kemunduran
cara berperilaku kemandirian terjadi karena tidak adanya kesadaran individu akan nilai kepentingan yang
normal.

Ide untuk mencegah penggunaan media sosial agar tidak merusak gen alpha sangatlah mudah.
Seorang guru pertama-tama harus memimpin dengan memberi contoh atau menjadi panutan. ( Van, et al,
2018) mengatakan guru harus bisa memposisikan diri saat menggunakan smartphone, terutama saat asyik
bermedia sosial, karena tidak ingin siswanya menjadi kecanduan berlebihan terhadap akun media sosial
smartphone Android.

Dalam kajiannya, Nurjanah juga menyampaikan bahwa pendidik harus memiliki pengalaman
menggunakan media digital agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Hal ini karena pendidik
akan mampu mengembangkan kompetensi operasional dan fungsional dalam memanfaatkan teknologi untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif. Mayoritas pendidikan saat ini berlangsung secara online atau dalam
jaringan yang tentunya berkomunikasi menggunakan teknologi digital. Pembelajaran online dapat digunakan
di semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Dengan bekerja sama dengan guru, orang tua, dan tentu saja sekolah, melalui pendidikan atau
edukasi tentang efek negatif atau bahaya yang dapat ditimbulkan dari kecanduan media sosial dapat
diberikan kepada anak yang mengalami kecanduan media sosial tingkat rendah. Hal ini dapat dilakukan
dengan memberikan edukasi atau penyuluhan kesehatan mengenai penggunaan media sosial yang baik dan
benar, sehingga anak tidak selalu memiliki keinginan untuk terhubung dengan media sosial. Untuk
memastikan bahwa pihak sekolah dapat memberikan pendidikan kesehatan yang jelas kepada orang tua,
siswa, perawat yang bekerja di sekolah atau seminar-seminar bahaya kecanduan media sosial. Pihak sekolah
dan orang tua perlu mendapatkan pelatihan atau pengetahuan yang luas tentang kecanduan media sosial.
Selain memberikan pendidikan Kesehatan juga ada acara lain yaitu dengan mendorong siswa untuk
berpartisipasi dalam kegiatan yang dapat meningkatkan bakat, seperti olahraga atau seni, yang lebih
bermanfaat daripada mengakses media sosial. Oleh karena itu, sangat penting bagi pihak sekolah dan orang
tua agar menjaga kesehatan anak baik secara fisik maupun mental.

Tampak jelas bahwa guru harus menjadi panutan bagi siswa dari sudut manapun. Misalnya, jika kita
menyuruh siswa untuk menggunakan akun media sosial untuk hal-hal yang positif dan tidak terlalu sering,
atau jika kita menggunakannya dengan benar dan sebaliknya, kita harus memberi contoh kepada mereka. Di
sisi lain, guru juga harus mengenal atau mengawasi siswa dan menjadi motivator yang baik bagi mereka
dengan cara kita menjalin komunikasi yang baik untuk berdiskusi dan belajar tentang perkembangan siswa
tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah melalui orang tua mereka. Terdapat proses dan cara dalam
mengatasi efek negatif dari media sosial untuk generasi alpha sebagai berikut:

1. Mendorong berkembangnya kebiasaan baik dan kebiasaan akhlak mulia.


2. Biasakan untuk tetap berpegang teguh pada karakter akhlak mulia.
3. Biasakan bersikap rela, penuh harapan, percaya diri, mampu mengendalikan emosi, sabar, dan
menderita.
4. Mengarahkan mereka ke arah yang benar yang dapat membantu mereka memiliki interaksi sosial yang
baik, senang membantu orang lain, mencintai yang lemah, dan menghormati orang lain.
5. Biasakan berbicara dengan sopan dan bergaul dengan orang lain baik di dalam maupun di luar sekolah.
6. Selalu berusaha sebaik mungkin untuk beribadah kepada Allah dan muamalah serta mendekatkan diri
kepada-Nya.

Keluarga pun memainkan peran penting dalam membangun keterampilan sosial anak-anak. Setiap anak
dalam keluarga memandang ayah dan ibunya sebagai panutan utama mereka (Mutiara Swandhina dan Redi
Awal Maulana, 2022). Untuk memaksimalkan inspirasi dan prestasi anak, maka lingkungan merupakan
bagian utama yang memberikan rasa aman secara fisik, psikis, kasih sayang, dan model perilaku yang positif
bagi anak yang hidup dalam masyarakat adalah keluarga. Keluarga adalah bentuk pendidikan luar sekolah
yang berlangsung di dalam keluarga dan mengajarkan keterampilan, nilai budaya, nilai moral, dan keyakinan
agama. Demikian pula, kemampuan orang tua untuk membimbing perkembangan keterampilan sosial anak
mereka sangat penting untuk keberhasilan ini. Model peran utama anak-anak adalah orang tua mereka.
Dalam hal ini, terbukti bahwa anak membutuhkan bimbingan orang tua yang positif dalam pengembangan
berbagai keterampilan (Fadlurrohim et al, 2020).. Anak akan meniru dan meneladani berbagai ucapan dan
perilaku yang dilakukan oleh orang tua, serta kebiasaan ayah dan ibu dalam bersosialisasi.

Dalam beberapa pemeriksaan sebelumnya, beberapa wali memperkirakan beberapa konsekuensi negatif
yang dapat terjadi, terutama dalam penggunaan media sosial oleh anak melalui berbagai jenis pengawasan.
Seperti Fatmawati, N.I. (2019) menunjukkan beberapa upaya yang dapat dilakukan orang tua untuk
menskrining penggunaan media sosial oleh anak-anak, misalnya menanyakan bagaimana cara anak
mengelola gadgetnya, dekat dengan anak-anak, dan duduk bersama saat anak menggunakan gadget. Selain
itu, orang tua dapat melakukan sejumlah upaya untuk mengawasi penggunaan teknologi oleh anaknya. Upaya
tersebut antara lain mendampingi dan membimbing penggunaan teknologi, membatasi penggunaannya,
mengontrol isi atau datanya, tidak memarahi anak ketika melakukan kesalahan, memahami kemampuan
anak dengan meluangkan waktu untuk menilai seberapa tajam anak dalam memilah hal baru, menciptakan
lingkungan belajar sesuai dengan keinginannya, sabar dan aktif dalam pendidikan, serta banyak
menghabiskan waktu bersama anak. Menurut Herlina, Setiwan, dan Jiwana (Kemendikbud, 2018), ada
beberapa langkah yang bisa dilakukan orang tua untuk mendampingi anaknya dengan baik atau melakukan
digital parenting:

1. Menjaga jalur komunikasi yang terbuka dengan anak untuk membina hubungan yang harmonis antara
orang tua dan anak,
2. Memberikan sarana yang dibutuhkan orang tua supaya terus terus belajar agar dapat membantu
anaknya menggunakan internet.
3. Menggunakan aplikasi Parental Control untuk membantu dalam memantau aktivitas online anak,
4. Menentukan waktu yang tepat untuk menggunakan gawai setiap harinya.
5. Melakukan proses filtering, melihat aplikasi yang digunakan, serta mengaktifkan fitur keamanan di
berbagai aplikasi seperti pencarian aman Google dan mode terbatas YouTube, antara lain.
6. Libatkan anak-anak dalam menetapkan aturan dasar internet di rumah dan sepakati sanksinya,
7. Menjadi teman dan ikuti anak-anak melalui hiburan online untuk membangun reputasi media sosial
yang baik, karena tayangan digital tidak dapat disembunyikan dan akan sangat mempengaruhi
kehidupan masa depan anak.
8. Menjadi panutan digital yang unggul
9. Bekerja sama membuat konten yang positif dan bermanfaat,
10. Terlibat dalam kegiatan terkait media sosial yang produktif, Puncaknya melalui keterampilan sosial
dapat membuat konten yang baik dan benar. Oleh karena itu, sebagai orang tua diharapkan berperan
dalam memperkenalkan pendidikan digitalisasi dan media sosial kepada anak-anak sejak dini. Tidak
dapat dipungkiri bahwa peran orang tua sangat penting dalam menumbuhkan keterampilan sosial anak,
serta pemahaman, sikap, dan penggunaan media sosial mereka.

PENUTUP

Simpulan

Generasi Alpha yang merupakan generasi lanjutan dari generasi Z atau generasi milenium. Terdapat
beberapa penelitian yang menjelaskan mengenai generasi alpha ini. Generasi alpha adalah mereka yang lahir
pada zaman yang sudah dipenuhi oleh penggunaan teknologi dan media sosial. Dari pengenalan dan
penggunaan teknologi serta media sosial yang sudah diberikan sedari usia dini akan melahirkan beberapa
karakter yang dinilai terdapat perbedaan dibandingkan dengan generasi-generasi sebelumnya. Mulai dari
sifat bossy, ingin dominan, suka mengatur, tidak suka berbagi, enggan mengikuti aturan, memiliki
kemampuan berkomunikasi yang dinilai rendah dalam dunia realita dibandingkan dengan generasi
sebelumnya., memiliki kreativitas yang rendah, kurang bersosialisasi, individualis, pragmatis, kecanduan
teknologi, dan materialistis. Alasan mengapa hal ini bisa terjadi tentu karena pengaruh dari lingkungan
generasi alpha tersebut yang mendorong mereka pada penggunaan media sosial. Lingkungan keluarga serta
peran orang tua menjadi langkah awal pembentukan karakter generasi alpha.

Mengenai bagaimana penggunaan media sosial pada generasi alpha, dinilai dari penggunaan
teknologi yang berintensitas tinggi akhirnya menimbulkan kecanduan pada media sosial tersebut (Wulandari
& Hermiati, 2019). Bagi mereka yang sedari kecil sudah dikenalkan dan memiliki perangkat gawai dan media
sosial, di masa depannya akan memiliki kecenderungan kecanduan terhadapnya. Penggunaan media sosial
tersebut dinilai memiliki hubungan atau korelasi dengan keterampilan sosial pada generasi alpha yaitu
lahirnya karakter-karakter yang sudah disebutkan sebelumnya. Walau begitu, penggunaan media sosial yang
tampaknya memiliki efek negatif ternyata menunjukkan pula manfaat. Media sosial bisa membantu
mengembangkan dan memelihara hubungan pertemanan dan sosial. Sedangkan, penggunaan media sosial
yang tidak teratur dinilai bisa berpengaruh menurunkan keterampilan sosial hingga menurunkan kepuasan
hidup serta kompetensi sosial. Dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKj, menyampaikan pendapatnya yaitu orang
introvert dapat menampilkan diri yang mereka hendaki kepada khalayak umum menggunakan media sosial
karena media sosial tentu akan menimbulkan respon dalam dunia maya tanpa perlu tatap muka.

SARAN

Melihat pentingnya peran orang tua dalam kehidupan awal seorang generasi alpha, diharapkan bagi
para generasi Z atau Y yang berkesempatan membaca hasil narrative review ini bisa menjadikan motivasi
untuk melakukan refleksi bagaimana pengasuhan mereka kepada generasi selanjutnya yaitu generasi alpha.
Memperluas ruang lingkup lingkungan generasi alpha, guru dan lembaga pendidikan juga memegang peran
dalam pembentukan karakter generasi alpha. Maka dari itu, diharapkan bagi para guru, dosen, lembaga
pendidikan untuk bisa melakukan refleksi bagaimana mereka melaksanakan program pendidikan bagi
generasi alpha. Selain itu pihak-pihak lain yang bersinggungan dengan generasi alpha, termasuk generasi
alpha itu sendiri, tentu tidak lepas pengaruhnya bagi pertumbuh-kembangan generasi alpha tersebut. Perlu
lebih diperhatikan dan dikondisikan bagaimana intensitas penggunaan media sosial bagi generasi alpha
tersebut, hal itu dengan tujuan meminimalisir dampak negatif yang timbul dan memaksimalkan manfaat dari
media sosial tersebut. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini bisa memberi dukungan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tim peneliti mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat membantu para generasi alpha untuk
dapat menggunakan media sosial dengan sebagaimana mestinya supaya bisa lebih banyak mendapatkan
manfaatnya pada keterampilan sosial generasi alpha. Objek-objek positif yang berguna untuk membantu
memotivasi perbaikan dalam berbagai bidang perlu dilakukan agar perubahan yang akan terjadi dapat
mengubah suatu situasi menjadi lebih baik. Oleh karena itu, tim penyusun mengharapkan segala kritik dan
saran yang membangun mengenai pembahasan artikel diatas. Supaya bisa menciptakan karakter generasi
alpha yang peduli akan lingkungan sekitarnya dan bijak dalam penggunaan media sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Agusniatih, A. (2019). Keterampilan Sosial Anak Usia Dini. Edu Publisher.

Aprilia, R.W., Sriati, A., & Hendrawati, S. (2020). Tingkat Kecanduan Media Sosial pada Remaja. The journal of
nursing care, 3.

Ahsani, Eva & Azizah, Nur. (2021). IMPLEMENTASI LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN UNTUK
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH DI TENGAH PANDEMI.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan.

Arianto, B (2021). Dampak Media Sosial Bagi Perubahan Perilaku Generasi Muda di Masa Pandemi Covid-19.
Journal of Social Politics and Governance (JSPG)

Berkup, S. B. (2019). Working With Generations X And Y In Generation Z Period : Management Of Different
Generations In Business Life. Mediterranean Journal of Social Sciences, 5(19), 218–229.

Cahyono, A. S. (2018). PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT


DI INDONESIA. Publiciana, 9(1), 140-157.

Christine, C., Karnawati, K., & Nugrahenny, D. (2021). Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak Generasi Alfa
dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial. EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership,
2(2), 235-250.

D'Arienzo, MC, Boursier, V, & Griffiths, MD (2019). Addiction to social media and attachment styles: A
systematic literature review. … Journal of Mental Health and Springer.

Demiris, G., Oliver, D. P., & Washington, K. T. (2019). Defining and analyzing the problem. In Behavioral
Intervention Research in Hospice and Palliative Care (pp. 27–39). London: Academic Press.

Fadlurrohim, I., Husein, A., Yulia, L., Wibowo, H., & Raharjo, S. T. (2019). Memahami Perkembangan Anak
Generasi Alfa Di Era Industri 4.0. Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial, 2(2), 178-186.

Fadlurrohim, Ishak & Lubis, Asmar & Yulia, Liya & Wibowo, Hery & Raharjo, Santoso. (2020). MEMAHAMI
PERKEMBANGAN ANAK GENERASI ALFA DI ERA INDUSTRI 4.0. Focus : Jurnal Pekerjaan Sosial.
2. 178. 10.24198/focus.v2i2.26235.

Fahrimal, Yuhdi. (2018). "Netiquette: Etika Jejaring Sosial Generasi Milenial dalam Media Sosial." Jurnal
Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan, vol. 22, no. 1, 2018, pp. 69-78

Fatmawati, N. I. (2019). Literasi Digital, Mendidik Anak Di Era Digital Bagi Orang Tua Milenial. Madani Jurnal
Politik Dan Sosial Kemasyarakatan, Vol. 11No. 2: 119-138.

Kemdikbud. (2018). Materi Pendukung Literasi Digital - Gerakan Literasi Nasional. Jakarta: Depdikbud.

Kosasih, engkos. (2019). Literasi Media Sosial dalam Pemasyarakatan Sikap Moderasi Beragama. Jurnal Bimas
Islam, 12(2), 263–296.

Mildayani. 2018. Pengaruh gadget pada interaksi sosial emosional anak.

Mutiara Swandhina, & Redi Awal Maulana. (2022). GENERASI ALPHA : SAATNYA ANAK USIA DINI MELEK
DIGITAL Refleksi Proses Pembelajaran Dimasa Pandemi Covid-19. JESA - Jurnal Edukasi Sebelas April,
6(1), 1–9.
Nabila, R, Hermawan, AH, & ... (2022). Perilaku Social Loafing pada Mahasiswa Pendidikan Agama Islam:
Individualisme Gen-Z di Era Media Sosial. Literasi: Jurnal Kajian.

Novianti, R., Hukmi, H., & Maria, I. (2019). Generasi Alpha–Tumbuh Dengan Gadget Dalam Genggaman. Jurnal
Educhild: Pendidikan Dan Sosial, 8(2), 65-70.

Nurjanah, N. E., & Mukarromah, T. T. (2021). Pembelajaran Berbasis Media Digital Pada Anak Usia Dini Di Era
Revolusi Industri 4.0: Studi Literatur. Jurnal Ilmiah Potensia, 6(1), 66-77.

Nurlina, M., Ani Anggraini, & Hilda Meriyandah. (2022). Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial Pada
Tingkat Kecemasan Generasi Z Mahasiswa Keperawatan di STIKes Medistra Indonesia Tahun 2022.
Jurnal Ilmu Kesehatan Mandira Cendikia, 1(1), 97–104.

Pangestika, N.L. (2018). Pengaruh pemanfaatan media sosial whatsapp terhadap penyebaran informasi
pembelajaran di SMA Negeri 5 Depok.

Purnama, Sigit. (2018). Pengasuhan Digital untuk Anak Generasi Alpha. Al Hikmah Proceedings on Islamic
Early Childhood Education ISSN (p) 2620-7966; ISSN (e) 2620-7974 Volume 1, April 2018, Hal. 493-
502.

Ria Novianti, Hukmi, Ilga Maria, (2019). Generasi Alpha-Tumbuh kembang dengan Gadget dalam Genggaman,
Jurnal Educhild, Vol. 8. No. 2.

Sari, T. P., & Rinaldi, R. (2019). Hubungan Kecanduan Mengakses Instagram dengan Keterampilan Sosial pada
Mahasiswa Psikologi UNP. Jurnal Riset Psikologi: Vol.2019. No.3

S, van Gurp, F., & Ter Bogt, T. (2018). The impact of heavy and disordered use of games and social media on
adolescents' psychological, social, and school functioning. Journal of behavioral addictions, 7(3), 697–
706.

Temaluru, Y. (2019). Pengembangan Kemampuan Personal. Universitas Katolik Indonesia .

Van Den Eijnden, R., Koning, I., Doornwaard, S., Van Gurp, F., & Ter Bogt, T. (2018). The impact of heavy and
disordered use of games and social media on adolescents’ psychological, social, and school functioning.
Journal of behavioral addictions, 7(3), 697-706.

Wiyanto, (2018). Kegiatan Laboratorium Inkuiri dalam Pembelajaran Sains. In Rusilowati, A. (Ed), Penyiapan
Guru Abad 21. Semarang: FMIPA Unnes.

Wulandari, D., & Hermiati, D. (2019). Deteksi Dini Gangguan Mental dan Emosional pada Anak yang Mengalami
Kecanduan Gadget. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(1), 382– 392.

Anda mungkin juga menyukai