Anda di halaman 1dari 9

Perbedaan Pendapat Antara Anak dan Orang Tua Tentang Pembelajaran Online

Keisya Auradelia ,Novalia Agung Wardjito Ardoyo


Antropologi Komunikasi
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Prof Dr. Moestopo (beragama)
Keisyaauradelia15@gmail.com

ABSTRAK

Orang tua dengan anak memiliki perbedaan generasi, gaya hidup, persepsi, pengalaman,
perilaku dan komunikasi, ini yang kemudian disebut dengan jarak antar generasi. Jarak antar
generasi ini rawan akan konflik dan miss communication, dalam kasus ini mencerminkan konflik
antara orang tua dan anak , konflik dalam kasus ini seputar masalah kegiatan sekolah dan
kebiasaan belajar. Anak sebagian besar dapat memahami konflik yang timbul antara orang tua,
hanya sebagian kecil yang tidak memahami tentang konflik yang terjadi. Sebagian orang tua
menyelesaikan konflik dengan orientasi kepatuhan terutama untuk masalah pilihan sekolah dan
masa depan anak. Disisi lain anak lebih menyukai penyelesaian konflik dengan orientasi
percakapan. Hal lain yang ditemukan adalah pada anak yang orangtuanya melakukan komunikasi
berorientasi kepatuhan dan sering terjadi konflik maka anak akan mencari figur orang lain diluar
keluarga inti seperti paman, teman, pacar, atau orangtua pacar. Anak cenderung enggan
berkomunikasi kepada orangtua tentang teman dekat atau pacar karena orang tua pada umumnya
tidak menyukai berkomunikasi tentang hal tersebut.(Wardyaningrum, 2013). Tujuan dari
penelitian ini adalah agar muda – mudi diluar sana dapat menghargai orang tua dan agar kedua
belah pihak dapat saling memahami cara berpendapat masing masing . Adapun metode yang
digunakan adalah penggabungan teknik wawancara yang disesuaikan dengan topik bahasan.

Kata Kunci :Orang Tua , Anak , Interpersonal


PENDAHULUAN
Kasus yang saya angkat kali ini tentang perbedaan pendapat anatar orang tua dan anak
tentang pembelajaran online , terdapat orang tua yang merasa risih dikarenakan sang anak
melakukan pembelajaran online , sang orang tua merasa risih anak nya hanya memegang gadget
dirumah, terjadi lah konflik tersebut dikarenakan pada saat sang anak diprotes ia menjawab
dengan lantang dan intonasi tinggi sedangkan sang anak sedang melakukan tugas rumah yang di
beri oleh guru nya melalui daring. “Apa hubungan antara antropologi dan konflik antara orang
tua?” Antropologi adalah ilmu mempelajari segala bentuk aspek manusia dari hal konflik
tersebut kita bisa memahami bagaimana konflik itu bisa terjadi dan bagaimana cara
mengatasinya. “Siapa yang memungkinkan mendominasi dalam konflik tersebut?” Didalam
konflik tersebut anak lebih mendominasi dikarenakan bahasa yang digunakan cenderung tidak
baku dan menggunakan intonasi yang tinggi dari hal tersebut orang tua cenderung lebih
mendengarkan dan memberi nasihat pada sang anak. “Kenapa konflik tersebut bisa terjadi?”
Karena ada nya perbedaan pendapat dan perbedaan zaman , dimana sang orang tua pada zaman
nya tidak merasakan adamya pembelajaran online sedangkan sang anak berada di zaman
pembelajaran online yang menurut anak hal tersebut lebih efektif. “Dimana konflik tersebut
dapat terjadi?” Konflik tersebut dapat terjadi sering kali dirumah karena mereka lebih merasakan
lebih private untuk melakukan perdebatan tersebut. “Kapan konflik tersebut dapat terjadi?” Pada
saat orang tua merasa resah pada pembelajaran online karna para anak lebih mengacu pada
gadget dari pada buku pada umumnya. “Bagaimana cara mengatasi konflik tersebut?” Cara nya
dengan salah satu dari mereka untuk mengalah dan menuruni intonasi saat berbicara.

Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari segi
budaya, perilaku,keanekaragaman, dan lain sebagainya. Antropologi adalah istilah kata bahasa
Yunani yang berasal dari kata anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos
memiliki arti cerita atau kata. Secara etimologi, kata Antropologi berasal dari bahasa yunani,
yaitu antropos dan logos. Antropos artinya manusia, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi secara
harfih antrofologi adalah ilmu tentang manusia. Antropologi adalah semua hal tentang manusia,
dan merupakan tanggung jawab antropologi untuk menjelaskan semua cerita tentang manusia,
dari segi yang baik maupun dari segi yang buruk. Antropologi tidak hanya terpaku pada sebagian
kelompok orang tetapi mencakup semua manusia, bukan hanya dari satu aspek melainkan dari
segala aspek. Dalam tinjauan antropologi, manusia dapat di lihat dari 2 segi:
1. Manusia sebagai mahluk biologi atau organik
2. Manusia sebagai mahluk sosial dan berbudaya.
dari penyataan tersebut bisa dihubungkan dengan konflik diatas bahwa antropologi mempelajari
perilaku manusia tentang baik (pada saat penyelesaian konflik tersebut ) dan buruk nya (pada
saat konflik terjadi) , pada ilmu antropologi juga mempelajari tentang cara penyelesaian dan
dalam konflik tersebut terjadi moment penyelesaian masalah yang dimana salah satu antara anak
dan orang tua harus ada yang mengalah

Antropologi berhubungan dengan komunikasi, Everett M Rogers dan Lawrence Kincaid


dalam buku Communication Network: Toward a New Paradigm for Research (1981)
menyebutkan komunikasi ialah proses di mana dua orang atau lebih membentuk ata melakukan
pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang
mendalam.komunikasi sebagai sebuah proses inti di mana budaya tersebut dibentuk dan
ditransformasikan (dalam hal ini dalam sebuah organisasi), selain itu budaya organisasi
merupakan sebuah pola dari tingkah laku dan interpretasi dari masing-masing anggotanya.
Dalam konflik tersebut terjadi komunikasi yang tidak tersampaikan dikarenakam perbedaan
bahasa dan intonasi bicara

Antropologi dapat diartikan juga sebagi ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaan
secara menyeluruh. Di satu pihak manusia adalah pencipta kebudayaan, di pihak lain kebudayaan
yang “menciptakan” manusia sesuai dengan lingkungannya. Dengan demikian, terjalin hubungan
timbal balik yang sangat erat dan padu antara manusia dan kebudayaan. Budaya dalam
antropologi memiliki tujuan untuk mengembangkan pengetahuan mengenai tentang manusia dan
budaya-budayanya, mulai dari segi fisik hingga kondisi sosial budayanya. Dalam antropologi
sosial budaya, manusia merupakan komponen penting bagi dirinya dan bagi alam
lingkungannya. Ada hubungan yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara manusia
dan alam lingkungannya.
Manusia sebagai makhluk sosial harus selalu hidup bersama. Manusia selalu hidup
bersama secara kolektif dalam kesatuan-kesatuan sosial yang besar maupun kecil. Dalam
kesatuan sosial inilah manusia hidup saling berinteraksi, bekerja sama, dan bertukar
pengetahuan untuk dapat mencapai tujuan hidupnya. (Muchtar et al., 2016). Keesing (1999:2)
mengemukakan bahwa antropologi memiliki dua bidang mayor, yaitu Antropologi Fisik
dan Antropologi Budaya. Sementara bidang minornya dalam Antropologi Budaya
adalah Antropologi Linguistik, Antropologi Sosial, dan Arkeologi prasejarah.(Rejeki, 2010)
Budaya juga dapat diartikan sebagai kebiasaan yang sering kita lakukan. Terdapat 7 unsur
kebudayaan menurut Para Ahli Antropologi ;
1. Bahasa
2. Sistem Mata Pencaharian.
3. Sistem Pengetahuan.
4. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial.
5. Sistem Religi.
6. Kesenian.
Dalam konflik diatas unsur kebudayaan yang dapat diambil adalah Bahasa , dalam konflik
tersebut salah satu masalah nya adalah bahasa , sang anak cenderung menggunakan bahasa yang
seharus nya tidak digunakan kepada orang tua dan terjadi konflik kesalahpahaman dikarenakan
sang anak terbiasa menggunakan bahasa yang cendurung tidak baku atau tidak sopan , hal
tersebut juga berpengaruh karna usia , dizaman sang orang tua jika menerima teguran dari orang
tua tidak membantah dan menuruti perkataan orang tua sedangkan sang anak dizaman sekarang
sebaliknya dan dalam hal ini dikarenakan antropologi ilmu yang mempelajari segala bentuk
aspek manusia termasuk konflik yang dilakukan manusia tersebut makai bisa diasumsikan peran
antropologi dalam hal ini untuk mengamati konflik yang terjadi diatas

METODE PENELITIAN
Untuk mendukung penelitian ini dengan gagasan yang konseptual mengenai penbedaan
pendapat antara anak dan orang tua, saya menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu dengan
wawancara dan observasi. Wawancara merupakan suatu bentuk komunikasi lisan yang dilakukan
secara terstruktur oleh dua orang atau lebih, baik secara langsung maupun jarak jauh, untuk
membahas dan menggali informasi tertentu guna mencapai tujuan tertentu pula. Dalam
wawancara ini terdapat 2 informan yaitu Ningsi (Wanita 56) seorang ibu dan ridho (Laki-Laki
20) seorang anak, dalam wawancara tersebut saya melampirkan beberapa pertanyaan
Diantaranya :
1. Mengapa konflik tersebut bisa terjadi?
2. Apa yang membuat kedua belah pihak merasa terintimidasi?
3. Bagaimana cara agar konflik tersebut tidak terulang?

ANALISIS PEMBAHASAN
Setelah melakukan wawancara saya mulai mengobsevasi atau mengamati dengan teliti ,
observasi sendiri memliki definisi suatu pengamatan atau pengujian pada objek tertentu untuk
mengumpulkan fakta, data, hingga nilai dari objek tersebut. Berikut yang saya dapatkan setelah
melakukan observasi diantaranya :
1. Seorang anak yang kurang bersikap sopan santun terhadap orang tua pada saat berdebat.
2. Orang tua yang sulit untuk diajak berkomunikasi dikarenakan bersih kukuh dengan
pendiriannya.
3. Sang anak yang meremehkan pendapat orang tua.
4. Ketimpangan penguasaan teknologi.
5. Cara agar konflik tersebut tidak terulang adalah dengan memperbaiki cara bicara kedua
belah pihak yaitu dengan intonasi yang lebih redah.
Model komunikasi dalam keluarga merupakan bagian dari komunikasi interpersonal, di
sini peran orang tua dapat disebut sebagai komunikator utama dalam penyampaian pesan
komunikasi. Untuk mencapai efektivitas sebuah komunikasi orang tua tentu memiliki
cara tersendiri menyampaikan pesan kepada anak-anak mereka, terutama ketika anak-
anak menghadapi masalah tertentu dalam kehidupan sosial mereka. Sebagai standar
penyampaian pesan yang efektif, kegiatan ini menganjurkan tiga pola keterampilan
komunikasi yang dimungkinkan, antara lain: komunikasi yang mendengarkan; komunikasi
yang terbuka; dan komunikasi yang jujur.(Fensi, 2018)

SEJARAH KOMUNIKASI INTERPERSONAL


Komunikasi interpersonal adalah sebuah komunikasi atau proses pertukaran informasi,
ide, pendapat, dan perasaan yang terjadi antara dua orang atau lebih dan biasanya tidak diatur
secara formal, dalam kasus yang saya ambil memperlihatkan komunikasi interpersonal karena
dilakukan antara orang tua dan anak, Adapun faktotor mengapa kasus ini dikatakan
komunikasi interpersonal yaitu Adanya hubungan dua arah (orang tua dan anak ) dimana
kedua belah pihak dapat saling menukar pesan. Dengan pertukaran pesan, terjadi saling
pengertian atau bahkan menjadi konflik karena miss communication. Pada tahun 1920-an
banyak sekali bibit-bibit intelektual bagi ilmu komunikasi yang mulai tersemai. Sebutlah
Elton Mayo dan para koleganya dari Harvard Business School, sebuah sekolah bisnis belum
lagi ilmu komunikasi. Mereka melakukan penelitian yang hanya berkaitan soal bisnis namun
hasilnya mereka temukan ada pengaruh besar yang ternyata masih sulit dijelaskan oleh ilmu
bisnis saat itu. Yang menjadi tempat penelitian mereka adalah pabrik Western Electric
Hawthorne, di situ mereka menemukan ada kekuatan potensial mengenai interaksi sosial dan
hubungan-hubungan sosial di tempat kerja. Bahwa interaksi atasan-bawahan dan interaksi
sesama mitra kerja ternyata mempengaruhi produktivitas pabrik. Hubungan dan interaksi
manusia ini isyarat dan pemikiran terhadap sifat komunikasi pendukung, keterbukaan, dan
pengaruh-pengaruh yang menunjukkan kepedulian bagi kebutuhan-kebutuhan pihak lain
selama interaksi berlangsung. Selain itu juga pada tahun 1930-an berkembang pesat yang
namanya dinamika kelompok. Kelompok dan antarpribadi memang mempunyai hubungan
sangat erat layaknya induk dan anak dalam sebuah ilmu, induknya adalah kelomok dan
anaknya adalah antarpribadi. Hal ini bisa dilihat dari topik-topik kelompok yang juga perlu
dibahas dalam antarpribadi, seperti cooperation/competition, feedback, conflict, interaction
sequencies, method for coding responses, sosiometric choices, and social network.
Selanjutnya pada tahun 1940-an sampai 1950-an, Eliot Chapple, seorang ilmuwan
psikopatologi, menemukan temuan penting pada bidang komunikasi antarpribadi. Yakni
kesesuaian ritme interaksi yang sangat berpengaruh dalam suatu hubungan antarpribadi,
seperti intensitas, pemilihan waktu dan pola-pola organisasi. 1980-an media massa
perkembang pesat namun sisi lainnya karena produksi berita pada masa itu yang kebanyakan
tidak bisa dipercaya akibatpengaruh politik perang Vietnam dan Amerika maka banyak orang
dari kalangan pemuda yang idealis melakukan kegiatan-kegiatan tatap muka untuk
mengimbangi informasi yang mereka terima dari saluran resmi maupun media massa.
Menanggapi fenomena ini, banyak ilmuwan yang sepakat bahwa ternyata komunikasi
antarpribadi adalah sesuatu yang vital dalam komunikasi. Tahun 1960-an "bidang inti area
penelitian" komunikasi antarpribadi karena fenomena di atas. Selanjutnya komunikasi
antarpribadi menemukan bentuknya karena semakin banyak buku dan mata kuliah di kampus-
kampus masa itu yang mengkhususkan diri pada bidang komunikasi antarpribadi. Juga
pembentukan organisasi keilmuan dan profesional yang memakai label interpersonal
communication.
KESIMPULAN

Komunikasi yang efektif dalam keluarga bersifat interpersonal, konflik dapat


dilakukan dengan cara mendengarkan dan memahaminya dengan baik, tidak gampang
menghakimi, menyalahkan, dan bahkan interogasi, sehingga berujung pada win-win
solution. Salah satu bahasa komunikasi interpersonal yang diterapkan sebagai cara
meminimal konflik adalah dengan mendengarkan dan bukan banyak bicara,
DAFTAR PUSTAKA

Fensi, F. (2018). Membangun Komunikasi Interpersonal Orang Tua Dengan Anak Dalam Keluarga.
Jurnal Pengabdian Dan Kewirausahaan, 1(1).
Muchtar, K., Koswara, I., & Setiaman, A. (2016). Komunikasi antar budaya dalam perspektif
antropologi. Jurnal Manajemen Komunikasi, 1(1).
Rejeki, M. C. N. S. (2010). Perspektif antropologi dan teori komunikasi: Penelusuran teori-teori
komunikasi dari disiplin antropologi. Jurnal Ilmu Komunikasi, 7(1).
Wardyaningrum, D. (2013). Komunikasi untuk penyelesaian konflik dalam keluarga: Orientasi
percakapan dan orientasi kepatuhan. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial, 2(1), 47–58.
 

Anda mungkin juga menyukai