Anda di halaman 1dari 9

KONFLIK PADA MAHASISWA BERBEDA BUDAYA DALAM

PEMILIHAN MENU MAKAN

Kayyisha Yasmine Fakhirah, Cecillie Datala Havid, Novalinda

Novalia Agung W. Ardhoyo

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)


*email korespondensi : kayyishafakhirah@gmail.com

Abstrak - Manusia sebagai makhluk sosial saling membutuhkan satu sama lain, serta
saling berkomunikasi antara satu sama lainnya dengan cara berinteraksi untuk mengenal
kepribadian manusia lain. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu berkeinginan untuk
berbicara, saling bertukar pendapat, mengirim, dan menerima informasi, berbagi
pengalaman, bekerja sama dengan orang lain untuk memenuhi keinginan melakukan
sesuatu. Berbagai keinginan tersebut hanya dapat terpenuhi dalam suatu sistem sosial
tertentu. Tujuan dari penelitian ini sendiri untuk mengetahui penyebab terjadinya konflik
dalam aktivitas komunikasi dengan perbedaan pada selera makan dan mengetahui cara
berkomunikasi dengan baik dan benar tanpa menimbulkan konflik. Penelitian ini
menggunakan metode paradigma, yang merupakan cara mendasar untuk mempersepsi,
berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu secara khusus tentang
realitas. Dapat disimpulkan bahwa paradigma penelitian merupakan akar bagi peneliti
untuk mengkondisikan kerangka berpikirnya dalam melakukan penelitian terhadap
masalah penelitiannya.
Kata kunci : Perbedaan budaya, konflik perbedaan pendapat, ilmu sosial budaya.

PENDAHULUAN
Dikutip dari Widjaja (2000 : dalam Wicaksono A. B. 2018), bahwa manusia sebagai
makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain, saling berkomunikasi antara
satu sama lainnya membuat interaksi untuk mengenal kepribadian manusia lain. Manusia
ingin mendapatkan perhatian di antara sesama dan kelompok. Sedangkan, dikutip dari
Suranto (2011: dalam Wicaksono A. B. 2018), bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri,
pasti membutuhkan orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu
berkeinginan untuk berbicara, saling bertukar pendapat, mengirim, dan menerima
informasi, berbagi pengalaman, bekerja sama dengan orang lain untuk memenuhi
keinginan melakukan sesuatu. Berbagai keinginan tersebut hanya dapat terpenuhi dalam
suatu sistem sosial tertentu.
Komunikasi dalam kelompok kecil pada beberapa individu dinilai sebagai
komunikasi interpersonal karena pertama, beberapa orang terlibat dalam suatu proses
komunikasi yang berlangsung melalui dua individu. dan pembicaraan berlangsung secara
terpotong – potong di mana semua orang bisa berbicara dalam kedudukan posisi yang
sama, dengan kata lain tidak ada pembicara tunggal yang mendominasi situasi
komunikasi. Ketiga, sumber dan penerima sulit diindentifikasi. Dalam situasi seperti ini,
semua orang bisa berperan sebagai sumber dan juga sebagai penerima. Tidak ada batasan
berapa jumlah individu dalam kelompok kecil. Biasanya 2 – 3 orang, bahkan ada yang
mengembangkan sampai 20 – 30 orang, tetapi tidak lebih dari 50 orang (Cangara, 2015:
dalam Wicaksono A. B, 2018).

Manusia sebagai makhluk sosial harus berkomunikasi untuk keberlangsungan


hidupnya. Dikutip dari Everett M Rogers dan Lawrence Kincaid dalam
buku Communication Network: Toward a New Paradigm for Research (1981), bahwa
komunikasi ialah proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan
pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian
yang mendalam. Dikutip dari C. Shannon dan W. Weaver dalam buku The Mathematical
Theory of Communication (1949), bahwa komunikasi yakni bentuk interaksi manusia
yang saling memengaruhi satu sama lain secara sengaja dan tidak sengaja. Kemudian
dikutip dari Bernard Berelson dan Gary A. Steiner dalam buku Human Behavior: An
Inventory of Scientific Finding (1964) menyebutkan bahwa komunikasi merupakan
proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan lain-lain melaui
penggunaan kata, angka, simbol, gambar, dan lain sebagainya.

Komunikasi menolong seseorang memenuhi kebutuhan interpersonal, maksudnya


apabila anda merasa sedih atau gelisah, anda membutuhkan sebuah percakapan dengan
orang lain untuk memberikan anda sebuah kenyamanan, persahabatan dan bahkan
kehangatan. Yaitu kebutuhan komunikasi dan interaksi dengan orang lain. Komunikasi
membentuk identitas pribadi yang dimaksud disini adalah bagaimana kita dapat
menentukan dan menjelaskan identitas kita. Mengetahui baik secara pribadi ataupun
dengan budaya. Disini mengingatkan fungsi penting dari suatu komunikasi adalah
memfasilitasi untuk mengetahui jati diri.

Komunikasi juga dapat dikatakan tidak mudah sebab kita harus memperhatikan
bagaimana cara berkomunikasi dengan baik dan benar. Komunikasi dengan baik dan
benar dapat dilakukan dengan tidak memotong pembicaraan orang lain. Saat seseorang
sedang bicara kita tidak boleh memotongnya, kita harus mendengarkan orang tersebut
hingga ia menyelesaikan apa yang ia bicarakan. Saat berkomunikasi kita juga harus
memperhatikan gaya bahasa. Seperti berbicara dengan sopan dan bersifat formal saat
bertemu dengan atasan atau orang yang lebih tua.

Berbicara miskomunikasi biasanya terjadi jika terdapat gap atau ketimpangan antara
maksud pembicaraan dan pemahaman. Miskomunikasi selalu terjadi dalam sebuah proses
komunikasi yang tidak sejalan pada peruntukannya. Dengan demikian, miskomunikasi
senantiasa menjadi musuh utama manusia yang menghirup napasnya di tengah pergaulan
sosialnya di abad modern ini. Dikutip dari Sinarbuko (2010 : dalam Nurdin. N. 2017),
bahwa kata kunci dan hakim garis yang mampu menyelesaikan miskomunikasi adalah
membangun kesepahaman bersama antar para pihak yang sedang terjangkiti wabah
penyakit miskomunikasi. Selanjutnya menyiangi hati mereka sembari menyelaraskan
nalar perasaan dan akal pikiran di antara kedua belah pihak yang sedang dirundung
miskomunikasi.

Salah satu contoh konflik komunikasi yang dapat kita ambil berdasarkan perbedaan
terhadap selera makanan adalah ketika mahasiswa A bertengkar dengan mahasiswi B
dikarenakan makanan khas dari daerah mereka masing - masing. Konflik ini terjadi
karena mahasiswa A tidak menghargai makanan dari daerah mahasiswi B. Mahasiswa A
mengatakan bahwa makanan khas mahasiswi B yang berasal dari padang itu sangat tidak
enak dilihat. Mahasiswa A merasa makanan dari daerah asalnya adalah makanan yang
paling enak. Mahasiswi B yang tidak terima dengan opini Mahasiswa A menjadi marah
dan berakhir menjadi konflik.
Konflik lain yang terjadi akibat dari perbedaan terhadap selera makanan saat adik
kakak yang bernama Jamal dan Jefri bertengkar karena sate. Jamal sebagai kakak
membelikan sate untuk Sang adik Jefri. Bukannya berterima kasih namun Jefri justru
marah karena menurutnya sate itu tidak seenak yang dikatakan Sang kakak. Konflik
tersebut terjadi saat Sang kakak membawa pulang sate yang ia beli di Bang Oshin.
Konflik adik kakak ini juga biasanya terjadi saat mereka memesan makanan. Adiknya
yang lebih menyukai manis sedangkan Sang kakak lebih menyukai pedas, hal inilah yang
menimbulkan perdebatan antara mereka berdua. Alasan lain mereka berdebat juga
disebabkan karena bercanda saling ejek-mengejek yang berakhir menjadi bertengkar.
Cara mereka untuk mengatasi konflik tersebut adalah dengan cara memesan pesanan
yang mereka sukai masing-masing.

Mengetahui penyebab terjadinya konflik dalam aktivitas komunikasi dengan


perbedaan pada selera makan. Mengetahui cara berkomunikasi dengan baik dan benar
tanpa menimbulkan konflik. Mengetahui dampak apabila konflik tersebut terjadi. Serta
mengetahui kenapa konflik ini bisa terjadi. Hambatan yang terjadi akibat konflik ini
adalah ketegangan antarsatu sama lain, pertengkaran antarindividu, dan menghambat
hubungan antarsuku bangsa. Konflik ini juga memicu disintegrasi sosial.

METODOLOGI
Dikutip dari Harmon (2012 : dalam Kharis M. 2019), paradigma merupakan cara
mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan
sesuatu secara khusus tentang realitas. Dapat disimpulkan bahwa paradigma penelitian
merupakan akar bagi peneliti untuk mengkondisikan kerangka berpikirnya dalam melakukan
penelitian terhadap masalah penelitiannya. Kerangka berpikir tersebut kemudian akan
menuntun peneliti menuju konsep teori apa yang akan digunakan, pendekatan, metode,
teknik, dan langkah-langkah analisis penelitian selanjutnya sehingga berkesinambungan, dan
dalam penelitian ini, peneliti menerapkan paradigma penelitian kualitatif yang dikutip dari
Moleong (2012 : dalam Kharis M. 2019), merupakan paradigma kontruktivisme. Paradigma
penelitian kualitatif biasanya dikaitkan dengan penelitian kualitatif yang sifatnya deskriptif
analitis, komparatif, menitik beratkan pada makna, dan data yang diperoleh dapat melalui
hasil pengamatan dan analisis dokumen. Paradigma ini memandang bahwa kenyataan itu
hasil konstruksi atau bentukan dari manusia itu sendiri serta paradigma konstruksionis
memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari
hasil konstruksi.

ANALISIS PEMBAHASAN
Model komunikasi ini menurut Lasswell sendiri ialah sebuah proses komunikasi yang
ada secara ilmiah dan mempusatkan pada setiap eleman turunan komunikasi yang
dijabarkanya. Dimana terdapat lima elemen yang berupa : komunikator, pesan, media,
komunikan, efek. Elemen tersebut saling berkaitan. Kelima elemen itu juga memiliki
pengertian masing – masing. Dimana elemen tersebut berguna untuk melakukan evaluasi
komunikasi mass.

Kelima elemen tersebut sebagai berikut :

Komunikator (who) : Setiap komunikasi pasti memiliki sumber untuk mengirimkan pesan,
dimana komunikator atau who disini dikaji menggunakan analisis kontrol, dimana analisis
kontrol merupakan bentuk individu atau kelompok yang mengatur jalannya pada
komunikasi.

Isi pesan (says what) : Says disini adalah isi pesan yang disampaikan atau diberikan kepada
komunikan. Bentuknya berupa simbol verbal atau non verbal yang berbentuk perasaan,nilai
dan gagasan. Pesan disini mempunyai tiga kompenen sendiri yaitu makna, syombol dalam
menyampaikan makna dan bentuk makna itu sendiri.

Media atau saluran (in which channel) : Dikatakan sebagai suatu alat yang digunakan dalam
berkomunikasi untuk menyampaikan pesan yang diberikan kepada komunikan. Secara
langsung maupun tidak langsung, yang bentuknya tatap muka atau tidak tatap muka.

Komunikan (to whom) : adalah orang yang menerima pesan yang disampaikan oleh
komunikator yang berbentuk individu. To Whom sendiri, dapat juga disebut dengan
destination, listener, audience dan decoder.
Dampak (with what effect) : merupakan dampak yang terjadi yang diterima oleh komunikan
atau komunikator setelah pesan yang dikirimkan sudah diterima oleh komunikan. Dampak
itu dapat saja menjadi dampak negatif maupun positif. Dampak positif sendiri biasanya
seperti menambah wawasan serta pengetahuan, sedangkan untuk dampak negatif biasanya
seperti terjadinya perbedaan pendapat dan lainnya.

Dari teori yang telah dijelaskan diatas, kami meneliti bahwasanya topik yang kami
bahas berhubungan atau berkaitan dengan teori tersebut. Topik yang kami bahas adalah
konflik pada mahasiswa berbeda budaya dalam pemilihan menu makan. Konflik ini terjadi
pada kedua mahasiswa Moestopo. Konflik ini sendiri terjadi karena perbedaan akan
pendapat antar satu sama lain. Mereka yang masing – masing tidak terima ketika pendapat
mereka bertentangan, membuat mereka marah dan hal inilah yang menimbulkan konflik satu
sama lain.
Dengan ini akhirnya kami mencoba untuk melakukan wawancara kepada kedua orang
tersebut. Kedua komunikator itu bernama Fina dan Cinta. Menurut informasi yang kami
ketahui dari kedua komunikator tersebut, konflik ini bermula saat mereka pergi ke rumah
makan padang untuk membeli makan siang. Siang itu mereka kelaparan setelah berolahraga,
dan mereka berdua pun memutuskan untuk mencari rumah makan terdekat di sekitar daerah
itu. Mereka pun menemukan rumah makan padang disana, pada akhirnya mereka pun
memutuskan untuk masuk dan makan disana.

Mereka masuk dan duduk di bangku yang telah disediakan, lalu para pelayan mulai
menghidangkan lauk satu – persatu. Fina pun mengambil lauk daun singkong tumbuk dan
ayam pop, kemudian Cinta mengambil tunjang. Cinta bertanya kepada Fina, “Lo ga ngambil
tunjang? enak tau”. Fina pun menjawab “Gak ah gaenak, aneh rasanya” sebagai orang Jawa,
Fina menilai rasa tunjang tidak enak. Mendengar itu Cinta sebagai orang Minang pun tidak
setuju dan berkata, “Cobain dulu, baru bilang gaenak” kemudian ia menaruh tunjang
tersebut ke dalam piring Fina.
Fina yang tidak menyukai lauk tersebut pun marah, “Ih gamau, apaansih”. Cinta yang
saat itu melihat ekspresi wajah Fina yang marah pun terperanjat. Menurut Fina, Cinta terlalu
memaksakan kehendak. Berbeda dengan Fina, menurut Cinta pribadi ia hanya berusaha agar
Fina dapat merasakan dan tahu jika tunjang itu enak. Cinta berpendapat bahwa tunjang itu
enak, karena menurutnya bumbu dan teksturnya yang kenyal itulah yang membuat ia
menyukainya.
Berbeda dengan Fina, menurut fina tekstur tunjang yang kenyal dengan bumbu yang
kaya akan rempah membuat ia tidak menyukainya. Fina berpendapat bahwa tekstur tunjang
yang kenyal itu membuat tunjang terasa sangat aneh. Belum lagi dengan banyaknya rempah
serta santan yang dipakai, membuat Fina berpikir jika tunjang terlalu berlemak. Oleh sebab
itu saat di rumah makan padang ia hanya mengambil daun singkong tumbuk dan ayam pop.
Karena menurutnya hanya itulah lauk yang paling minim akan lemak.
Dari wawancara diatas, Fina dan Cinta menceritakan konflik yang mereka hadapi
akibat perbedaan pendapat serta kesalahpahaman. Perbedaan pendapat terkait makanan yang
mereka sukai dan tidak sukai. Kesalahpahaman yang juga terjadi disebabkan oleh adanya
perbedaan persepsi antar satu sama lain. Fina yang berpikir bahwa Cinta terlalu memaksa.
Cinta yang berpikir dirinya tidak memaksa.
Jika kami hubungkan dengan kelima elemen menurut Laswell, kelima elemen tersebut
berupa : komunikator (who), komunikator pada wawancara ini adalah Fina dan Cinta. Untuk
isi dan pesan (says what) pada wawancara ini adalah konflik yang terjadi akibat perbedaan
pendapat akan lauk di rumah makan padang. Media (in which channel) pada wawancara ini
adalah secara langsung, kami mewawancara kedua komunikator saat berada di kampus.
Komunikan (to whom) adalah kami sendiri, kedua komunikator menceritakan konflik yang
terjadi kepada kami. Dampak (with what effect) dari konflik tersebut jika terjadi secara terus
– menerus dapat menimbulkan perpecahan akan budaya.

Norma yang berkaitan pada konflik tersebut adalah norma budaya. Dari konflik
tersebut kita dapat melihat perbedaan selera dari masing – masing suku. Cinta yang lebih
menyukai makanan bersantan sedangkan Fina tidak. Kita dapat memahami bahwa orang
memiliki seleranya masing. Kita tidak dapat memaksa orang lain untuk menyukai apa yang
kita suka. Begitu juga dengan orang lain, mereka tidak bisa memaksa apa yang mereka sukai
kepada kita.
Pendapat kami dari konflik tersebut adalah kita sebagai individu harus menghargai
satu sama lain. Menghargai dari perbedaan selera, budaya, suku dan lainnya, juga saling
toleransi akan perbedaan yang kita punya. Dari konflik itu kita juga belajar untuk
menghargai pendapat orang lain. Kita tidak boleh memaksa kehendak kita, begitu juga
dengan mereka. Dari konflik tersebut juga kita belajar untuk menyelesaikan masalah dengan
kepala dingin, jika ada perbedaan pendapat antar satu sama lain kita dapat
menyelesaikannya secara baik – baik sehingga tidak terjadi konflik.

KESIMPULAN
Dari penelitian tersebut, kelompok kami menyimpulkan bahwa masih banyak konflik
yang terjadi dikarenakan perbedaan budaya. Contohnya dapat kita lihat seperti diatas,
konflik yang terjadi dikarenakan perbedaan selera makan. Konflik tersebut juga terjadi
karena perbedaan pendapat antara satu sama lain. Mereka saling berselisih karena mereka
berpikir bahwa makanan dari budaya mereka lebih baik. Konflik tersebut dapat menjadi
salah satu penyebab perpecahan antara satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA

Wicaksono A. B. (2018). Manusia makhluk sosial


UNIKA. Diakses dari http://repository.unika.ac.id
Kompas. (2021). Komunikasi : Pengertian Para Ahli, Fungsi, Tujuan, dan Jenis-
Jenisnya.
Kompas. Diakses dari https://kompas.com
Nurdin. N. (2017). Analisis Miskomunikasi dalam Bahasa Lisan dan Bahasa Tulis
Berdasarkan Konteks Wacana.
JISIP Vol 1 No.2. Diakses dari https://ejournal.mandalanursa.org
Rogers Everett M. dan Kincaid D. Lawrence. (1981). Communication network : toward a
new paradigm for research.
The Free Pass, New York.
C. Shannon dan W. Weaver. (1949). The Mathematical theory of communication.
University of Illinois Press, Illinois.
Berelson Bernard dan Steiner Gary A. (1964). Human behaviour : an inventory of
scientific findings.
New York Harcourt, Brace and World, New York.
Kharis, Muhamad. (2019). Peranan Anggota Kelompok Sadar Wisata Peninggalan
Belanda Nyalindung Dalam Pengelolaan Situs Sejarah di Desa Nyalindung
Kabupaten Bandung Barat.
Elibrary Unikom. Diakses dari https://elibrary.unikom.ac.id
KhaisanZata, Muhammad. (2022). Model Komunikasi Harold Laswell.
Kompasiana. Diakses dari https://kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai