Anda di halaman 1dari 12

TUGAS SOSIOLOGI OLEH BAPAK AULIAUR RAHMAN

JUDUL: INTARAKSI DAN TINDAKAN SOSIAL

DI SUSUN OLEH :

ANGGRIANI
MARLINA
RIA ADILA
RAMADANI

UNSAM LANGSA
T.A. 2023
A. PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL
Interaksi sosial adalah hubungan dinamis yang mempertemukan orang
dengan orang, kelompok dengan kelompok maupun orang dengan kelompok
manusia.Bentuknya tidak hanya bersifat kerja sama, tetapi bisa jugak
berbentuk tindakan persaingan, pertikaian,dan sejenisnya.
Interaksi sosia merupakan hubungan yang tertata dalam bentuk
tindakan-tindakan yang berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang
berlaku dalam masyarakat.Bila interaksi itu berdasarkan pada tindakan yang
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka kecil kemungkinan
hubungan tersebut berjalan lancar. Misalnya, apabila kita mengutarakan
sesuatu dengan hormat dan sopan terhadap orang tua, maka kita akan di
layanin dengan baik. Sebaliknya, jika kita berperilaku tidak sopan dan tidak
hormat terhadap orang tua,maka mereka akan marah yang akhirnya hubungan
antara kita dan orang tua tersebut tidak lancar. (Hal 28)

1. MACAM-MACAM PERMASALAHAN INTERAKSI SOSIAL


1) Etnosentrisme
Etnosentrisme secara formal didefinisikan sebagai pandangan
bahwa kelompok sendiri adalah pusat segalanya dan kelompok lain
akan selalu dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar kelompok
sendiri.(Ibid). Etnosentrisme merupakan sebuah kecenderungan
menghakimi nilai, adat istiadat, perilaku atau aspek-aspek budaya lain
yaitu menggunakan kelompok sendiri dan adat istiadat kita sendiri
sebagai standar bagi semua penilaian. Etnosentrisme membuat
kebudayaan diri sebagai patokan dalam mengukur baik buruknya, atau
tinggi rendahnya dan benar atau ganjilnya kebudayaan lain dalam
proporsi kemiripannya dengan kebudayaan sendiri, adanya.
Kesetiakawanan yang kuat dan tanpa kritik pada kelompok
etnis atau bangsa sendiri disertai dengan prasangka terhadap kelompok
etnis dan bangsa yang lain. Orang-orang yang berkepribadian
etnosentris cenderung berasal dari kelompok masyarakat yang
mempunyai banyak keterbatasan baik dalam pengetahuan,
pengalaman, maupun komunikasi, sehingga sangat mudah
terprofokasi. Perlu pula dipahami bahwa sebagian besar masyarakat
Indonesia masih berada pada berbagai keterbatasan tersebut. (Cet. II ;
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 254)

2) Misunderstanding of culture values


Secara sosiologis, manusia terdiri dari berbagai etnis dan
budaya yang saling berbeda dan mengikatkan dirinya antara satu
dengan lainnya. Suatu bangsa terdiri dari berbagai suku-suku yang
beraneka ragam, masyarakat terdiri dari keluarga-keluarga yang
berlainan, keluarga itu sendiri terdiri dari individu-individu yang tidak
sama. Semuanya menunjukkan adanya perbedaan, keragaman dan
keunikan, namun tetap dalam suatu persatuan.
Perbedaan-perbedaan individu melebur menjadi satu kesatuan
keluaraga, keluarga melebur menjadi satu ikatan sosial, keanekaan
suku-suku terangkum dalam satu bangsa dan masyarakat dunia.
Keseluruhan parsialitas tersebut adalah bagian dari pluralitas. (Said
Agil Husain Al-Munawir,op.cit., h. 89-90).
Pluralitas dan keragaman antar suku, bangsa, agama dan
budaya dalam pemahaman kerangkan kesatuan manusia menciptakan
sikap-sikap moderat bagi setiap individu, (Ibid.,h.93) itu pada satu sisi,
namun pada sisi lain akan memunculkan gesekan-gesekan yang pada
akhirnya melahirkan sikap egosentrisme yang berimplikasi pada
penolakan terhadap budaya lain dengan klaim budaya sendiri sebagai
standar, dengan memaksakan nilai-nilai budayanya sebagai acuan
terhadap budaya lain.
Seperti mengacungkan jari tengah bagi orang Amerika adalah
suatu penghinaan, namun bagi orang Indonesia, hal tersebut adalah
biasa-biasa saja. Kalau hal tersebut bagi orang Indonesia sebagai
sesuatu yang wajar saat berada di Amerika, maka kemudian yang akan
terjadi sebuah penolakan karena orang Amerika merasa terhina.
3) Stereotip
Stereotip merupakan keyakinan yang terlalu menggenalisir,
disederhanakan, atau dilebih-lebihkan terhadap kelompok etnis
tertentu. Stereotip adalah mengidentifikasi individu pada basis anggota
kelompok tertentu, dan menilai diri individu tersebut. Berdasarkan
pemahaman stereotip di atas, Maka ketika kita melakukan kontak
antarbudaya dengan seseorang, pada dasarnya kita sedang
berkomunikasi dengan identitas etnis dari individu tersebut. (Turnomo
Raharjo, op.cit., h. 57., lihat juga Stewart L. Tubs dan Sylvia Mos, op.
cit., h. 256)
Persoalan besar yang terjadi dalam komunikasi antarbudaya
adalah apabila orang yang berbeda latar belakang etnis memfokuskan
secara destruktif stereotip negatif yang mereka pegang masing-masing
yang dinyatakan sebagai kepribadian tertentu.(Ibid.h.58)
Orang-orang Australia meng-streotip-kan orang Indonesia,
bahwa orang-orang Indonesia rata-rata, dianggap orang-orang yang
menarik, ramah, menyenangkan dan sopan, sering terlalu sopan, tetapi
lamban, tidak efisien dan tak dapat diandalkan. Sebaliknya orang-
orang Indonesia melihat rata-rata orang Australia sebagai kaya, gaduh
dan kasar, agak kurang ajar, sering tidak ramah, agresif dan tidak
bermoral. (Cet.VI; Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001, h.184)

4) Prasangka
Penghambat komunikasi antarbudaya lainnya adalah
prasangka. Prasangka akan selalu merujuk pada pendapat atau
penilaian seseorang sebelum kenal dengan orang tersebut. Prasangka
merupakan resistensi atau penolakan terhdap semua bukti yang akan
menggesernya. Kita cenderung menjadi emosional ketika prasangka
terancam oleh hal-hal yang bersifat kontradiktif.
Prasangka merupakan sikap yang tidak beralasan terhadap
outgroup yang didasarkan pada komparasi dengan ingroup seseorang.
Biasanya, prasangkan diekspresikan melalui komunikasi. Prasangka
merupakan jenis dari kebutuhan cultural. Ia menghalangi kita untuk
melihat realitas secara akurat. (Turnomo Raharjo, op., h. 59)
Endang Poerwanti dalam sebuah tulisannya menyebutkan
berbagai permasalahan dihadapi dalam silang budaya pada masyarakat
Indonesia adalah:
a. Rendahnya tingkat pengetahuan, pengalaman, dan jangkauan
komunikasi sebagian masyarakat yang dapat mengakibatkan
rendahnya daya tangkal terhadap budaya asing yang negatif, dan
keterbatasan dalam menyerap serta mengembangkan nilai-nilai
baru yang positif, sekaligus mudah sekali terprofokasi dengan isu-
isu yang dianggap mengancam eksistensinya.
b. Kurang maksimalnya media komunikasi dalam memerankan
fungsinya sebagai mediator dan korektor informasi.
c. Paradigma pendidikan yang lebih menekankan pengembangan
intelektual dengan mengabaikan pengembangan kecerdasan
emosional, pembentukan sikap moral, dan penanaman nilai
budaya. Manusia terbuai kegiatan dan pembangunan yang
pragmatis, yang memberikan manfaat materil yang lebih mudah
teramati dan terukur, sehingga seringkali sangsi formal lebih
ditakuti dari pada sangsi moral.

URAIAN PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL


Salah satu sifat manusia adalah keinginan untuk hidup bersama
dengan manusia lainnya.Dalam hidup bersama antara manusia dan manusia
atau manusia dan kelompok tersebut terjadi "hubungan" dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya.melalui hubungan itu manusia ingin
menyampaikan maksud, tujuan dan keinginan itu harus di wujudkan dengan
tindakan melalui hubungan hubungan inilah yang di sebut interaksi.interaksi
terjadi apabila satu individu melakukan tindakan sehingga menimbulkan
reaksi dari individu - individu yang lain. Karena itu, interaksi terjadi dalam
suatu kehidupan sosial. (hal 27/28)
B. TINDAKAN SOSIAL
1. PENGERTIAN TINDAKAN SOSIAL
Setiap hari kita melakukan tindakan dengan maksud dan tujuan
tertentu, tindakan yang kita lakukan pada umumnya berkaitan dengan
orang lain mengingat bahwa manusia adalah mahkluk sosial, yaitu
mahkluk yang tidak dapat hidup sendiri dalam kehidupan masyarakat.
Max Weber merupakan ilmuan yang mengemukakan teori tindakan
sosial, Weber melihat bahwa kenyataan sosial secara mendasar terdiri dari
individu-individu dan tindakan-tindakan sosialnya yang berarti. dia
mendefinisikan sosiologi sebagai berikut:
Suatu ilmu pengetahuan yang berusaha memperoleh pemahaman
interpretative mengenai tindakan sosial agar dengan demikian bisa sampai
ke suatu penjelasan kausal mengenai arah dan akibat-akibatnya. dengan
“tindakan” dimaksudkan semua perilaku manusia, apabila atau sepanjang
individu yang bertindak itu memberikan arti subyektif kepada tindakan itu
disebut sosial karena arti subyektif tadi dihubungkan dengannya oleh
individu yang bertindak, memperhitungkan perilaku orang lain dan karena
itu diarahkan ke tujuannya.Max Weber(New York:Free Press,1964), 88.
Jadi yang dimaksudkan Weber, tindakan sosial adalah tindakan
individu yang dapat mempengaruhi orang lain. Tindakan dan Tindakan
sosial memiliki pengertian yang berbeda, Tindakan mencakup semua
perilaku yang dilakukan oleh manusia, sedangkan Tindakan sosial
merupakan suatu tindakan individu yang diarahkan kepada orang lain dan
memiliki arti baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Jika tindakan
tersebut tidak diarahkan orang lain dan tidak memiliki arti maka bukan
termasuk tindakan sosial tetapi hanya disebut sebuah “tindakan” saja,
sehingga tindakan sosial akan memberikan pengaruh bagi orang lain,
karena tindakan sosial mengandung tiga konsep yaitu tindakan, tujuan dan
pemahaman.

2. MACAM-MACAM TINDAKAN SOSIAL


Rasional merupakan konsep dasar yang digunakan weber dalam
mengelompokan tipe-tipe tindakan sosial. Arti rasional sendiri adalah
melalui pemikiran dan pertimbangan secara logis dan sadar. Pembedaan
tipe-tipe tindakan sosial andalah antara tindakan rasional dan yang
norasional. Tindakan rasional menurut Weber Berhubungan dengan
pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Di
dalam kedua kategori utama mengenai tindakan rasional dan non rasional
itu, ada dua bagian satu sama lain. Tindakan rasional mencakup tindakan
Rasionalitas Instrumental dan tindakan rasionalitas berorientasi nilai,
sedangkan tindakan nonrasional adalah tindakan afektif dan tindakan
tradional.
Bagi weber, konsep rasionalitas merupakan kunci bagi suatu
analisa obyektif mengenai arti-arti subyektif dan juga merupakan dasar
perbandingan mengenai jenis-jenis tindakan sosial yang berbeda.
Pendekatan obyektif hanya berhubungan dengan gejala yang dapat diamati
seperti benda fisik atau perilaku nyata, sedangkan pendekatan subyektif
berusaha untuk memperhatikan juga gejala-gejala yang sulit ditangkap dan
tidak dapat diamati seperti perasaan individu, pikirannya, dan motif-
motifnya. Perbedaan juga dapat dilihat dalam hubungannya dengan hal
dimana pengalaman subyektif pribadi seseorang dimiliki bersama oleh
suatu kelompok sosial, pengalaman subyektif dapat dimengerti karena
dialami ber sama secara meluas, dapat dilihat sebagai obyektif sedangkan
pengalaman sebyektif yang tidak dapat dikomunikasikan atau dimengerti,
tetapi tidak dapat di tangkap sebagai suatu pengalaman pribadi yang
benar-benar subyektif, meskipun sangat ril bagi orang yang bersangkutan.
Doyle Paul Jochnson (Gramedia Pustaka:Jakarta, 1994, 219)
Max Weber dalam mengklafikasikan empat jenis tindakan sosial
yang mempengaruhi system dan struktur sosial masyarakat yaitu:
a. Rasionalitas instrumental (Zwerk Rational)
Jenis Tindakan sosial Rasional instrumental ini merupakan
tindakan yang memiliki rasionalitas paling tinggi, yang meliputi
pilihan yang sadar (masuk akal) yang berhubungan dengan tujuan
tindakan itu dan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Individu
dilihat sebagai memiliki macam-macam tujuan yang mungkin
diinginkannya, dan atas dasar suatu kriteria menentukan satu pilihan di
antara tujuan-tujuan yang saling bersaingan, lalu individu menilai alat
yang mungkin dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan. (Doyle Paul
Jochnson, Gramedia Pustaka:Jakarta, 1994, 220)
Rasional instrumental merupakan Tindakan sosial yang dilakukan
seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang
berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang
dipergunakan untuk mencapainya. (GeorgeRitzer dan Douglas J
Goodman, Yogyakarta: Kereasi Wacana, 1995, 101)

b. Rasionalitas yang berorientasi nilai (Werk Rational)


Tindakan rasionalitas yang berorientasi nilai merupakan tindakan
sosial yang hampir sama dengan tindakan rasional instrumental, yaitu
tindakan yang dilakukan telah melalui pertimabangan yang matang dan
mempunyai tujuan yang jelas, yang membedakannya terletak pada
nilai-nilai yang menjadi dasar dalam tindakan ini.
Yaitu alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan
perhitungan yang sadar, sementara tujuan-tujuannya sudah ada didalam
hubungannya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolute atau
merupakan nilai akhir baginya. individu mempertimbangkan alat untuk
mencapai nilai-nilai seperti itu, tetapi nilai-nilai itu sendiri sudah ada.
(Doyle Paul Jochnson, Gramedia Pustaka:Jakarta, 1994, 221)
Tindakan sosial ini memperhitungkan mafaat, sedangkan tujuan
yang ingin dicapai tidak terlalu dipertimbangkan, kriteria baik dan
benar merupakan menurut penilaian dari masyarakat. Bagi tindakan
sosial ini yang penting adalah kesesuaian tindakan dengan nilai-nilai
dasar yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.

c. Tindakan afektif/Tindakan yang dipengaruhi emosi (Affectual Action)


Tindakan ini berbeda dengan tindakan rasional instrumental dan
tindakan rasionalitas berorientasi nilai, karena tindakan afektif tidak
melalui pertimbangan yang sadar tindakan ini tercipta dengan spontan
karena pengaruh emosi dan perasaan seseorang.
Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi
tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Seseorang yang
sedang mengalami perasaan meluap-luap seperti cinta, kemarahan,
ketakutan atau kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan
perasaan itu tanpa refleksi, berarti sedang memperlihatkan tindakan
afektif, tindakan ini benar-benar tidak rasional karena kurangnya
pertimbangan logis, ideology, atau criteria rasional lainnya. (Doyle
Paul Jochnson Gramedia Pustaka:Jakarta, 1994, 221)
Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan
ekspresi emosional dari individu. Contohnya adanya emosi penambang
sehingga terjadi pertengkaran dikarenakan persaingan atau perbedaan
pendapat.

d. Tindakan tradisional/Tindakan karena kebiasaan (Traditional action)


Tindakan sosial ini dilakukan oleh seseorang karena mengikuti
tradisi atau kebiasaan yang sudah diajarkan secara turun temurun dan
telah baku dan tidak dapat diubah. Jadi tindakan ini tidak melalui
perencanaan yang sadar terlebih dahulu, baik dari caranya maupun
tujuannya. Karena mereanya mengulangnya dari kebiasaan yang sudah
dilakukan secara turun temurun.
Seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan
yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau
emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan
afektif bersifat spontan, tidak rasional dan merupakan refleksi
emosional dari individu. GeorgeRitzer dan Douglas J Goodman
(Yogyakarta :kereasi Wacana,1995,102).
Apabila dalam kelompok masyarakat ada yang di dominasi oleh
orientasi tindakan sosial ini maka kebiasaan dan pemahaman mereka
akan di dukung oleh kebiasaan atau tradisi yang sudah lama ada di
daerah tersebut sebagai kerangka acuannya yang diterima begitu saja
tanpa persoalan. (Doyle Paul Jochnson Gramedia Pustaka:Jakarta,
1994, 221).
3. TUJUAN TINDAKAN SOSIAL
Tindakan sosial terjadi ketika individu melekatkan makna subjektif
pada tindakan mereka. Maksudnya tindakan sosial terjadi ketika individu
dalam masyarakat melakukan tindakan yang mempunyai makna dalam
tindakan mereka, baik bermakna bagi diri sendiri maupun orang lain.
Dalam tindakan sosial akan menciptakan hubungan sosial. Tindakan sosial
ini dimulai dari tindakan individu atau perilaku individu dengan perilaku
orang lain, yang diorientasikan pada sebuah tindakan. Jika ada manusia
yang sedang melakukan tindakan seperti sedang menendang pohon, hal itu
bukanlah tindakan sosial karena tindakan individu diarahkan pada benda
mati, sehingga dari benda tersebut tidak akan menimbulkan reaksi sosial
terhadap dirinya.
Akan tetapi tindakan terhadap benda mati dapat disebut sebagai
tindakan sosial apabila tindakannya tersebut menimbulkan reaksi dari
orang lain. Secara subyektif dapat dipahami maksudnya setiap tindakan
yang dilakukan seseorang akan memiliki maksud atau makna tertentu.
Mudahnya, tindakan sosial bertujuan untuk memenuhi kebutuhan individu
dan memengaruhi individu lain dalam sebuah lingkungan masyarakat.
Selain itu, juga bisa menciptakan kebudayaan yang dimiliki seseorang
sebagai bagian dari sebuah kelompok masyarakat berbudaya karena
tindakan apapun yang semua orang lakukan bisa jadi mempengaruhi atau
dipengaruhi orang-orang disekitarnya.

URAIAN TINDAKAN SOSIAL


Tindakan sosial adalah tindakan individu yang dapat mempengaruhi
orang lain. Tindakan dan Tindakan sosial memiliki pengertian yang berbeda,
Tindakan mencakup semua perilaku yang dilakukan oleh manusia, sedangkan
Tindakan sosial merupakan suatu tindakan individu yang diarahkan kepada
orang lain dan memiliki arti baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Adapun jenis tindakan sosial berupa Rasional Instrumental ini merupakan
tindakan yang memiliki rasionalitas paling tinggi, yang meliputi pilihan yang
sadar(masuk akal) yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang
dipergunakan untuk mencapainya. Individu dilihat sebagai memiliki macam-
macam tujuan yang mungkin diinginkannya, dan atas dasar suatu kriteria
menentukan satu pilihan di antara tujuan-tujuan yang saling bersaingan. lalu
individu menilai alat yang mungkin dapat dipergunakan untuk mencapai
tujuan.
Rasional instrumental merupakan Tindakan sosial yang dilakukan
seseorang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan
dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk
mencapainya. (Doyle Paul Jochnson. 1994. Teori Sosiologi Klasik dan
Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka. hal. 220.
GeorgeRitzer dan Douglas J Goodman. 1995.Teori Sosiologi.
Yogyakarta: Kereasi Wacana. hal. 101)
DAFTAR PUSTAKA

soejono, Soekanto,1974, Faktor-faktor dasar interaksi sosial dan kepatu pada


hukum. hukum nasional,nomor 25

soejono, Soekanto,1974, Faktor-faktor dasar interaksi sosial dan kepatu pada


hukum. hukum nasional,nomor 25

Max Weber, Max Weber Essays in Sociology, (New York:Oxford University


Press, 1946)

Anda mungkin juga menyukai