1. Komptensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayatai dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni,budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah, konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
2. Kompetensi Dasar
1.1. Menghayati perilaku yang sesuai dengan prinsip-prinsip solidaritas yang
dilandasi ajaran agama dan kepercayaan ang dianutnya.
1.2. Mengahayati nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
1.3. Menganalisis kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban
sebagai warga Negara.
1.4. Menyaji hasil analisis kasus pelanggaran hak dan pengingkaran
kewajiban sebagai warga Negara.
3. Indikator Pembelajaran
3.6.1. Menyebutkan hak-hak dan kewajiban warga Negara Indonesia
3.6.2. Menjelaskan hak dan kewajiban sebagai warga Negara Indonesia
3.6.3. Mempresentasikan foto-foto ataupun artikel yang terdapat di media
cetak ataupun elektronik mengenai pelanggaran-pelanggaran hak di
Indonesia.
Identifikasi hak dan kewajiban warga Negara yang diatur dalam UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
DAFTAR PUSTAKA
A. Petunjuk Umum
1. Instrumen penilaian sikap spiritual ini berupa Lembar Observasi.
2. Instrumen ini diisi oleh guru yang mengajar peserta didik yang
dinilai.
B. Petunjuk Pengisian
Berdasarkan pengamatan anda selama dua minggu terakhir, nilailah
sikapsetiap peserta didik Anda dengan memberi skor 4, 3, 2, 1 pada
lembar observasi dengan ketentuan sebagai berikut:
1 = apabila TIDAK PERNAH melakukan perilaku yang diamati
2 = apabila KADANG-KADANG melakukan perilaku yang diamati
3 = apabila SERING melakukan perilaku yang diamati
4 = apabila SELALU melakukan perilaku yang diamati
C. Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI
Kelas : ……………………………
Semester : ……………………………
Tahun pelajaran : ……………………………
Periode Pengamatan : Tanggal ………s/d……….
Butir Nilai :
Bertambahnya keimanan dengan menyadari hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang
menciptakannya.
Indikator Sikap :
1. Menambah keimanan dengan menyadari hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang
menciptakannya.
2. Menyadari kebesaran Tuhan sebagai pencipta keteraturan gerakan
planet di alam.
Skor Indikator
Sikap Spiritual Jumlah Tuntas/
Nama Peserta Skor
No (1-4) Perolehan Tidak
Didik Akhir
Indika Indika Skor Tuntas
tor 1 tor 2
(7:8)x4=
1 Wayan 4 3 7 Tuntas
3,5
(7:8)x4=
2 Made 2 3 5 Tuntas
2,5
3
4
5
6
7
PETUNJUK PENENTUAN NILAI SIKAP SPIRITUAL
1. Rumus Penghitungan Skor Akhir
Jumlah perolehan skor
Skor Akhir= ×4
Skor maksimal × 4
Skor Maksimal = Banyaknya Indikator × 4
Burhanuddin, SH
NIP. 19601101 200801 1 001
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL
(LEMBAR PENILAIAN DIRI)
A. Petunjuk Umum
1. Instrumen penilaian sikap sosial ini berupa Lembar Observasi.
2. Instrumen ini diisi oleh guru yang mengajar peserta didik yang dinilai.
B. Petunjuk Pengisian
Berdasarkan pengamatan Anda selama dua minggu terakhir, nilailah sikap
setiap peserta didik anda dengan memberi skor 4, 3, 2 atau 1 pada Lembar
Observasi dengan ketentuan sebagai berikut :
4 = apabila MEMENUHI 4 indikator
3 = apabila MEMENUHI 3 indikator
2 = apabila MEMENUHI 2 indikator
1 = apabila MEMENUHI 1 indikator
Sikap Indikator
Kejujuran 1. Melakukan pengamatan terhadap variable/objek yang relevan.
2. Melakukan dengan indera yang sesuai.
3. Mencatat hasil diskusi/pengamatan sesuai kenyataan.
4. Melaporkan/mengkomunikasikan hasil pengamatan/percobaan
sesuai data yang diperoleh.
Ketelitian 1. Melakukan diskusi secara runtut.
2. Mengumpulkan data secara teliti
3. Mencatat semua data/informasi yang diperoleh
4. Melaporkan/mengkomunikasikan hasil pengamatan/percobaan
secara terperinci.
C. Lembar Observasi
Kelas : ……………………………
Semester : ……………………………
Tahun pelajaran : ……………………………
Periode Pengamatan : Tanggal ………s/d……….
Butir Nilai : Kejujuran dan Ketelitian
Skor Indikator
Jumlah Tuntas/
Nama Peserta Sikap Spiritual (1- Skor
No Perolehan Tidak
Didik 4) Akhir
Skor Tuntas
Kejujuran Ketelitian
(7:8)x4=
1 Wayan 4 3 7 Tuntas
3,5
(7:8)x4=
2 Made 2 3 5 Tuntas
2,5
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Burhanuddin, SH
NIP. 19601101 200801 1 001
D. Peningkatan Kompetensi Berdasarkan AKPK
“Peran Persatuan Sosial SMA Negeri 1 Peureulak dalam Upaya
Membina Hubungan Sosial Kemasyarakatan Melalui Kunjungan Sosial”
Pada hakekatnya manusia adalah makhluk individu sekaligus sosial,
dari sejak lahir hingga meninggal manusia perlu dibantu atau kerjasama
dengan manusia lain, segala kebahagiaan yang dirasakan manusia pada
dasarnya adalah berkat bantuan dan kerjasama dengan manusia lain, manusia
sadar bahwa dirinya harus merasa terpanggil hatinya untuk berbuat baik
kepada orang lain.
Sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 20003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensial peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab, maka disekolah harus melakukan
pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sosial dari
seluruh warga sekolah.
Kompetensi sosial tersebut berupa kemampuan untuk berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dan efesien, baik dengan peserta didik, guru,
orang tua/wali, masyarakat sekitar. Seseorang yang memiliki komptensi
sosial akan nampak menarik, empati, kolaborarif, suka menolong, menjadi
panutan, komunikatif, dan kooperatif.
Dalam kontek persekolahan seorang kepala sekolah dituntut memiliki
komptensi sosial dalam menjalankan tugasnya. Peran penting kompetensi
sosial ini terletak pada dua hak yakni pertama, terletak pada peran pribadi
kepala sekolah yang hidup ditengah masyarakat untuk berbaur dengan
masyarakat. Untuk itu seorang kepala sekolah perlu memiliki kemampuan
untuk berbaur dengan masyarakat, kemampuan ini meliputi kemampuan
berbaur secara santun, luwes dengan masyarakat, dapat melalui kegiatan
olahraga, keagamaan, dan kepemudaan, kesenian dan budaya. Keluwesan
bergaul harus dimiliki oleh kepala sekolah selain sebagai kepala demikian
juga sebagai seorang guru.
Keterampilan hubungan manusiawi adalah kecekatan untuk
menempatkan diri di dalam kelompok kerja. Juga, keterampilan menjalin
komunikasi yang mampu menciptakan kepuasan kerja pada kedua belah
pihak. Hubungan manusiawi melahirkan suasana kooperarif dan menciptakan
kontak manusiawi antar pihak yang terlibat. Kepala atau manajer sekolah,
disamping berhadapan dengan benda, konsep-konsep dan situasi, juga
manusiawinya.
Menurut Mulyasa (2007) ada tujuh kompetensi sosial yang harus
dimiliki agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif dan efesiien
yakni (1) memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun
agama (2) memiliki pengetahuan budaya dan tradisi (3) memiliki
pengetahuan tentang inti demokrasi (4) memiliki pengetahuan tentang
estetika (5) memiliki pengetahuan tentang apresiasi dan kesadaran sosial (6)
memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan (7) memiliki
keseetiaan terhadap harkat dan martabat manusia.
Ketujuh komptensi sosial ini penting, agar seseorang dapat
melaksanakan dua fungsi di sekolah yakni : (a) fungsi pelestarian dan
pewarisan nilai-nilai kemasyarakatan dan (b) fungsi agen perubahan. Sekolah
berfungsi untuk menjaga kelestarian yang posistif agar pewarisan nilai
tersebut dapat berjalan secara baik. Di samping itu sekolah juga berfungsi
sebagai lembaga yang dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi menuju
kemajuan dan tuntutan kehidupan dan pembangunan bangsa.
Berkaitan dengan pembudayaan nilai-nilai ini Sudibyo (2008)
menjelaskan bahwa pendidikan hakikatnya merupakan proses pelembagaan
nilai-nilai budaya nasional, termasuk dalam hal ini adalah budaya daerah.
Banyak nilai budaya lokal atau daerah yang mempunyai keberlakuan secara
nasional. Untuk mengembangkan kompetensi sosial ini Sudibyo (2008)
menyatakan bahwa setidaknya ada beberapa kegiatan yang dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan kompetensi sosial ini yakni (1)
pendidikan dan latihan pengembangan kompetensi baik dilakukan secara
regular maupun incidental tergantung situasi dan tujuan yang hendak dicapai,
pelatihan tergantung situasi dan tujuan yang hendak dicapai, pelatihan yang
dapat membangkitkan kepekaan sosial, kearifan budaya, (2) berbagi
pengalaman melalui forum yang merupakan bentuk untuk saling
merefleksikan masing-masing (3) penyusunan program dan kegiatan secara
teratur disekolahan.
Dari penjelasan diatas dapat kita pahami betapa kompetensi sosial
merupakan hal yang tidak hanya penting bagi kepala sekolah secara individu
tetapi juga penting bagi situasi sekolah yang dikelola dan bagi masyarakat
disekitarnya. Kepala Sekolah sebagai seorang pemimpin dituntut memiliki
kualitas dan daya saing, serta mampu menciptakan sikap-sikap dan tingkah
laku sesuai dengan ajaran agama yang dipraktekan dalam kehidupan sehari-
hari baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga dan masyarakat.
Kepala Sekolah merupakan motor penggerak bagi sumber daya sekolah
terutama guru-guru dan karyawan sekolah. Sehingga dapat dikatakan bahwa
sukses tidaknya kegiatan di sekolah ditentukan oleh kepala sekolah itu
sendiri. Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada
kepemimpinan kepala sekolah karena merupakan pemimpin dilembaganya,
maka ia harus mampu melakukan perubahan dan inovasi, pengembangan,
Iptek, Kualitas dan Kompetensi lembaga kearah terciptanya tujuan yang
ditetapkan, ia harus mampu melihat adanya perubahan serta mampu melihat
masa depan dalam kehidupan global yang lebih baik.
Berdasarkan paparan tersebut penulis selaku peserta diklat pada kegiata
on The Job Learning (OJL) di SMA Negeri 1 Peudawa, penulis melakukan
Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian (AKPK) pada bidang
Dimensi sosial untuk mengasah diri dalam meningkatkan kompetensi sosial.
Berdasarkan profil sekolah penulis tertarik pada prestasi SMAN 1 Peureulak
dalam mengembangkan Persatuan Sosial, karena itu pada kesempatan ini
penulis membahas “Peran Persatuan Sosial SMA Negeri 1 Peureulak dalam
Upaya Membina Hubungan Persatuan Kemasyarakatan Melalui Kunjungan
Sosial”.
Dalam usaha meningkatkan diri dalam kompetensi sosial, penulis
menyusun perencanaan pengembangan diri melalui observasi dan wawancara
pada stakeholder yang berkompeten dil lingkungan SMAN 1 Peureulak
bertujuan untuk mengetahui usaha-usaha yang dilakukan di sekolah untuk
mengembangkan kompetensi sosial warga sekolah, melalui kegiatan
ekstrakulikuler Arisan dan Kunjungan sosial sehingga mampu meraih
simpatisan yang gemilang.
Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. 81A tahun 2013, kegiatan ekstrakulikuler yang
dikembangkan pada SMAN 1 Peureulak memiliki fungsi pengembangan,
sosial, rekreatif, dan persiapan karir.
a. Fungsi pengembangan, yakni bahwa kegiatan ekstrakulikuler berfungi
untuk mendukung perkembangan personal peserta didik melalui perluasan
minat, pengembangan potensi, dan pemberian kesempatan untuk
pembentukan karakter dan pelatihan kememimpinan.
b. Fungsi sosial, yakni bahwa kegiatan ektrakulikuler berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta
didik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk memperluas pengalaman sosial, praktek
keterampilan sosial, dan internalisasi nilai norma dan nilai sosial.
c. Fungsi rekreatif, yakni kegiatan ekstrakulikuler dilakukan dalam suasana
rileks, mengembirakan, dan menyenangkan sehingga menunjang proses
perkembangan peserta didik. Kegiatan ekstrakulikuler harus dapat
menjadikan kehidupan atau atmosfer sekolah lebih menantang dan lebih
menarik bagi peserta didik.
d. Fungsi persiapan karir, yakni bahwa kegiatan ektrakulikuler berfungsi
untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui
pengembangan kapasitas.
Tujuan pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler adalah harus dapat
meningkatkan kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotor peserta didik,
harus dapat mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam upaya
pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya.
Prinsipnya pengembangan kegiatan ekstrakulikuler yang dilaksanakan
adalah sebagai berikut :
1. Bersifat individual, yaknibahwa kegiatan ekstrakulikuler dikembangkan
sesuai dengan potensi, bakata, dan minat peserta didik masing-masing.
2. Bersifat pilihan, yakni bahwa kegiatan ekstrakulikuler dikembangkan
sesuai dengan minat dan diikuti oleh peserta didik secara sukarela.
3. Keterlibatan aktif, yakni bahwa kegiatan ekstrakulikuler menuntut
keikutsertaan peserta didik secara penuh sesuai dengan minat dan pilihan
masing-masing.
4. Menyenangkan, yakni bahwa kegiatan ekstrakulikuler dilaksanakan
dalam suasana yang menggembirakan bagi peserta didik.
5. Membangun etos kerja, yakni bahwa kegiatan ekstrakulikuler
dikembangkan dan dilaksanakan denan prinsip membangun semangat
peserta didik untuk berusaha dan bekerja dengan baik dan giat.
6. Kemanfaatan sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakulikuler dikembangkan
dan dilaksanakan dengan tidak melupakan kepentingan masyarakat.
Jenis Kegiatan ekstrakulikuler dikembangkan dalam bentuk :
1. Krida; meliputi Kepramukaan, OSIS, Palang Merah Remaja (PMR),
Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibra).
2. Karya ilmiah; meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan
penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, klub sain, dan klub
bahasa.
3. Latihan/olah bakat/prestasi ; meliputi pengembangan bakat olah raga, seni
dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan, dan lainnya.
1. Persiapan
Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan tersebut setelah mengkaji
prestasi yang diraih oleh Persatuan Sosial, penulis menyusun jadwal
kegiatan pengumpulan data, menyusun instrument berupa daftar
pertanyaan yang dipakai dalam wawancara dengan kepala sekolah, staf
pimpinan, Pembina Persatuan Sosial, dan Pembinaan Pramuka.
(instrument terlampir)
2. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksana tindakan adalah melakukan
pengumpulan data sebanyak 5 kali pertemuan data melalui wawancara
kepada Staf Waka SMAN 1 Peureulak, Kepala Sekolah, Pembina
ekstrakulikuler Kepramukaan.
3. Hasil
Dari wawancara dan observasi yang penulis lakukan dalam
pelaksanaan pengembangan AKPK, penulis dapat paparkan sebagai
berikut.
Pengembangan kompetensi sosial untuk warga sekolah melalui
kegiatan ekstrakulikuler mengacu pada lampiran III Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A tahun 2013,
tentang Implementasi Kurikulum (Pedoman Kegiatan Ekstrakulikuler).
Berdasarkan pedoman tersebut SMA Negeri 1 Peureulak
melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler sesuai dengan Kurikulum 2013,
yakni ekstrakulikuler wajib dan ekstrakulikuler pilihan. Ekstrakulikuler
wajib merupakan program ekstrakulikuler yang harus diikuti oleh selutuh
peserta didik, terkecuali peserta didik dengan kondisi tertentu yang tidak
memungkinkannya untuk mengikuti kegiatan ekstrakulikuler tersebut
yaitu Kepramukaan. Ekstrakulikuler pilihan yang dikembangkan berbagai
jenis kegiatan. Diantara kegiatan ekstrakulikuler pilihan ada ekstra tabuh
dan Kepramukaan. Dasar pemikiran dibentuknya esktra tersebut yaitu
sebagai usaha sekolah untuk mempertahankan dan mengembangkan seni
dan budaya dan cinta tanah air berdasarkan identifikasi kebutuhan dan
minat peserta didik.
Jadwal kegiatan ekstrakulikuler secara rutin sekali seminggu di luar
jam tatap muka. Demikian juga latihan pramuka memiliki jadwal rutin
setiap minggu. Dari wawancara penulis dengan Pembina pramuka,
kelompok kelas X dan kelas XI dengan anggota 30 orang terdiri dari 15
putri dan 15 orang putra dibawah pembinaan Bapak M. Hasan, S.Pd,
berlatih tiap hari Sabtu setelah pulang sekolah.
Namun apabila ada kegiatan Persami maka jadwal latihan akan
menyesuaikan dengan kebutuhan. Dari hasil wawancara dengan Waka
Kesiswaan, dapat diketahui bahwa kelompok pramuka ini setiap tahun
selalu mengadakan perkemahan yang bersifat lomba baik antar sekolah
ataupun antar kabupaten. Dari ajang lomba yang diikuti gugus pramuka
SMAN 1 Peureulak mampu meraih prestasi seperti yang ditampilkan pada
table berikut.
Tabe. 3.21 Tabel Prestasi Pramuka dan Klub Tari SMAN 1 Peureulak
No Tahun Antar Sekolah Antar Kabupaten
1 2012 Juara II Juara I
2 2013 Juaran I Juara II
3 2014 Juara II Juara III
A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan yang dilakukan selama On The Job Learning (OJL) di
kedua sekolah dengan RTL yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Pelaksanaan RTL dapat meningkatkan penguasaan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian,
manajerial, kewirausahaan, supervise, dan sosial yang harus dimiliki oleh
seorang kepala sekolah.
2. Pelaksanaan RTL dapat meningkatkan pemahaman mengenai tindakan
kepemimpin 4M (Mempengaruhi, Menggerakan, Mengembangkan,
Memberdayakan) yang merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh
seorang kepala sekolah.
3. Meningkatkan kemampuan mengembangkan dan memberdayakan dirinya
sehingga akan memacu peningkatan kinerja sekolah yang dipimpinnya
kearah peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan.
B. Saran-saran
1. Program Diklat Penyiapan Calon Kepala Sekolah sangat bermutu untuk
menambah pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada dimensi-dimensi
kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervise, dan sosial
yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah.
2. Program Diklat Penyiapan Calon Kepala Sekolah sangat bermutu untuk
meningkatkan pemahaman mengenai tindakan kepemimpinan 4M
(Mempengaruhi, Menggerakan, Mengembangkan, Memberdayakan).
3. Kegiatan pendampingan dalam On The Job Learning (OJL) jadwalnya
perlu diperbanyak agar peserta diklat dapat berkonsultasi dengan
narasumber.