Anda di halaman 1dari 26

PAPER

HUBUNGAN ANTAR MANUSIA DAN


PENGARUH PEMAHAMAN DIRI TERHADAP
PROSES KIPK

Disusun oleh :
1. Ni Putu Wulan Pramesti
2. Agung Rai Bulan Adnya Swari
3. Ni Putu Sita Putri Pramesvari
4. Ni Putu Yuna Lidyawati
5. Ni Putu Leoni Pradewi

JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

TOPIK 1
HUBUNGAN ANTAR MANUSIA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial dan subsistem dari system kehidupan, manusia tidak
dapaat terlepas dari lingkungannya. Manusia perlu menyesuaikan diri (beradaptasi)
dengan lingkungan sekitarnya. Kemampuan untuk menyesuaikan diri manusia
bergantung pada bagaimana manusia melakukan komunikasi antarpribadi atau
melakukan hubungan dengan manusia lainnya. Artinya, manusia hanya akan menjadi
apa dan siapa, bergantung dengan siapa ia bergaul dan dihidarkan dari terjadinya
kesalahan-kesalahan (negligence).
Komunikasi interpersonal merupakan interaksi yang dilakukan dari orang ke orang,

yang bersifat dua arah secara verbal adan nonverbal, dengan saling berbagi informasi

dan perasaan antar individu dengan individu atau antara individu dalam kelompok kecil.

Sedangkan, konseling sendiri adalah suatu proses pemberian informasi objektif dan

lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduann komunikasi interpersoinal,

teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu

seseorang mengenali kondisinya saat ini. Masalah yang sedang dihadapi, dan

menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masaslah tersebut.

B.   Rumusan Masalah


1.    Apakah yang dimaksud dengan hubungan antar manusia ?
2.    Apa saja tujuan hubungan antar manusia?
3.    Apa saja teknik hubungan antar manusia?

C.   Tujuan
1.       Mengetahui yang dimaksud dengan hubungan antar manusia
2.       Mengetahui tujuan hubungan antar manusia
3.       Mengetahui teknik hubungan antar manusia

BAB II

PEMBAHASAN
1.    Pengertian Hubungan antar manusia
Hakikat dari hubungan antar manusia adalah komunikasi antar pribadi. Hubungan
antar manusia sebenarnya dilandaskan pada adanya kepentingan-kepentingan
individual. Hubungan antar manusia diartikan sbagai suatu proses interaksi antar
individu untuk mempertahankan keseimbangan agar tercipta suatu
keserasian,keselarasan, dan kebahagiaan dalam tatanan kehidupan manusia.
Kualitas hubungan antar manusia ditentukan oleh model individu dalam
menerapkannya. Teori (model) dan kualitas hubungan antar manusia digolongkan
menjadi tiga yaitu tradisional (pertukaran sosial), peran, dan permainan yang akan
dijelaskan sebagai berikut:
1.    Teori tradisional
Merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan masing-
masing personalnya bereaksi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan. Kaidah dari
teori tradisional selalu dikaitkan dengan hubungn antar manusia yang harus didasarkan
pada pertimbangan untung dan rugi.
2.    Teori peran
Teori ini lebih menekan dapa suatu pergaulan social dengan scenario yang sudah
disusun dimasyarakat. Setiap hubungan antar manusia diatur oleh tatanan kehidupan
yang ada dimasyarakat dan masyarakat tersebut mengatur bagaimana setiap manusia
harus berperan dalam pergaulan sehari-hari. Teori peran mempertimbangkan
keselarasan (harmonisasi) dalam kehidupan sehari-hari. Apabila manusia sebagai
individu dapat mematuhi tatanan tersebut, maka kehidupannya akan menuju pada
suatu keadaan yang harmonis. Sebaliknya, apabila menylahi atau tidak sesuai, maka
akan dicemooh

3.    Teori permainan


Memperhatikan fase manusia sepanjang siklus kehidupannya, dimulai sejak masa
kanak-kanak, dewasa, sampai tua. Pada masa kanak-kanak, hubungan cenderung
bersifat manja. Pada masa dewasa, pergaulan atau hubungan antar manusia menjadi
suatu kesadaran, tanggung jawab, dan lugas. Dimasa ini, manusia akan menyadari
akibaat dan risiko dari suatu hubugan. Sedangka pada masa tua, manusia akan
memaklumi kesalahan orang lain dan hubungan diartikan sebagai suatu perasaan
saling menyayangi.

HAM dalam arti luas yaitu komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang
kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang
kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasaan hati pada kedua belah
pihak. Suksesnya seseorang dalam melaksanakan “Human Relations” karena ia
berkomunikasi secara etis, ramah, sopan, menghargai, dan menghormati orang lain.
Human Relations ini dilakukan dimana saja —> di rumah, pasar, kampus, toko, dalam
bis, kereta api, dan sebagainya. Menurut Beberapa Pakar hubungan antar manusia
yaitu:
1.   Cabot dan Kahl(1967): HAM adalah suatu sosiologi yang konkret karena meneliti
situasi kehidupan, khususnya masalah interaksi dengan pengaruh dan psikologisnya.
Jadi, interaksi mengakibatkan dan menghasilkan penyesuaian diri secara timbal balik
yang mencakup kecakapan dalam penyesuaian dengan situasi baru.
2.   H. Bonner (1975): interaksi adalah hubungan antara dua atau lebih individu manusia
dan perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki perilaku
individu lain atau sebaliknya.
3.   Keith Davis“Human Relation at Work” adalah interaksi antara seseorang dengan orang
lain dalam situasi kerja dan dalam organisasi kekaryaan. Ditinjau dari kepimpinannya,
yang bertanggungj awab dalam suatu kelompok merupakan interaksi orang-orang
menuju situasi kerja yang memotivasi untuk bekerjasama secara produktif, sehingga
dicapai kepuasan ekonomi, psikologis dan sosial.
4.   Ferdinand Tonnies: menyatakan bahwa manusia dalam bermasyarakat mempunyai
dua jenis pergaulan yaitu: (1) Gemeinscaft, hal yang dialami oleh orang lain dirasakan
sebagaimana terjadi pada dirinya olek karena pergaulannya yang sangat akrab.
Sifatnya statis, pribadi, tidak rasional; (2) Gessellscaft, pergaulan yang
mempertimbangkan untung dan ruginya sehingga anggota bebas keluar masuk dari
kelompok tersebut.
Prosesinteraksi melibatkan perasaan, kata yang diucapkan dalam komunikasi,
mencerminkan perasaan dan sikap, proses penyesuaian diri. Hubungan antar manusia
secara luas mencoba menemukan, mengidentifikasi masalah dan membahas untuk
mendapatkan pemecahan masalah.

2.   Tujuan hubungan antar manusia


Tujuan hubungan antar manusia adalah agar tercapainya kehidupan yang
harmonis yaitu masing-masing orang saling bekerjasama dengan menyesuaikan diri
terhadap satu dengan yang lain, dan memanfaatkan pengetahuan tentang factor social
dan psikologis. Dalam penyesuaian diri manusia sedemikian rupa sehingga
penyesuaian diri ini terjadi dengan serasi dan selaras, dengan ketegangan dan
pertentangan sedikit mungkin.
Hal ini disebabkan karena didalam masyarakat/lingkungan sosial, setiap orang
mempunyai kepentingan dan harapan yang berbeda-beda atau bersaing satu sama
lain. Suksesnya hubungan antar manusia sebagai akibat tidak mengabaikan sopan
santun, ramah tamah, hormat menghormati dan menghargai orang lain dan faktor etika.
Hubungan antar manusia yang baik akan mengatasi hambatan-hambatan komunikasi,
mencegah salah pengertian dan mengembangkan segi konstruktif sifat tabiat manusia
yang dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan serta mengurangi kesepian,
mendapat rangsangan, mendapat pemahaman diri (seft-knowledge), serta
memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan penderitaan.
Tujuan HAM lainnya adalah:
o   Memanfaatkan pengetahuan tentang faktor social dan psikologis dalam penyesuaian diri
manusia sehingga terjadi keselarasan dan keserasian, dengan konflik seminimal
mungkin.
o   Memenuhi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lain.
o   Memperoleh pengetahuan dan informasi baru.
o   Menumbuhkan sikap kerjasama.
o   Menghilangkan sikap egois / paling benar.
o   Menghindari dari sikap stagnan karena “manusia adalah makhluk homo socius”;
mengubah sikap dan perilaku diri sendiri dan orang lain serta memberikan bantuan.

3.     Tekhnik-tekhnik hubungan antar pribadi


Dalam membina hubungan antar manusia ada lima kualitas atau ancaman umum yang
harus dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap
mendukung (suppotiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).
a.    Keterbukaan
Mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antar pribadi yang efektif
harus terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi. Hal ini bukanlah berarti bahwa
seseorang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya kepada orang
lain. Sebaliknya, harus ada kesediaan membuka diri atau mengungkapkan informasi
yang biasanya disembunyikan. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu pada
kesediaan seseorang untuk bereaks secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang
yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya akan menjenuhkan apabila
melakukan hubungan dengan orang lain. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan
perasaan dan pikiran (Bochner dan Kelly, 1974). Terbuka dalam pengertian ini adalah
mengakui bahwa perasan dan pikiran merupakan milik individu dan harus
dipertanggungjawabkan.
b.    Empati
Menurut Backrac (1976), empati adalan kemampuan seseorang untuk
mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut
pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Jadi dapat dikatakan, berempati
adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kondisi yang
sama, merasakan perasaan yang sama, dengan cara yang sama. Bersimpti, dipihak
lain, adalah merasakan bagi orang lain, misalnya ikut larut dalam kesedihan orang lain.
Orang yang empati mampu memahami motifasi, pengalaman, perasaan, sikap,
harapan, dan keinginan orang lain. Dengan empati yang tinggi mka seseorang akan
mampu melakukan hubungan antar manusia dengan baik. Langkah pertama dalam
mencapai empati adalah menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai, menafsirkan,
dan mengkritik. Kedua, semakin banyak seseorang mengenal orang lain (keinginan,
pengalaman, kemampuan, ketakutan, dan sebagainya) maka semakin mampu ia
melihat apa yang dilihan dan merasakan seperti apa yang dirasakan orang lain. Ketiga,
cobalah merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya.
Mendalami peran orang lain tersebut dalam pikiran, dapat membantu melihat dunia
lebih dekat dengan apa yang dilihat orang tersebut.
Empati dapat dilakukan baik secara verbal maupun nonverbal. Secara nonverbal,
kita dapat mengomunikasikan empati dengan memperlihatkan keterlibatan aktif orang
lain melalui ekspresi wajah dan gerak gerik yang sesuai; konsentrasi terpusat melalui
kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian dan kedekatan fisik; serta sentuhan
atau belaian yang sepantasnya. Sedangkan secara verbal, empati dapat dilakukan
dengan merefleksi, membuat pertanyaan tentative, mempertanyakan pesan yang
berbaur, dan melakukan pengungkapan diri.
c.    Sikap mendukung
Hubungan antar manusia yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap
mendukung (supportiveness). Hubungan yang terbuka dan empati tidk dapat terbina
dalam suasana yang tidak mendukung. Sikap mendukung dapat dilakukan dengan
deskriptif bukan evaluative, spontanitas bukan strategis dan provisional bukan sangat
yakin.
Deskriptif bukan evaluative membantu terciptanya sikap mendukung hubungan
antar manusia. Sikap deskriptif dapat dilakukan dengan menjelaskan apa yang terjadi,
perasaan, dan bagaiman suatu hal terkait dengan pihak lain.
Sepontanitas membantu menciptakan suasana mendukung. Orang yang spontan dalam
berkomunikasi dan berterusterang serta terbuka dalam mengutarakan pikirannya
biasanya bereaksi dengan cara yang sama pula (terusterang dan terbuka). Sebaliknya,
apabila seseorang menyembunyikan perasaan yang sebenarnya dan mempunyai
rencana tersembunyi, maka pihak lain akan bereaksi defensive.
Provisional artinya bersikap pentatif dan berpikir terbuka serta bersedia
mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan
mengharuskan. Provisional artinya terbuka, denggan kesadaran penuh, serta bersedia
mengubah sikap dan pendapat.
d.    Sikap positif
Sikap positif dapat dilakukan dengan dua cara, yaiitu menyatakan sikap positif
dan secara positif mendukung orang untuk melakukan hubungan antar manusia. Sikap
positif mengacu pada dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikassi
interpesonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri.
Kedua, perasaan positif sangat pennting untuk melkukan hubungan antar manusia
secara efektif.
Dorongan (stroking) atau dukungan berkapoitan dengan sikap positif. Perilaku
mendukung akan menunjukan penghargaan, keberadaan, dan pentingnya seseorang
dalam melakukan hubungan dengan orang lain. Dukungan positif biasanya dilakukan
dengan memberi pujian atau penghargaan serta akan mendukung citra pribadi
seseoran dan jauh dari rasa kebencian.
e.    Kesetaraan
Hubungan antarmanusia akan lebih efektif apabila berada dalam suasana setara,
artinya harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama
bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang
penting untuk disumbangkan. Dalam hubungan antar manusia, kesetaraan akan
menghindarkan diri dari ketidakk-sependapatan dan konflik. Konflik dianggap sebagai
suatu upaya untuk memahami perbedaan. Kesetaraan tidak berarti harus menerima
dan menyetujui semua perilaku verbal dan nonverbal orang lain. Kesetaraan berarti
menerima pihak lain dan memberikan penghargaan positif secara tidak bersyarat
kepada orang lain.
BAB III
PENUTUP

A.            Kesimpulan

Hubungan antarmanusia merupakan pengalaman belajar bersama dan


pengalaman perbaikan diri baik bagi bidan maupun klien.
Hakikat dari hubungan antar manusia adalah komunikasi antar pribadi. Hubungan
antar manusia sebenarnya dilandaskan pada adanya kepentingan-kepentingan
individual. Hubungan antar manusia diartikan sbagai suatu proses interaksi antar
individu untuk mempertahankan keseimbangan agar tercipta suatu
keserasian,keselarasan, dan kebahagiaan dalam tatanan kehidupan manusia.
Tujuan hubungan antar manusia adalah agar tercapainya kehidupan yang
harmonis yaitu masing-masing orang saling bekerjasama dengan menyesuaikan diri
terhadap satu dengan yang lain, dan memanfaatkan pengetahuan tentang factor social
dan psikologis.

B.     Saran
Sebagai tenaga kesehatan kita harus melakukan hubungan antar manusia atau
komunikasi dengan baik kepada klien (pasien) ataupun kepada sesama tenaga medis
lainnya. Agar terjalin komunikasi yang baik.
TOPIK 2

PENGARUH PEMAHAMAN DIRI TERHADAP PROSES KIPK

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Komunikasi interpersonal merupakan interaksi yang dilakukan dari orang ke orang,

yang bersifat dua arah secara verbal adan nonverbal, dengan saling berbagi informasi

dan perasaan antar individu dengan individu atau antara individu dalam kelompok kecil.

Sedangkan, konseling sendiri adalah suatu proses pemberian informasi objektif dan

lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduann komunikasi interpersoinal,

teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu

seseorang mengenali kondisinya saat ini. Masalah yang sedang dihadapi, dan

menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masaslah tersebut.


B.       Rumusan Masalah

1.         Apakah yang dimaksud dengan Pemahaman diri ?

2.         Bagaimanakah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh

konselor ?

3.         Apa pengaruh pemahaman diri terhadap KIPK ?

C.       Tujuan Penulisan

1.        Untuk mengetahui bagaimana cara memahami diri.

2.        Menjelaskan pemahaman dalam pengetahuan, ketrampilan sikap, yang harus dimiliki

seorang konsulat yaitu bidan.

3.        Menerangkan pengetahuan tentang pengaruh pemahaman diri terhadap proses

KIPK.
BAB II

PEMBAHASAN

A.      Pemahaman Diri

1.         Pengertian Pemahaman Diri

Pemahaman diri adalah suatu situasi yang dialami individu dimana seseorang

mengenal tentang potensinya baik potensi fisik maupun potensi psikisnya sehingga

individu memahami arah dan tujuan hidupnya atau cita-cita. Potensi fisik yaitu sejumlah

kemampuan yang ada pada anggota badan dan panca indra individu sedangkan

potensi psikis individu mencakup minat, abilitas, kepribadian, nilai dan sikap.

Pemahaman yang dimaksudkan disini tidak hanya terbatas pada pengenalan siswa

atas keunggulannya saja tetapi juga mencakup pengelan siswa atas kekurangan yang

ada dalam diri.

Pemahaman Diri upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk mengetahui

kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri sendiri. “Who am I ?” artinya siapa

saya ?. Pertanyaan itu sangatlah sederhana, tetapi mungkin memerlukan jawaban yang

mendalam, karena banyak aspek yang harus diungkap. Aspek-aspek tersebut baik
yang menyangkut kelebihan maupun kekurangannya, yang meliputi aspek : fisik, psikis,

minat, bakat, cita-cita, kebutuhan-kebutuhan pokok serta gaya hidup yang diinginkan.

Manusia dikatakan sebagai makhluk yang unik karena antara yang satu dengan

lainnya berbeda. Bahkan bayi kembar berapun jumlahnya, mereka mempunyai

karakteristik yang berbeda-beda.. Oleh karena itu kegiatan memahami diri merupakan

suatu hal yang sangat penting bagi setiap insan dalam mencapai kesuksesan hidup.

Semakin banyak individu mampu mengenali dirinya, maka ia semakin dalam untuk

menyenangi dirinya sendiri. Ia juga dapat memahami perasaannya dan juga memahami

berbagai alasan pentingnya sesuatu bagi dirinya. Kegiatan memahami diri adalah

berusaha mencermati diri secara keseluruhan, bukan hanya sekedar kemampuan dan

ketidak mampuan dalam melakukan sesuatu.

Pemahaman diri merupakan suatu bentuk upaya pencitraan diri seseorang tentang

bagaimana individu tersebut memahami akan kekurangan dan kelebihannya. Maka

individu tersebut akan membentuk rasa percaya diri yang timbul dari pemahaman

dirinya. Karena, orang dengan percaya diri batin juga sangat sadar diri. Mereka tidak

terus menerus merenungi diri sendiri, tetapi secara teratur mereka memikirkan

perasaan, pikiran dan perilaku mereka, dan mereka selalu ingin tahu bagaimana

pendapat orang

2.         Tujuan Pemahaman Diri


Pemahaman diri merupakan aspek penting, memahamai diri lebih memiliki peluang

yang besar dalam meraih cita-cita dari pada yang belum mengenal dengan baik akan

diri mereka sendiri, karena mereka yang memahami diri telah memahi kemampun,

minat, kepribadian, dan nilai termasuk kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri

mereka sehingga mereka memiliki arah dan tujuan hidup yang realistis dimana mereka

memilliki cita-cita yang sesuai dengan potensi diri.

Tujuan pemahaman diri yaitu :

a.       Mampu mengeksplorasi potensi diri yang mencakup: minat, abilitas, dan cita-cita

sehingga individu dapat merencanakan karier yang sesuai dengan potensi diri.

b.      Dengan persiapan yang matang individu dapat mencapai kesuksesan dalam

berkarier.

c.       mencapai kematangan dalam perkembangan karier.

d.      mampu mengambil keputusan karier secara mandiri.

B.       Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki Konselor

Perilaku bidan dalam melaksanakan tugas sebagai komunikator maupun konselor

dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu :

a.         Pengetahuan (Kognitif), meliputi pengetahuan tentang : Kesehatan, Ilmu kebidanan

dan kandungan; Masalah yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan pasca;

Persalinan dan upaya pencegahan serta penatalaksanaanya; Keyakinan akan adat

isitiadat, norma tertentu; Hubungan antar manusia; dan Psikologi

b.         Keterampilan (Psikomotorik),


Agar proses konseling dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat mencapai tujuan

dari konseling itu secara maksimal, maka seorang konselor harus menguasai beberapa

keterampilan yang menjadi dasar proses konseling itu. Ada beberapa macam

keterampilan dasar konseling yaitu :

1)      Attending

Keterampilan ini sangat penting karena akan memberikan kesan awal kepada

konseli. attending merupakan penjelmaan dari rasa hormat konselor kepada konseli.

Attending meupakan sebuah keterampilan berupa pemberian perhatian secara fisik

kepada konseli. attending ditunjukkan dengan bahasa non verbal yang membawa arti

positif kepada terciptanya positif thinking pada diri konseli. keterampilan ini dapat

meliputi, gerakan tubuh, tatapan mata, lingkungan nyaman, dan interaksi yang tidak

berlebihan.

2)      Empati

Empati berarti konselor mampu merasakan secara mendalam apa yang dirasakan

konseli tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri. empati merupakan kemampuan untuk

memahami orang lain sebaik dirinya sendiri. empati berbeda dengan simpati. simpati

merupakan suatu keterlibatan psikis (emosi) yang berlebihan kepada orang lain. simpati

dapat mengurangi kekuatan dan kemandirian seorang konselor sehingga konselor tidak

akan mampu memberikan layanannya secara maksimal. Empati memiliki 3 komponen

yaitu :

a)        Pemahaman yang sensitif dan akurat mengenai apa yang dirasakan orang lain

namun ia juga harus mampu membenengi dirinya agar tidak larut menjadi orang lain itu.

b)        Pemahaman mengenai situasi sekitar yang mempu menstimulus perasaan tersebut.
c)        Kemampuan mengkomunikasikan agar orang lain merasa diterima dan dihargai.

3)      Bertanya

Bertanya memiliki tujuan untuk mendapatkan data dari konseli. konselor dapat

mengajukan pertanyaan terbuka dan tertutup. pertanyaan terbuka merupkan

pertanyaan yang memungkinkan orang yang ditanya akan memberikan jawaban secara

luas.  contohnya: apa rencana anda selanjutnya?

Sedangkan pertanyaan tertutup merupkan pertanyaan yang memungkinkan orang

yang ditanya akan memberikan jawaban yang sempit, biasanya ya atau tidak. misalnya:

berapa jumlah saudara kandung mu?

4)      Konfrontasi

Tentunya dalam proses konseling sering kita temukan hal hal atau kata-kata  yang

saling bertentangan antara apa yang dikatakan pertama dan apa yang dikatakan kedua

bahkan ketiga dari konseli. nah disinilah konselor harus peka. konfrontasi merupakan

keterampilan konselor secara sadar untuk mengemukakan kembali dua buah

pernyataan atau lebih yang saling berbeda atau bertentangan yang disampaikan oleh

konseli.

5)      Geniun

Merupakan perilaku jujur terhadap pikiran dan perasaan yang sedang dirasakan

yang di wujudkan melalui perkataan dan tingkah laku apa adanya. misalnya: bapak kira

kamu akan lebih menyayanginya.

6)      Paraprase
Merupakan suatu keterampilan dasar dalam konseling yang bertujuan untuk

memperbaiki hubungan antar pribadi. tujuan dari paraprase adalah menyampaikan

kepada konseli bahwa konselor bersama konseli dan berusaha memahami konseli,

c.         Sikap (Afektif), antara lain : Mempunyai motivasi tinggi untuk menolong orang lain;

Bersikap ramah, sopan , dan santun; Menerima klien apa adanya; Berempati terhadap

klien; Membantu dengan tulus; Terbuka terhadap pendapat orang lain.

1)      Kasih dan penghargaan

Kasih adalah segala hal yang dipikirkan, direncanakan, dikatakan, dan dilakukan untuk

diri sendiri dan orang lain yang membawa kebaikan. Kasih adalah kekuatan yang amat

besar di dunia, yang selalu membawa hal-hal baik bagi manusia. Lawan kasih adalah

dosa. Dosa adalah kekuatan besar yang selalu membawa hal-hal buruk bagi manusia.

Konselor seharusnya menyambut, menerima, dan memiliki kasih sejati seperti itu. Kasih

memungkinkan konselor untuk mampu menghargai, mengasihi, menolong, dan

memberi pelayanan terbaik bagi konseling.

2)      Lemah lembut

Dalam proses konseling, konselor tidak boleh menghakimi, menuduh, memaksa, atau

memerintah konseli. Namun, konselor perlu menciptakan suasana yang nyaman,

bersahabat, hangat, dan terbuka. Kelemahlembutan yang mewarnai suasana

percakapan membuat konseli merasa dihargai dan dimengerti. Hal ini akan mendorong

konseli untuk berani terbuka kepada konselor.


3)      Rendah hati

Rendah hati adalah menganggap orang lain lebih utama dan penting. Ia tidak

meninggikan dan menyombongkan diri dengan apa yang ia miliki, baik itu ilmu

pengetahuan, kepandaian, keterampilan, maupun harta kekayaan. Ia menerima semua

itu dengan ucapan syukur. Apa yang dimiliki diakui sebagai anugerah Tuhan.

Dalam proses konseling, konselor perlu mengembangkan sikap rendah hati. Pendapat,

pemikiran, dan sikap konseli haruslah dihargai. Jika percakapan membawa hasil yang

baik, itu pun diterima dengan rendah hati dan ucapan syukur. Bukan menepuk dada

sebagai tanda prestasi dirinya.

4)      Suka Menolong

Jiwa seorang konselor adalah jiwa yang suka menolong. Suka menolong adalah sikap

peka dan tanggap terhadap keadaan konseli. Ketika konselor mendengar ada konseling

yang sedang dilanda persoalan dan pergumulan, konselor tidak akan berdiam diri.

Hatinya tergerak untuk mencari, menemui, mengunjungi, dan berusaha mendampingi

konseli untuk mencari solusi yang terbaik.

5)      Terbuka

Terbuka di sini mengandung tiga sisi. Pertama, konselor berusaha menolong konseli

sehingga ia dapat melihat masalahnya dengan jernih. Harapannya, konseli dapat

menemukan solusinya. Untuk itu, konselor memberi kesempatan konseli untuk dapat

dan berani mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Persoalan dan perasaannya

yang dapat meracuni hati dan pikirannya, dapat ia tumpahkan dalam percakapan

dengan konselor. Tidak ada yang dipendam, disimpan, ditutupi, dan disembunyikan.
Konselor memberi kebebasan kepada konseli untuk mencurahkan isi hati yang

membebaninya. Di sini, konselor perlu sikap terbuka kepada konseli.

Kedua, konselor terbuka terhadap segala masukan tentang kekurangan dan kelemahan

dirinya. Kritik membangun sangat penting untuk perbaikan, peningkatan, dan kemajuan

diri. Kita kerap belajar banyak hal tentang diri kita dari kacamata orang lain. Bila kita

terbuka, kita akan menjadi orang yang maju. Berbahagialah kalau orang lain bersedia

memberi masukan. Itu tanda kasih dan perhatiannya kepada kita.

Ketiga, konselor perlu terbuka dalam mengikuti perkembangan dan kemajuan ilmu

pengetahuan, khususnya wawasan ilmu dan keterampilan konseling pastoral. Setiap

kesempatan jangan disia-siakan. Pengetahuan yang ada kaitannya dengan konseling

perlu kita kuasai. Lagi pula, belajar adalah proses seumur hidup.

C.       Pengaruh Pemahaman Diri Terhadap KIPK

1.         Pengertian KIPK

Komunikasi Interpersonal/KIP adalah interaksi yang dilakukan dari orang ke orang,

bersifat 2 arah baik secara verbal dan non verbal, dengan saling berbagi informasi dan

perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil.

Konseling merupakan proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan

secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan

penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali

kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau

upaya mengatasi masalah tersebut.


Pentingnya pemahaman diri adalah karena Bidan bekerja dengan melibatkan

banyak aspek, orang dan kondisi. Bidan perlu memahami bahwa setiap orang

mempunyai bio- psiko-sosial-spritual yang berbeda. Sehingga perlu pemahaman diri

untuk menghadapi orang dengan berbagai karakteristik. Bidan harus mampu

memahami untuk bisa menghadapi kecemasan, kemarahan, kesedihan dan

kegembiraan klien. Bidan harus mengetahui bagaimana dia harus mengambil sikap,

dan ini bisa menghindarkan dari hal- hal yang tidak diinginkan. Bayangkan apabila

Bidan sendiri tidak memahami dirinya, dia tidak tahu bisa mengendalikan diri, misalnya

Bidan yang mudah marah, maka apabila dia mendapatkan pasien yang memberikan

pendapat lain tentang keadaan yang dialaminya, maka Bidan tidak akan mampu

mengendalikan emosinya sehingga pertengkaran akan terjadi sehingga memperkeruh

suasana. Bidan harus mengetahui bagaimana dia harus mengambil sikap, dan ini bisa

menghindarkan dari hal – hal yang tidak diinginkan.

Bayangkan apabila bidan sendiri tidak memahami dirinya, dia tida tahu kelemahannya,

dan tidak bisa mengendalikan diri, misalkan bidan yang mudah marah, maka apabila

dia mendapatkan pasien yang memberikan pendapat lain tentang keadaan yang

dialaminya, maka bidan tidak akan mampu mengendalikan emosinya sehingga

pertengkaran akan terjadi sehingga memperkeruh suasana. Lain halnya jika bidan

tersebut sudah memahami bahwa dirinya mudah marah, maka dia akan berusaha untuk

meredam kemarahannya dan pendapat klien akan di sikapi sebagai tukar pendapat

semata. Bidan yang kurang memahami diri sendiri kemungkinan akan sulit memahami

apa yang di alami klien, sehingga bidan tidak akan bisa berkomunikasi dengan baik,

karena ada sikap tidak bisa menerima klien apa adanya.


2.         Tujuan KIPK

a.         Mencapai kesehatan psikologi yang positif.

b.        Memecahkan masalah meningkatkan efektifitas pribadi individu.

c.         Membantu perubahan pada diri individu yang bersangkutan.

d.        Membantu mengambil keputusan secara tepat dan cermat.

e.         Adanya perubahan perilaku dari yang tidak menguntungkan menjadi

menguntungkan.

3.         Pengaruh pemahaman diri terhadap KIP/K

Bidan harus tahu bagaimana dirinya sendiri bersikap, Apakah mudah cemas,

mudah tersinggung, dsb. Sehingga ia tahu keterbatasan diri saat melayani klien. Bidan

yang tidak memahami dirinya sendiri, kemungkinan akan sulit memahami apa yang

dialami klien, misal tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut bidan, bidan tidak akan

dapat berkomunikasi dengan baik, karena kurang dapat menerima klien apa adanya.

Menurut model Johari windows untuk meningkatkan komunikasi interpersonal

kuadran I perlu dibuka lebar-lebar di antaranya dengan cara membuka diri.sehingga

diharapkan setiap individu tahu benar tentang dirinya. Pemahaman diri diperlukan

dengan tujuan mengetahui dan mengenal diri sendiri, apakah mempunyai persepsi

yang sama dengan orang lain. Pemahaman diri meliputi :

a.         Kesadaran diri

b.        Klarifikasi nilai . Kebutuhan klien harus selalu diutamakan, bidan sebaiknya

mengklarifikasi nilai agar tidak mempengaruhi keberhasilan hubungan antara bidan

dengan klien. Dengan menyadari system nilai yang dimiliki bidan (missal : kepercayaan,
seksual, dan ikatan keluarga), bidan akan siap mengidentifikasi situasi yang

bertentangan dengan system nilai yang dimiliki.

c.         Eksplorasi perasaan. Bidan perlu terbuka dan sadar terhadap perasaannya dan

mengontrolnya agar dapat menggunakan dirinya secara terapeutik., jika bidan terbuka

kepada klien, bidan akan mendapatkan dua informasi penting yaitu bagaimana

responnya pada klien dan bagaimana penampilannya pada klien.

d.        Kemampuan menjadi model. Bidan yang mempunyai masalah pribadi, seperti

hubungan interpersonal yang terganggu, akan mempengaruhi hubungannya dengan

klien.Bidan perlu memahami bagaiman menghadapi kecemasan, kemarahan,

kesedihan , kegembiraan klien. Bidan harus tahu bagaimana dirinya sendiri bersikap,

apakah mudah cemas atau mudah tersinggung, sehingga bidan tahu keterbatasan diri

sewaktu melayani klien.

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Pemahaman diri adalah suatu situasi yang dialami individu dimana seseorang

mengenal tentang potensinya baik potensi fisik maupun potensi psikisnya sehingga

individu memahami arah dan tujuan hidupnya atau cita-cita..

Perilaku bidan dalam melaksanakan tugas sebagai komunikator maupun konselor

dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu :

a.         Pengetahuan (Kognitif), meliputi pengetahuan tentang : Kesehatan, Ilmu kebidanan

dan kandungan; Masalah yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan pasca;
Persalinan dan upaya pencegahan serta penatalaksanaanya; Keyakinan akan adat

isitiadat, norma tertentu; Hubungan antar manusia; dan Psikologi

b.         Keterampilan (Psikomotorik),

Agar proses konseling dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat mencapai tujuan

dari konseling itu secara maksimal, maka seorang konselor harus menguasai beberapa

keterampilan yang menjadi dasar proses konseling itu.

c.         Sikap (Afektif), antara lain : Mempunyai motivasi tinggi untuk menolong orang lain;

Bersikap ramah, sopan , dan santun; Menerima klien apa adanya; Berempati terhadap

klien; Membantu dengan tulus; Terbuka terhadap pendapat orang lain.

Komunikasi Interpersonal/KIP adalah interaksi yang dilakukan dari orang ke orang,

bersifat 2 arah baik secara verbal dan non verbal, dengan saling berbagi informasi dan

perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil.

Konseling merupakan proses pemberian informasi objektif dan lengkap, dilakukan

secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan

penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali

kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau

upaya mengatasi masalah tersebut.

B.       Saran

Bidan harus tahu bagaimana dirinya sendiri bersikap, Apakah mudah cemas,

mudah tersinggung, dsb. Sehingga ia tahu keterbatasan diri saat melayani klien. Bidan

yang tidak memahami dirinya sendiri, kemungkinan akan sulit memahami apa yang

dialami klien, misal tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut bidan, bidan tidak akan

dapat berkomunikasi dengan baik, karena kurang dapat menerima klien apa adanya.
DAFTAR PUSTAKA

http://midwifesketch.blogspot.com/2018/08/pengaruh-pemahaman-diri-
terhadap-proses.html
http://ayumidwiferynote.blogspot.com/2014/08/pengaruh-pemahaman-diri-
terhadap-proses.html
http://novita1511.blogspot.com/2014/05/makalah-hubungan-
antar-manusia.html
https://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjfh8mF
p5j5AhWDynMBHfWID2EQFnoECBgQAQ&url=http%3A%2F

%2Fbppsdmk.kemkes.go.id%2Fpusdiksdmk%2Fwp-content

%2Fuploads%2F2017%2F08%2FKomunikasi-dalam-Praktik-

Kebidanan.pdf&usg=AOvVaw1cvXj9-V5FY4ME2sqkYAAW

Anda mungkin juga menyukai