Anda di halaman 1dari 8

KONFLIK KOMUNIKASI ANTROPOLOGI DALAM MELAKUKAN BELANJA

ONLINE

Albert Laurenz, Novalia Agung Wardjito Ardhoyo

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Profesor Dr. Moestopo

albert.laurenz@gmail.com

Abstrak

Komunikasi Antropologi yang terjalin dalam sebuah komunikasi hari-hari yang mempelajari
tentang unsur kebudayaan dan perkembangan teknologi melibatkan antara 2 orang atau lebih.
Dalam hal ini yang mempunyai peranan besar adalah tante selaku komunikaor dan saya sebagai
anak selaku komunikator ke dua pemberi saran, dan ibu saya yang menjadi komunikan, tante
sebagai komunikator seharusnya bertanggung jawab untuk memberikan informasi yang detail
agar ibu bisa menerjemahkan pesannya dengan baik dan benar agar saat melakukan belanja
online tidak melakukan kesalahan. Disini tante seharusnya sangat berperan dalam menciptakan
suasana yang dapat mendorong ibu untuk belanja online dengan lebih bijak dan benar. Penelitian
ini dilakukan menggunakan metode penelitian, Pendekatan kualitatif. Sementara Teori yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah teori etnografi. Tante sebagai Komunikator sebaiknya
lebih mendekatkan diri dan memahami pola pikir ibu sebagai komunikan supaya komunikasi
bisa berjalan lebih mudah. Yaitu adanya rasa kepercayaan, rasa saling mendukung, dan adanya
rasa keterbukaan. Ketiga unsur ini harus terpenuhi agar komunikasi antar tante dan ibu berjalan
lebif efektif.

PENDAHULUAN

Dikutip dari Profesor I Gede A. B. Wiranata (2017), dalam buku Antropologi Budaya, secara
etimologi (bahasa) antropologi berasal dari kata anthropos yang bermakna manusia dan logos
yang bermakna ilmu pengetahuan atau wacana. Sederhananya, antropologi adalah ilmu yang
mempelajari segala macam seluk beluk, unsur-unsur, kebudayaan yang dihasilkan dalam
kehidupan manusia. Ekonomi masyarakat, agama dan keyakinan, politik pemerintahan, fisik
manusia, kesehatan, perkembangan teknologi dan sebagainya adalah ruang studi bagi Ilmu
Antropologi. sehingga apabila kita cermati lebih dalam, kajian dan studi mengenai antropologi
memang cukup luas cakupannya dan sangat dinamis.Ilmu Antropologi dibagi ke dalam dua sub
yaitu antropologi fisik dan antropologi budaya. Antropologi fisik terbagi lagi menjadi
paleoantropologi dan antropologi ragawi. Sedangkan antropologi budaya terdiri dari prehistori,
etnolinguistik, dan etnologi. Sang maestro antropolog Indonesia mendefinisikan antropologi
sebagai ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna,
bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkannya.
Definisi Komunikasi Kata komunikasi atau communication dalam bahasa inggris berasal dari
bahasa latin communis yang artinya “sama”, communico, communication, atau communicare
yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah
yang paling sering sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin
lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu
pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2005:4) Untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan
efektif, kita dituntut untuk tidak hanya memahami prosesnya, tetapi juga mampu menerapkan
pengetahuan kita secara kreatif. Komunikasi dikatakan efektif apabila komunikasi yang terjadi
bersifat dua arah yaitu dimana makna yang distimulasikan sama atau serupa dengan yang
dimaksudkan oleh komunikator atau pengirim pesan.

Menurut andreas (2011) Definisi budaya, dalam bahasa Inggris, budaya dan kebudayaan disebut
culture, yang secara etimologi berasal dari kata Latin Colere, yang artinya mengolah atau
mengerjakan. Kata 'culture' juga kadang diterjemahkan sebagai 'kultur' dalam bahasa Indonesia,
yang memiliki arti sama dengan kebudayaan. Budaya merupakan cara hidup yang berkembang
serta dimiliki bersama oleh kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari berbagai unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, perkakas,
bahasa, bangunan, pakaian, serta karya seni. Budaya memengaruhi banyak aspek dalam
kehidupan manusia. Seiring berjalannya waktu, budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas
dalam peradaban manusia. Dalam kajian antropologi, budaya dianggap singkatan dari
'kebudayaan; sehingga tidak ada perbedaan berdasarkan definisinya.

Stephen P. Robbins dalam bukunya Perilaku Organisai (Organizational Behaviour) menjelaskan


bahwa terdapat banyak definisi konflik. Meskipun makna yang diperoleh definisi itu berbeda-
beda, beberapa tema umum mendasari sebagian besar dari konflik tersebut. Definisi Konflik,
Konflik adalah sebuah situasi di mana dua atau lebih pihak memiliki perbedaan pendapat, tujuan,
kepentingan, atau nilai yang saling bertentangan, yang kemudian dapat memunculkan
ketegangan dan ketidaksepakatan antara mereka. Konflik dapat terjadi dalam berbagai konteks,
termasuk dalam hubungan antarpribadi, organisasi, atau bahkan antarnegara.

Gudykunst, W. B., & Kim, Y. Y. (2003) dalam bukunya Communicating with strangers: An
approach to intercultural communication Definisi Miss communication adalah situasi di mana
pesan yang disampaikan tidak diterima atau diinterpretasikan dengan benar oleh penerima,
karena adanya kesalahan dalam pengiriman atau penerimaan pesan, atau adanya perbedaan
dalam persepsi, bahasa, atau budaya antara pengirim dan penerima.

Komunikasi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh siapa pun. Sebagai makhluk sosial,
sudah sewajarnya manusia berinteraksi satu sama lain. Cara orang berinteraksi membutuhkan
tindakan segera, sering disebut "komunikasi". Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau informasi antara dua orang atau lebih
dengan tujuan tertentu. Bernard Berelson dan Gary A. Steineer dalam [Mulyana, 2010:68],
Komunikasi adalah penggunaan simbol, kata, gambar, dll untuk menyampaikan informasi, ide,
perasaan, keterampilan, dll. Tindakan atau proses pengiriman biasanya disebut sebagai
komunikasi. Sederhananya, komunikasi adalah pengiriman atau penerimaan transmisi (pesan)
verbal dan non-verbal dengan maksud dan tujuan tertentu (tergantung pada komunikator dan
komunikator). Komunikasi interpersonal adalah komunikasi tatap muka atau tatap muka yang
memungkinkan masing-masing pelaku merasakan langsung reaksi pihak lain, baik verbal
maupun nonverbal [Mulyana, 2010:81]. Komunikasi interpersonal ini ditujukan pada dialog aktif
antara dua orang, statis atau komunikator saja sudah cukup. Hal yang terpenting dalam
komunikasi interpersonal adalah maksud dan tujuan yang ingin disampaikan dapat terkirim dan
diterima tanpa adanya noise (hambatan).

Konflik yang terjadi dalam komunikasi antropologi dapat dilihat dari kejadian komunikasi antara
tante dan ibu . Saat ibu lagi kumpul keluarga, dan tante saya meberitahukan bahwasanya dirinya
habis membeli baju melalui aplikasi belanja online dengan harga yang murah namun dengan
kualitas yang bagus. Namun ibu tidak bertanya sama sekali bagaimana cara menggunakannya
karena perbedaan generasi karena ibu memiliki rasa malu karena tidak mengerti teknologi
belanja online. Disatu sisi tante tidak memikirkan perasaan atau pemikiran ibu yang budayanya
sangat berbeda dengan dia. Setelah acara kumpul keluarga selesai ibu langsung pulang kerumah
dan ingin mencoba mendownload aplikasi belanja online yang berwarna hijau, dan ibu mulai
membeli barang secara online namun ibu salah menekan tombol berapa banyak barang yang
akan dipesan lalu pesanan sampai lebih dari 4 barang, akibatnya disitu ibu saya harus membayar
lebih dari 1 barang. Dalam komunikasi antropologi, sering terjadi banyak miss commuincation
antara komunikator dan komunikan. Oleh karena itu kajian Antropologi komunikasil ini hadir
untuk menganalisis dan memecahkan masalah dengan metode dan teori ilmiah dari ilmu
komunikasi yang langsung dapat diterapkan dalam kehidupan. ini berfokus pada penelitian yang
mempertimbangkan "konflik antropologi dalam belanja online" dari perspektif studi Antropologi
komunikasi budaya dan perkembangan teknologi.

METODE PENELITIAN

Pada riset ini saya akan menggunakan Pendekatan kualitatif adalah suatu metode penelitian yang
fokus pada pemahaman dan interpretasi fenomena melalui analisis data non-numerik.
Pendekatan ini memperhatikan konteks, makna, dan perspektif subjek dalam fenomena yang
diteliti. Penelitian kualitatif sering menggunakan teknik pengumpulan data seperti wawancara,
observasi, dan analisis dokumen untuk memperoleh data deskriptif yang mendalam dan
terperinci.
Dikutip dari Ubin, H. J., & Rubin, I. S. (2012). Dalam buku Qualitative interviewing: The art of
hearing data. Sage. Wawancara dapat didefinisikan suatu bentuk interaksi antara dua orang atau
lebih, di mana seorang interviewer (pewawancara) meminta informasi dari seorang interviewer
(orang yang diwawancarai) dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan terstruktur atau tidak
terstruktur. Wawancara biasanya dilakukan dalam rangka mengumpulkan informasi tentang
suatu topik, isu, atau masalah tertentu. Wawancara dapat dilakukan secara tatap muka atau
melalui media seperti telepon atau video call, dan dapat dilakukan dengan cara individual atau
kelompok. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data kualitatif yang sering digunakan
dalam penelitian, jurnalisme, rekrutmen kerja, maupun dalam kegiatan sehari-hari seperti
wawancara untuk kepentingan media sosial. Teknik ini memungkinkan interviewer untuk
mendapatkan informasi yang mendalam dan terperinci tentang sudut pandang, pengalaman,
pengetahuan, dan sikap interviewer terhadap topik yang dibicarakan.

Dikutip dari Ubin, H. J., & Rubin, I. S. (2012). Dalam buku Qualitative interviewing: The art of
hearing data. Sage. Observasi dapat didefinisikan suatu teknik pengumpulan data dalam
penelitian yang dilakukan dengan cara memperhatikan dan mencatat peristiwa, perilaku, atau
aktivitas manusia dan lingkungan sekitarnya secara sistematis. Observasi dapat dilakukan dengan
cara terbuka (tanpa campur tangan) atau terkendali (dalam kondisi eksperimen), dan dapat
dilakukan dengan menggunakan alat atau teknologi tertentu, seperti kamera atau perangkat lunak
untuk merekam atau menganalisis data. Proses wawancara dan observasi dalam penelitian
kualitatif memiliki beberapa tahapan yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

Proses Wawancara:

1. Menentukan tujuan dan topik wawancara.

2. Merancang pertanyaan wawancara, baik yang terstruktur maupun tidak terstruktur.

3. Memilih responden atau partisipan wawancara.

4. Mengatur jadwal dan tempat wawancara.

5. Memperkenalkan diri sebagai interviewer dan menjelaskan tujuan wawancara.

6. Menjelaskan informasi penting sebelum wawancara dimulai.

7. Menerapkan teknik wawancara yang baik dan mengikuti alur wawancara secara terstruktur
atau tidak terstruktur.

8. Merekam dan/atau merekam hasil wawancara.

9. Menganalisis hasil wawancara dan mengekstraksi temuan utama.


Proses Observasi:

1. Menentukan tujuan dan topik observasi.

2. Merancang jadwal observasi dan memilih lokasi yang sesuai.

3. Menentukan teknik observasi yang akan digunakan, seperti observasi partisipatif atau
observasi tidak terstruktur.

4. Melakukan observasi dan mencatat informasi yang relevan dengan menggunakan alat bantu,
seperti kamera atau catatan lapangan.

5. Menganalisis hasil observasi dan mengekstraksi temuan utama.

Dalam kedua proses ini, peneliti harus memperhatikan etika dan integritas penelitian dengan
memperoleh izin dan persetujuan dari partisipan, menjaga kerahasiaan informasi dan privasi
partisipan, dan menggunakan teknik observasi dan wawancara yang sesuai dengan tujuan
penelitian.

ANALISIS PEMBAHASAN

Penulis memudahkan pembaca dengan menggunakan metode 5W+1H agar pembaca dapat
melihat gambaran besar mengenai kasus konflik antropologi dalam masalah ini. (What) Konflik
hubungan antropologi kebudayaan dan perkembangan teknologi antara ibu dan tante. (Who)
tante sebagai komunikator dan ibu sebagai komunikan. (Why) karena komunikator tidak
memikirkan komunikan yang berbeda genereasi. (When) Saat dirumah tante, ia bercerita
bahwasanya habis belanja online dan dirumah ibu, ibu mencoba belanja online tetapi salah.
(Where) Proses komunikasi terjadi saat tatap muka dirumah tante. (How) Penyelesaian konflik
ini, saya sebagai anak melakukan observasi dan wawancara dengan kedua belah pihak, lalu
diselesaikan dengan cara berbicara kedua belah pihak memberi pengertian bagaimana
komuniaksi yang baik dan benar khususnya untuk berbeda generasi. Informasi Lebih detailnya
ingin menyampaikan pesan, Pada tahap yang satu ini, tentu saja akan terjadi apa yang dinamakan
'encoding', dimana proses penyampaian pesan sedang dilakukan. Tante saya (30 tahun) selaku
komunikator ingin menyampaikan suatu pesan atau informasi yang telah ia kembangkan agar
bisa diberitahu ke ibu saya (54 tahun) tanpa mengalami noise (kesalahpahaman) atau miss
communication. Pesan atau informasi yang hendak disampaikan oleh Tante saya intinya
sekarang kalau mau belanja baju sudah tidak perlu ke mall lagi, karena bisa melalui aplikasi
belanja online. Tapi tante saya tidak mempertimbangkan perkembangan teknologi dan perbedaan
generasi dari ibu saya. Oleh sebab itu, tante saya sebagai komunikator melakukan encoding
(pengiriman pesan) dengan tujuan mendapat respon (umpan balik) berupa perubahan sikap dari
ibu saya. Setelah proses encoding telah dilakukan, sekarang adalah tahapan dimana Tante saya
(komunikator) merealisasikan pesan yang ingin ia sampaikan melalui suatu media. Tante saya
berbicara langsung kepada ibu saya menggunakan komunikasi verbal. Noise (kesalahpahaman)
atau miss communication dalam berbicara, dirinya menguraikan pesan secara tidak lengkap
karena ibu saya kurang memahami perkembangn teknologi atau belanja online, hingga membuat
penerima pesan Ibu menerjemahkan pesannya lain atau miss communication dan mencobanya
sendiri dirumah tanpa sepengetahuan tante dan saya sendiri, efek yang terjadi ibu saya pesan
barang yang sama lebih dari 4 .

Bagaimana konflik ini terjadi dan penyelesaian terhadap konflik antropologi kebudayaan dan
perkembangan teknologi dapat kami analisis menggunakan teori komunikasi etnografi. Dikutip
dari James Spradley (1979), Dalam buku yang berjudul metode etnografi. Teori etnografi adalah
suatu pendekatan dalam antropologi yang bertujuan untuk memahami budaya dan kebiasaan
dalam suatu kelompok sosial melalui observasi dan penelitian lapangan secara mendalam.
Pendekatan etnografi melibatkan pengumpulan data melalui wawancara, observasi partisipatif,
dan dokumentasi tertulis. Tujuan utama etnografi adalah untuk memahami cara hidup dan cara
pandang suatu kelompok sosial, serta memahami konteks sosial, ekonomi, politik, dan budaya
yang memengaruhi kelompok tersebut. Dalam teori ini, peneliti berusaha untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam tentang kehidupan sehari-hari dan kebiasaan dalam suatu kelompok
sosial.

Setelah melakukan pengumpulan data dari kedua belah pihak dan merasakan menjadi tante dan
ibu melalui sudut pandang mereka, dari perspektif tante bahwasanya dia sudah menyampaikan
informasi dengan sangat jelas dan padat, dan hal seperi itu sering terjadi dan wajar dikalangan
generasi tante umur 30 tahun. Namun setelah diberi tahu tentang perspektif generasi ibu umur 54
tahun, bahwasanya generasi mereka memiliki budaya kalau memberikan informasi harus lebih
detail dan dengan perkembangan teknologi generasi ibu sangatlah ketinggalan teknologi, maka
dari itu tante yang lebih muda dan lebih update perkembangan teknologi akan lebih memikirkan
perasaan generasi ibu dan akan siap membantu supaya masalah seperti ini tidak terjadi lagi.

KESIMPULAN

Komunikasi Antropologi komuniaksi yang ilmu yang mempelajari segala macam seluk beluk,
unsur-unsur, kebudayaan yang dihasilkan dalam kehidupan manusia. Bagaimana setiap generasi
berbicara dan menyatakan keinginan mereka dengan budaya atau gaya berbicara mereka, yang
akan minimbulkan miss komunikasi saat berkomunikasi dengan beda generasi, namun hal itu
dapat dihindari kalau kedua belah pihak memiliki rasa kepercayaan, rasa saling mendukung, dan
adanya rasa keterbukaan.

DAFTAR PUSTAKA
Chintya, P. D. (2020). Kajian Antropologi Hukum. Perkembangan Arena Kajian Antropologi
Hukum, 01.

Ningsih, W. B. (2009). Definisi Budaya . Retrieved from https://lib.ui.ac.id/:


https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123462-RB08W192b-Bousouzoku%20sebagai-
Pendahuluan.pdf

Robbins, S. P. ( 2011). Organizational Behavior. In S. P. Robbins, Organizational Behavior.


Prentice Hall.

Wiranata, P. I. (2011). Antropologi Budaya. In P. I. Wiranata, Antropologi Budaya. PT. Citra


Aditya Bakti.

Deddy Mulyana.2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya, 68.

Chintya, P. D. (2020). Kajian Antropologi Hukum. Perkembangan Arena Kajian Antropologi


Hukum, 01.

Ningsih, W. B. (2009). Definisi Budaya . Retrieved from https://lib.ui.ac.id/:


https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123462-RB08W192b-Bousouzoku%20sebagai-
Pendahuluan.pdf

Robbins, S. P. ( 2011). Organizational Behavior. In S. P. Robbins, Organizational Behavior.


Prentice Hall.

Wiranata, P. I. (2011). Antropologi Budaya. In P. I. Wiranata, Antropologi Budaya. PT. Citra


Aditya Bakti.

Deddy Mulyana.2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya, 4.

Chintya, P. D. (2020). Kajian Antropologi Hukum. Perkembangan Arena Kajian Antropologi


Hukum, 01.

Ningsih, W. B. (2009). Definisi Budaya . Retrieved from https://lib.ui.ac.id/:


https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123462-RB08W192b-Bousouzoku%20sebagai-
Pendahuluan.pdf

Robbins, S. P. ( 2011). Organizational Behavior. In S. P. Robbins, Organizational Behavior.


Prentice Hall.

Wiranata, P. I. (2011). Antropologi Budaya. In P. I. Wiranata, Antropologi Budaya. PT. Citra


Aditya Bakti.
Deutsch, M. (1973). The resolution of conflict: Constructive and destructive processes. New
Haven, CT: Yale University Press.

Gudykunst, W. B., & Kim, Y. Y. (2003). Communicating with strangers: An approach to


intercultural communication (4th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.

Ubin, H. J., & Rubin, I. S. (2012). Qualitative interviewing: The art of hearing data. Sage.

Anda mungkin juga menyukai