Anda di halaman 1dari 15

DASAR-DASAR DAN TEORI KOMUNIKASI

Makalah ini di Susun untuk Memenuhi Tugas Harian Individu dalam Matakuliah
Komunikasi Politik Islam

OLEH:
DINDA WIRLY DAWANI, S.Sos.
NIM : 3001183001

DOSEN PENGAMPU:
Dr. ANANG ANAS AZHAR, M.A.

SEMESTER II PASCASARJANA
PRODI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
(PPs UIN-SU MEDAN)
TA. 2018-2019
Kata Pengantar

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,


manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-
hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, dalam masyarakat atau dimana saja
manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak berkomunikasi. Komunikasi
memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik secara
individu, kelompok, maupun organisasi.
Komunikasi yang berkualitas adalah komunikasi yang efektif. Maksudnya
adalah bagaimana dalam sebuah proses interaksi komunikasi, pesan oleh
komunikator dapat tersampaikan dengan baik dan memberi efek pada sang
komunikan, baik efek pengetahuan, sikap, maupun perilaku.
Untuk mewujudkan komunikasi yang efektif, maka diperlukan pengetahuan
tentang dasar dan teori berkomunikasi yang merupakan bekal pengetahuan dalam
berpraktisi. Oleh karena itu pemakalah membuat makalah ini dengan judul Dasar-
dasar dan Teori Komunikasi guna menambah khazanah pengetahuan pemakalah,
pembaca dan kita semua sekaligus sebagai tugas harian individu dalam
matakuliah Komunikasi Politik Islam.
Terimakasih kepada dosen pengampu, bapak Dr. Anang Anas Azhar, M.A.
yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran,
serta terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyelesaian
makalah ini. Mohon maaf atas segala kecacatan. Semoga bermanfaat.

Medan, 18 Maret 2019


Pemakalah,

Dinda Wirly Dawani, S.Sos.


Daftar Isi

Kata Pengantar………………………………………………………………….....i
Daftar isi…………………………………………………………………………..ii

PENDAHULUAN………………………………………………………………..1

DASAR-DASAR DAN TEORI KOMUNIKASI


A. Pengertian Komunikasi……………………………………………………2
B. Unsur-unsur Komunikasi………………………………………………….3
C. Bentuk-bentuk Komunikasi……………………………………………….4
D. Tujuan Umum Komunikasi Manusia……………………………………...5
E. Kebijaksanaan Komunikasi………………………………………………..5
F. Teori-teori Komunikasi Persuasi Konstektual…………………………….7
G. Aliran-aliran Teori komunikasi………………………………………..…10

KESIMPULAN………………………………………………………………….11

Daftar Pustaka……………………………………………………………………12
PENDAHULUAN

Hampir semua studi tentang manusia dan kehidupannya, selalu berhubungan


dengan komunikasi. Komunikasi memang selalu ada pada setiap kegiatan
manusia. Banyak ahli yang membahas bidang sosial yang selalu menyentuh
bidang komunikasi, baik ia ditempatkan sebagai pusat kajian maupun sebagai
salah satu aspek sudut pandang saja. Artinya, hampir semua kajian sosial selalu
melibatkan komunikasi sebagai salah satu komponennya. Misalnya komunikasi di
bidang sosial kemasyarakatan, informasi, managemen, hukum, politik, dan lain-
lain.
Komunikasi manusia juga merupakan sesuatu yang sangat esensial, sebab
komunikasi itu serba ada dan serba makna. Komunikasi juga merupakan pusat
atau inti dari kehidupan manusia, sebab komunikasi yang efektif dapat dapat
membantu manusia dalam memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan,
membantu meningkatkan relasi dengan orang-orang lain dalam hubungan
personal, kelompok, organisasi, komunitas, maupun masyarakat.
Pengetahuan tentang komunikasi dapat membawa akibat atau konsekuensi
bagi kehidupan manusia. Bagi mereka yang dapat mempelajari dan memahami
teori dan penelitian komunikasi diharapkan akan dapat mengaplikasikan
pengetahuan komunikasi tersebut dalam kehidupannya dan memahami hakikat
komunikasi yang serba ada dan serba makna tersebut.
Oleh karena itu pada bab selanjutnya akan dibahas mengenai dasar-dasar
dan teori komunikasi, sebagai langkah awal dalam memahami sebuah ilmu
komunikasi yang merupakan ilmu utama dalam kehidupan manusia.
DASAR-DASAR DAN TEORI KOMUNIKASI

A. Pengertian Komunikasi
1. Etimologi
Secara etimologi, komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu cum, sebuah
kata depan yang artinya dengan atau bersama dengan, dan kata units yang
merupakan kata bilangan yang berarti satu.dua kata tersebut membentuk kata
benda communio, yang dalam bahasa Inggris disebut communion yang berarti
kebersamaan, persatuan, persekutuan gabungan, pergaulan atau hubungan. Karena
untuk ber-communio diperlukan usaha atau kerja, kata itu dibuat kata kerja
communicate yang berarti membagi sesuatu dengan seeorang, tukar menukar,
membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang,
bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Jadi, komunikasi
berarti memberitahukan pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran, atau
hubungan.1
Longman Dictinary of Contemporary English memberikan definisi kata
communicate sebagai upaya untuk membuat pendapat, mengatakan perasaan,
menyampaikan informasi dan sebagainya agar diketahui atau dipahami oleh orang
lain (to make opinions, feelings, information ect, known or understood by others).
Arti lain yang dikemukakan dalam kamus tersebut adalah berbagi (to share) atau
bertukar (to exchange) pendapat, perasaan, informasi, dan sebagainya. Adapun
communication diartikan sebagai tindakan atau proses berkomunikasi (the act of
communicatting).2

2. Pendapat Para Ahli3


Tujuan utama komunikasi adalah persuasi, yaitu upaya
Aristoteles pembicaraan untuk menggiring orang lain masuk kedalam
sudut pandang persuader.

1Khaerul Umam, Managemen Organisasi (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 157-158


2Ibid.,
h. 158
3Alo Liliweri, Komunikasi Antar Personal (Jakarta: Kencana, 2017), h. 2-3
Komunikasi adalah transmisi pesan, setelah mengalami
Aranguren
konduksi, melalui pengirim kepada penerima.
Komunikasi merupakan pemanfaatan kode yang dikemas
dalam unit semiologi, sebagai pesan tentang pengalaman
Andre Martinet
tertentu lalu ditransmisikan kepada pihak lain yang
memungkinkan manusia dapat berhubungan satu sama lain.
Komunikasi adalah respon sembarangan dari suatu
Willar Quine
organisme terhadap rangsangan.
Manusia, masyarakat, kebudayaan, peradaban, dan
kemajuan merupakan konsep yang berkaitan erat satu sama
Flores de lain, namun hanya komunikasilah yang dijadikan sebagai
Gortari penggerak, menjadi sebab terjadinya, menjadi asar atau
sebagai fakta untuk menunjukkan keberadaan kita.
Komunikasi ibarat darah yang mengalir dalam tubuh kita.
Komunikasi merupakan proses dimana pemancar
David K. Berlo
mengirimkan pesan melalui saluran kepada penerima.
Komunikasi merupakan proses mental dimana sumber dan
De la Tore
penerima berinteraksi dan bertukar ide, pengetahuan,
Zermeno y
pengalaman dan perasaan yang mereka tularkan melalui
Hernandez
kode, pesan, dan saluran yang tepat.

B. Unsur-unsur Komunikasi
Adapun unsur-unsur komunikasi antara lain:4
1. Komunikator (sender/pengirim), yaitu orang yang menyampaikan informasi
atau pesan kepada komunikan. Komunikator dapat berupa perseorangan,
kelompok, ataupun sebuah organisasi.
2. Komunikan (receiver/penerima), yaitu orang yang menerima infrmasi atau
pesan dari komunikator. Peran antara komunikan dan komunikator bisa saja
bergantian, sebab dengan adanya umpan balik dan pemahaman yang sama,
akan tercipta komunikasi yang baik dan lancar.
4Umam, Managemen Organisasi, h. 158-160
3. Pesan. Adapun pesan yang disampaikan bisa berupa informasi, berita, serta
dapat berbentuk perintah/instruksi, saran, usul, permintaan, maupun
pengumuman. Adapun bentuk pesan tersebut antara lain:
a. Audible, yaitu pesan yang dapat didengar, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
b. Visual, yaitu pesan yang dapat dilihat, baik dalam bentuk tulisan,
gambar, poster, bendera, sandi, dan sebagainya.
c. Audio-visual, yaitu pesan yang apa dilihat dan didengar, baik melalui
televisi, film, pameran, maupun kesenian.
4. Channel atau media, yaitu jalur atau jalan yang digunakan oleh komunikan
dan komunikator dalam proses menyampaikan pesan.

C. Bentuk-bentuk Komunikasi
Komunikasi mempunyai berbagai bentuk yang semuanya bergantung pada
cara kita memandangnya.
1. Dari segi penyampaian pesannya, komunikasidapat dilakukan secara lisan
dan secara tertulis, atau secara elektronik melalui radio, televisi, telen,
internet, dan sebagainya.
2. Dari segi kemasan pesan, komunikasi dapat dilakukan secara verbal (dengan
berbicara) atau secara nonverbal (dengan bahasa isyarat). Komunikasi verbal
diwakili dalam penyebutan kata-kata, yang dapat diungkapkan dengan lisan
atau tertulis. Adapun komunikasi nonverbal terlihat dalam ekspresi atau
mimik wajah, gerakan tangan, mata, dan bagian tubuh lainnya.
3. Dari segi kemasan keresmian pelaku komunikasi, komunikasi dapat
dikategorikan sebagai bentuk komunikasi formal dan nonformal.
4. Dari segi pasangan komunikasi, komunikasi dapat dilihat sebagai:
a. Komunikasi intrapersonal (intrapersonal communiction) adalah proses
komunikasi dalam diri komunikator. Pengirim dan pesannya adalah
dirinya sendiri (manusia sebagai makhluk rohani).
b. Komunikasi interpersonal (interpersonal communcation) adalah
interaksi tatap muka dua orang atau lebih. Pengirim dapat
menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat
menerima dan menanggapinya secara langsung pula (manusia sebagai
makhluk sosial).5

D. Tujuan Umum Komunikasi Manusia


Manusia melakukan komunikasi setidaknya memiliki beberapa tujuan,
antara lain mengirimkan informasi (to inform), menyatakan perasaan (express
feelings), menghibur (to entertainment), mendidik (to educated), mempengaruhi
(to persuade) dan mempertemukan harapan-harapan sosial (to meet social
expectations). Karena hanya melalui fungsi kita akan mencapai tujuan. Untuk itu
dirumuskan hubungan antara fungsi dan tujuan komunikasi antara lain:6
Fungsi (Komunikator) Tujuan (Komunikan)
Mengirimkan informasi (to inform) Mengetahui informasi (informed)
Menyatakan perasaan (express feelings) Membuat orang lain menghayati
Menghibur (to entertainment) Menikmati (enjoy)
Mendidik (to educated) Menambah pengetahuan (educated)
Mempengaruhi (to persuade) Perubahan sikap (attitudes changes)
Mempertemukan harapan-harapan Terjadi proses integrasi sosial
sosial (to meet social expectations) (integrated expectation)

E. Kebijaksanaan Komunikasi
Kebijaksanaan komunikasi muncul pada tahun 1970-an setelah para pakar
mengeksposenya dan para pemimpin negara-negara sedang berkembang
menyerang dominasi negara-negara maju di bidang informasi.
Kebijaksanaan komunikasi pada dasarnya ada pada setiap bangsa di dunia
ini yang dibangun dari filosofi, tradisi, hukum yang berlaku, agama dan
kepercayaan, maupun nilai-nilai yang tumbuh dalam masyarakat itu sendiri baik
secara implisit maupun secara eksplisit. Secara implisit kebijaksanaan komunikasi
tumbuh menjadi tatanan, baik dalam bentuk nilai maupun budaya dalam pranata

5Ibid., h. 163
6Liliweri, Komunikasi Antar Personal, h. 77
sosial kemasyarakatan, sedangkan secara eksplisit kebijakan komuniasi eksis
dalam bentuk undang-undang atau peraturan yang dikeluarkan negara.
Di beberapa negara, kebijaksanaan komunikasi tertuang dalam regulasi yang
diatur oleh suatu badan. Misalnya di Amerika Serikat oleh FCC (Federal
Communication Commission), di Inggris oleh OFCOM (Office of
Communication), Australia oleh ACMA (Australian Communications and Media
Authorities), Canada oleh CRTC (Canadian Tadio and Television Commissions),
sementara Afrika Selatan oleh ICASA (Independent Communication Authority of
South Africa), dan Korea Selatan oleh KBC (Korean Broadcasting Commissions).
Di Indonesia, kebijaksanaan komunikasi secara implisit dapat dilihat dari
nilai-nilai yang tumbuh dan dianut oleh masing-masing anggota masyarakat dari
suatu suku yang memberlakukan aturan itu meski tidak dalam bentuk tertulis.
Misalnya mengucapkan kata-kata “kurang ajar”, “anjing”, “babi” pada seseorang,
mengkritik langsung seseorang di depan orang banyak dapat menimbulkan rasa
malu, atau bercerita porno sehingga kurang etis dilihat adat atau agama. Secara
eksplisit, kebijaksanaan komunikasi di Indonesia dapat dilihat dengan adanya
berbagai macam undang-undang atau peraturan yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah untuk ditaati bagi setiap warganegara. Undang-undang yang dimaksud
antara lain:
1. Undang-Undang Hukum Pidana, terutama yang menyangkut penyebar-
luasan, fitnah, dan pencemaran nama baik seseorang baik yang diucapkan
secara lisan, tercetak (tertulis), maupun dalam bentuk gambar-gambar.
2. Undang-Undang RI No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.
3. Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
4. Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.
5. Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
6. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.
7. Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik.
8. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1999 tentang Anti Monopoli dan
Persaingan Usaha.
9. Undang-Undang RI No. 33 Tahun 2009 tentang Perfilman.
10. Kode Etik Jurnalistik yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret
2006.
11. Kode Etik Periklanan di Indonesia yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 1
Juli 2005.7

F. Teori-teori Komunikasi Persuasi Konstektual


1. Social Judgment Theory
Dikembangkan pertama kali oleh M. Sherif dan Hovland pada tahun 1961.
Teori ini menjelaskan kepada kita tentang suatu pesan atau pernyataan diterima
atau ditolak itu didasarkan atas peta kognitif kita sendiri terhadap pesan tersebut.
Seseorang menerima atau menolak suatu pernyataan atau pesan-pesan tertentu,
bergantung kepada keterlibatan egonya sendiri. Teori ini juga menjelaskan tentang
bagaimana individu menilai pesan-pesan yang diterima. Teori ini mampu
melahirkan hipotesis-hipotesis baru dan memperluas pengetahuan seseorang.

2. Inoculation Theory (Teori Suntikan)


Diungkapkan pertama kali oleh William Mc Guire tahun 1961. Teori ini
digunakan untuk menjelaskan sifat kekeba;an dan ketahanan yang lebih besar
terhadap diri seseorang. Dalam konteks ini adalah proses suplai informasi kepada
penerima dilakukan sebelum komunikasi terjadi, dengan harapan bahwa informasi
yang dikirimkannya mampu membuat penerima lebih resisten.

3. Balance Theory (Teori Keseimbangan)


Pertama kali dikembangkan oleh Fritz Heider dan Theodore Newcomb pada
tahun 1946. Teori keseimbangan menjelaskan bahwa ketika tekanan di antara

7Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2013), h. 11-12
orang-orang meningkat, mereka akan berusaha mengurangi tekanan ini melalui
persuasi diri atau mencoba membujuk (mempersuasi) orang lain.

4. Rank’s Model
Lengkapnya disebut dengan rank’s model of persuasion. Teori ini
dikembangkan oleh Hugh Rank pada tahun 1976. Teori ini menegaskan bahwa
persuaders (orang-orang yang melakukan persuasi) menggunakan dua strategi
utama guna mencapai tujuan-tujuannya. Dua strategi ini secara baik disusun ke
dalam dua skema, yaitu intensify (penguatan) dan downplay (pengurangan). Teori
ini juga menegaskan bahwa kita melakukan penjelasan dengan penuh kesadaran
atau setengah sadar.

5. Source Credibility Theory (Teori Kridibilitas Sumber)


Teori ini dikembangkan oleh Hovland, Janis, dan Kelley pada tahun 1953.
Teori ini menjelaskan bahwa seseorang dimungkinkan lebih mudah dibujuk
(dipersuasi) jika sumber-sumber persuasinya (bisa komunikator itu sendiri)
memiliki kredibilitas yang cukup.

6. Congruity Theory (Teory Kecocokan)


Teori ini lahir pada tahun 1955, dikembangkan oleh C. Osgood dan P
Tannenbaum. Berfungsi untuk menjelaskan peristiwa dua orang yang berbeda
pendapat tentang suatu objek atau peristiwa. Kita, yang berkedudukan sebagai
pihak ketiga berupaya untuk mengharmonikan kedua perbedaan tersebut dengan
cara mengovservasi materi yang dipermasalahkan atau diperdebatkan. Dengan
mengambil kebijakan atau kesimpulan tertentu maka kedua perbedaan tadi bisa
disesuaikan atau dicocokkan. Kesimpulan tertentu tersebut bisa tidak memihak
salah satu pendapat, atau mencari solusia atas keduanya, misalnya dengan
menjelaskan bahwa kedua pendapat tadi tidak salah, pendapat yang satu lebih
bersifat naturalistik, sedangkan pendapat yang lain lebih mendekati aturan
positivistik.
7. Belief Congruency (Kecocokan, Kesamaan)
Diperkenalkan oleh M. Rokeah pada tahun 1965. Teori in menjelaskan
bahwa terdapat suatu hierarki kepercayaan, sikap, dan nilai. Kepercayaan adalah
blok bangunan sikap, jadi suatu sikap merupakan pemadatan dari banyak
kepercayaan, dan banyak sikap bisa menggabung menjadi suatu nilai.
Kepercayaan, sikap, dan nilai-nilai merupakan aspek yang saling berkaitan satu
sama lain diranking menjadi suatu sistem kepercayaan.

8. Cognitive Dissonance (Ketidakcocokan atau Konflik)


Teori ini dikembangkan oleh Leon Festinger pada tahun 1962. Dissonance
artinya ketidakcocokan. Teori ini menjelaskan tentang adanya konflik batin atau
konflik kepercayaan ketika orang akan menentukan suatu tindakan, atau adanya
konflik kepercayaan berkaitan dengan orang lain. Ketidakcocokan ini dapat
menimbulkan tekanan-tekanan tertentu pada diri orang, dan penurunan
tekanannya secara otomatis bisa dengan cara mengubah penilaian kita
terhadapnya.

9. Reinforcement Theory (Teori Penguatan)


Dikembangkan oleh Hovland, Janis, dan Kelly pada tahun 1967. Teori ini
menjelaskan bahwa faktor penguatan (reinforcement) bisa mengubah pandangan
dan sikap seseorang. Bentuk penguatan itu seperti pemberian perhatian
(attention), pemahaman (comprehension), dan dukungan penerimaan
(acceptance).

10. Information Manipulation Theory


Teori ini bisa disebut dengan teori manipulasi informasi. Dikembangkan
oleh Steve A. Mc Cornack pada tahun 1992. Teori ini menjelaskan tentang orang
yang mempunyai maksud dan tujuan untuk menipu lawan bicaranya agar
mendapat alasan tertentu.
11. Elaboration Likelihood Model (ELM)
Dikembangkan oleh Petty dan Cacioppo pada tahun 1986. Dalam ELM
terdapat dua jalan persuasi, yakni jalan utama (central) dan jalan tambahan
(peripheral). Jalur central menggunakan elaborasi pesan yang dapat
menghasilkan suatu perubahan besar sikap positif. Jalur kedua atau tambahan
digunakan teknik enam pesan yang tidak relevan melalui isyarat atau petunjuk
(clues) yang tidak relevan guna mendatangkan suatu respons cepat pada
perubahan sikap yang tidak besar.

12. Attribution Theory (Teori Pertalian)


Dikembangkan oleh Heider pda tahun 1958. Teori ini mencoba menjelaskan
sebab-sebab terjadinya perilaku pada diri seseirang, mencoba menjelaskan sebab-
sebab orang berperilaku, serta menjelaskan pertalian sebab atau alasan mengapa
orang berperilaku seperti itu.8

G. Aliran-aliran Teori komunikasi


Dalam teori komunikasi dikenal empat aliran teori, antara lain;
1. Teori struktural dan fungsional. Teori ini menjelaskan tentang komunikasi
yang terjadi akibat adanya hubungan personal yang terorganisir, terstruktur
dan bersifat dinamis.
2. Teori behavioralistik dan kognitif. Teori ini menjelaskan tentang komunikasi
yang terjadi akibat adanya struktur sosial dan budaya, yang mana dalam
teori ini lebih fokus kepada manusia sebagai individu.
3. Teori ikteraksionis, yang menjelaskan tentang proses interaksi dalam
berkomunikasi.
4. Teori interpretif. Teori ini menjelaskan tentang proses pemahaman peristiwa
dan membedakan antara pengertian atau pemahaman dengan penjelasan
ilmiah.9

8Pawit M. Yusup, Ilmu Informasi, Komunikasi dan Perpustakaan (Jakarta: Bumi Aksara,

2013), h. 108-122
9Ibid., h. 48-52
KESIMPULAN

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan informasi


dari komunikator kepada komunikan melalui sebuah media yang mempunyai
maksud dan tujuan tertentu. Komunikasi yang baik terbentuk dengan adanya
pemahaman dan pemikiran yang sama antara komunikator dengan komunikan,
sehingga proses feed back dalam komunikasi tersebut juga berjalan dengan baik.
Komunikasi yang baik terjadi jika memenuhi unsur-unsur dalam
berkomunikasi, antara lain adanya komunikator, adanya komunikan, adanya pesan
dan adanya media yang merupakan alat dalam menyampaikan pesan tersebut.
Dari segi kemasan pesan, komunikasi dapat dilakukan secara verbal (dengan
berbicara) atau secara nonverbal (dengan bahasa isyarat). Namun dari segi
kemasan keresmian pelaku komunikasi, komunikasi dapat dikategorikan sebagai
bentuk komunikasi formal dan nonformal. Sedangkan dari segi pasangan
komunikasi dapat terbagi atas komunikasi intrapersonal dan interpersonal.
Tujuan umum manusia berkomunikasi adalah untuk meyampaikan
informasi, mempengaruhi, menyatakan perasaan, menghibur, dan lain sebagainya.
Namun dapat ditarik satu benang merah bahwasanya pada hakikatnya manusia
berkomunikasi itu akibat adanya kepentingan pada manusia itu sendiri yang
berdasar kepada peran dan fungsi manusia sebagai makhluk sosial.
Untuk mencapai tujuan dari berkomunikasi tersebut, perlu adanya
kebijaksanaan komunikasi. Kebijaksanaan komunikasi pada dasarnya ada pada
setiap bangsa di dunia ini yang dibangun dari filosofi, tradisi, hukum yang
berlaku, agama dan kepercayaan, maupun nilai-nilai yang tumbuh dalam
masyarakat itu sendiri baik secara implisit maupun secara eksplisit.
Oleh karena itu, ilmu komunikasi didasari oleh teori-teori yang menjadi
acuan dalam melakukan praktisi komunikasi, terutama dalam komunikasi formal.
Teori-teori tersebut antara lain Social Judgment Theory, Inoculation Theory,
Balance Theory, Rank’s Model, Source Credibility Theory, Congruity Theory,
Cognitive Dissonance, Reinforcement Theory, Information Manipulation Theory,
Elaboration Likelihood Model, dan Attribution Theory.
Daftar Pustaka

Cangara, Hafied. Perencanaan dan Strategi Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo


Persada)
Liliweri, Alo. 2017. Komunikasi Antar Personal (Jakarta: Kencana)
Umam, Khaerul. 2012. Managemen Organisasi (Bandung: Pustaka Setia)
Yusup, Pawit M. 2013. Ilmu Informasi, Komunikasi dan Perpustakaan (Jakarta:
Bumi Aksara)Thoha, Miftah. 2014. Perilaku Organisasi, Konsep dasar dan
Aplikasinya (Jakarta: Raja Grafindo Persada)

Anda mungkin juga menyukai