Makalah ini di Susun untuk Memenuhi Tugas Harian Individu dalam Matakuliah
Komunikasi Politik Islam
OLEH:
DINDA WIRLY DAWANI, S.Sos.
NIM : 3001183001
DOSEN PENGAMPU:
Dr. ANANG ANAS AZHAR, M.A.
SEMESTER II PASCASARJANA
PRODI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
(PPs UIN-SU MEDAN)
TA. 2018-2019
Kata Pengantar
Kata Pengantar………………………………………………………………….....i
Daftar isi…………………………………………………………………………..ii
PENDAHULUAN………………………………………………………………..1
KESIMPULAN………………………………………………………………….11
Daftar Pustaka……………………………………………………………………12
PENDAHULUAN
A. Pengertian Komunikasi
1. Etimologi
Secara etimologi, komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu cum, sebuah
kata depan yang artinya dengan atau bersama dengan, dan kata units yang
merupakan kata bilangan yang berarti satu.dua kata tersebut membentuk kata
benda communio, yang dalam bahasa Inggris disebut communion yang berarti
kebersamaan, persatuan, persekutuan gabungan, pergaulan atau hubungan. Karena
untuk ber-communio diperlukan usaha atau kerja, kata itu dibuat kata kerja
communicate yang berarti membagi sesuatu dengan seeorang, tukar menukar,
membicarakan sesuatu dengan orang, memberitahukan sesuatu kepada seseorang,
bercakap-cakap, bertukar pikiran, berhubungan, berteman. Jadi, komunikasi
berarti memberitahukan pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran, atau
hubungan.1
Longman Dictinary of Contemporary English memberikan definisi kata
communicate sebagai upaya untuk membuat pendapat, mengatakan perasaan,
menyampaikan informasi dan sebagainya agar diketahui atau dipahami oleh orang
lain (to make opinions, feelings, information ect, known or understood by others).
Arti lain yang dikemukakan dalam kamus tersebut adalah berbagi (to share) atau
bertukar (to exchange) pendapat, perasaan, informasi, dan sebagainya. Adapun
communication diartikan sebagai tindakan atau proses berkomunikasi (the act of
communicatting).2
B. Unsur-unsur Komunikasi
Adapun unsur-unsur komunikasi antara lain:4
1. Komunikator (sender/pengirim), yaitu orang yang menyampaikan informasi
atau pesan kepada komunikan. Komunikator dapat berupa perseorangan,
kelompok, ataupun sebuah organisasi.
2. Komunikan (receiver/penerima), yaitu orang yang menerima infrmasi atau
pesan dari komunikator. Peran antara komunikan dan komunikator bisa saja
bergantian, sebab dengan adanya umpan balik dan pemahaman yang sama,
akan tercipta komunikasi yang baik dan lancar.
4Umam, Managemen Organisasi, h. 158-160
3. Pesan. Adapun pesan yang disampaikan bisa berupa informasi, berita, serta
dapat berbentuk perintah/instruksi, saran, usul, permintaan, maupun
pengumuman. Adapun bentuk pesan tersebut antara lain:
a. Audible, yaitu pesan yang dapat didengar, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
b. Visual, yaitu pesan yang dapat dilihat, baik dalam bentuk tulisan,
gambar, poster, bendera, sandi, dan sebagainya.
c. Audio-visual, yaitu pesan yang apa dilihat dan didengar, baik melalui
televisi, film, pameran, maupun kesenian.
4. Channel atau media, yaitu jalur atau jalan yang digunakan oleh komunikan
dan komunikator dalam proses menyampaikan pesan.
C. Bentuk-bentuk Komunikasi
Komunikasi mempunyai berbagai bentuk yang semuanya bergantung pada
cara kita memandangnya.
1. Dari segi penyampaian pesannya, komunikasidapat dilakukan secara lisan
dan secara tertulis, atau secara elektronik melalui radio, televisi, telen,
internet, dan sebagainya.
2. Dari segi kemasan pesan, komunikasi dapat dilakukan secara verbal (dengan
berbicara) atau secara nonverbal (dengan bahasa isyarat). Komunikasi verbal
diwakili dalam penyebutan kata-kata, yang dapat diungkapkan dengan lisan
atau tertulis. Adapun komunikasi nonverbal terlihat dalam ekspresi atau
mimik wajah, gerakan tangan, mata, dan bagian tubuh lainnya.
3. Dari segi kemasan keresmian pelaku komunikasi, komunikasi dapat
dikategorikan sebagai bentuk komunikasi formal dan nonformal.
4. Dari segi pasangan komunikasi, komunikasi dapat dilihat sebagai:
a. Komunikasi intrapersonal (intrapersonal communiction) adalah proses
komunikasi dalam diri komunikator. Pengirim dan pesannya adalah
dirinya sendiri (manusia sebagai makhluk rohani).
b. Komunikasi interpersonal (interpersonal communcation) adalah
interaksi tatap muka dua orang atau lebih. Pengirim dapat
menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat
menerima dan menanggapinya secara langsung pula (manusia sebagai
makhluk sosial).5
E. Kebijaksanaan Komunikasi
Kebijaksanaan komunikasi muncul pada tahun 1970-an setelah para pakar
mengeksposenya dan para pemimpin negara-negara sedang berkembang
menyerang dominasi negara-negara maju di bidang informasi.
Kebijaksanaan komunikasi pada dasarnya ada pada setiap bangsa di dunia
ini yang dibangun dari filosofi, tradisi, hukum yang berlaku, agama dan
kepercayaan, maupun nilai-nilai yang tumbuh dalam masyarakat itu sendiri baik
secara implisit maupun secara eksplisit. Secara implisit kebijaksanaan komunikasi
tumbuh menjadi tatanan, baik dalam bentuk nilai maupun budaya dalam pranata
5Ibid., h. 163
6Liliweri, Komunikasi Antar Personal, h. 77
sosial kemasyarakatan, sedangkan secara eksplisit kebijakan komuniasi eksis
dalam bentuk undang-undang atau peraturan yang dikeluarkan negara.
Di beberapa negara, kebijaksanaan komunikasi tertuang dalam regulasi yang
diatur oleh suatu badan. Misalnya di Amerika Serikat oleh FCC (Federal
Communication Commission), di Inggris oleh OFCOM (Office of
Communication), Australia oleh ACMA (Australian Communications and Media
Authorities), Canada oleh CRTC (Canadian Tadio and Television Commissions),
sementara Afrika Selatan oleh ICASA (Independent Communication Authority of
South Africa), dan Korea Selatan oleh KBC (Korean Broadcasting Commissions).
Di Indonesia, kebijaksanaan komunikasi secara implisit dapat dilihat dari
nilai-nilai yang tumbuh dan dianut oleh masing-masing anggota masyarakat dari
suatu suku yang memberlakukan aturan itu meski tidak dalam bentuk tertulis.
Misalnya mengucapkan kata-kata “kurang ajar”, “anjing”, “babi” pada seseorang,
mengkritik langsung seseorang di depan orang banyak dapat menimbulkan rasa
malu, atau bercerita porno sehingga kurang etis dilihat adat atau agama. Secara
eksplisit, kebijaksanaan komunikasi di Indonesia dapat dilihat dengan adanya
berbagai macam undang-undang atau peraturan yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah untuk ditaati bagi setiap warganegara. Undang-undang yang dimaksud
antara lain:
1. Undang-Undang Hukum Pidana, terutama yang menyangkut penyebar-
luasan, fitnah, dan pencemaran nama baik seseorang baik yang diucapkan
secara lisan, tercetak (tertulis), maupun dalam bentuk gambar-gambar.
2. Undang-Undang RI No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.
3. Undang-Undang RI No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
4. Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.
5. Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
6. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.
7. Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik.
8. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1999 tentang Anti Monopoli dan
Persaingan Usaha.
9. Undang-Undang RI No. 33 Tahun 2009 tentang Perfilman.
10. Kode Etik Jurnalistik yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret
2006.
11. Kode Etik Periklanan di Indonesia yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 1
Juli 2005.7
7Hafied Cangara, Perencanaan dan Strategi Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2013), h. 11-12
orang-orang meningkat, mereka akan berusaha mengurangi tekanan ini melalui
persuasi diri atau mencoba membujuk (mempersuasi) orang lain.
4. Rank’s Model
Lengkapnya disebut dengan rank’s model of persuasion. Teori ini
dikembangkan oleh Hugh Rank pada tahun 1976. Teori ini menegaskan bahwa
persuaders (orang-orang yang melakukan persuasi) menggunakan dua strategi
utama guna mencapai tujuan-tujuannya. Dua strategi ini secara baik disusun ke
dalam dua skema, yaitu intensify (penguatan) dan downplay (pengurangan). Teori
ini juga menegaskan bahwa kita melakukan penjelasan dengan penuh kesadaran
atau setengah sadar.
8Pawit M. Yusup, Ilmu Informasi, Komunikasi dan Perpustakaan (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), h. 108-122
9Ibid., h. 48-52
KESIMPULAN