Abstract
1
Abstrak
Komunikasi interpersonal yang terjalin dalam sebuah keluarga melibatkan komunikasi antara
anak dan orang tua. Anak membutuhkan orang lain untuk berkembang. Dalam hal ini, orang
yang mempunyai peranan yang besar dalam pembentukan kepribadian anak dan pertama
bertanggung jawab adalah orang tua. Orang tua bertanggung jawab dalam membimbing anak,
agar proses belajar tetap berlangsung dengan terarah. Untuk mencapai nilai yang di harapkan
pada saat Ujian Nasional, seorang anak membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk belajar
dan menyayangi apa yang dipelajarinya dan dukungan dari orang tua. Di sini orang tua sangat
berperan dalam menciptakan suasana yang dapat mendorong anak senang belajar dan fokus
belajar sehingga nilai ujian nasional dan prestasi anak tersebut meningkat. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode Post Positivisme. Sementara Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori Komunikasi Interpersonal. Orang tua sebaiknya mendekatkan
diri dengan anak sehingga anak bisa nyaman untuk menceritakan masalah yang terjadi.
Komunikasi antara orang tua dan anak harus berjalan dengan baik. Yaitu adanya rasa
kepercayaan, rasa saling mendukung, dan adanya rasa keterbukaan. Ketiga unsur ini harus
terpenuhi agar komunikasi antara anak dan orang tua bisa berjalan dengan baik dan efektif.
Kata Kunci: Komunikasi Antar Pribadi, Orang tua dengan anak, Motivasi belajar.
PENDAHULUAN
Dikutip dari Mulyana (2017) bahwa Komunikasi Antarpribadi (interpersonal
communication) adalah komunikasi antara orang – orang secara tatap – muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara
verbal ataupun nonverbal. Rudolph F. Verderber mengemukakan bahwa komunikasi
mempunyai dua fungsi. Pertama, fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk
menunjukkan ikatan dengan orang lain, serta membangun dan memelihara hubungan. Kedua,
fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu pada saat tertentu, seperti memutuskan apa yang kita makan pagi hari, apakah kita akan
kuliah atau tidak, bagaimana belajar untuk menghadapi tes. Kedekatan hubungan pihak – pihak
yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis – jenis pesan ataupun respons nonverbal
mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat.
Komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapan pun, selama manusia masih
mempunyai emosi, hal yang menyatakan komunikasi tatap – muka ini membuat manusia
2
merasa lebih akrab dengan sesamanya. “We cannot not communicate” (Gamble et al, 2017)
merupakan salah satu aksioma yang dikemukakan oleh Paul Watzlawick, Janet Beavin, dan
Don Jackson bahwa kita sebagai manusia, tidak bisa jika tidak berkomunikasi dan hal ini benar
adanya. Tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Alih – alih, komunikasi terjadi
bila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.
Komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan, dimensi isi yang
menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan atau disandikan secara verbal.
Sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal karena dimensi ini menunjukkan
bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta
komunikasi itu, dan bagaimana pesan tersebut ditafsirkan (Mulyana, 2017). Banyak persoalan
dan konflik antar manusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi bukanlah
panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena persoalan atau
konflik tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural, akan tetapi agar komunikasi
efektif, masalah struktural ini harus diatasi. Konflik interpersonal dapat dipengaruhi persepsi
individu terhadap komunikasi interpersonal sehingga hal ini dibutuhkan pengelolaannya, .
seperti yang dikatakan Kartika (2000) dalam Dewi dan Agustin (2013) bahwa konflik terjadi
karena adanya kegagalan interaksi (komunikasi) yang disebabkan oleh persepsi individu yang
berbeda – beda dan masih banyak lagi faktor lain yang menyebabkannya. Pada makalah ini,
penulis membahas suatu kasus penyebab konflik hubungan antara anak dan orang tuanya.
Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anaknya menjadi faktor penyebab
kenakalan pada remaja. Bagaimana jika hubungan yang sangat memerlukan komunikasi
sebagai sentuhan keharmonisan menghasilkan konflik di dalamnya, dan hal ini menjadi suatu
kebutuhan penting karena semakin jarang komunikasi dalam keluarga, maka semakin tinggi
anak melakukan kenakalan. Emosi yang masih bergejolak di usia remaja pun menimbulkan
adanya konflik didalam keluarga, hal itu membuat anak kehilangan pengalaman personalnya.
Jika tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan konflik, maka hal tersebut akan
mengarah kepada hubungan yang tidak produktif serta pudarnya keharmonisan di dalam
hubungan tersebut. Maka dari itu penting bagi semua tahapan perkembangan manusia
memiliki motif, karena dari motif – motif yang ada akan menimbulkan motivasi, terutama di
dalam kehidupan sosialnya. Motivasi menurut Sunarto (2011) dalam Annasya (2017) yaitu
daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengarahkan kemampuan
dalam bentuk keahlian dan keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan
berbagai kegiatan yang menjadi tanggung – jawabnya, dan menunaikan kewajibannya dalam
3
rangka pencapaian tujuan dan berbagai sarana kegiatan yang telah ditentukan sebelumnya
dalam hidup sehari – hari.
Komunikasi interpersonal dapat dianggap efektif, jika orang lain atau komunikan dapat
memahami pesan yang diberikan komunikator dengan benar, dan memberikan respon sesuai
dengan yang diinginkan komunikator. Komunikasi yang efektif berfungsi untuk membantu, (1)
membentuk dan menjaga hubungan baik antarindividu, (2) menyampaikan pengetahuan/
informasi, (3) mengubah sikap dan perilaku, (4) pemecah masalah hubungan antar manusia,
(5) citra diri menjadi lebih baik, dan (6) jalan menuju sukses. Komunikasi interpersonal yang
efektif akan membantu individu mengantarkan kepada tercapainya tujuan tertentu. Jika
komunikasi interpersonal tidak berhasil, akibat yang ditimbulkan bisa berupa apa saja, dari
sekedar membuang waktu, sampai berakibat buruk (Annasya, 2017).
Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi, yaitu: (1) Penamaan (naming
atau labeling), merujuk pada usaha untuk mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan
menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. (2) Interaksi, menekankan pada
berbagai gagasan dan emosi yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan
dan kebingungan. (3) Transmisi informasi, keistimewaan bahasa sebagai sarana transmisi
informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan,
yang memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi (Mulyana, 2015).
Konflik yang terjadi dalam hubungan interpersonal dapat dilihat dari kejadian
komunikasi verbal dalam hubungan interpersonal antara Pino dan orang tuanya. Sepulangnya
Pino dari sekolah, dia menemui Ayah dan Ibunya untuk memberitahukan bahwasanya dirinya
sudah sampai dirumah. Setelah dia menyapa orang tuanya, lalu Pino membersihkan diri dan
juga berganti baju, Pino kembali menemui orang tuanya untuk meminta izin bermain bersama
teman – temannya di taman. Namun Ayah dan Ibunya tidak mengizinkannya untuk keluar
rumah. Pino kala itu masih duduk dibangku kelas enam sekolah dasar, dan tidak lama lagi dia
akan meneruskan pendidikannya ke sekolah menengah pertama. Ujian Nasional yang sudah
didepan mata pun membuat dirinya tegang, dikarenakan ujian pertama dalam skala besar yang
dia jalani saat itu. Keperluan Pino untuk bermain saat itu tidak terbendung lagi dikarenakan dia
perlu untuk melepaskan ketegangan yang sedang di hadapinya, namun izinnya bermain ditolak
oleh orang tuanya pun membuat dia sedih. Kursi ruang tamu pun menjadi tempat renungannya
kala itu, tangisnya yang di iringi dengan suara teman – teman bermainnya yang sedang
berlarian dan bergembira di luar rumah Pino membuatnya semakin sedih. Komunikasi
intrapersonal yang dilakukan Pino pun berlanjut menjadi komunikasi interpersonal setelah Ibu
memperhatikan lalu menghampiri Pino dan berkata “Jangan kamu bersedih nak, alasan kami
4
tidak mengizinkan kamu untuk bermain karena kami khawatir nantinya kamu akan kelelahan
saat menjalani ujian. Lebih baik kamu menghabiskan waktu dirumah saja dengan membaca
kembali pelajaran – pelajaran yang akan diujikan besok. Setelah Ujian Nasional barulah kamu
akan mendapatkan libur yang panjang, maka dari itu Ayah dan Ibu telah merencanakan liburan
kita pergi ke tempat bermain yang sangat kamu inginkan.” Setelah mendengar dan
merenungkan perkataan Ibunya, Pino pun memutuskan untuk tidak keluar sore itu demi
membuktikan perkataan Ibunya.
Tujuan dari riset ini untuk mengetahui hambatan dalam komunikasi antar pribadi
(Interpersonal) seperti fenomena konflik hubungan antara anak dan orang tuanya. Sehingga
komunikasi antarpribadi ini dapat menghindarkan pengorbanan maupun ganjaran yang akan
diperoleh jika komunikasi yang dilakukan tidak efektif, maka dari itu adanya proses mental
image dan adanya empati yang diberikan komunikator terhadap komunikan membuat suatu
hubungan menjadi harmonis dan mewujudkan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang
merupakan suatu interaksi antara persepsi satu orang dengan orang lain, hal ini membentuk
persepsi anak terhadap perhatian dan kasih sayang orang tua, dilekatkan dalam bentuk motivasi
yang diberikan orang tuanya.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam makalah ini yaitu Post Positivisme. Post Positivist
adalah aliran yang ingin memperbaiki kelemahan pada Positivisme. Post Positivisme
sependapat dengan Positivisme bahwa realitas itu memang nyata, ada sesuai hukum alam.
Metode pendekatan kualitatif Menurut Sugiyono (2011) dalam Dawaty (2020) metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi. Makalah ini juga menggunakan metode wawancara agar dapat
memberikan gambaran terhadap narasumber kami Muhammad Agripino Kurnianto kepada
audiens, jika saja hubungan dengan orang tuanya tidak memiliki komunikasi yang efektif,
maka dirinya akan memiliki hubungan yang tidak produktif dan tidak harmonis dengan orang
tuanya, hingga akhirnya menjadi satu faktor kenakalan remaja karena kurangnya perhatian dari
orang tua. Wawancara ini juga membuktikan adanya dimensi hubungan antara narasumber dan
orang tuanya. Wawancara adalah sebuah konversasi atau perbincangan. Biasanya dilakukan
5
antara dua orang dengan tujuan untuk mendapatkan informasi atas nama audiens yang tidak
tampak. Konversasi ini biasanya berupa pertukaran informasi yang bisa menghasilkan suatu
tingkat intelegensia yang tidak dapat dicapai oleh orang bila dilakukannya sendiri.
8
Dari nilai yang telah dijelaskan, tentunya terdapat norma yang tidak lupa dijunjung.
Dikarenakan norma menjadi suatu patokan, pedoman, dan atau kaidah yang harus ditaati dan
merupakan hasil kesepakatan dalam suatu kelompok masyarakat yang memiliki sanksi di
dalamnya, dan perkembangannya akan timbul pada etika dan moral. Etika yang merupakan
nilai dan norma yang berlaku dalam mengatur bagaimana perbuatan manusia, sedangkan moral
adalah suatu penilaian perbuatan berdasarkan norma yang berlaku. Keterkaitan nilai, norma,
dan moral ini menjadi gambaran bagaimana konflik ini bisa berjalan efektif.
Salah satu teori komunikasi antar pribadi yang dapat dihubungkan dengan konflik ini
adalah social penetration theory (Teori Penetrasi Sosial). Teori ini termasuk pengembangan
hubungan atau relationship development theory. Irwin Altman dan Damas Taylor adalah
pengembang teori ini, mereka mengungkapkan secara rinci terkait peran dan pengungkapan
diri, keakraban, dan komunikasi dalam pengembangan hubungan antar pribadi (Heru, 2017).
Kemudian, teori ini cenderung fokus pada pengembangan hubungan, terutama
berkaitan dengan perilaku antarpribadi saat terjadinya interaksi sosial dan beberapa proses
kognitif internal mulai dari mendahului, menyertai, dan mengikuti pembentukan hubungan.
Proses penetrasi sosial terjadi secara bertahap dan teratur dari sifatnya di permukaan ke tingkat
yang akrab mengenai pertukaran. Hal ini berfungsi efektif untuk mengetahui hasil yang akurat.
Menurut teori penetrasi sosial, prinsip utama bagi komunikasi pada pertemuan pertama
adalah norma resiprositas. Norma ini menilai bahwa individu memiliki kewajiban untuk
mengembalikan pengungkapan pihak lain yang diterima. Kemudian, menurut teori ini juga,
Secara langsung akan mengenali diri orang lain dengan cara “masuk ke dalam” (penetrating)
diri orang yang bersangkutan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui beberapa informasi terkait
diri orang lain.
Altman dan Taylor mengajukan empat tahap perkembangan hubungan antar individu
yaitu:
1. Tahap orientasi :
Komunikasi yang terjadi pada tahap ini bersifat tidak pribadi. Keduanya sudah merasa
cukup mendapat pesan balik, kemudian mereka akan melanjutkan ke tahap selanjutnya.
Jika dicocokkan dengan konflik di atas, Pino sudah menerima pesan larangannya untuk
keluar bermain dari orang tuanya, maka dari itu Pino lebih memilih menyendiri untuk
merenungkan dan melakukan proses komunikasi intrapribadi.
2. Tahap pertukaran efek eksploratif:
Tahap munculnya keterbukaan yang lebih dalam karena telah timbul rasa percaya dan
merasa cocok satu sama lain. Kecocokan tahap ini dalam konflik diatas yaitu saat Ibu
9
memperhatikan Pino dan lalu menghampiri untuk menyampaikan alasan mengapa
orang tuanya melarang Pino untuk bermain saat itu.
3. Tahap pertukaran efek:
Perasaan kritis dan evaluatif mulai muncul pada tingkat yang lebih tinggi dan dalam.
Dalam konflik ini Pino mendapatkan kejelasan terhadap larangan yang diberikan, maka
dari itu Pino memutuskan untuk menuruti dan mengerti maksud dan tujuan dari orang
tuanya.
4. Tahap pertukaran stabil:
Adanya keintiman, masing-masing individu merasa memiliki komunikasi yang
efektif dengan sangat baik satu sama lain. Keintiman dalam konflik diatas tentu saja
antara orang tua dan anaknya, namun keefektifan tergantung pada komunikasi dan
perhatian orang tua terhadap anaknya. Pada konflik di atas, tentu saja orang tua
memberikan pesan dengan dasar perhatian dan kasih sayang, bahkan Pino diberikan
atribusi tanpa ada timbal balik seperti nilai ujian yang bagus. Tapi hal ini yang membuat
Pino menjadi seperti sekarang, mampu menempuh pendidikan yang tinggi dan ingin
mempunyai pendidikan setinggi mungkin, karena dorongan akan kasih sayang dan
perhatian orang tuanya.
10
PENUTUP
Konflik di atas dapat dikategorikan sebagai komunikasi antarpribadi (Interpersonal
communication). Karena adanya 2 – 3 orang yang saling menyadari kehadirannya, dan juga
terdapat ketergantungan komunikasi dan interaksi yang penuh rasa memiliki satu sama lain.
Hal tersebut dikuatkan bahwa komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi
atau membujuk orang lain dengan kemampuan manusia menggunakan kelima indra untuk
mempertinggi daya bujuk pesannya.
A. KESIMPULAN
Adapun cara orang tua menanamkan Komunikasi yang lebih dekat kepada anaknya
dengan cara rajin memberikan nasihat, sering sharing dengan orang tua, memberi pengawasan,
arahan, serta bimbingan kepada anak, akan membuat anak menjadi lebih baik lagi, baik itu dari
segi agama, maupun mindset.
B. SARAN
Kepada orang tua untuk lebih meningkatkan Komunikasi, seperti perhatian, bersikap
lemah lembut, bijaksana, tegas, dan lain-lainnya. Karena orang tua merupakan teladan yang
baik untuk anak. Dan sebagai orang tua harus bersifat tidak egois karena, orang tua itu tidak
seterusnya tua, orang tua itu ada saatnya menjadi sahabat untuk sang anak, dengan adanya
orang tua yang tidak bersifat egois, maka anak pun akan merasakan kebahagiaan dan akan
merasa lebih sangat dekat dengan sosok orang tua.
11
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Deddy. (2017). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Cetakan ke – 21) Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA.
Musman, Asti dan Nadi Mulyadi. (2021). Dasar – dasar Jurnalistik. Yogyakarta:
KOMUNIKA.
Kusuma, Rina. (2017). Komunikasi Antar Pribadi Sebagai Solusi Konflik Pada Hubungan
Remaja dan Orang Tua Di SMK Batik 2 Surakarta. WARTA LPM, 20(1), 49 – 54.
Diakses pada Maret 2017, dari
https://journals.ums.ac.id/index.php/warta/article/view/3642
Wijayaningsih, Ria dan Khusnil, Mufaidah. (2012). Pendekatan Kuantitatif Umum dan
Pendekatan Kualitatif Umum. Diakses pada 28 April 2016, dari
https://fia.ub.ac.id/rsc/info-kegiatan/pendekatan-kuantitatif-umum-dan-pendekatan-
kualitatif-
umum.html#:~:text=Post%20positivisme%20adalah%20aliran%20yang,nyata%2C%2
0ada%20sesuai%20hukum%20alam.
Universitas Raharja. (2020). Penelitian Kualitatif. Diakses pada 29 Oktober 2020, dari
https://raharja.ac.id/2020/10/29/penelitian-
kualitatif/#:~:text=Penelitian%20kualitatif%20adalah%20jenis%20penelitian,tertentu
%20menurut%20perspektif%20peneliti%20sendiri.
E – INTERNASIONAL RELATIONS. (2021). Positivism, Post – Positivism and
Interpretivism. Diakses pada 25 September 2021, dari https://www.e-
ir.info/2021/09/25/positivism-post-positivism-and-interpretivism/
Daniapusti, Annasya. (2017). Komunikasi Verbal dan Nonverbal Dalam Olahraga
SOFTBALL. Studi Deskriptif Kualitatif mengenai Komunikasi Verbal dan Nonverbal
dalam Strategi Permainan Olahraga Softball pada Tim Klub Blue Strike UNY
Yogyakarta 2017(1), 2. Diakses pada November 2017, dari
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/72114/KOMUNIKASI-VERBAL-DAN-
NONVERBAL-DALAM-OLAHRAGA-SOFTBALL-Studi-Deskriptif-Kualitatif-
mengenai-Komunikasi-Verbal-dan-Nonverbal-dalam-Strategi-Permainan-Olahraga-
Softball-pada-Tim-Klub-Blue-Strike-UNY-Yogyakarta-2017
Dewi, Tyas dan Agustin, Handayani. (2013). Kemampuan Mengelola Konflik Interpersonal di
Tempat Kerja Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Komunikasi Interpersonal dan Tipe
12
Kepribadian Ekstrovert. Jurnal Psikologi Undip, 12(1), 33 – 43. Diakses pada April
2013, dari https://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/8335/6864
Fatmawati, Nurul. (2021). Berkomunikasi Secara Efektif, Ciri Pribadi Yang Berintegras dan
Penuh Semangat. Diakses pada Juni 2021, dari
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-semarang/baca-
artikel/13988/Berkomunikasi-Secara-Efektif-Ciri-Pribadi-yang-Berintegritas-Dan-
Penuh-Semangat.html
Heru. (2017). 14 Teori – teori Komunikasi Antar Pribadi dan Pengertiannya. Diakses pada
November 2022, dari https://pakarkomunikasi.com/teori-teori-komunikasi-antar-
pribadi
Retno, Devita. (2017). Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik Menurut Bloom – Perkembangan
dan Peranan. Diakses pada 12 April 2017, dari https://dosenpsikologi.com/kognitif-
afektif-dan-psikomotorik
13