ABSTRAK
Kebudayaan dan komunikasi adalah dua hal yang saling mempengaruhi satu sama lainnya
dan tidak dapat terpisahkan. Pengaruh dari kedua hal tersebut berdampak kepada proses
komunikasi antar sesama manusia. Dengan adanya keberagaman kebudayaan maka
bermunculan kelompok – kelompok tertentu dalam kehidupan bermasyarakat. Keberagaman
budaya yang berbeda inilah yang dapat menimbulkan konflik antar sesama masyarakatnya.
Penelitian ini bertujuan untuk meminimalisir pergesekan antar masyarakat yang terjadi akibat
perbedaan kebudayaan. Penelitian ini menggunakan teori tabula rasa, yang menekankan
bahwa manusia terlahir bersih tanpa mengetahui apapun dan denganseiring bertambahnya
usia maka makin bertambah juga pengalaman hidup dan ilmu pengetahuannya. Serta
penelitian ini memakai teori disonasi kognitif yang dimana setiap manusia mencoba untuk
mengurangi ketidaknyamanan secara psikologis. Metode pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan melalui wawancara secara lansung. Perbedaan kebudayaan dapat menimbulkan
konflik antar sesama manusia. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa apabila
manusia bijak dalam menyikapi suatu perbedaan maka manusia dapat meminimalisir konflik
yang ada.
Miss Communication yang terjadi di antara remaja yang mempunyai kegemaran terhadap
musik pop seperti musik pop Korea ( Kpop) dan pop Jepang (Jpop). Arin ( nama samaran )
adalah penyuka aliran musik Jpop yang sudah mengikuti aliran musik tersebut sejak dia SMP.
Pada saat ia menjadi mahasiswa, ia bertemu dengan seseorang yang sangat menyukai musik
aliran Kpop di media sosial yang bernama Rina ( nama samaran ). Saat mereka sedang
membahas tentang aliran musik yang mereka sukai, tiba – tiba Rina membicarakan bahwa
grup penyanyi Jpop itu kebanyakan lip sync ( kegiatan bernyanyi yang tidak menggunakan
suara asli dari penyanyi tersebut ). Hal itu tentu memicu konflik dengan Arin yang dimana
Arin mengatakan bahwa setiap penyanyi pasti pernah lip sync yang tergantung kondisi dan
situasi.
Akhirnya Arin menampilkan beberapa grup penyanyi Jepang yang bernyanyi secara
lansung tanpa lip sync. Disitu Rina tersadar bahwa stigma yang ia pikirkan tentang Jpop
selama ini berbeda dengan kenyataannya. Kurangnya pengetahuan Rina terhadap musik
aliran Jpop dapat memicu konflik terhadap Arin ataupun penggemar musik Jpop.
Ilmu Antropologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang manusia baik secara fisik
(biologis) maupun secara sosio-kultural.
Di dalam ilmu komunikasi yang telah saya pelajari selama ini dijelaskan bahwa di dalam
proses komunikasi terdapat noise/gangguan yang terjadi dikarenakan beberapa faktor yang
melatar belakanginya seperti lingkungan, ilmu pengetahuan, dan budaya. Dikarenakan hal
tersebut, terjadi perbedaan penafsiran antara komunikator dan juga komunikan.
Dari konflik yang saya pilih terdapat perbedaan persepsi yang dilatar belakangi kurangnya
pengetahuan terhadap suatu budaya. Rina yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan
tentang industri musik populer Jepang , sehingga hal tersebutlah yang memicu konflik. Miss
communication yang terjadi diantara keduanya, disebabkan oleh gangguan/noise yang terjadi
dalam komunikaai mereka. Salah satu faktor penyebabnya adalah perbedaan budaya tersebut
yaitu pengetahuannya. Untuk itu diperlukan suatu ilmu yang menjadikan landasan dalam
berkomunikasi. Hal ini bertujuan agar pada saat kita berkomunikasi, kita mengetahui
bagaimana kita dalam menyampaikan suatu pesan dan memberi respon terhadap lawan
bicara pada saat melakukan proses komunikasi. Apabila kita sebagai komunikan merasa ragu
dalam menyampaikan suatu respon ada baiknya kita bertanya kembali bahwa yang
disampaikan oleh komunikator kurang jelas atau kurang dipahami daripada memberikan
respon yang akan merusak hubungan.
Konflik yang terjadi antara Arin dan Rina disebabkan adanya perbedaan budaya antara
keduanya. Pengetahuan Arin dan Rina tentang kebudayaan dari negeri Asia Timur tersebut
menjadi pemicu konflik antar mereka berdua. Sehingga proses komunikasi mereka menjadi
terhambat karena mengalami gangguan/noise. Tentu saja menurut saya gangguan tersebut
yaitu perbedaan budaya yang mereka miliki menjadi faktor utama dari miss communication
antara mereka berdua. Gangguan yang dapat mempengaruhi atau merusak pesan ada empat
menurut Wood dalam (Zaki 2018) yaitu ada gangguan psikologis, fisik, semantik, dan
fisiologis. Gangguan fisiologis disebabkan oleh rasa lapar, lelah, sakit kepala (pusing), dan
sebab-sebab lain yang memengaruhi perasaan dan bagaimana Anda berpikir.
Menurut saya dalam proses komunikasi, kita sebagai pelaku komunikasi akan menjawab
beberapa pertanyaan yaitu siapa yang menjalankan komunikasi tersebut, media apa yang
digunakan dalam komunikasi tersebut dan bagaimanakah dampak ataupun efek dari
komunikasi tersebut. Selain itu, menurut C. Kluckhohn dalam (Angga.2011) bahwa unsur –
unsur kebudayaan terdiri dari peralatan dan perlengkapan hidup ,mata pencaharian, sistem
kemasyarakatan ,bahasa ,kesenian ,sistem pengetahuan, dan religi ( sistem kepercayaan ).
Maka menurut saya dengan adanya perbedaan budaya dapat memicu konflik yang bisa
menjadi faktor dari adanya miss communication tersebut. Apabila terjadi miss
communication, maka hal tersebut disebabkan karena komunikasi antara komunikator dan
komunikan tidak efektif sehingga terjadi gangguan pada saat komunikator hendak
memberikan respon.
Untuk itu dengan mempelajari antropologi komunikasi, diharapkan komunikator dan juga
komunikan dapat menjalani komunikasi yang efektif sehingga dapat meminimalisir
terjadinya gesekan atau konflik antar masyarakat yang bisa menjadi pemicu memecah belah
bangsa. Dengan demikian sangat penting untuk menghindari suatu konflik yang terjadi akibat
misskomunikasi apalagi konflik tersebut sudah berdampak bagi suatu bangsa. Dengan
menghindari konflik maka hal tersebut telah memperkecil terjadinya miss communication.
Dengan kurangnya atau kecilnya terjadi miss communication maka dapat dikatakan proses
komunikasi yang dilakukan sudah efektif dan sangat baik bila mana sampai mendapatkan
feedback atau timbal balik dari komunikan yang diajak bertukar pesan.
METODOLOGI PENELITIAN
A. DATA INFORMAN
Informan 1
Nama : Arin
Usia : 25 tahun
Kelamin : Perempuan
Informan 2
Nama : Rina
Usia : 19 tahun
Kelamin : Perempuan
1. Wawancara
Wawancara itu suatu cara mengumpulkan data dengan memberikan pertanyaan –
pertanyaan kepada informan. Wawancara mempunyai tiga bentuk yaitu wawancara
terstruktur, wawancara tidak terstruktur dan juga wawancara campuran.
2. Observasi
Observasi itu suatu cara mengumpulkan data dengan cara terjun lansung atau
melakukan pengamatan pada objek penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan secara lansung untuk
mengetahui bagaimana konflik berlansung. Peneliti melakukan pendekatan terlebih
dahulu kepada informan agar pada saat melakukan observasi dapat berlansung dengan
baik.
PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian terhadap miss communication antar
dua perempuan di media sosial akibat perbedaan kebudayaan sehingga menimbulkan konflik
diantara keduanya. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan juga
observasi kepada informan yang menjadi objek penelitian ini. Peneliti menggunakan teori
tabula rasa sebagai acuan dalam penelitian ini.
Perbedaan adalah hal yang seharusnya biasa bagi manusia, hanya saja bagaimana kita bisa
menyikapi perbedaan itu agar tidak menimbulkan konflik antar sesama manusia.
Menurut John Locke dalam (Diandra 2021) bahwa manusia terlahir bersih tanpa pengetahuan
apa – apa dan akan membentuk kepribadiaanya seiring dengan berjalannya waktu dengan
bertambahnya pengalaman dan pengetahuan mereka. Karena hal ini John Locke membuat
teori tabula rasa. Dimana dalam teori ini menggambarkan bahwa manusia itu mempunyai
potensi untuk bisa terlahir dengan kepribadian yang sama, namun pengalaman yang mereka
dapatkan selama hidup membuat kepribadian itu menjadi berbeda – beda antar satu manusia
dengan manusia lainnya. Teori tabula rasa berkaitan erat dengan sebuah pengalaman individu
yang dimana pengalaman awal seorang indivud pertama kali didapatkan dari rumah yaitu dari
kedua orangtuanya ketika mereka masih anak - anak. Menurut Sudirman dalam
(Muhammadiyah 2021) bahwa setiap anak lahir dengan kemampuan yang sama dan setelah
itu perkembangannya berdasarkan apa yang diberikan oleh orang tuanya. Tentunya
dikarenakan perbedaan pengalaman hidup yang didapatkan dari latar belakang yang berbeda,
maka menimbulkan persepsi yang berbeda diantara setiap manusia terhadap informasi yang
mereka dapatkan. Apabila kita sebagai manusia tidak bijak dalam memberikan persepsi
terhadap suatu permasalahan, maka dapat menimbulkan konflik antar sesama manusia.
Apabila konflik dalam penelitian ini dikaitkan dengan teori tabula rasa, dapat disimpulkan
bahwa Arin dan juga Rina pada awalnya tidak mengetahui musik pop Jepang dan juga Korea.
Namun dengan masuknya budaya asing ke Indonesia yang dikarenakan era globalisasi, maka
mereka berdua mulai mengetahui sedikit demi sedikit terkait musik pop Jepang ataupun
Korea. Dikarenakan mereka mempunyai minat yang berbeda pada bidang musik pop inilah,
maka latar belakang pengetahuan tentang musik pop yang mereka punya pun berbeda.
Dengan berbedanya latar belakang tersebut, maka terciptalah persepsi yang berbeda
berdasarkan pengetahuan musik pop yang mereka ketahui. Hal ini memicu konflik antara
Arin dan Rina dikarenakan mereka hanya memahami atau mengetahui musik yang mereka
kuasai atau minati saja tanpa mencari tahu hal lainnya.
Pada saat informasi baru sampai pada suatu individu, maka tiap individu memproses
informasi tersebut sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman mereka masing – masing.
Namun, dalam praktiknya bias saja lawan bicara mempertahankan persepsinya tersebut.
Disaat suatu individu merasakan adanya perbedaan persepsi terhadap suatu informasi baru
yang dirasa dapat menimbulkan konflik maka cenderung individu tersebut menghindari
informasi baru tersebut. Menurut Festinger dalam (Mukarom 2021) ketika seseorang
memiliki dua atau lebih informasi yang relevan satu sama lain tetapi tidak konsisten hal
tersebut adalah bentuk dari disonansi. Dengan menggunakan teori ini, menurut Festinger
dalam (Fadila 2021) menunjukkan bahwa setiap orang memiliki keinginan dalam batinnya
untuk menjaga agar semua sikap dan perilaku tetap selaras dan terhindar dari
ketidakharmonisan (disonasi).
Dalam (Mukarom 2021) dijelaskan bahwa disonasi kognitif terjadi melalui empat proses
persepsi yaitu sebagai berikut.
1. Selective exposure adalah cara mengurangi disonasi dengan mencari informasi yang
konsisten dengan sikap dan perilaku seseorang.
2. Selective attention adalah cara mengurangi disonasi kognitif dengan memperhatikan
informasi tertentu atau informasi yang konsisten terhadap sikap dan perilaku
seseorang.
3. Selective interpretation adalah cara mengurangi disonansi dengan menafsirkan
informasi yang ambigu agar sesuai dengan sikap dan perilaku.
4. Selective retention adalah cara seseorang yang hanya mengingat informasi yang
konsisten dengan keyakinannya sendiri.
Konflik yang terjadi antara Arin dan Rina di media sosial, ternyata berpengaruh kepada
hubungan mereka berdua yang tadinya sangat dekat lalu berubah menjadi hubungan yang
merenggang. Biasanya Arin dan Rina akan saling bercerita saat bertemu di kampus dan juga
saling membalas pesan di media sosial. Namun, konflik yang diakibatkan oleh perbedaan ini
membuat hubungan mereka merenggang beberapa bulan. Dikarenakan Arin dan Rina masih
saling bertemu di kampus dan mereka masih saling membutuhkan, maka keduanya
memutuskan untuk berdamai. Dalam proses baikan ini, memang tidak mudah untuk mereka
berdua karena dalam hati mereka masih ada rasa ketidaknyamanan antara satu dan yang
lainnya.
Untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan tersebut maka Arin dan juga Rina mencoba
untuk meminimalisir konflik, yaitu mereka berdua melakukan seleksi terhadap informasi
yang didapatkan terkait dengan informasi tentang musik pop terutama musik pop Jepang dan
juga Korea. Baik Arin dan Rina, mereka membuat suatu keyakinan yang baru terhadap suatu
informasi untuk menambah pengetahuan mereka terkait musik pop Jepang dan Korea agar
tercipta persepsi yang baik antar satu sama lainnya. Selain itu, mereka berdua mengabaikan
segala informasi ambigu atau informasi lainnya yang dapat memicu konflik dengan tidak
membahas tentang musik pop Jepang dan Korea ketika mereka berdua sedang berkomunikasi
antar mereka berdua. Dalam proses perubahan untuk meminimalisir disonasi ini memang
tidak mudah dikarenakan hal yang sudah lama diyakini dipaksakan untuk berubah, selain itu
mereka berdua tidak tahu pasti apakah cara yang mereka lakukan sudah pasti mengurangi
disonasi yang ada.
KESIMPULAN
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia. Dalam Ilmu antropologi, kita
juga mempelajari bagaimana manusia berinteraksi dengan manusia lainnya. Proses interaksi
tidak terlepas dari Ilmu Komunikasi. Ketika komunikasi antar sesama manusia diaplikasikan
dengan bijak maka akan menciptakan hubungan yang harmonis, namun manusia tidak ada
yang sempurna sehingga terdapat kesalahan ketika sedang melakukan komunikasi. Kesalahan
ini baik besar maupun kecil dapat memicu konflik bergantung bagaimana masing – masing
individu menyikapinya. Sikap dan perilaku dari tiap individu itu tergantung dari latar
belakang pengetahuan dari pengalaman yang mereka dapatkan.
Apabila dikaitkan dengan teori tabula rasa yang dimana dalam teori ini menjelaskan
bahwa setiap individu terlahir sama – sama tidak memiliki pengetahuan apapun seperti kertas
putih. Namun seiring berjalannya waktu dengan munculnya berbagai pengetahuan dan
pengalaman yang berbeda – beda maka manusia mempunyai pandangan yang berbeda – beda
terhadap suatu informasi.
Akan tetapi dalam teori disonasi kognitif memyatakan bahwa setiap individu mempunyai
pengetahuan yang berbeda dan dengan konsisten memegang keyakinan yang mereka ketahui
tersebut. Konflik yang terjadi karena ketidakselarasan ( disonasi ) ini disebabkan oleh
persepsi yang berbeda berdasarkan pengetahuan yang mereka dapatkan. Suatu individu akan
mengelola informasi yang didapatkan sesuai keyakinan mereka dan mengabaikan informasi
yang tidak sesuai dengan keyakinannya.
Untuk meminimalisir konflik tersebut maka manusia harus bisa menerima segala
informasi dengan bijak. Mengubah cara pandang dengan pengetahuan yang baru dapat
meminimalisir konflik walaupun proses untuk merubah suatu persepsi yang telah ditanamkan
cukup lama tersebut tidak mudah berubah begitu saja. Balik lagi pada dasarnya bahwa
manusia makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya untuk bertahan hidup, maka
tiap manusia harus menanamkan rasa saling menghargai.
DAFTAR PUSTAKA
Diandra, Dessy. 2021. Pengantar Antropologi . ed. Puspa. Yogyakarta: Diva Press.
Fadila, Ihda. 2021. “Disonansi Kognitif, Saat Perilaku dan Keyakinan Tak Sejalan • Hello
Sehat.” https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/disonansi-kognitif/ (Mei 6, 2023).
Fajar Putra, Dewanto. 2016. Teori-Teori Komunikasi Konflik: Upaya Memahami Memetakan
Konflik - . Malang: UB Press.
Mukarom, Zaenal. 2021. Teori Teori Komunikasi Berdasarkan Konteks. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.