Anda di halaman 1dari 6

BUDAYA JEPANG DAN PERILAKU KOMUNIKASI

KOMUNITAS SEIKATSU COSPLAY

(STUDI FENOMENOLOGI TENTANG PERILAKU KOMUNIKASI


PENGGEMAR BUDAYA POPULER JEPANG YANG TERGABUNG
DALAM KOMUNITAS SEIKATSU COSPLAY DI PEKANBARU)

Sinopsis Rencana Penelitian

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Riau

Guna memenuhi berbagai persyaratan

Oleh :

DYMAS PUTRA ANJASMARA

NIM : 180501004

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jepang merupakan salah satu negara di Asia yang memanfaatkan teknologi


sebagai pertukaran Informasi dalam memperkenalkan budaya mereka dan Jepang
telah dikenal sebagai negara maju yang tetap mempertahankan dan memelihara
budaya tradisionalnya serta mengembangkan budaya populernya. Budaya populer
Jepang tersebut telah berhasil menarik perhatian masyarakat internasional.
Beberapa contoh budaya populer Jepang seperti manga (komik), anime (animasi),
game, Japanese popular music (J-pop), dorama (drama televisi) dan Cosplay
merupakan berbagai variasi dari budaya populer Jepang yang telah diterima
dengan baik di bagian timur dan tenggara Asia. Dimulai dari animasi hingga
idola, budaya muda Jepang telah menciptakan sekelompok orang yang lebih
sering disebut dengan sebutan Weaboo di dalam kawasan Asia.

Budaya populer sendiri muncul dari interaksi sehari-hari berdasarkan dari


kebutuhan suatu masyarakat. Budaya ini mencakup seluruh praktik kehidupan
seharihari, mulai dari gaya berpakaian, memasak, olahraga, hingga dunia hiburan.
Budaya populer merupakan produk masyarakat industrial, kegiatan pemaknaan
dan hasil kebudayaan ditampilkan dalam jumlah besar, kerap dengan bantuan
teknologi 2 produksi, distribusi, dan penggandaan massal, sehingga mudah
dijangkau oleh masyarakat (Heryanto, 2012).

Dikutip dari laman sukajepang.com, budaya populer Jepang bukanlah suatu


fenomena yang baru. Budaya itu sendiri telah lama berkembang di luar Jepang
dan terutama di bagian timur dan tenggara Asia setidaknya sejak akhir tahun
1970-an. Animasi dan komik Jepang seperti Doraemon, sebuah cerita fantasi yang
memperkenalkan robot berbentuk seperti kucing yang dapat membuat keinginan
dari anak-anak menjadi kenyataan, hal ini telah menjadi bagian dari kehidupan
sehari-hari bagi anak-anak hampir di seluruh bagian dari Asia.

Bagaimanapun juga akhir-akhir ini, penyebarluasan budaya populer Jepang


di bagian timur dan tenggara Asia telah maju ke tahap yang lebih lanjut. Industri
media Jepang dan industri media Asia lainnya secara sistematis dan kolaboratif
mempromosikan budaya populer Jepang sebagai sebuah konsumsi yang rutin bagi
kalangan muda secara luas di berbagai macam pasar di bagian timur dan tenggara
Asia. Banyak kalangan muda yang merasakan simpati yang lebih intensif terhadap
roman yang diceritakan dalam drama TV Jepang, atau dengan fashion terbaru,
gaya musik populer yang trendi, atau dengan gosip mengenai bintang idola Jepang
daripada yang mereka rasakan terhadap bagian dari budaya populer Amerika yang
telah lama mendominasi dunia budaya kalangan muda.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengikuti perkembangan


budaya popular Jepang. Globalisasi budaya popular Jepang kini dapat dibuktikan
dengan semakin banyak acara-acara yang bertemakan Jepang seperti, festival
manga, cosplay, anime, budaya dan tentunya konser J-pop. J-pop sendiri masuk
ke Indonesia semejak tahun 1980-an, diawali dengan meledaknya lagu Kokoro no
tomo oleh Mayumi Itsuwa. Pada masa itu, tiba-tiba semua penggemar musik pop
bisa berbahasa Jepang (Ryani, 2014). Hingga saat ini sudah banyak band dan grup
musik tanah air yang beraliran Jpop. Tidak hanya menggunakan bahasa Jepang
dalam setiap lagunya tetapi juga menggunakan atribut dan gaya J-pop.

Fenomena budaya Jepang yang memasuki negeri ini ditandai dengan


semakin banyaknya bermunculan komunitas-komunitas pencinta budaya Jepang
dikalangan generasi muda. Tidak sedikit dijumpai acara-acara bertajuk budaya
Jepang di lingkungan sekitar dan penyelenggaranya juga sebagian besar
merupakan pemuda lokal. Beberapa diantaranya pula ikut aktif dalam kegiatan-
kegiatan serupa sebagai bagian dari komunitas atau perkumpulan orang-orang
yang menggemari segala hal tentang Jepang termasuk budaya populer Jepang
yang diikutinya.
Komunitas Seikatsu Cosplay Pekanbaru merupakan salah satu dari banyak
perkumpulan pecinta budaya populer Jepang di Pekanbaru, eksistensi komunitas
ini lumayan intens melakukan pertemuan-pertemuan dan aktif menyelenggarakan
kegiatan event bertajuk Cosplay di berbagai tempat dan di tempat yang telah
ditentukan. Keberadaan komunitas ini secara tidak langsung sudah membuat
eksistensi budaya Jepang semakin melonjak di Indonesia.

Fenomena inilah yang kemudian menjadi dasar pemikiran dalam melakukan


penelitian ini guna mencari tau mengenai penjelasan tentang perilaku komunikasi
penggemar budaya populer Jepang yang tergabung dalam komunitas Seikatsu
Cosplay Pekanbaru.

1.2. Perumusan Masalah


Sejalan dengan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana perilaku komunikasi penggemar budaya populer
Jepang yang tergabung dalam komunitas Seikatsu Cosplay Pekanbaru.?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan jawaban atau sasaran yang ingin dicapai
penulis dalam sebuah penelitian. Oleh sebab itu, tujuan penelitian ini adalah
ditujukan untuk mengetahui perkembangan budaya Jepang di Indonesia dan
mengidentifikasi serta memahami cerminan perilaku komunikasi pada komunitas
Seikatsu Cosplay Pekanbaru dari kebiasaannya mempresentasikan budaya populer
Jepang.
1.4. Metode Penelitian Penelitian

Metode penelitian merupakan komponen yang paling penting dalam


penelitian. Metode merupakan keseluruhan langkah ilmiah yang digunakan untuk
menemukan solusi atas suatu masalah ( Ulber Silalahi: 2009: 13). Metode
penelitian itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu setiap prosedur yang
digunakan untuk mencapai tujuan akhir (Sulistyo Basuki: 2006: 92).

Adapun metode penelitian yang digunakan untuk meneliti kasus atau


fenomena ini yaitu menggunakan model penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian
kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut
pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide,
persepsi, pendapat, atau kepercayaan orang yang diteliti; kesemuanya tidak dapat
diukur dengan angka (Sulistyo-Basuki, 2006:78). Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dalam mengungkapkan fakta
dari lapangan. Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang memiliki
tujuan menjelaskan atau menggambarkan suatu fenomena tertentu dengan
mendeskripsikan hubungan variabel dengan fenomena yang diteliti. Penelitian ini
menganalisis dan menguraikan data secara sistematis sehingga menghasilkan
kesimpulan yang akurat.

Selain itu penelitian ini juga menggunakan pendekatan fenomenologi melalui


pengumpulan informasi untuk memahami suatu peristiwa atau pengalaman serta
hal-hal yang berkaitan dengan pelaku yang terlibat dalam situasi tertentu.
Pendekatan fenomenologi berusaha memahami makna dari suatu peristiwa yang
berfokus pada pengalaman subjektif manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Hartono, 2011. “Metodologi Penelitian.” Pekanbaru: Zanafa Publishing.

Ulber Silalahi. 2009. Metode Penletian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

Nugroho, Prista Ardi. 2016. Anime Sebagai Budaya Populer (Studi Pada
Komunitas Anime di Yogyakarta). Skripsi. Program Studi Sosiologi.
Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Yogyakarta.

A3. 2015. Macam Tradisi & Budaya Jepang, Budaya Tradisional Hingga
Modern.(online).(http://sukajepang.com/macam-macam-budaya-jepang/,
di askes pada tanggal 11 Agustus 2021)

Anda mungkin juga menyukai