Anda di halaman 1dari 15

Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi

Vol. 6 No. 1 Juni 2020


E-ISSN: 2580-5134, P-ISSN: 2442-6822
Web: http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/yurisprudentia

HUKUM SENTUHAN KULIT (JABAT TANGAN)

Dahliati Simanjuntak
Insitut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum
Email:dahliati.pohan@gmail.com

Abstract
One of the many problems faced by the community, is the problem of shaking
hands with men, especially with non mahram relatives.now days, the
handshake between men andwomen who are not mahram is almost a custom
and tradition that is considered very advanced.more so on holidays,
gatherings and the like. this we see a lot of televisionand sometimes even
accompanied by kisses and hugs. they have followed western traditions and
imitated their lifestyles.

Kata Kunci: Hukum Islam, Jabat tangan, Mushafahah

A. Pendahuluan selamat atasnya) dan berjabat tangan antara


Salah satu persoalan yang banyak yang satu dengan yang lain. 1
dihadapi oleh masyarakat, yaitu masalah atau Persoalannya apakah ada nash al-
persoalan berjabat tangan antara laki-laki Qur‟an dan sunnah yang mengharamkan
dengan wanita yang bukan muhrim, berjabat tangan antara laki-laki dengan wanita,
khususnya terhadap kerabat, seperti anak padahal banyak motivasi kemasyarakatan atau
paman atau anak bibi, atau istri saudara ayah kekeluargaan yang melatarinya, di samping
atau istri saudara ibu, atau saudara wanita istri, ada rasa saling percaya, aman dari fitnah, dan
atau wanita-wanita lainnya yang ada jauh dari rangsangan syahwat. Sedangkan
hubungan kekerabatan atau persemendaan. kalau kita tidak mau berjabat tangan, maka
Lebih-lebih dalam momen-momen tertentu, mereka memandang kita orang-orang
seperti pada hari raya Id Fithri, Id Adha, acara beragama ini kuno dan terlalu ketat,
nikahan, datang dari bepergian, sembuh dari merendahkan wanita, selalu berprasangka
sakit, datang dari haji atau umrah, atau saat- buruk kepadanya dan sebagainya. Keutamaan
saat lainnya yang biasanya para kerabat, jabat tangan ini dijelaskan dalam suatu
tetangga, dan teman-teman lantas riwayat:
menemuinya dan bertahni‟ah (mengucapkan “Tidaklah dua orang muslim saling
bertemu kemudianberjabat tangan,

1
Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer,
Jilid 2. (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hal. 402-403

27
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 6 No. 1 Juni 2020

kecuali akan diampuni dosa-dosa gejala-gejala lainnya.4 Guna mendeskripsikan


mereka berdua sebelum mereka
hukum berjabat tangan antara laki-laki dan
berpisah”.2
perempuan pada saat acara-acara, seperti saat
Mushafahah atau berjabat tangan yang
pernikahan, dan selanjutnya dilakukan analisis
dilakukan antara seorang laki-laki dan
hukum islam untuk mendapatkan kejelasan
perempuan menimbulkan suatu permasalahan
hukumnya.
di dalam masyarakat. Sebagian masyarakat
Artikel ini dimaksudkan untuk
mempercayai kebolehannya justru sebagian
mengkaji nashnash al-Qur‟an, hadis, fatwa
masyarakat mempercayai keharamannya.
ulama untuk melihat sejauh mana kesimpulan
Kepercayaan ini mengacu kepada dua
yang dapat ditarik dari nash-nash yang
pendapat ulama. Pendapat yang
berbicara tentang sentuhan kulit (jabat
mempercayainya diperbolehkan seperti
tangan).
pendapatnyan Yusuf Qordhawi sedangkan
yang tidak mempercayainya mengacu kepada
C. Pembahasan
pendapat Muhammad bin Shalih al-Utsaimin.
Berkaitan dengan persoalan ini, al-
Qur‟an tidak ada menjelaskan secara qat‟i
B. Metode Penelitian tentang hukum berjabat tangan antara laki-laki
Terdapat berbagai macam cara atau dan perempuan yang bukan mahram. Akan
metode penelitian yang bisa digunakan tetapi ada ayat yang dijadikan qiyas terkait
seorang peneliti demi memudahkan dan demi masalah ini. Menurut Fatwa Majlis Tarjih
berhasilnya suatu penelitian. Penelitian ini Muhammadiyah pada pertengahan tahun 1376
dengan pendekatan kualitatif lebih H./1956 M. hukum berjabat tangan antara
menekankan analisanya pada proses laki-laki dan perempuan yang bukan mahram
penyimpulan deduktif dan induktif serta adalah haram.5 Hal ini dapat dilihat pada surat
analisis terhadap dinamika antara fenomena al-Nur ayat 30 dan surat al-Ahzab ayat 59.
yang diamati.3
َ‫ىا فُ ُرو َج ُه ْم ۚ َٰذَلِك‬ ۟ ‫ظ‬ ۟ ‫قُل ِلّ ْل ُمؤْ ِمنِينَ يَغُض‬
َ َٰ ‫ُّىا ِم ْن أ َ ْب‬
ُ َ‫ص ِر ِه ْم َويَحْ ف‬
Penelitian ini bersifat deskriptif,
َ ‫صنَ ُى‬ ‫ٱّللَ َر ِۢ َ م‬
ْ َ‫ير ِب َمْ ي‬ َّ َّ ‫أ َ ْزك ََٰى لَ ُه ْم ۗ ِإ‬
artinya penelitian ini adalah penelitian yang
dimaksudkan untuk memberikan data seteliti
mungkin tentang manusia, keadaan atau
4
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Hukum, (Jakarta: UI Press, 1994), hal.10
5
2 Shiddiqi Nourouzzaman, Fiqih Indonesia
Abu Daud, Sunan Abu Daud, Beirut:
Maktabah al-Isriyah, t.t Penggagas dan gagasannya, Yogyakarta:Pustaka
3
Saifudin Azwar, Metode Penelitian, Pelajar, 1997
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Cet, ke-X, hal. 5

28
Hukum Sentuhan Kulit…|Dahliati Simanjuntak

“Katakanlah kepada laki-laki yang kepadamu perempuan-perempuan yang


beriman: "Hendaklah mereka menahan
beriman untuk mengadakan janji setia
pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah kepadamu, bahwa mereka tidak akan
lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
menyekutukan Allah dengan sesuatu
Allah maha mengetahui apa yang mereka
perbuat". apapun” (al-Mumtahanah: 12) (Ayat ini
turun berkenaan dengan wanita-wanita
‫ك َو ن ِ سَ ْ ِء‬ َ ِ ‫ك َو ب َ ن َْ ت‬ ِ ‫ي ق ُ ْل ِِل َ ْز َو‬
َ ‫اج‬ ُّ ِ ۢ َّ ‫ي َ ْ أ َي ُّ َه ْ ال ن‬ muslimah yang ingin berbaiat kepada
َ ِ‫الْ ُم ْؤ ِم ن ِ ي َن ي ُ د ْ ن ِ ي َن عَ ل َ يْ ِه َّن ِم ْن َج ََل ب ِ ي ۢ ِ ِه َّن ۚ ذَٰ َ ل‬
‫ك‬ Rasulullah SAW).

ً ُ ‫أ َد ْ ن ََٰى أ َ ْ ي ُ ْ َر فْ َن ف َ ََل ي ُ ْؤ ذ َيْ َن ۗ َو كَ ْ َ َّللاَّ ُ غَ ف‬


‫ىر ا‬ Kemudian beliau menerangkan
hadits dari Urwah bahwasanya „Aisyah
ً‫َر ِح ي م‬
R.A berkata: “Rasulullah SAW. diuji
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri- dengan ayat ini “Jika datang kepadamu
isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah perempuan-perempuan beriman”. Ma‟mur
mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh berkata bahwasanya Ibnu Thawus
tubuh mereka". Yang demikian itu supaya
mereka lebih mudah untuk dikenal, mengabarkan dari bapaknya: “Tidak boleh
karena itu mereka tidak di ganggu. Allah seorang laki-laki menyentuh tangan
adalah maha pengampun lagi maha
penyayang”. perempuan kecuali perempuan yang ia
miliki”.
Berjabat tangan dengan non muhrim
„Aisyah Radhiyallahu „Anha juga
dalam pandangan 4 mazhab:
mengatakan di dalam Kitab Shahih
1. Madzhab Hanafi.
Bukhari-Muslim: “Tangan Rasulullah
Penulis kitab Al-Hidayah berkata:
Shallallahu „Alaihi wasallam tidaklah
“Tidak diperbolehkan bagi seorang laki-
menyentuh tangan perempuan ketika
laki untuk menyentuh wajah atau telapak
membaiat (mengadakan janji setia)”. Dan
tangan seorang wanita walaupun ia merasa
Rasulullah Shallallahu „Alaihi
aman dari syahwat”. Penulis kitab Ad-Dur
wasallam pun bersabda “(Ketika
Mukhtar mengatakan: “Tidak
membaiat) Aku tidak berjabat tangan
diperbolehkan menyentuh wajah atau
dengan wanita, namun aku membaiatnya
telapak tangan wanita walaupun ia merasa
dengan ucapanku kepada seratus orang
aman dari syahwat”.
wanita sebagaimana baiatku kepada satu
2. Madzhab Maliki orang wanita”. Diriwayatkan pula
Imam Ibnul Arabi, yang merupakan bahwasanya Rasulullah Shallallahu „Alaihi
ulama madzhab Maliki, berkata mengenai wasallam berjabat tangan dengan wanita
firman Allah yang artinya “Ketika datang menggunakan bajunya.

29
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 6 No. 1 Juni 2020

Imam Al-Baaji berkata dalam suara bukanlah aurat. Dan tidak boleh
kitabnya Al-Muntaqa, menyentuh secara langsung wanita yang
Rasulullah Shallallahu „Alaihi bukan mahram jika tidak termasuk hal
wasallam bersabda “Sesungguhnya aku yang darurat, semisal seorang dokter yang
tidak berjabat tangan dengan wanita”. menyentuh pasiennya untuk memeriksa
Yakni tidak berjabat tangan langsung penyakit”.
dengan tangannya. Dari hal tersebut,
diketahui bahwasanya cara berbaiat dengan 4. Madzhab Hambali
laki-laki adalah dengan berjabat tangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
dengannya, namun hal ini terlarang jika mengatakan dalam Majmu Fatawa,
membaiat wanita dengan berjabat tangan “Haram hukumnya memandang wanita
secara langsung. dan amrod (anak berusia baligh tampan
yang tidak tumbuh jenggotnya) diiringi
3. Madzhab As-Syafi‟i
dengan syahwat. Barang siapa yang
Imam Nawawi berkata dalam
membolehkannya, maka ia telah
kitabnya Al-Majmu‟: “Sahabat kami
menyelisihi Ijma (kesepakatan) kaum
berkata bahwa diharamkan untuk
muslimin. Hal ini juga merupakan
memandang dan menyentuh wanita, jika
pendapatnya Imam Ahmad dan Imam Asy-
wanita tersebut telah dewasa. Karena
Syafi‟i. Segala hal yang dapat
sesungguhnya seseorang dihalalkan untuk
menimbulkan syahwat, maka hukumnya
memandang wanita yang bukan
adalah haram tanpa keraguan di dalamnya.
mahramnya jika ia berniat untuk
Baik itu syahwat yang timbul karena
menikahinya atau dalam keadaan jual beli
kenikmatan memandang atau karena
atau ketika ingin mengambil atau memberi
hubungan badan. Dan menyentuh
sesuatu ataupun semisal dengannya.
dihukumi sebagaimana memandang
Namun tidak boleh untuk menyentuh
sesuatu yang haram.”
wanita walaupun dalam keadaan demikian.
Ibnu Muflih dalam Al-
Imam Nawawi pun berkata
Furu‟ mengatakan: “Diperbolehkan
dalam Syarah Shahih Muslim: “Hal ini
berjabat tangan antara wanita dengan
menunjukkan bahwa cara membaiat wanita
wanita, laki-laki dengan laki-laki, laki-laki
adalah dengan perkataan, dan hal ini juga
tua dengan wanita terhormat yang umurnya
menunjukkan, mendengar ucapan atau
tidak muda lagi, karena jika masih muda
suara wanita yang bukan mahram adalah
diharamkan untuk menyentuhnya”. Hal ini
diperbolehkan jika ada kebutuhan, karena

30
Hukum Sentuhan Kulit…|Dahliati Simanjuntak

disebutkan dalam kitab Al-Fusul dan Ar- 1. Pengertian Mushafahah atau Jabat
Tangan
Ri‟ayah.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia
Dan sungguh terdapat ancaman
jabat tangan atau salaman adalah saling
yang keras kepada orang-orang yang
menyalami; memberi salam dengan saling
menyentuh wanita yang bukan
berjabat tangan ketika bertemu,: mereka-
mahramnya, sebagaimana yang disebutkan
sebelum berpisah;6
dalam hadits. Dari Ma‟qil bin Yasar,
Secara definisi, berjabat tangan adalah
bahwasanya Rasulullah bersabda,
menggenggam atau meletakkan tangan orang
“Sesungguhnya salah seorang diantara
lain di tangan kita. Al-Hattab mengatakan:
kalian jika ditusuk dengan jarum dari besi
“Para ulama kami (Malikiyah) mengatakan,
, itu lebih baik baginya daripada
“Jabat tangan artinya meletakkan telapak
menyentuh seorang wanita yang bukan
tangan pada telapak tangan orang lain dan
mahramnya”, (HR. Thabrani dan juga
ditahan beberapa saat, selama rentang waktu
Baihaqi).
yang cukup untuk menyampaikan salam.”
„Aisyah Radhiyallahu
(Hasyiyah Al Adzkar An Nawawi oleh Ali
„Anha berkata “Demi Allah, segala hal
Asy Syariji, hal. 426). Ibn Hajar mengatakan,
yang Rasulullah Shallallahu „Alaihi
“Jabat tangan adalah melekatkan telapak
wasallam tetapkan bagi wanita, maka hal
tangan pada telapak tangan yang lain.” (Fathul
itu adalah perintah dari Allah Ta‟ala. Dan
Bari, 11/54).7
tangan Rasulullah tidaklah menyentuh
Berjabat tangan juga merupakan salah
tangan wanita. Dan perlu diketahui, bahwa
satu ciri orang yang memiliki kelembutan hati.
menyentuh dan berjabat tangan dengan
Orang yang berhati lembut, InsyaAllah akan
wanita yang bukan mahram akan
senantiasa membiasakan diri untuk berjabat
menimbulkan kerusakan yang sangat
tangan dengan sesamanya. Selain itu, dengan
banyak. Diantaranya akan
berjabat tangan juga akan memberikan
menimbulkan syahwat (nafsu) atau
pengaruh yang positif lainnya, yaitu akan
keinginan negatif dan hilangnya rasa malu.
menghilangkan permusuhan dan kedengkian
Karena barang siapa wanita yang
di dalam hati. Dalam hadits riwayat Imam
bermudah-mudahan dalam menjulurkan
Malik disebutkan :
tangannya kepada laki-laki yang bukan
“Dari Atha‟ bin Muslim Abdullah Al-
mahram, maka ia tidak akan segan untuk Khurasani ra, bahwasanya Rasulullah SAW
melakukan yang lebih hina dari itu”. 6
KBBI online, http://kbbi.web.id akses 10 Mei
2020
7
Ibnu Hajar, Ahmad bin Ali, Muhammad
Fuad Abdul Baqi (ed), Fathul Baari, Juz 13, (Riyadh)

31
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 6 No. 1 Juni 2020

bersabda,“Berjabat tanganlah, karena khawatir terjerumus dalam fitnah. Jika


berjabat tangan akan menghilangkan
keduanya bersalaman tidak dengan
kedengkian. Saling memberi hadiahlah,
karena saling memberi hadiah akan syahwat, maka fitnah tidak akan muncul
menumbuhkan rasa saling cinta serta
atau jarang.
menghilangkan permusuhan.” (HR. Imam
Malik)8 Ulama Malikiyyah mengharamkan
berjabat tangan dengan wanita non
2. Ketentuan Hukum Berjabat Tangan
mahram meskipun sudah tua yang laki-laki
Menurut Beberapa Pendapat Ulama’
tidak akan tertarik lagi padanya. Mereka
a. Dalil yang Mengharamkan
berdalil dengan dalil keumuman dalil yang
Wanita selalu menggoda, namun
menyatakan haramnya.
kadang pula godaan juga karena si pria
Sedangkan ulama Syafi‟iyyah
yang nakal. Islam sendiri mengajarkan
berpendapat haramnya bersentuhan
agar tidak terjadi kerusakan dalam
dengan wanita non mahram, termasuk pula
hubungan antara pria dan wanita. Oleh
yang sudah tua. Syafi‟iyah tidak
karenanya, Islam memprotek atau
membedakan antara wanita tua dan gadis.
melindungi dari perbuatan yang tidak
Keharanman ini tentunya di
diinginkan yaitu zina. Karenanya, Islam
tujukan bagi yang bukan mahram, berbeda
mengajarkan berbagai aturan ketika pria-
masalahnya jika yang salaman ini adalah
wanita berinteraksi. Di antara adabnya
mahram ataupun suami istri, dalam kitab
adalah berjabat tangan dengan wanita non
Fathul Mu‟in di terangkan:
mahram.
“Dan sekira haram melihatnya,
Ulama-ulama yang
maka haram pula melihatnya, sebab
mengharamkannya di antaranya :
memegang itu lebih nikmat‟.9 Dalil-dalil
Bersalaman dengan wanita tua
yang jadi pegangan pengharaman:
yang laki-laki tidak memiliki syahwat lagi
Pertama, Allah Ta‟ala berfirman,
dengannya, begitu pula laki-laki tua
“Katakanlah kepada laki-laki yang
dengan wanita muda, atau sesama wanita
beriman :”Hendaklah mereka
tua dan laki-laki tua, itu dibolehkan oleh menundukkan pandangannya dan
memelihara kemaluannya.” (Q.S. An
ulama Hanafiyah dan Hambali dengan
Nuur: 30)
syarat selama aman dari syahwat antara
Kedua, hadits Ma‟qil bin Yasar.
satu dan lainnya. Karena keharaman
Rasulullah shallallahualaihi wa sallam
bersalaman yang mereka anggap adalah
bersabda : “Ditusuknya kepala seseorang
8
9
http://rikzamaulan.blogspot.co.id/2011/11/fiqh- Keputusan muktamar, munas, dan konbes
berjabat-tangan.html.akses 8 Mei 2020 , nahdlotul ulama‟.(Khalitsa:Surabaya), 2011.hlm.335 22

32
Hukum Sentuhan Kulit…|Dahliati Simanjuntak

dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik pembahasan masalah hukum berjabat
baginya daripada menyentuh wanita yang tangan beliau menekankan:
bukan mahramnya.” (HR. Thobroni dalam Pertama, bahwa berjabat tangan
Mu‟jam Al Kabir. antara laki-laki dan perempuan itu hanya
Ketiga, dalil qiyas (analogi). Melihat diperbolehkan apabila tidak disertai dengan
wanita yang bukan mahram secara sengaja syahwat serta aman dari fitnah (fitnah seperti:
dan tidak ada sebab yang syar‟i dihukumi dituduh selingkuh, menjalin asmara). Apabila
haram berdasarkan kesepakatan para ulama. dikhawatirkan terjadi fitnah terhadap salah
Karena banyak hadits yang shahih yang satunya, atau disertai syahwat dan taladzdzudz
menerangkan hal ini. Jika melihat saja (berlezat-lezat) dari salah satunya (apa lagi
terlarang karena dapat menimbulkan godaan keduanya) maka keharaman berjabat tangan
syahwat. Apalagi menyentuh dan bersamalan, tidak diragukan lagi.
tentu godaannya lebih dahsyat daripada Bahkan seandainya kedua syarat ini
pengaruh dari pandangan mata. Berbeda tidak terpenuhi-yaitu tiadanya syahwat dan
halnya jika ada sebab yang mendorong hal ini aman dari fitnah-meskipun jabatan tangan itu
seperti ingin menikahi seorang wnaita, lalu antara seseorang dengan mahramnya seperti
ada tujuan untuk melihatnya, maka itu boleh. bibinya, saudara sesusuan, anak tirinya, ibu
Kebolehan ini dalam keadaan darurat dan tirinya, mertuanya, atau lainnya, maka
sekadarnya saja. berjabat tangan pada kondisi seperti itu adalah
haram. Bahkan berjabat tangan dengan anak
b. Dalil yang membolehkan jabat tangan atau yang masih kecil pun haram hukumnya jika
salaman, jika di lihat dari sisi baiknya maka kedua syarat itu tidak terpenuhi.
tidak akan ada yang mempersoalkan, di Kedua, hendaklah berjabat tangan itu
zaman sekarang ini salaman bukan sebatas ada kebutuhan saja, seperti yang
merupakan hal yang terlihat keji dan disebutkan dalam pertanyaan di atas, yaitu
mungkar, bahkan sebaliknya salaman ini dengan kerabat atau semenda (besan) yang
akan menimbulkan hal yang baik, karena terjadi hubungan yang erat dan akrab diantara
selain untuk menjaga tali silaturrahmi mereka; dan tidak baik hal ini diperluas
salaman ini tentunya akan menambah erat kepada orang lain, demi membendung pintu
rasa kekluargaan antar pelakunya. kerusakan, menjauhi syubhat, mengambil
Yusuf Qordhawi dalam bukunya sikap hatihati, dan meneladani Nabi saw.
menerangkan kebolehan berjabat tangan Dan yang lebih utama bagi seorang
dengan syarat tidak ada syahwat dan muslim atau muslimah yang komitmen pada
terhindar dari fitnah. Dalam menutup agamanya ialah tidak memulai berjabat tangan

33
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 6 No. 1 Juni 2020

dengan lain jenis. Tetapi, apabila diajak Hal ini diperkuat lagi oleh apa yang
berjabat tangan barulah ia menjabat dikemukakan para ulama bahwa bersentuhan
tangannya. Saya tetapkan keputusan ini untuk kulit antara laki-laki dengannya-yang pada
dilaksanakan oleh orang yang memerlukannya asalnya mubah itu-bisa berubah menjadi
tanpa merasa telah mengabaikan agamanya, haram apabila disertai dengan syahwat atau
dan bagi orang yang telah mengetahui tidak dikhawatirkan terjadinya fitnah, khususnya
usah mengingkarinya selama masih ada dengan anak perempuan si istri (anak tiri),
kemungkinan untuk berijtihad.10 atau saudara sepersusuan, yang perasaan
Walaupun memang ada dalil yang hatinya sudah barang tentu tidak sama dengan
membolehkan seperti keterangan di atas, tapi perasaan hati ibu kandung, anak kandung,
kita dianjurkan untuk menghindarinya, karena saudara wanita sendiri, bibi dari ayah atau ibu,
pastilah sulit untuk melawan syahwat yang dan sebagainya.
ada pada diri kita semua dan alangkah baiknya Kedua, kemurahan (diperbolehkan)
kita menghindari hal-hal yang sekiranya dapat berjabat tangan dengan wanita tua yang sudah
menimbulkan sesuatu yang tidak baik. tidak punya gairah terhadap laki-laki,
Pendapat Yusuf Qardhawi tentang demikian pula dengan anak-anak kecil yang
mushafahah belum mempunyai syahwat terhadap laki-laki,
Pertama, diharamkan berjabat tangan karena berjabat tangan dengan mereka itu
dengan wanita apabila disertai dengan aman dari sebab-sebab fitnah. Begitu pula bila
syahwat dan taladzdzudz (berlezat-lezat) dari si laki-laki sudah tua dan tidak punya gairah
salah satu pihak, laki-laki atau wanita (kalau terhadap wanita.
keduanya dengan syahwat sudah barang tentu Hal ini didasarkan pada riwayat dari
lebih terlarang lagi; penj.) atau dibelakang itu Abu Bakar r.a. bahwa beliau pernah berjabat
dikhawatirkan terjadinya fitnah, menurut tangan dengan beberapa orang wanita tua, dan
dugaan yang kuat. Ketetapan diambil Abdullah bin Zubair mengambil pembantu
berdasarkan pada hipotesis bahwa menutup wanita tua untuk merawatnya, maka wanita itu
jalan menuju kerusakan itu adalah wajib, mengusapnya dengan tangannya dan
lebih-lebih jika telah tampak tanda-tandanya membersihkan kepalanya dari kutu. Hal ini
dan tersedia sarananya. sudah ditunjukkan Al-Qur'an dalam
membicarakan perempuan-perempuan tua
10
Yusuf Qardhawi. Fatwa-Fatwa yang sudah berhenti (dari haid dan
Kontemporer Jilid 2, (Jakarta:Gema Insani mengandung), dan tiada gairah terhadap laki-
Press.1999),
laki, dimana mereka diberi keringanan dalam

34
Hukum Sentuhan Kulit…|Dahliati Simanjuntak

beberapa masalah pakaian yang tidak Sebab, apabila kedua telapak tangan itu wajib
diberikan kepada yang lain: ditutup maka melihatnya adalah haram; dan
"Dan perempuan-perempuan tua yang apabila melihatnya saja haram, apa lagi
telah terhenti (dari haid dan mengandung)
menyentuhnya. Sebab, menyentuh itu lebih
yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas
mereka dosa menanggalkan pakaian mereka berat daripada melihat, karena ia lebih
dengan tidak (bermaksud) menampakkan
merangsang, sedangkan tidak ada jabat tangan
perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi tanpa bersentuhan kulit.
Maha Mengetahui." (an-Nur: 60)
Tetapi sudah dikenal bahwa mereka
yang berpendapat demikian adalah golongan
Dikecualikan pula laki-laki yang tidak
minoritas, sedangkan mayoritas fuqaha dari
memiliki gairah terhadap wanita dan anak-
kalangan sahabat, tabi'in, dan orang-orang
anak kecil yang belum muncul hasrat
sesudah mereka berpendapat bahwa yang
seksualnya. Mereka dikecualikan dari sasaran
dikecualikan dalam ayat "kecuali yang biasa
larangan terhadap wanita-wanita mukminah
tampak daripadanya" adalah wajah dan kedua
dalam hal menampakkan perhiasannya.
(telapak) tangan.
Selain dua kelompok yang disebutkan
Maka apakah dalil mereka untuk
itulah yang menjadi tema pembicaraan dan
mengharamkan berjabat tangan yang tidak
pembahasan serta memerlukan pengkajian dan
disertai syahwat? Sebenarnya saya telah
tahkik. Golongan yang mewajibkan wanita
berusaha mencari dalil yang memuaskan yang
menutup seluruh tubuhnya hingga wajah dan
secara tegas menetapkan demikian, tetapi
telapak tangannya, dan tidak menjadikan
tidak saya temukan. Dalil yang terkuat dalam
wajah dan tangan ini sebagai yang
hal ini ialah menutup pintu fitnah (saddudz-
dikecualikan oleh ayat:
dzari'ah), dan alasan ini dapat diterima tanpa
"Dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya kecuali yang ragu-ragu lagi ketika syahwat tergerak, atau
biasa tampak daripadanya." (an-Nur: 31)
karena takut fitnah bila telah tampak tanda-
tandanya. Tetapi dalam kondisi aman dan ini
Bahkan mereka menganggap bahwa
sering terjadi-maka dimanakah letak
perhiasan yang biasa tampak itu adalah
keharamannya?
pakaian luar seperti baju panjang, mantel, dan
Sebagian ulama ada yang berdalil
sebagainya, atau yang tampak karena darurat
dengan sikap Nabi saw. yang tidak berjabat
seperti tersingkap karena ditiup angin kencang
tangan dengan perempuan ketika beliau
dan sebagainya. Maka tidak mengherankan
membai'at mereka pada waktu penaklukan
lagi bahwa berjabat tangan antara laki-laki
Mekah yang terkenal itu, sebagaimana
dengan wanita menurut mereka adalah haram.
disebutkan dalam surat al-Mumtahanah.

35
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 6 No. 1 Juni 2020

Tetapi ada satu muqarrar (ketetapan) akan mempersekutukan sesuatu pun dengan
bahwa apabila Nabi saw. meninggalkan suatu Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina,
urusan, maka hal itu tidak menunjukkan- tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak
secara pasti-akan keharamannya. Adakalanya akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan
beliau meninggalkan sesuatu karena haram, antara tangan dengan kaki mereka dan tidak
adakalanya karena makruh, adakalanya hal itu akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik,
kurang utama, dan adakalanya hanya semata- maka terimalah janji setia mereka dan
mata karena beliau tidak berhasrat kepadanya, mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk
seperti beliau tidak memakan daging biawak mereka. Sesungguhnya Allah Maha
padahal daging itu mubah. Pengampun lagi Maha Penyayang." (al-
Kalau begitu, sikap Nabi saw. tidak Mumtahanah: 12)
berjabat tangan dengan wanita itu tidak dapat Aisyah berkata, "Maka barangsiapa
dijadikan dalil untuk menetapkan diantara wanita-wanita beriman itu yang
keharamannya, oleh karena itu harus ada dalil menerima syarat tersebut, Rasulullah saw.
lain bagi orang yang berpendapat demikian. berkata kepadanya, "Aku telah membai'atmu-
Lebih dari itu, bahwa masalah Nabi saw. tidak dengan perkataan saja-dan demi Allah tangan
berjabat tangan dengan kaum wanita pada beliau sama sekali tidak menyentuh tangan
waktu bai'at itu belum disepakati, karena wanita dalam bai'at itu; beliau tidak membai'at
menurut riwayat Ummu Athiyah al- mereka melainkan dengan mengucapkan, 'Aku
Anshariyah R.A bahwa Nabi saw. pernah telah membai'atmu tentang hal itu.
berjabat tangan dengan wanita pada waktu Pada zaman sekarang ini, jabat tangan
bai'at, berbeda dengan riwayat dari Ummul antara laki-laki dengan perempuan yang bukan
Mukminin Aisyah r.a. dimana beliau mahramnya hampir-hampir sudah menjadi
mengingkari hal itu dan bersumpah adat dan tradisi yang dianggap maju sekali.
menyatakan tidak terjadinya jabat tangan itu.11 Lebih-lebih pada saat hari raya, acara
Imam Bukhari meriwayatkan dalam pertemuan dan sejenisnya. Bahkan kadang-
sahihnya dari Aisyah bahwa Rasulullah saw. kadang diiringi dengan ciuman dan pelukan.
menguji wanita-wanita mukminah yang Mereka telah mengikuti tradisi Barat dengan
berhijrah dengan ayat ini, yaitu firman Allah: tidak merasa.
"Hai Nabi, apabila datang kepadamu Tidak cukup hanya itu, yang lebih
perempuan-perempuan yang beriman untuk mengherankan lagi adalah munculnya
mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak berbagai omongan kotor yang dilontarkan
11 kepada orang-orang yang tidak mau berjabat
Jawamiul Kalim, Ibnu Hajar al-Ashqalani,
dikutib dari kitab tahzib al- Tahzib

36
Hukum Sentuhan Kulit…|Dahliati Simanjuntak

tangan dengan wanita yang bukan Hadits Pertama. “Sungguh, kepala seorang
mahramnya. Seperti: “Dasar orang kolot, ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik baginya

ketinggalan zaman, kuno, kaku, ekstrim, sulit daripada menyentuh wanita yang tidak halal
baginya”. (HR Thabrani. Syaikh Al Albani
beradaptasi, ingin memutuskan silaturahmi”
berkata: Sanad hadits ini jayyid (bagus).
dan perkataan lainnya. Sungguh, alangkah
Pemahaman hadis: Hadits ini
persisnya mereka dengan kaum Nabi Luth dan
menunjukkan haramnya berjabat tangan antara
para pengikutnya yang mengatai Nabi Luth
lawan jenis yang buka mahramnya, karena
dengan ucapan :
ancaman yang begitu keras dari Nabi r yang tidak
“Sesungguhnya mereka adalah keluar dari lisan beliau kecuali al haq. Syaikh
orang-orang yang sok mensucikan diri”. (Q.S
Al A‟raaf: 82). Muhammad Nashiruddin Al Albani mengomentari
hadits ini: “Hadits ini merupakan ancaman keras
Akhirnya, dalam masyarakat kita ini, bagi orang yang menyentuh wanita yang tidak
ketika laki-laki berjabat tangan dengan wanita halal baginya. Hadits ini juga menunjukkan
asing yang bukan mahram, seperti anak haramnya berjabat tangan dengan wanita, karena

perempuan paman, adik/kakak ipar, atau tidak diragukan lagi kalau berjabat tangan
termasuk kategori menyentuh.
teman dan tetangga, sudah menjadi hal yang
Sungguh amat disayangkan, ketika
dianggap biasa-biasa saja. Lucunya di antara
musibah ini menimpa mayoritas kaum muslimin
mereka ada yang masih sempat beralasan
pada zaman sekarang ini, termasuk orang-orang
dengan alasan anak kecil dan wanita, seperti
yang dianggap alim di antara mereka. Kalau
perkataan mereka. “Lha pak kyai saja mau
seandainya orang-orang yang dianggap alim
berjabat tangan, santri itu juga mau berjabat tersebut mengingkari dalam hati mereka, maka ini
tangan”. masih mendingan. Tapi nyatanya tidak! Bahkan
Allah berfirman: “Bahkan mereka mereka menghalalkannya hanya dengan alasan-
berkata: “Sesungguhnya kami mendapati
alasan dan argumen yang sangat lemah.
bapak-bapak kami menganut suatu agama dan
sesungguhnya kami termasuk orang-orang Sesungguhnya sebagian saudara-saudara kami
yang mendapat petunjuk dengan mengikuti telah mengabarkan bahwa dia melihat seorang
jejak mereka”. (QS Az Zukhruf: 22).
tokoh alim-dalam bahasa kita disebut kyai- telah
berjabat tangan dengan seorang wanita yang bukan
Seandainya, mereka mau meneliti
mahramnya. Hanya kepada Allah-lah kita
secara jernih, mau merenungi serta mendalami
mengadukan keasingan Islam ini.12
dalil-dalil dalam masalah ini dengan keimanan
Sungguh benar perkataan Syaikh Al
kepada Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi
Albani. Kita sendiri sering melihat bagaimana para
penyakit ikut-ikutan dan hawa nafsu, niscaya
tokoh Islam dan para kyai dengan santai berjabat
mereka akan mengetahui hakekat masalah ini.
12
Yusuf Qardhawi, Op. cit.

37
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 6 No. 1 Juni 2020

tangan dengan wanita yang bukan mahramnya telah membaiatmu dalam hal
dalam berbagai acara, baik melihat secara ini”. (HR. Bukhari).
Pemahaman hadits. Hadits ini
langsung maupun lewat televisi.
memperkuat hadits-hadits sebelumnya, yaitu
Al Allamah Abdur Rauf Al Munawy
dengan adanya sumpah. Oleh karena itu Al Hafidz
menambahkan: “Kalau menyentuh wanita yang
Ibnu Hajar berkata: “Dalam hadits ini terdapat
bukan mahramnya tanpa syahwat saja tidak
sumpah untuk meyakinkan berita ini, seakan-akan
diperbolehkan, maka lebih-lebih berciuman,
„Aisyah memberikan isyarat bantahan terhadap
bercumbu dan sejenisnya, tentu lebih tidak boleh
riwayat Ummu „Athiyyah dalam kisah baiat, yang
lagi”.
diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban,
Hadis kedua, “Aku tidak berjabat tangan
Al Bazzar, Ath Thabari dan Ibnu Marduweh dari
dengan wanita, sesungguhnya perkataanku
jalan Ismail bin Abdir Rahman dari neneknya,
kepada seratus wanita sama halnya seperti kepada
Ummu „Athiyyah, dikatakan dalam riwayat itu:
satu wanita”. (HR Malik, Ibnu Majah, Tirmidzi,
“Maka Rasulullah r mengulurkan tangannya dari
Al Hakim, Thabrani. Hadits ini dishahihkan oleh
luar rumah, kemudian beliau bersabda: “Ya
Syaikh Al Albani)
Allah, saksikanlah!”. Demikian pula hadits
Hadits Ketiga. “Dari Abdullah bin „Amr,
setelahnya, Ummu „Athiyyah mengatakan: “Maka
bahwa sesungguhnya Rasulullah r tidak pernah
salah seorang di antara kami
berjabat tangan dengan wanita dalam
menggenggam/menarik tangannya sendiri”. Dua
baiat”. (HR. Ahmad. Syaikh Al Albani berkata:
hadits ini nampaknya menunjukkan bahwa Nabi
Hadits ini hasan.
membaiat mereka dengan tangannya. Tetapi hal
Pemahaman hadits: Dua hadits di atas,
itu dapat dijawab sebagai berikut:
jelas menerangkan bahwasanya Rasulullah r tidak
pernah berjabat tangan dengan wanita yang bukan 1. Bahwa maksud hadits Ummu „Athiyyah
mahramnya dalam berbaiat. Maka hal ini yang pertama adalah penguluran tangan
merupakan sanggahan kepada jama‟ah-jama‟ah dari balik hijab tersebut merupakan
yang mensyariatkannya dalam baiat mereka. Perlu isyarat terjadinya baiat walaupun tanpa
ditegaskan bahwa tidak ada satu hadits pun yang jabat tangan. (artinya hanya mengulurkan
sah yang menerangkan bahwa beliau pernah tangan saja tanpa ada jabat tangan. Allahu
berjabat tangan dengan wanita dalam baiat, lebih-
a‟lam. pen).
lebih ketika bertemu atau berjumpa.
2. Adapun hadits Ummu „Athiyyah yang
Hadits keempat. Dari „Aisyah, dia
kedua bahwasanya yang dimaksud
berkata:
“menggenggam/menarik” tersebut adalah
“Demi Allah, tidak pernah sama
tidak menerima baiat. Kemudian Al
sekali tangan Rasulullah r menyentuh
tangan wanita dalam baiat. Beliau Hafidz Ibnu Hajar menerangkan bahwa
tidak membaiat mereka (kaum wanita)
hadits-hadits tentang jabat tangan
kecuali dengan perkataanya: “Aku

38
Hukum Sentuhan Kulit…|Dahliati Simanjuntak

Rasulullah r dengan memakai alas tangan saat hari raya, datang dari bepergian, atau
semuanya mursal tidak dapat pun selainnya. Karena wanita merupakan
dijadikan hujjah (dalil)”. aurat serta fitnah, maka tidaklah boleh bagi
(Hadits mursal adalah hadits yang seorang wanita berjabat tangan dengan
diriwayatkan tabi‟in langsung dari kaum laki-laki, sekali pun anak pamannya
Nabi r tanpa melalui sahabat. Hukum sendirikarena bukan mahramnya.
hadits mursal sama dengan Syaikh Muhammad bin Shalih al-
hadits dha‟if (lemah) menurut mayoritas Utsaimin. Tidak boleh bagi kaum laki-laki
ulama hadits). berjabat tangan dengan kaum wanita yang
c. Penjelasan dan Fatwa Ulama bukan mahramnya, baik secara langsung
Untuk menyempurnakan pembahasan dengan tangan maupun dengan memakai
kita ini, berikut ini dinukilkan penjelasan dan alat pelapis-seperti kaos tangan atau kain
fatwa para ulama. lainnya- karena hal ini termasuk fitnah.
Allah berfirman:
1. Imam Ahmad bin Hambal
“Dan janganlah kamu mendekati zina,
Ibnu Manshur pernah bertanya
sesungguhnya zina itu suatu
kepada Imam Ahmad: “Apakah engkau perbuatan yang keji dan suatu jalan
yang buruk” (Q.S Al Isra‟: 32).
membenci berjabat tangan dengan
Ayat ini menunjukkan bahwa kita
wanita?”. Beliau menjawab: “Ya, saya
semua wajib untuk meninggalkan segala
membencinya”.
sesuatu yang menjurus ke perzinaan. Dan
Muhammad bin Abdillah bin Mihran
tidak diragukan lagi kalau menyentuh
berkata: “Abu Abdillah (Imam Ahmad)
tangan wanita dapat membangkitkan
pernah ditanya tentang seseorang yang
syahwat, ditambah lagi telah datang
berjabat tangan dengan wanita” Jawabnya:
beberapa hadits yang mengancam dengan
“Tidak boleh”, bahkan beliau sangat keras
ancaman yang keras sekali bagi mereka
sekali, aku bertanya: “Bagaimana jika
yang menyentuh wanita yang bukan
memakai alat pelapis?” Jawabnya: “Tidak
mahramnya, dan tidak ada bedanya baik
boleh juga”.
wanita tersebut masih muda atau pun
Syaikh Abdul Aziz bin „Abdillah
sudah tua.
bin Baaz. “Telah diketahui berdasarkan
Syaikh Shalih bin Fauzan bin
dalil-dalil syar‟iyyah Al Kitab dan As
„Abdillah Al Fauzan. Tidak boleh seorang
Sunnah bahwa tidak boleh seorang wanita
lelaki berjabat tangan dengan wanita yang
berjabat tangan –apalagi mencium- kaum
bukan mahramnya, karena Nabi r tidak
laki-laki yang bukan mahramnya, baik di

39
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 6 No. 1 Juni 2020

pernah berjabat tangan dengan wanita seperti ini memberi makna haram dan bukan
(yang bukan mahramnya). Bahkan tatkala makruh dengan tiada keraguan di dalamnya.
beliau memabiat kaum wanita, beliau tidak Haramnya berjabat tangan dengan wanita
berjabat tangan dengan mereka. Semua ini (yang bukan mahramnya), karena hal ini
menunjukkan haramnya berjabat tangan di termasuk menyentuh, tanpa bisa dipungkiri.
antara lawan jenis, sebab hal ini Bahwasanya Rasulullah tidak pernah berjabat
merupakan fitnah, bukankah jika tangan tangan wanita yang bukan mahramnya di
lelaki menyentuh tangan wanita-apalagi dalam suatu baiat, lebih-lebih ketika
kalau wanita tersebut cantik- akan berjumpa. Riwayat-riwayat yang
membangkitkan api fitnah? Agama Islam menyebutkan bahwa Rasulullah pernah
selalu menjaga manusia dari segala pintu berjabat tangan dengan wanita, tetapi
yang menghantarkan kepada keharaman, memakai pelapis tangan, semuanya mursal,
salah satunya yaitu dengan mengharamkan tidak dapat dijadikan hujjah (alasan, dalil)
jabat tangan seperti ini. guna membantah hadits-hadits yang shahih
dan jelas seperti di atas.

D. Kesimpulan

Haramnya menyentuh wanita yang


tidak halal baginya, karena ancaman keras

40
Hukum Sentuhan Kulit…|Dahliati Simanjuntak

REFERENCE Soekanto, Soerjono, Pengantar


Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press,
Al-Qur‟an al-Karim
1994)
Ash-Shidieqy, Hasbi, Tafsir al-
Qur‟anul Madjied An-Nur, Qardhawi,Yusuf, Fatwa-fatwa
(Jakarta, Bulan Bintang: Kontemporer, Jilid 2.
1970) (Jakarta: Gema Insani Press,
1996)
Al-Ashqalani, Ibnu Hajar,
Jawamiul Kalim, dikutib dari kitab tahzib
al- Tahzib

Azwar, Saifudin, Metode


Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010)

Daud, Abu, Sunan Abu Daud,


Beirut: Maktabah al-Isriyah, t.t

Http://Rikzamaulan.Blogspot.Co.Id
/2011/11/Fiqh-Berjabat-
Tangan.h.Akses 8 Mei 2020

Ibnu Hajar, Ahmad bin Ali,


Muhammad Fuad Abdul
Baqi (ed), Fathul Baari, Juz
13, (Riyadh)

KBBI online, http://kbbi.web.id


akses 10 Mei 2020

Keputusan Muktamar, Munas, dan


Konbes Nahdlotul
Ulama‟.(Khalitsa:Surabaya)
, 2011

Nourouzzaman, Shiddiqi, Fiqih


Indonesia Penggagas dan
Gagasannya,
Yogyakarta:Pustaka Pelajar,
1997

41

Anda mungkin juga menyukai