Anda di halaman 1dari 17

POLIGAMI DI DUNIA ISLAM

(Perbandingan hukum keluarga di Negara Maroko dan


Brunei Darussalam )

Dafa Felix Saputra


Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
felliex40@gmail.com

ABSTRAK

Tulisan ini membandingkan ayat-ayat hukum


poligami di Maroko dan Brunei Darussalam.
Terlepas dari kontroversi yang dianggap merugikan
dan merendahkan perempuan, istilah poligami tidak
semudah yang dipikirkan orang Barat dalam proses
perizinan. Penelitian ini membandingkan ayat-ayat
hukum, prosedur perizinan, denda, baik pidana
kurungan maupun hukuman, dengan suami yang
melanggar peraturan yang berlaku. Oleh karena itu,
penelitian ini menjadi bukti meskipun poligami
diperbolehkan, prosedur dan persyaratan yang diatur
oleh Maroko dan Brunei Darussalam mengandung
unsur perlindungan dan penghormatan terhadap
perempuan. Metode yang digunakan adalah kualitatif
dengan tipe perpustakaan. Penelitian ini tergolong
penelitian ko-komparatif.

Kata kunci: Poligami, Maroko dan Brunei Darussalam

ABSTRACT

This paper compares the verses of polygamy law in


Morocco and Brunei Darussalam. Despite the
Saputra, Dafa Felix: Poligami di dunia.|
1
controversy that is considered detrimental and
demeaning to women, the term polygamy is not as easy
as Western people think in the licensing process. This
study compares legal verses, licensing procedures,
fines, both imprisonment and punishment, with
husbands who violate applicable regulations.
Therefore, this study proves that although polygamy is
allowed, the procedures and requirements set by
Morocco and Brunei Darussalam contain elements
of protection and respect for women. The method used
is qualitative with the type of library. This research is
classified as a co-comparative research.

Keywords: Polygamy, Morocco and Brunei Darussalam

Pendahuluan

Tulisan ini berangkat dari keyakinan penulis bahwa ajaran


apapun dalam Islam pasti mengandung penghormatan kepada
perempuan. Meskipun terkadang jika dilihat dari satu sudut
pandang ajaran tersebut menuai pro dan kontra karena
bernuansa kontroversial. Anggapan kontroversial tersebut
muncul karena memahami al-Qur’an secara tekstual.

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan bisa hidup


tanpa ada hukum yang mengatur pergaulan hidup mereka.
Setiap persekutuan manusia, baik modern atau primitif,
membutuhkan hukum untuk mengatur hidup mereka agar
aman dan tertib. Tidak dapat dibayangkan bagaimana
persekutuan atau suatu kelompok manusia tanpa hukum yang
mengatur tata kehidupan.

Saputra, Dafa Felix: Poligami di dunia.|


2
Hukum yang paling awal dikenal manusia adalah hukum
keluarga, khususnya hukum perkawinan. Seiring dengan
perkembangan zaman, hukum keluarga Islam juga mengalami
banyak perubahan dan pembaharuan.

Salah satu kritik Barat terhadap Islam adalah ajaran


yang memperbolehkan poligami. Mereka menganggap bahwa
poligami adalah perilaku yang buruk dan bertentangan
dengan konsep emansipasi dan mendiskriminasi hak-hak
perempuan. Anggapan mereka diperburuk dengan kenyataan
poligami bukan sekedar ajaran tekstualitas yang ada dalam
al-Quran, tetapi juga dipraktikkan oleh Nabi Muhammad
sebagai utusan yang yang diimani umat Islam. Para
penentang poligami sebenarnya tidak memiliki alasan yang
jelas dan pasti. Namun islamophobia Barat terkadang
menjadikan poligami sebagai alasan untuk mendiskreditkan
Islam bahkan menganggap poligami adalah ajaran yang
dipelopori oleh Islam. Alasan mereka menentang poligami
antara lain ialah: 1) poligami dianggap merendahkan
martabat kaum wanita. 2) penyebab terjadinya perzinaan. 3)
poligami menjadi sebab kacaunya hubungan rumah tangga.

Kajian Pustaka
1. Jurnal dengan judul ”POLIGAMI DI DUNIA ISLAM
(Studi Perbandingan Hukum Perkawinan Arab Saudi,
Pakistan Dan Indonesia)” oleh Abdurrahman Hakim,
Kutbuddin Aibak, progam studi hukum keluarga
islam , Fakultas syariah dan hukum, UIN Sayyid Ali
Rahmatulloh Tulungagung.
2. Jurnal dengan judul “POLIGAMI DALAM HUKUM
KELUARGA DI DUNIA ISLAM” oleh Lilik Andaryuni.

Zahriza, Arfan: Poligami di dunia.....| 3


3. Jurnal dengan judul “STUDI HUKUM KELUARGA
ISLAM DI TUNISIA” oleh
Mochammad Agus Rachmatulloh. Fakultas Syariah
IAIN Kediri.

Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang di gunakan penulis
adalah prndekatan perbandingan,
yuridis dan normatif.

2. Jenis penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
jenis
Library Research (penelitian kepustakaan).

3. Data penelitian
a. Sumber data
Sumber data di sandarkan pada hukum
perkawinan yang berlaku di Pakistan adalah
Muslim Family Law Ordinance (MFLO) yang
disahkan oleh Parlemen Pakistan pada Tahun
1961, pasal 18 No. 66 Tahun 1956, Majallat
al-Ahwal al- Syakhshiyah (Code of Personal
Status') Nomor 66 tahun 1956. Serta jurnal
ilmiah, artikel dan lain-lain.
b. Jenis data
Penulisan jurnal ini menggunakan dua sumber
pokok dalam pengumpulan data, yaitu primer

Zahriza, Arfan: Poligami di dunia.....| 4


dan skunder.
4. Teknik pengumpulan data
Dalam penulisan jurnal ini penulis menggunakan
teknik studi naskah dalam pengumpulan data.
Penulis mengumpulkan data yang berkaitan
dengan pengaturan poligami di Maroko dan Brunei
Darussalam baik berupa UU maupun peraturan
lainnya. Secara teknis penulisan ini berpedoman
pada pedoman penulisan jurnal Fakultas dan
Hukum Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatulloh Tulungagung 2021.

5. Teknik pengolahan data


Metode yang digunakan adalah metode deskriptif
(menggambarkan apa adanya). Data yang telah
terkumpul dari berbagai sumber akan di paparkan
dan di bandingkan antara data yang diperoleh
untuk kemudian di analisa sesuai teori yang di
ambil dari studi pustaka.

6. Metode analisis data


Dalam menganalisis data, penulis menggunakan
metode analisis isi dan komparasi. Penulis
menganalisis kitab kitab dan buku fikih serta
materi peraturan perundang undangan yang
memuat poligami di negara Maroko dan Brunei
Darussalam. Data yang telah di analisis kemudian
akan di perbandingkan untuk mendapatkan
persamaan dan perbedaan masing masing.

Zahriza, Arfan: Poligami di dunia.....| 5


Pembahasan

Konsep, Hukum Dan Syarat Poligami Dalam al-Qur’an


Poligami dari suku kata memiliki kemiripan kata dengan
"mempermadukan” atau "permaduan” yaitu satu orang laki-
laki dengan istri lebih dari satu.1 Kata lain dalam KKBI yang
bersinonim dengan poligami ialah "sembayan” atau
"bersembayan” yaitu bermadu. Kemudian dalam definisi kata
lain, poligami merupakan sistem perkawinan yang
memperbolehkan satu orang pria beristri lebih lebih dari satu
dalam waktu yang bersamaan.
Definisi poligami yang paling umum digunakan adalah
untuk menggambarkan keadaan satu orang laki-laki yang
memiliki beristri lebih dari satu dalam waktu yang
bersamaan. Meski jika dikaji dari suku katanya, poligami
bukanlah menunjukkan hal demikian, dan yang paling benar
adalah kata "poligami”. Dalam Islam, poligami hanya terbatas
hingga empat orang istri, jadi definisi poligami menurut
konsep Islam ialah keadaan seorang lelaki yang memiliki
lebih dari seorang istri, bisa dua, tiga atau empat dalam
waktu yang bersamaan. Apabila kepemilikan istri tidak dalam
waktu yang bersamaan maka status tersebut bukan poligami,
tapi monogami.2
Islam membolehkan poligami, tetapi oleh kaum
perempuan, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan
hak dan martabat statusnya, dipandang sebagai suatu upaya

1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2008], h. 962.
2
Siti Asiyah, dkk, "Konsep Poligami dalam Alquran: Studi Tafsir
Al- Misbah Karya M. Quraish Shihab", Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial
Dan Budaya, Vol. 4, No. 1,2019

Zahriza, Arfan: Poligami di dunia.....| 6


eksploitasi kaum hawa demi kebutuhan biologis kaum adam.
Sementara bagi kaum adam pada umumnya, poligami adalah
sesuatu yang legal dan telah dipraktikkan oleh Nabi saw.
Meskipun Nabi saw. mempraktikkannya, tetapi dalam
perkembangannya, beragam pendapatpun mengemuka
terkait keberadaan poligami tersebut.
Membahas poligami dalam Islam tidak lengkap jika
hanya mengacu pada landasan atau hukum yang bersifat
kontemporer saja. Salah satu ayat dalam al-Qur’an yang
menyinggung masalah poligami adalah an-Nisa' ayat 3:

ِ ‫ٱنكحو ۟ا ما طَاب لَ ُكم ِّمن ٱلن‬ ِ ۟ ِ ِ


‫ث‬ َ َ‫ِّسٓاء َم ْثىَن ٰ َوثُ ٰل‬
َ َ َ َ ُ َ‫َوإِ ْن خ ْفتُ ْم أَاَّل ُت ْقسطُو ا ىِف ٱلْيَٰتَ َم ٰى ف‬
ِ ِ ۟ ِ ِ
َ ‫ت أَمْي َٰنُ ُك ْم ۚ َٰذل‬
‫ك أ َْدىَن ٰ ٓى أَاَّل َتعُولُ ۟وا‬ ْ ‫َو ُربَ َٰع ۖ فَِإ ْن خ ْفتُ ْم أَاَّل َت ْعدلُو ا َف َٰوح َد ًة أ َْو َما َملَ َك‬

Artinya : Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku


adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana
kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain)
yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang
demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. 3

Poligami Di Maroko
Antara tahun 1912 sampai dengan tahun 1956, kita tahu
bahwa seluruh wilayah Maroko menjadi protektorat Spanyol
dan di bawah dominasi politik Perancis dan Spanyol. Meskipun
demikian, umat Islam Maroko masih menjunjung tinggi hukum
privat (akhwal syakhsiyah) yang berdasarkan syariat islam.
Hukum privat yang ada di Maroko berdasarkan sistem hukum

3
https://tafsirweb.com/1535-surat-an-nisa-ayat-3.html

Zahriza, Arfan: Poligami di dunia.....| 7


madzhab Maliki. Dalam perkembangannya, hukum tersebut
akhirnya ditetapkan dalam bentuk formal (undang-undang) dan
diterapkan di Pengadilan syari’ah.
Umumnya, sistem hukum Maroko dibagi menjadi dua
macam badan peradilan, yaitu Mahkamah Syari’ah, Mahkamah
Madaniyah (Peradilan Umum), Hukum Kanonik, dan Civil Law
Perancis. Seiring dengan berlakunya hukum islam di lembaga
pengadilan syari’ah, mereka juga menetapkan hukum adat yang
diatur oleh pengadilan setempat di beberapa negara bagian
Maroko. Sebenarnya, pembaharuan dan diundangkannya
hukum privat (akhwal syakhsiyah) dua tahun setelah Maroko
merdeka (tahun 1958) banyak dipengaruhi oleh hukum
keluarga yang diterapkan di Tunisia. Dengan berbagai jerih
payah yang dilakukan ahli hukum Maroko, akhirnya mereka
menghasilkan beberapa draft dari kodifikasi hukum islam.
Negara Maroko berbeda dengan Tunisia yang melarang
secara mutlak aturan mengenai poligami, pada prinsipnya
bermaksud membatasi terjadinya poligami dengan harapan
dapat diterapkan prinsip keadilan bagi para istri. Poligami
Masih diperbolehkan di Maroko. Persoalan poligami ini diatur
dalam Undang-undang hukum keluarga Tahun 1958 Pasal 30
ayat (1) yang menyatakan bahwa “Jika dikhawatirkan akan
terjadi ketidakadilan di antara para isteri maka beristeri lebih
dari satu tidak diijinkan’. Namun demikian, di dalam undang-
undang Tahun 1958 tersebut tidak diatur mengenai pemberian
otoritas untuk menyelidiki kapasitas seorang suami untuk
melakukan poligami, kapasitas tersebut sepenuhnya tergantung
pada Suami, jika suami merasa tidak akan bisa berlaku adil
maka dia hanya bisa melakukan monogami.
Hal ini tentu berbeda sekali dengan negara-negara lain
Semisal Indonesia dan Iran yang undang-undangnya

Zahriza, Arfan: Poligami di dunia.....| 8


memberikan otoritas kepada pengadilan untuk memeriksa
kapasitas Seorang suami dan memberikan putusan berupa izin
apakah dia boleh berpoligami atau tidak. Selain ketentuan di
atas, undang-undang di negara Maroko juga mengatur tentang
beberapa hal lain tentang poligami, yaitu: Pertama, jika
seseorang hendak berpoligami, maka dia harus
memberitahukan pada calon isterinya bahwa dia telah memiliki
isteri. Kedua, seorang Wanita diperbolehkan mencantumkan
Ta’liqṭalā q yang melarang calon Suaminya berpoligami. Jika hal
tersebut dilanggar, maka pihak isteri berhak mengajukan
gugatan kepada pengadilan. Ketiga, meskipun tidak ada ta’liq
ṭalā q, pengadilan bisa membubarkan perkawinan mereka jika
perkawinan yang kedua menyebabkan luka pada isteri yang
pertama. Hal tersebut sangatlah berbeda dengan yang ada di
Indonesia. Di Maroko, hak istri lebih diutamakan. Buktinya,
pengadilan bisa membubarkan sebuah pernikahan dengan
syarat pernikahan tersebut melukai hati istri pertama. Dan juga
adanya Ta’liq ṭalā q yang memperbolehkan seorang istri untuk
melarang suaminya berpoligami.
Di samping itu Maroko lebih jauh menetapkan bahwa
istri berhak minta cerai dengan alasan suami tidak berlaku adil
terhadap istri-istrinya. Alasan dari pandangan ini adalah bahwa
prinsip umum Al-Qur‟an tidak membolehkan poligami kalau
suami tidak dapat berlaku adil terhadap para istrinya.
Walaupun syarat-syarat begitu rumit bagi laki-laki yang
mau berpoligami, akan tetapi dalam prakteknya banyak laki-
laki di Maroko sudah berpoligami. Sebagaimana yang
disampaikan oleh Sidi Abdul Karim, orang Maroko sudah
banyak yang mempunyai istri dua. Saya sendiri, katanya, masih
berusaha untuk mengumpulkan uang sebagai salah satu syarat

Zahriza, Arfan: Poligami di dunia.....| 9


bisanya berpoligami.4
Dalam persoalan izin berpoligami, reformasi hukum
keluarga di Maroko tidak beranjak dari ajaran mazhab fikih
Klasik (Maliki) yang dianutnya, karena poligami masih
diperbolehkan. Hukum keluarga di Maroko mensyaratkan
kemampuan suami untuk berlaku adil jika ingin berpoligami.
Namun berbeda dengan negara lainnya, undang-undang di
Maroko tidak memberikan otoritas kepada lembaga tertentu
semisal pengadilan Untuk melakukan penilaian terhadap
kemampuan suami untuk berlaku adil. Dan memang di dalam
mazhab fikih klasik tidak diatur secara rinci lembaga mana yang
diberikan otoritas untuk memberikan penilaian kapasitas
seseorang untuk berbuat adil dalam poligami. Dalam mazhab
Hanafi, Maliki dan juga Syafi’i, ta’liqthalaq yang memuat
pelarangan suami berpoligami tidak dianggap sah, karena
suami tidak boleh mengikat dirinya sendiri untuk tidak
melakukan sesuatu yang dihalalkan oleh agama. Dengan
demikian ta’liqthalaq yang memuat pelarangan (calon) suami
berpoligami, mengindikasikan bahwa reformasi hukum
keluarga di Maroko tentang pengaturan ta’liqṭalā q tersebut
sudah masuk dalam kategori telah beranjak dari mazhab Maliki
yang dianutnya. Sebagai tambahan, poligami (yang merupakan
hak mutlak suami di bawah undang-undang terdahulu) menjadi
subyek persetujuan hakim dan, yang paling penting, hanya
diperbolehkan dalam kondisi-kondisi hukum yang ketat
sehingga membuat pelaksanaannya hampir tidak mungkin.5
UU Maroko menetapkan, istri berhak membuat ta’liq
4
Ali, Muchtar. POLIGAMI DALAM HUKUM KELUARGA DI DUNIA ISLAM
(Studi Komparatif Undang-Undang Perkawinan di Indonesia dan Maroko).
BS thesis. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5
Nasiri, Nasiri. "Perkawinan di Maroko." Syaikhuna: Jurnal Pendidikan
Dan Pranata Islam 8.1 (2017)

Zahriza, Arfan: Poligami di dunia.....| 10


talak, bahwa Suami tidak akan melakukan poligami. Sementara
apabila dilanggar dapat menjadi alasan perceraian. Perceraian
harus didaftarkan oleh petugas dan disaksikan minimal 2 orang
saksi. Dari teks yang ada dapat dipahami bahwa perceraian di
luar pengadilan tetap sah.
Menurut undang-undang Maroko, seorang istri dapat
mengajukan gugat cerai ke pengadilan jika:
a. Suami gagal menyediakan biaya hidup
b. Suami mampunyai penyakit kronis yang menyebabkan
istrinya merana
c. Suami berlaku kasar (menyiksa) istri sehingga tidak
memungkinkan lagi untuk melanjutkan kehidupan
perkawinan
d. Suami gagal memperbaiki hubungan perkawinan setelah
waktu empat bulan ketika suami bersumpah untuk tidak
mencampuri istrinya
e. Suami meninggalkan istri sedikitnya selama satu tahun
tanpa memperdulikan istrinya.

Talak (khulu‟) adalah bentuk perceraian atas


persetujuan suami istri dengan tebusan harta atau uang dari
pihak istri yang menginginkan perceraian tersebut.
Perceraian dengan khulu’ ini dilakukan jika perkawinan
tidak dapat dipertahankan lagi, dengan syarat perceraian
dan jumlah harus atas persetujuan dan kesepakatan suami
istri.
Di Maroko, aturan tentang khulu’ diambil dari madzhab
Maliki dengan tekanan pada kebebasan istri pada transaksi
tersebut. Imam Malik mengatakan jika istri selama
perkawinan tidak merasakan kebahagiaan, bahkan merasa
dizalimi, maka istri boleh menuntut cerai dengan
mengembalikan sejumlah mahar yang telah diberikan suami

Zahriza, Arfan: Poligami di dunia.....| 11


kepadanya. Atau aturan ini biasa disebut dengan aturan
pengembalian mahar. pada undang-undang Maroko
diisyaratkan umur istri mencapai 21 tahun untuk dapat
melakukan kesepakatan khulu’, hal mana yang tidak pernah
ditetapkan madzhab Maliki dan juga mazhab-mazhab yang
lain.
Selain itu, pelaksanaan khulu’ tidak boleh mengorbankan
hak-hak anak. Hak anak sangat diperhatikan di Maroko,
sehingga proses perceraian di Maroko tidak boleh sama
sekali mengorbankan ataupun menguangi hak-hak anak.
Aturan ini telah ditetapkan di Maroko sejak lama, aturan
khulu’ memang menjadi aturan yang sudah ditetapkan di
Maroko. Hal ini seperti menuntut sebuah keadilan. Memang
aturan ini agak terdengar asing di telinga mayarakat
Indoneia yang notabene bermazhab Syafi’i. Dimana di
Indoneia sendiri tidak ada pengembalian mahar yang
dilakukan saat proses perceraian ataupun dengan
peretujuan suami dan istri itu sendiri. Tapi dengan syarat
memang perkawinan udah tidak bisa dilanjutkan lagi.
Talak Khulu memang didasarkan dengan otoritas
perempuan, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di
negara Maroko, proses talak didasarkan oleh otoritas
perempuan dengan persetujuan pihak laki laki dan
perempuan itu sendiri serta dengan mahar yang sudah
ditentukan oleh kedua belah pihak. Hal ini dikarenakan
Maroko sudah menganut mazhab maliki sejak dulu. Tapi ada
pengecualian, jika perceraian dilakukan sebelum
berhubungan badan, maka hanya wajib membayar setengah
dari mahar. Itu dikarenakan sang uami belum menyentuh
istrinya dalam hal hubungan badan.6
6
Nasiri, Nasiri. "Perkawinan di Maroko." Syaikhuna: Jurnal Pendidikan
Dan Pranata Islam 8.1 (2017)

Zahriza, Arfan: Poligami di dunia.....| 12


Poligami di Brunei Darussalam
Sebelum datangnya Inggris, Undang-Undang yang
dilaksanakan di Brunei ialah Undang-Undang Islam yang telah
dikanunkan dengan hukum qanun Brunei. Hukum Qanun
Brunei tersebut sudah ditulis pada masa pemerintahan Sultan
Hassan (1605-1619 M) yang disempurnakan oleh Jaliluljabbar
(1619- 1652 M). 7
Sebagaimana Negara-negara lain, Brunei Darussalam
juga mengatur masalah poligami agar tidak dilakukan secara
liar. Campur tangan pemerintah (hakim) sebagai tolak ukur
kemampuan seseorang untuk berpoligami. Hal ini sebagai
upaya untuk melindungi hak-hak isteri dan dan anak-anak.
Menurut Khairuddin Nasution yang mengutip dari
Anderson yang menyatakan bahwa hukum administrasi
muslim tahun 1968 menetapkan bahwa seorang suami yang
sudah beristri tidak boleh melakukan perkawinan kecuali ada
putusan hakim.
Berbeda dengan fiqh klasik, dimana dalam konsepnya
tidak memerlukan izin dari suatu pengadilan atau yang
lainnya. Adapun dalam hukum pernikahan Brunei Darussalam
sesungguhnya menganut asas monogami. Asas monogami ini
dimungkinkannya untuk melakukan poligami bila dikehendaki,
ada yang mengatakan bahwa asas yang dianut oleh Brunei
Darussalam adalah asas pernikahan monogami terbuka.
Namun seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa untuk
melakukakan poligami tentu harus melalui prosedur dan
permohonan ke pengadilan dengan putusan dari hakim. 8

7
Afrizon, Fajar Devan. Sanksi Pelanggaran Terhadap Aturan Poligami
dan Pencatatan Perkawinan di Indonesia, Malaysia, dan Negara Brunei
Darussalam. BS thesis. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
8
Arif, Arif Sugitanata. "Hukum Keluarga Islam Di Brunei Darussalam." Al-

Zahriza, Arfan: Poligami di dunia.....| 13


Dalam akta majlis Ugama Islam dan Mahkamah kadin
Brunei, yang berhubungan dengan perkawinan dan perceraian,
secara khusus tidak ada bahasa tentang poligami. Apa yang
dilakukan Brunei adalah satu usaha agar praktik poligami
jangan dilakukan sembarangan, yakni seorang yang akan
melakukan poligami harus memenuhisyarat-syarat yang
ditetapkan hakim: (1) ada alasan poligami (2) ada ikrar
menunaikan tanggup jawab, khususnya tentang nafkah istri
dan anak-anak. Hanya perlu saja dicatat, karena ketetapan ini
bukan UU, terhadap orang yang tidak memenuhi syarat-syarat
pun hakim tidak dapat melarang praktek poligami. Tindakan
hakim tersebut hanya satu usaha memberikan jaminan kepada
istri dan anak-anaknya. Sejalan dengan itu, perlu dicatat bahwa
poligami adalah salah satu penyebab terjadinya perceraian di
Brunei Darussalam, misalnya istri tidak mau dimadu atau
suami tidak bertanggung jawab tentang nafkah keluarga
Brunei terus-menerus melakukan perombakan dan
pembaruan pada peraturan-peraturan dan perundang-
undangan, seperti pada tahun 1912 majelisMasyuarat Negeri
telah memproklamirkan keberlakuan Undang-undangAgama
Islam yang dikenal dengan “Muhammadans Marriages and
Divorce Enactement.” Sampai yang terakhir yaitu dengan
diberlakukannya Undang-undang Majelis Agama, Adat Negeri
dan Mahkamah Kadin tahun 1955, yang telah pada tanggal 1
Januari 1956. Setelah tahun itu berturut-turut undang-undang
mengalami amandemen yaitu mulai tahun 1957, 1960, 1961,
dan 1967. Dan yang membahas poligami dalam Hukum
Keluarga Islam Negara Brunei Darussalam No 217 pasal (23)
dan isinya sama denga pasal poligami di Malaysia.9
Qadha: Jurnal Hukum Islam dan Perundang-Undangan 8.1 (2021)
9
Afrizon, Fajar Devan. Sanksi Pelanggaran Terhadap Aturan Poligami
dan Pencatatan Perkawinan di Indonesia, Malaysia, dan Negara Brunei
Darussalam. BS thesis. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Zahriza, Arfan: Poligami di dunia.....| 14


Penutup

Negara Maroko berbeda dengan Tunisia yang melarang


secara mutlak aturan mengenai poligami, pada prinsipnya
bermaksud membatasi terjadinya poligami dengan harapan
dapat diterapkan prinsip keadilan bagi para istri. Poligami
Masih diperbolehkan di Maroko. Persoalan poligami ini
diatur dalam Undang-undang hukum keluarga Tahun 1958
Pasal 30 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Jika
dikhawatirkan akan terjadi ketidakadilan di antara para isteri
maka beristeri lebih dari satu tidak diijinkan’. Namun
demikian, di dalam undang-undang Tahun 1958 tersebut
tidak diatur mengenai pemberian otoritas untuk menyelidiki
kapasitas seorang suami untuk melakukan poligami,
kapasitas tersebut sepenuhnya tergantung pada Suami, jika
suami merasa tidak akan bisa berlaku adil maka dia hanya
bisa melakukan monogami.
Dalam persoalan izin berpoligami, reformasi hukum
keluarga di Maroko tidak beranjak dari ajaran mazhab fikih
Klasik (Maliki) yang dianutnya, karena poligami masih
diperbolehkan. Hukum keluarga di Maroko mensyaratkan
kemampuan suami untuk berlaku adil jika ingin berpoligami.
Namun berbeda dengan negara lainnya, undang-undang di
Maroko tidak memberikan otoritas kepada lembaga tertentu
semisal pengadilan Untuk melakukan penilaian terhadap
kemampuan suami untuk berlaku adil. Dan memang di dalam
mazhab fikih klasik tidak diatur secara rinci lembaga mana
yang diberikan otoritas untuk memberikan penilaian
kapasitas seseorang untuk berbuat adil dalam poligami.
Di Maroko, aturan tentang khulu’ diambil dari madzhab

Hidayatullah Jakarta.

Zahriza, Arfan: Poligami di dunia.....| 15


Maliki dengan tekanan pada kebebasan istri pada transaksi
tersebut. Imam Malik mengatakan jika istri selama
perkawinan tidak merasakan kebahagiaan, bahkan merasa
dizalimi, maka istri boleh menuntut cerai dengan
mengembalikan sejumlah mahar yang telah diberikan suami
kepadanya.
Sebagaimana Negara-negara lain, Brunei Darussalam
juga mengatur masalah poligami agar tidak dilakukan secara
liar. Campur tangan pemerintah (hakim) sebagai tolak ukur
kemampuan seseorang untuk berpoligami. Hal ini sebagai
upaya untuk melindungi hak-hak isteri dan dan anak-anak.
Di Brunei seorang yang akan melakukan poligami harus
memenuhisyarat-syarat yang ditetapkan hakim: (1) ada
alasan poligami (2) ada ikrar menunaikan tanggup jawab,
khususnya tentang nafkah istri dan anak-anak. Hanya perlu
saja dicatat, karena ketetapan ini bukan UU, terhadap orang
yang tidak memenuhi syarat-syarat pun hakim tidak dapat
melarang praktek poligami.

Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia,


(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008], h. 962.
Ali, Muchtar. POLIGAMI DALAM HUKUM KELUARGA DI DUNIA
ISLAM (Studi Komparatif Undang-Undang Perkawinan di
Indonesia dan Maroko). BS thesis. Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Nasiri, Nasiri. "Perkawinan di Maroko." Syaikhuna: Jurnal
Pendidikan Dan Pranata Islam 8.1 (2017)
https://tafsirweb.com/1535-surat-an-nisa-ayat-3.html
Afrizon, Fajar Devan. Sanksi Pelanggaran Terhadap Aturan

Zahriza, Arfan: Poligami di dunia.....| 16


Poligami dan Pencatatan Perkawinan di Indonesia, Malaysia,
dan Negara Brunei Darussalam. BS thesis. Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Arif, Arif Sugitanata. "Hukum Keluarga Islam Di Brunei
Darussalam." Al-Qadha: Jurnal Hukum Islam dan Perundang-
Undangan 8.1 (2021)

Zahriza, Arfan: Poligami di dunia.....| 17

Anda mungkin juga menyukai