Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL TESIS

PERBANDINGAN ISTINBATH AHKAM MODEL PEWARISAN 2:1


DAN 1:1

DOSEN PENGAMPU :
DR. IBNU MUHDIR M.AG

Oleh:
Alda Kartika Yudha
NIM: (1620311038)

KONSENTRASI HUKUM KELUARGA


MAGISTER HUKUM ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UIN SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA
2017

1
A. Latar Belakang

Kita bisa mendapatkan sebuah gambaran tentang bagaimana kaum jahiliyah

memperlakukan wanita lewat al-Quran. Kebiadaban Arab Jahiliyah bermuamalah

dengan wanita dikisahkan dalam al-Quran Surat an-Nisa ayat 19 yang atinya,

“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagimu mewarisi perempuan

dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka …”. Menurut Ibnu

Katsir, pada zaman jahiliyah jika seorang suami meninggal, maka walinya berhak

atas istri orang yang meninggal tersebut. Artinya, wali tersebut mewarisi diri

perempuan ini. Jika mereka mau, mereka bisa menikahinya, menikahkannya, atau

membiarkannya.1 Islam datang dan mendeklarasikan pembelaannya terhadap

banyak hal, termasuk kaum perempuan. Terkhusus dalam hal waris, bahkan islam

memerintahkan bahwa wanita mendapat jatah harta warisan dengan jumlah

tertentu. Dari sini terlihat sekali bagaimana islam merubah konstruk masyarakat

yang tidak berpihak pada wanita, menjadi pendukung wanita.

Zaman semakin berubah, permasalahan semakin bertambah, dan al-Quran

dituntut untuk bisa menjawab segala problematika yang ada secara adil dan

realistis. Pembagian waris 2:1 yang kala itu dianggap sebagi sebuah keadilan,

mulai dipertanyakan kembali keadilannya seiring dengan peran wanita yang bisa

dianggap setara dengan laki-laki pada masa ini dan tidak seperti peran wanita

dimasa Arab dahulu. Klaim ketidak-adilan ini bukan tanpa bukti. sebuah

penelitian tesis, beberapa hakim di daerah DIY mengakui bahwa masyarakat

Yogyakarta yang mayoritas islam, ketika menyelesaiakan kasus waris, lebih


1
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir,
Jilid 10, Cet. Pertama, Penrj. M. Abdul Ghaffar dan Abu Ihsan al-Atsari, (Jakarta: Pustaka Imam
Asy-Syafii, 2008), hlm. 259.

2
condong menyelesaikannya di PN dan bukan PA.2 Hal yang sama juga terjadi

diwilayah Aceh. Bahkan dalam sebuah survey dinyatakan sebanyak 81%

masyarakat Aceh lebih suka meminta fatwa ke PN. 3 Sulawesi Selatan dan

Kalimantan Selatan yang dianggap sebagai daerah yang kuat kesilamannya pada

kenyataannya juga menyimpang dari kaidah waris yang dianggap baku tersebut. 4

Belum lagi jika ditambah dengan banyaknya keluarga yang mendahului

pembagian hartanya dengan akad hibah tanpa membedakan laki-laki atau

perempuan sehingga ketika meninggalnya, harta yang dibagi dengan cara waris

islam tinggal sedikit atau habis sama sekali.5

Dinegara lain, Turki dan Somalia termasuk negara islam yang menerapkan

konsep 1:1 dalam hukum kewarisan mereka. Dalam pasal 439 UU Sipil Turki,

selain dinyatakan bahwa pembagian laki-laki dan perempuan adalah 1:1,

dinyatakan pula bahwa hak istri dan anak perempuan adalah sama dengan hak

suami dan anak laki-laki. Somalia yang merupakan negara dengan mayoritas

Madzhab Syafi’iyah, juga memiliki UU yang sama dengan Turki. Hal ini terlihat

dari peraturan hukum keluarga Somalia pada buku keempat pasal 158. 6 Dan lagi-

lagi, alasan yang mereka usung adalah keadilan.

2
Ahsan Dawi, “Pemahaman Hakim Tentang Bagian Waris Anak Laki-Laki dan
Perempuan”, Tesis Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Konsentrasi Hukum Keluarga,
2006, hlm 87-88.
3
Nailun Nur Sa’adah, “Pemikiran Munawir Sjadzali dan Muhammad Syahrur Tentang
Pembagian Harta Waris 1:1”, Tesis Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Program Studi Hukum Islam Konsentrasi Hukum Keluarga, Yogyakarta, 2008, hlm 101.
4
Ibid., hlm. 99.
5
Ibid., hlm. 100.
6
Lilik Andar Yuni, “Hak Waris Perempuan Dalam Hukum Keluarga islam Turki dan
Somalia”, Tesis Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Program Studi Hukum
Islam Konsentrasi hukum Keluarga, Yogyakarta, 2007, 63-73

3
Dalam telaan singkat penulis, ternyata penggunaan konsep 1:1 bukanlah

tanpa dasar. Beberapa sarjana muslim ternyata sudah merumuskan model

istinbath ahkam yang tentunya bersumber dari al-quran dan hadis. Hal ini bisa

dikatakan mirip dengan larangan poligami di Tunisia, dimana para sarjana muslim

Tunisia merumuskan metode istinbath ahkam yang mengesahkan pelarangan

tersebut, bahkan dijadikan sebagai UU yang berlaku di Tunisia. Adapun sarjana

muslim yang membahas mengenai hal ini (1:1) diantaranya adalah Muhammad

Syahrur, Hazairin, Munawir Sjadzali, dll. Jika dilihat sepintas, apa yang mereka

(pengusung konsep 1:1) gagaskan adalah hal yang terlihat seperti menyelisihi

dzhair nash, akan tetapi jika dilihat lebih dalam lagi, ternyata mereka memiliki

model istinbath yang berbeda dan tetap bersandar kepada nash yang ada. Karena

bagaimanapun para pemikir islam tetap setuju untuk menjadikan al-Quran dan

Sunnah sebagai landasan pedoman, sedangkan yang berbeda hanyalah cara

berijtihad dan istinbath hukumnya saja.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang ada tersebut, setidaknya dalam tesis ini

penulis merumuskan beberapa rumusan masalah yang akan dijawab dalam

penelitian ini, rumusan tersebut adalah:

1. Bagaiamana model istinbath ahkam pengguna konsep 2:1?

2. Bagaimana model istinbath ahkam pengguna konsep 1:1?

3. Apa perbedaan diantara keduanya?

4. Apakah menggunakan konsep 1:1 berarti menyalahi aturan islam?

4
5. Konsep mana yang tepat untuk diterapkan di Indonesia menurut

pandangan penulis?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimana konsep hukum dan cara istinbath ahkam dalam

perwarisan Islam.

2. Mengetahui cara istinbath ahkam penganut konsep 1:1 dimana konsep ini

adalah bentuk ijtihad baru dan menyalahi konsep mainstream, yaitu 2:1.

3. Mengetahui bagaimana penerapan hukum waris di Indonesia antara dua

konsep tersebut.

4. Memberikan jawaban atas hipotesa yang penulis rumuskan dalam

penelitian ini.

Penelitian ini nantinya diharapkan akan memiliki kegunaan-kegunaan

sebagai berikut:

1. Memberikan konstribusi terhadap khazanah keilmuan islam, terutama

dalam masalah kewarisan.

2. Memberikan pencerahan tentang model pewarisan islam yang ternyata

tidak hanya satu madzhab dalam memandang jatah antara laki-laki dan

perempuan yang mana keduanya tetap berlandaskan pada nash yang ada.

3. Dalam kondisi tertentu dapat memberikan keabsahan secara hukum syariat

dan ketenangan batin kepada pihak yang ingin menggunakan konsep 1:1

tanpa ketakutan bahwa mereka menyalahi aturan syariat.

5
D. Kajian Pustaka

Masalah kewarisan pada dasarnya adalah masalah yang sudah ada sejak

lama, sehingga hampir semua buku fiqh yang ada dalam literatur islam akan

membahas tentang hal ini. Mulai Hâsiyah Raddul Mukhtar7 (Madzhab

Hanafiyah), Hâsiyah Dasûqi8 (Madzhab Malikiyah), Mughni Muhtaj9 (Madzhab

Syafi’iyah), Mughni Ibnu Qudamah10 (Madzhab Hanabilah), dan dari kita fiqh

kontemporer seperti Mausû’ah al-Fiqh al-Islâmi wa al Qadhâyâ al-Mu’âshirah11

(kitab fiqh perbandingan madzhab karya Wahbah Zuhaili).

Adapun penelitian yang membahas mengenai konsep 1:1 juga sudah ada

dalam beberapa literatur yang penulis baca, seperti Tesis Program Pascasarjana

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Program Studi Hukum Islam Konsentrasi

Hukum Keluarga karya Nur Sa’adah dengan judul Pemikiran Munawir Sjadzali

dan Muhammad Syahrur Tentang Pembagian Harta Waris 1:1 12. Begitu juga

dengan tesis karya Lilik Andar Yuni dengan judul Hak Waris Perempuan Dalam

Hukum Keluarga islam Turki dan Somalia13. Dan juga tesis karya Muhammad

7
Muhammad ‘Alauddin Afandi, Hâsiyah Raddul Mukhtar, (Beirut-Lebanon: Dar al-Fikr,
2005).
8
Syamsuddin asy-Syaikh Muhammad Araf ad-Dasûqi, Hâsiyah ad-Dasûqi, (Beirut-
Lebanon: Dar al-Fikr).
9
Syamsuddin Muhammad Bin Khatib asy-Syarbini, Mughni Muhtâj, (Beirut-Lebanon:
Dar al-Ma’rifah, 2010).
10
Ibnu Qudamah, al-Mughni, (Beirut-Lebanon: Dar al-Fikr, tt).
11
Wahbah Zuhaili, Mausû’ah al-Fiqh al-Islâmi wa al-Qadhâyâ al-Mu’âshirah,
(Damaskus: Dar al-Fikr, 2012).
12
Nailun Nur Sa’adah, “Pemikiran Munawir”.
13
Lilik Andar Yuni, “Hak Waris Perempuan Dalam Hukum Keluarga islam Turki dan
Somalia”, Tesis Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Program Studi Hukum
Islam Konsentrasi hukum Keluarga, Yogyakarta, 2007.

6
Adib yang berjudul Fleksibilitas Hukum Waris Islam, Tesis Program Pascasarjana

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Konsentrasi Hukum Keluarga, 200214.

Adapun judul penelitian yang serupa yang sudah menjadi sebuah buku,

contohnya adalah buku karya Al-Yasa’ AbuBakar yang berjudul Rekonstruksi

Fikih Kewarisan: Reposisi Hak-Hak Perempuan.15 Ada juga buku karangan

Muhammad Syahrur yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berjudul

Metodologi Fiqih Islam Kontemporer.16

Adapun perbedaan antara penelitian yang akan penulis lakukan dengan

penelitian yang sudah ada sebelumnya pada dasarnya adalah pada aspek

perbandingan cara istinbath ahkam dalam ushul fiqh dari kedua konsep, baik

konsep 2:1 ataupun konsep 1:1. Sehingga bisa dikatakan, penelitian ini merupakan

penelitian perbandingan metode ushul fiqh. Selain perbandingan metode istinbath

ahkam dari masing-masing madzhab, penulis mencoba untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan pelaksanaan konsep 1:1 di Indonesia sebagaimana

yang sudah diterapkan di Turki dan Somalia, dimana sedangkan Indonesia

sekarang menganut konsep 2:1 jika dilihat dari peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

E. Kerangka Teoritik

14
Muhammad Adib, “Fleksibilitas Hukum Waris Islam”, Tesis Program Pascasarjana UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta Konsentrasi Hukum Keluarga, 2002.
15
Al-Yasa’ AbuBakar, Rekonstruksi Fikih Kewarisan: Reposisi Hak-Hak Perempuan,
Banda Aceh: LKAS, 2012.
16
Muhammad Shahrur, Metodologi Fiqih Islam Kontemporer, Penerjemah Sahiron
Syamsuddin dan Burhanudin, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2004).

7
Dalam penelitian ini, setidaknya penulis akan menggunakan beberapa teori,

yaitu:

1. Teori ushul fiqh. Teori ushul fiqh yang dipakai adalah teori ushul fiqh baik

Hanafi maupun ghairu Hanafi dalam memahami teks. Teori ini digunakan

untuk melihat bagaimana metode istinbath ahkam para imam madzhab

dalam memahami persoalan kewarisan.

2. Teori Maqashid Syariah. Teori ini diperkenalkan oleh asy-Syatibi yang

kemudian juga dikembangkan oleh al-Ghazali, Ibnu ‘Asyur, dan sekarang

didengungkan lagi oleh Jaser Audah. Dengan teori ini nantinya akan

diketahui inti tujuan dari adanya hukum islam. Teori ini juga sering disebut

sebagai filsafat hukum islam. Dalam teori ini nanti penulis akan fokus

dalam pembahasan tentang konsep keadilan. Hal ini dikarenakan keadilan

merupakan salah satu inti dari tujuan adanya hukum islam. Teori ini pada

dasarnya digunakan oleh kedua madzhab untuk mendukung pendapat

masing-masing.

3. Teori Istihsan. Teori ini, pada dasarnya menggunakan qiyas khafi daripada

qiyas jali. Istihsan secara bahasa bermakna menganggap baik atau mencari

kebaikan. Ini merupakan salah satu metodologi istinbath yang masih

dipertentangkan dikalangan ulama. Salah satu ulama yang menentang ini

adalah Imam Syafi’i. Salah satu penggunaan teori ini dalam istinbath

hukum yang paling terkenal adalah keputusan Umar Ra untuk tidak

memotong tangan pencuri dimasa paceklik.

8
4. Teori Hududiyah (pembatasan). Teori ini diperkenalkan oleh Syahrur

dalam memahami nash al-Quran dan Hadis. Menurut Syahrur dalam nash

terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang batasan-batasan tertentu.

Khusus dalam pembahasan waris ini, ayat 2:1 merupakan ayat yang

menjelaskan batas minimum dan batas maksimum dalam menerima

warisan. Mudahnya, perempuan disini memiliki batas minimum sesetengah

(33,3%) dari laki-laki. Sedangkan laki-laki memiliki batas maksimal dua

kali lipat (66,6%) dari perempuan. Dari sini, kemudian dipersilahkan

menentukan kebijakan yang bisa diambil agar diperoleh keadilan substantif,

dengan memperhitungkan faktor tanggungjawab, ekonomi, dll.17

F. Hipotesis

Dalam penelitian ini, penulis memiliki hipotesis bahwa konsep 1:1 pada

dasarnya tidak bertentangan dengan ajaran agama islam. Hal ini dilihat dari bahwa

dalam islam, keadilan merupakan aspek yang sangat dijunjung tinggi. Bahkan

beberapa sarjana muslim mengatakan bahwa keadilan merupakan salah satu dasar

dari tujuan adanya hukum islam/ maqashid syariah. Oleh karena itu, produk

hukum islam tentunya tidak boleh bertentangan dengan asas keadilan tersebut.

Selain itu, penulis berpendapat bahwa dalam penentuan dalam sengketa

waris yang dilakukan oleh hakim PA, hakim boleh mempertimbangkan untuk

memutuskan dengan konsep 1:1 jika itu memang dapat memberikan keadilan

kepada masyarakat. Ukuran keadilan yang dipakai tentunya keadilan sosiologis,

atau keadilan yang masyarakat sendiri merasakan bahwa itu adalah hal yang adil,
17
Lilik Andar Yuni, “Hak Waris “, hlm. 55.

9
dan bukan keadilan normatif yang mana manusia dipaksa untuk meyakini bahwa

hal itu adil meski pada realitanya sangat jauh dari keadilan.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian normatif dimana

penulis akan mencoba membandingkan antara dua metode istinbath ahkam dalam

konsep 2:1 dan 1:1.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-komparatif-analitis. Dengan ini peneliti

akan menggambarkan secara proporsional bagaimana metode istinbath ahkam

dari kedua madzhab, yang kemudian dikomparasikan serta dianalisis mengenai

pendapat yang menurut peneliti lebih rajah untuk diterapkan.

3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian yang penulis lakukan bersumber dari kajian pustaka. Dan dalam

hal ini sumber yang dapatkan terbagi menjadi:

a. Data primer, yang mencakup, al-Quran, hadis-hadis dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku yang membahas menganai hal waris.

b. Data sekunder, yaitu buku-buku atau kitab-kitab yang membahas

mengenai hal tersebut. Dalam hal ini penulis juga akan mencari

pendapat para ulama mengenai hal ini.

4. Metode Analisis dan Pengolahan Data

10
Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif-

kualitatif-komparatif. Dan untuk metode pengolahan datanya penulis

menggunakan pengolahan data non-statistik.

H. Sistematika Pembahasan

Agar penelitian tesis ini menjadi karya ilmiah yang baik maka penulis

mencoba untuk mengatur penulisan tesis ini nanti dengan sistematika dan kaidah

penulis yang berlaku. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

1. Bagian muka dimana meliputi halaman judul, nota pembimbing, halaman

pengesahan, halaman motto, halaman kata pengantar, pedoman

transilterasi, abstraksi, dan daftar isi.

2. Bagian inti, yang akan terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab pertama, berisikan pendahuluan/ latar belakang masalah, rumusan

masalah yang akan menjadi pokok permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian,

keranga teoriti, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua, berisikan mengenai metode istinbath ahkam pengguna konsep

2:1. Dimana dalam hal ini penulis akan menggali dari kitab-kitab fiqh klasik

maupun kontemporer dan juga peraturan-peraturan yang berlaku baik di Indonesia

maupun negara muslim lainnya.

Bab ketiga berisikan metode istinbath ahkam penganut konsep 1:1.

Dikarenakan konsep ini datang belakangan, maka penulis juga akan mencoba

untuk memaparkan bantahan-bantahan penganut konsep ini terhadap klaim bahwa

2:1 adalah hal yang sudah qat’i dan tidak boleh diganggu gugat.

11
Bab keempat, penulis akan mencoba menganalisis dari data-data yang ada

dalam hal model istinbath hukum masing-masing konsep. Peneliti juga akan

mencoba untuk melihat lebih dalam mengenai kemungkinan penerapan 1:1

sebagai konsep baru di Indonesia.

Bab kelima akan berisikan kesimpulan penelitian, saran dan penutup

mengenai penelitian tesis ini.

3. Bagian lampiran, dimana bagian ini akan berisikan daftar pustaka,

lampiran-lampiran yang diperlukan, dan daftar riwayat hidup.

I. Daftar Isi Sementara

1. BAB I: Pendahuluan

2. BAB II: Metode Istinbath Ahkam Konsep 2:1

3. BAB III: Metode Istinbath Ahkam Konsep 1:1

4. BAB IV: Analisis Perbandingan Antara Kedua Konsep

5. BAB V: Kesimpulan dan Penutup

J. Daftar Pustaka

Ad-Dasûqi, Syamsuddin asy-Syaikh Muhammad Araf, Hâsiyah ad-Dasûqi,


Beirut- Lebanon: Dar al-Fikr.
Adib, Muhammad. “Fleksibilitas Hukum Waris Islam”, Tesis Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Konsentrasi Hukum
Keluarga, Yogyakarta, 2002.
Afandi, Muhammad ‘Alauddin. Hâsiyah Raddul Mukhtar, Beirut- Lebanon: Dar
al-Fikr, 2005.
Al-Yasa’ AbuBakar, Rekonstruksi Fikih Kewarisan: Reposisi Hak-Hak
Perempuan, Banda Aceh: LKAS, 2012.
Asy-Syarbini, Syamsuddin Muhammad Bin Khatib. Mughni Muhtâj, Beirut-
Lebanon: Dar al-Ma’rifah, 2010.
Dawi, Ahsan. “Pemahaman Hakim Tentang Bagian Waris Anak Laki-Laki dan
Perempuan”, Tesis Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Konsentrasi Hukum Keluarga, 2006.

12
Sa’adah, Nailun Nur. “Pemikiran Munawir Sjadzali dan Muhammad Syahrur
Tentang Pembagian Harta Waris 1:1”, Tesis Program Pascasarjana
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Program Studi Hukum Islam
Konsentrasi Hukum Keluarga, Yogyakarta, 2008.
Shahrur, Muhammad. Metodologi Fiqih Islam Kontemporer, Penerj. Sahiron
Syamsuddin dan Burhanudin, Yogyakarta: Elsaq Press, 2004.
Syaikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu. Tafsir Ibnu
Katsir, Cet. Pertama, Penrj. M. Abdul Ghaffar dan Abu Ihsan al-
Atsari, Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafii, 2008.
Qudamah, Ibnu. al-Mughni, Beirut-Lebanon: Dar al-Fikr, tt.
Yuni, Lilik Andar. “Hak Waris Perempuan Dalam Hukum Keluarga islam Turki
dan Somalia”, Tesis Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta Program Studi Hukum Islam Konsentrasi
hukumKeluarga, Yogyakarta, 2007.
Zuhaili, Wahbah. Mausû’ah al-Fiqh al-Islâmi wa al-Qadhâyâ al-Mu’âshirah,
Damaskus: Dar al-Fikr, 2012.

13

Anda mungkin juga menyukai