Dr. HAFSAH, MA
Disusun Oleh:
KASAFUL KHAFI
3002234026
PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang ajaran dan aturan-aturannya digagas langsung oleh Allah
SWT yang kemudian disampaikan kepada umat manusia melalui nabi-nabi yang diutusNya.
Norma-norma abadi yang dimiliki Islam tersembut keluar sebagai rangkaian peraturan yang
disebut hukum. Hukum tersebut bersifat baku dan diakui oleh “Undang-Undang
Tuhan”[Qanun Illahi]: permanen dan tidak dapat diubah. Qanun Illahi ini, diundangkan oleh
negara atau tidak, ia harus ditegakkan sebagai suatu yang berwatak “buatan Tuhan”. Namun
ada kalanya peraturan-peraturan itu diintrepetasi dan diformulasikan oleh manusia menjadi
hukum manusia melalui proses legalisasi.1 seiring berjalannya waktu ajaran Islam terus
dikaji dan menghadapi banyak situasi dan kondisi yang pada akhirnya menjadi problematika
modern.
Salah satu contoh konkrit problematika yang dihadapi adalah dalam permasalahan
harta warisan. Adapun masalah yang muncul dalam perkara waris ini adalah mengenai
bagaimna jika pewaris merupakan seorang non muslim sedangkan salah satu ahli warisnya
merupakan seorang muslim. Dan permasalahan ini sering menjadi polemik bahkan dapat
menyebabkan konflik perselisihan. Untuk itu perlu adanya solving problem untuk mengatasi
permasalahan yang terjadi.
Sementara dalam syariat islam untuk sebuah hak waris terdapat aturan-aturan yang harus
dipatuhi seperi pembagian yang telah ditetapkan dengan angka-angka pasti yaitu 1/2, 1/3,
1/4, 1/8, 1/6, dan 2/3 yang merupakan aturan langsung dari alQur’an. Serta terdapat pula
tindakan yang dapat menjadi sebab dan alasan penghapusan hak waris bagi seorang ahli
waris, yaitu: Berbeda agama, Pembunuhan dan Budak. Pemaparan teks tentang kewarisan
berimplikasi terhadap pemkiran para ulama terkhusus ulama tradisional yang berpendapat
bahwa hukum waris dalam islam tidak dapat dirubah dan tidak menerima ide pembaharuan.2
1
Yayan Sopyan, Islam-Negara, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 1
Adapun ulama kontenporer seperti halnya Yusuf al-Qardhawi menjelaskan dalam
karyanya Hadyu al-Islam Fatawa Mu’ashirah bahwa seorang muslim dapat memperoleh
harta warisan dari seseorang yang nonmuslim, akan tetapi tidak sebaliknya. Ia berpendapat
bahwa islam tidak menghalangi hal-hal yang bermanfaat bagi kepentingan ummat.
Terlebihlagi dengan harta warisan yang bisa membantu untung kepentinggan agama, bahkan
sebenarnya harta tersebut bisa dijadikan sarana untuk taat kepada Allah SWT dan bukan
untuk kemaksiatan.3
Apabila dilihat dari pandangan hukum islam, fatwa Yusuf al-Qardhawi tersebut tidak
sejalan dengan kitab fiqih, yang menjelaskan bahwa antara muslim dan nonmuslim dilarang
untuk saling waris mewarisi.hal ini didasari oleh hadits dari Usman bin Zaid, bahwa Nabi
Muhammad SAW bersabda : “seorang muslim tidak mewarisi dari seorang kafir, dan tidak
pula seorang kafir mewarisi dari seorang muslim.”4
Tentang non-muslim tidak mewarisi harta seorang Muslim para ahli hukum telah
sepakat dengan ketentuan tersebut. Hal itu didasarkan hadis dan ketentuan surat al-
Maidah ayat 5. Menurut Yusuf al-Qardhawi hadits yang digunakan para ulama yang
melarang waris beda agama adalah hadits yang masih bersifat umum. Oleh karna itu, dalil
tersebut tidak bisa smenjadi dasar landasan untuk melarang waris beda agama. lafaz kafir
yang terkandung pada hadits tentang larangan waris beda agama hanyalah diperuntukkan
untuk kafir Harby. Tinjauan hukum Islam terhadap penyesuaian kewarisan beda agama ini
belum sesuai.
Isu Mashlahah dan Maqashid As-Syari’ah dalam khazanah pemikiran Fiqih dan fiqh
memiliki peran yang sangat penting. Meskipun dua hal tersebut masih diperdebatkan oleh
para ulama dan masuk dalam kategori sumber hukum yang bersifat Mukhtalaf Fih, namun
memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan terobosan-terobosan hukum
2
Abdul Ghafur Ansori, Filsafat Hukum Kewarisan Bilateral Hazairin (Yogyakarta: UII Press,
2005), h. 15.
3
Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, jilid 3, terjemah Hadyu al-Islam Fatawa
Mu’ashirah, (Jakarta: GEMA INSANI, 2002), h. 851.
4
Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, (Beirut: Makatabah Syamilah), h.26.
Islam atau fiqh. Oleh karnanya sudah sewajarnya Mashlahah dan Maqashid Syari’ah selalu
menjadi isu sentral yang sering dikaji di seputar kajian-kajian pembaruan dan senantiasa
menjadi isu menarik banyak ulama dan elit intelektual Islam sampai sekarang.5
Melihat realitas di atas, peneliti sangat tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang hak
waris bagi dalam perspektif hukum islam dan pandangan ulama kontenporer. Sehingga
permasalahan ini dirasa perlu dan penting untuk dinilai dari sisi agama Islam melalui proses
studi maqashid syariah terlebih dahulu.
Maka berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji
mengenai: “ METODE PENETAPAN HAK WARIS ANAK DARI ORANG TUA
B. Rumusan Masalah
Setelah dilakukan penyisiran masalah berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan,
maka pokok masalah dalam hal ini adalah: “Bagaimanakah metode penetapan hak waris bagi
seorang anak terhadap pewaris/ orang tua yang berbe da agama menurut yusuf qardhawi?”
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih fokus maka dirumuskan submasalah sbagai
berikut:
1. Apakah seorang anak yang berbeda agama berhak atas warisan dari pewaris ?
2. Bagaimna metode untuk menetapakan apakah seorang anak yang berbeda agama itu
bisa mendapatkan harta warisan dari pewaris?
C. Tujuan Penilitian
Berdasarkan rumusan masalah pada uraian sebelumnya, maka yang menjadi tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah anak yang berbeda agama berhak atas warisan dari
pewaris.
5
Mudhofar Abdullah, Masa>’il Fiqh{iyyah, Isu-isu Fiqh Kontemporer (Yogyakarta: Sukses Offset,
2011), h. 91.
2. Untuk mengetahui bagaimna metode untuk menetapakan seorang anak yang berbeda
agama itu bisa mendapatkan harta warisan dari pewaris.
D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
Secara teoritis penulisan ini diharapkan dapat menambah referensi bagi pihak yang
ingin mengetahui leb ih lanjut tentang bagaiaman proses istinbat dan penerapan terhadap
ketetapan hak waris bagi seorang anak terhadap pewaris/orang tua yang berbeda agama
menurut yusuf qardhawi.
Secara praktisnya:
1. Memberikan jawaban terhadap pokok permasalahan yang diteliti.
2. Menambah dan memperluas wawasan pengetahuan penulisan dalam karya ilmiah,
dimana penulisan ini merupakan sarana untuk memaparkan dan memantapkan ilmu
pengetahuan yang telah diterima selama perkuliahan.
3. Diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi masyarakat terutama mereka yang
ingin mengetahui tentang bagaiaman proses intinbat dan penerapan terhadap
ketetapan hak waris bagi seorang anak terhadap pewaris/orang tua yang berbeda
agama menurut yusuf qardhawi.
4. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dan pondasi bagi peneliti
berikutnya.
E. Sistematika Penulisan
Adapun isi dari sistematis penulisan ini disusun sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Pada bab ini akan diisi dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
2. Bab II Kajian Pustaka
Pada bab ini akan membahas tentang kerangka teori, landasan konsepsional,
asumsi dasar penelitian, serta penelitian terdahulu.
3. Bab III Metode Penelitian
Pada bab ini akan berisi tentang spesifikasi dan pendekatan penelitian, tempat dan
waktu penelitian, obyek penelitian, landasan konsepsional, sumber penelitian, bahan-
bahan hukum, tehnik analisis, serta tehnik penjaminan keshohihan hasil penelitian.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kerangka Teori
Sebelum membahas lebih jauh tentang penelitian ini, penulis berusaha untuk
mendeskripsikan terlebih dahulu secara sederhana tentang variabel (objek) penelitian
iniadalah:
Pertama, Metode penetapan hukum waris ditinjau dari studi ilmu maqshid syariah
yang berfungsi sebagai landasan dan dasar dalam penentuan dan pengambilan sebuah
hukum dalam agama Islam.
Kedua, membahas tentang bagaimana solusi agar seorang ahliwaris yang berbaeda
agama dengan pewaris tetap bisa mendapatkan hak warisnya. Penulis akan mencoba
menarik kesimpulan tentang pandangan ulama dan Islam itu sendiri terkait prihal
kasus yang terjadi . Apakah digolongkan sebagai ahli waris atau tidak.
Ketiga, membahas tentang hak waris dalam hukum Islam. Dalam pemabahasan ini
juga penulis akan membahas sebab hilangnya hak waris dari seorang ahli waris serta
kaitannya pada perbedaan agama.
B. Landasan Konsepsional
1. Warisan
Secara umum pengertian waris adalah a person who has the legal to
receive the property of someone who dies. 6 Menurut pelaksanaan hukum
6
http://www.merriam-webster.com/dictionary/heir di akses pada 25 Desember Pukul 16:13 WIB.
waris dikalangan umat Islam Indonesia. Hukum waris adalah hukum yang
mengatur peralihan pemilikan harta peninggalan tirkah pewaris, menetapkan
siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris, menentukan berapa bagiannya,
masing-masing ahli waris, dan mengatur kapan waktu pembagian harta
kekayaan pewaris itu dilaksanakan. Sedangkan, dalam Kompilasi Hukum
Islam dinyatakan bahwa Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur
tentang pemindahan hak pemilihan harta peninggalan (tirkah) pewaris,
menentukan siapa siapa yang berhak menjadi ahli waris dan beberapa
bagian.7
2. Ahli Waris
3. Perbedaan agama
Maksud dari perbedaan agama adalah antara yang beragama Islam dan
yang bukan beragama Islam (non muslim). Dasar hukum berbeda agama
sebagai pengahalang saling mewarisi adalah hadis riwayat al-Bukhari dan
Muslim.9
C. Penelitian Terdahulu
Dalam telaah pustaka ini, penulis melakukan penelaahan terhadap hasil-hasil karya
ilmiah yang berkaitan dengan tema ini guna menghindari terjadinya duplikasi penelitian.
7
Muchith A Karim, Pelaksanaan hukum waris dikalangan Masyarakat Islam di Indonesia, (Jakarta:
Malaho Jaya Abadi Press, 2010), h. 11.
8
Muhammad Ali Ash-Shobuny, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta: Gema Insani Press,
1995, Cet. Pertama), h., 39.
9
Fabian Hutamasara Susilo, Pembagian Warisan Pada Keluarga Beda Agama di Jakarta, ( Skripsi
UIN Jakarta, 2018), h. 38.
1. Skripsi Nas’atur Rowiyah, mahasiswa STAIN Ponorogo (2015), dengan
judul “Studi Pemikiran S{i’ah Ima>miyah Tentang Waris Beda Agama”.10 Pada
penelitian ini peneliti terfokus pada pendapat Shi’ah Imamiyah yang mengatakan
bahwa perbedaan agama menghalangi seorang non muslim mewarisi harta muslim,
namun tidak menghalangi muslim mewarisi harta non muslim untuk mendapatkan
hak mewarisi. Shi’ah Imamiyah memperbolehkan seorang muslim mewarisi harta
non muslim dengan alasan derajat orang Islam lebih unggul dari orang kafir, hal ini
mengacu pada hadis riwayat Mu’az bin Jabal yang dinilai shahih.
2. Skripsi Ahmad Musadat, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2016), dengan judul
“Waris Beda Agama Dalam Perspektif Hukum Islam:Studi Komparasi
Pemikiran Wahbah az-Zuhali Dan Yusuf al- Qaradawi”.11 Penelitian ini
lebih terfokus kepada perbandingan antra Wahbah az-Zuhali Dan Yusuf al-
Qaradawi dan relevansi pemikiran antara kedua tokoh tersebut tentang waris beda
agama khususnya dalam konteks keIndonesiaan. Dalam pemikirannya Wah{bah az-
Zuhaili> melarang adanya waris beda agama, namun Yusuf al-Qardhawi dengan
fiqh minoritasnya menolak kemutlaqan larangan waris tersebut, melainkan larangan
yang hanya kepada kafir Harby saja.
3. Buku karya DR. H. Supardin, M.H.I yang berjudul “Fikih Mawaris Dan Hukum
Kewarisan (Studi Analisis Perbandingan)” membahas mengenai hak-hak waris
dalam hukum Islam, konsep kewarisan berdasarkan ajaran Islam.
4. Skripsi program studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri yang disusun oleh Rian Wahyu Utomo, NIM 1110044200004 pada
tahun 2014 dengan judul “HAK WARIS ANAK MURTAD (Analisis Putusan
10
Nas’atur Rowiyah, “Studi Pemikiran Shi’ah Imamiyah Tentang Waris Beda Agama”,
11
Ahmad Musadat, “Waris Beda Agama Dalam Perspektif Hukum Islam:Studi Komparasi
Pemikiran Wah{bah Az-Zuhaili> dan Yusuf Al-Qarad{awi>”, (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Yogyakarta, 2016)
Hakim Pengadilan Agama Jakarta Utara Nomor: 84/Pdt.P/2012/PA.,JU)”
12
dalam penelitian ini menjelaskan tentang hak waris yang didapatkan oleh anak
murtad dalam putusan yang terdapat pada pengadilan agama Jakarta Utara. Yang
membedakan skripsi terdahulu dengan skripsi penulis adalah bahwa skripsi terdahulu
menggunakan putusan pengadilan agama sebagai bahan pengambilan data, sedangkan
penulis menggunakan objek secara langsung sebagai sumber penelitian.
4. Skripsi program studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Jember yang
disusun oleh Andhita Sellasari, NIM 060710191012 pada tahun 2011 dengan judul “
KEDUDUKAN AHLI WARIS YANG BEDA AGAMA DENGAN PEWARIS
TERHADAP PEMBAGIAN HARTA WARIS MENURUT KOMPILASI
HUKUM ISLAM”13 dalam penelitian tersebut menjelaskan tentang hak waris yang
didapatkan ahli waris yang beda agama menurut KHI. Yang membedakan skripsi
penulis dengan skripsi terdahulu adalah bawha skripsi terdahulu hanya menjelaskan
kedudukan ahli waris menurut kompilasi hukum islam, sedangkan penulis
menjelaskan berbagai sudut pandang seperti berapa besar warisan yang didapatkan,
dan bagaimana hukum Islam dan yurisprudensi pada praktek pembagian waris non
muslim pada keluarga islam.
12
Rian Wahyu Utomo, “HAK WARIS ANAK MURTAD (Analisis Putusan Hakim Pengadilan
Agama Jakarta Utara Nomor: 84/Pdt.P/2012/PA.,JU), (Skripsi , Universitas Islam Negeri, Fakultas Syariah
dan Hukum, 2014).
13
Andhita Sellasari, KEDUDUKAN AHLI WARIS YANG BEDA AGAMA DENGAN
PEWARIS TERHADAP PEMBAGIAN HARTA WARIS MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM,
(skripsi Universitas Jember, 2011)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Spesifikasi Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka (library
research) yang sifatnya deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini data yang digunakan
membutuhkan gagasan-gagasan yang mengakomodasikan bentuk-bentuk ide.
uraian data yang diutarakan bersifat deksriptif yang dimaksudkan untuk memberi
B. Pendekatan Penelitian
14
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1984),
h.10.
Dalam hal ini peneliti menganalisis terhadap keadilan hukum tentang penetapan
hak waris anak yang berbeda agama dengan oarang tuanya berdasarkan fatwa Yusuf al-
Qardhawi tentang waris beda agama serta relevansinya terhadap hukum islam.
C. Sumber Penelitian
Sumber penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah sumber data
premier dan skunder.
1. Sumber data primer yaitu buku karya Syaikh Yusuf al-Qardhawi, yang berjudul
Fatwa-Fatwa Kontemporer jilid 3, terjemah dari kitab Hadyu al-Islam Fatawa
Mu’ashirah. Perkembangan Fiqh Antara Statis Dan Dinamis, terjemahan buku karya Dr.
Yusuf Al Qar Adhawi judul Al Fiqh Al Islami Baina al Aslah Wal al Tajdid. Dan kitab
Fi Fiqh Al-Aqalliyyat Al-Muslimah.
2. Sumber data skunder , Adapun sumber data skunder dari penelitian ini yaitu
dari buku-buku yang berkaitan dan mendukung obyek penilitianyang akan penulis teliti
yaitu bersumber dari kitab-kitab fiqih, beberapa karya ilmiah berupa skripsi, tesis, jurnal,
dan hal-hal yang mendukung lainnya.
Sebagai cara menarik kesimpulan dari data yang sudah terkumpul akan dipergunakan
beberapa metode. adapun elemen-elemen yang dipergunakan untuk menganalisa dalam
penelitian ini adalah penelaahan naskah atau studi kepustakaan. Dalam metode
pengumpulan data jenis inidilakukan dengan mengumpulkan data/informasi dari berbagai
kepustakaan yang mana dengan metode pengumpulan data dengan dokumen yang bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang, catatan harian,
foto dan lain sebagainya.15
Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku yang menjadi bahan
primer yakni buku-buku lain yang membahas tentang waris beda agama, diikuti data-
15
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 82.
data dari buku-buku sekunder yang menjelaskan dan berkaitan dengan waris.
E. Analisis Data
16
Lexy moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), h. 280.
17
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif , 187.
18
Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum , 48
Daftar Pustaka
Ansori Abdul Ghafur, Filsafat Hukum Kewarisan Bilateral Hazairin (Yogyakarta: UII
Press, 2005).
http://www.merriam-webster.com/dictionary/heir
Ash-Shobuny Muhammad Ali, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1995, Cet. Pertama).
Susilo Fabian Hutamasara, Pembagian Warisan Pada Keluarga Beda Agama di Jakarta, (
Skripsi UIN Jakarta, 2018).
Rowiyah Nas’atur, “Studi Pemikiran Shi’ah Imamiyah Tentang Waris Beda Agama”,
Utomo Rian Wahyu, “HAK WARIS ANAK MURTAD (Analisis Putusan Hakim
Pengadilan Agama Jakarta Utara Nomor: 84/Pdt.P/2012/PA.,JU), (Skripsi , Universitas Islam
Negeri, Fakultas Syariah dan Hukum, 2014).