Disusun Oleh :
Dede Nurhasanah
Iin Muthmainnah
Mustofa Kamal
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat taufik serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ``Mengenal Ushul Fiqih``.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................................................1
Rumusan Masalah............................................................................................................1
Tujuan..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian...................................................................................................................2
B. Objek Kajian..............................................................................................................2
C. Kegunaan...................................................................................................................2
D. Sejarah Perkembangan...............................................................................................3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................................7
B. Daftar Pustaka..............................................................................................................7
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ushul Fiqih?
2. Apa saja Objek Kajian Ushul Fiqih?
3. Apa saja Manfaat/Kegunaan Ushul Fiqih?
4. Bagaimana Sejarah Perkembangan Ushul Fiqih?
Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami seluruh Materi yang ada dalam rumusan
masalah.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
melahirkan jawaban tersebut. Salah satu contoh yang diangkat adalah pertanyaan,
“Apa hukum menyebarkan berita bohong (hoaks)?” Kita tidak bisa langsung begitu
saja mengeluarkan jawaban halal atau haramnya. Untuk menuju kepada jawaban
tersebut, kita perlu memahami dulu apa itu berita bohong (hoaks)? Selanjutnya kita
merumuskan dulu apa itu halal dan haram. Dilanjut dengan memilah apa tujuan dari
penyebaran berita bohong tersebut. Sesudah itu kita merujuk kepada sumber-sumber
hukum dalam Islam yaitu Al-Qur’an, hadits, serta ijma’ para sahabat terkait persoalan
tersebut. Terakhir, kita kerahkan kemampuan kita untuk meramu sumber-sumber
hukum tersebut untuk menjadi jawaban bagi persoalan hukum yang diajukan. Sesudah
serangkaian proses tersebut dilalui, kita baru bisa mengajukan jawaban bahwa
penyebaran berita bohong (hoaks) secara umum hukumnya adalah haram,
sebagaimana secara umum kita tahu bahwa berbohong itu hukumnya haram. Namun
pada beberapa persoalan, seperti jika bertujuan untuk menyenangkan istri,
mendamaikan pihak yang bersengketa, dan lainnya, berbohong itu hukumnya halal.
Menurut Abdullah bin Umar al-Baidlawi ada tiga masalah pokok yang akan
dibahas dalam ushul fikh, yaitu tentang sumber dan dalil hukum, tentang metode
istinbath, dan tentang ijtihad. Menurut Abdullah bin Umar al-Baidlawi kajian tentang
hukum (al-hukm) diletakkan pada bagian pendahuluan. Sedangkan Imam Abu Hamid
Al-Ghazali (450-505 H), ahli ushul fiqh dari kalangan syafi’iyah meletakkan
pembahasan tentang hukum bukan pada pendahuluan, melainkan pada bagian pertama
Berpegang kepada pendapat Al-Ghazali tersebut, maka objek bahasan ushul fiqh
1. Pembahasan tentang hukum syara’ seperti hakim, mahkum fih, dan mahkum ‘alaih.
dalil itu
3
Secara global muatan kajian ushul fiqh seperti dijelaskan diatas
menggambarkan objek bahasan ushul fiqh dalam berbagai literatur dan aliran,
meskipun mungkin terdapat perbedaan tentang sistematika dan jumlah muatan dari
masing-masing bagian tersebut. Meskipun yang menjadi objek bahasan ushul fiqh ada
empat seperti dikemukakan di atas, namun Wahbah Az-Zuhaili dalam bukunya al-
Wasith Fi ushul al-Fiqh menjelaskan bahwa yang menjadi inti dari objek kajian ushul
fiqh adalah tentang dua hal, yaitu dalil-dalil secara global dan tentang al-ahkam
(hukum-hukum syara’). Selain dua hal tersebut, dipaparkan oleh para ulama ushul
fiqh yang hanya sebagai pelengkap. Lalu aspek mana saja dari kedua objek bahasan
tersebut yang dikaji dalam ushul fiqh?. Dalil-dalil syara’ dikaji dari segi tetapnya
sifat-sifat esensialnya. Misalnya, Al-Qur’an adalah kitab suci dan menjadi sumber
bagi ketetapan hukum syara’. Al-amr (perintah) yang terdapat di dalam Al-Qur’an
pengertiannya secara pasti (qath’i), lafal umum yang sudah ditakhshish sebagian
Menurut para ahli ushul fiqh, manfaat utama ilmu ini adalah untuk mengetahui
kaidah-kaidah yang bersifat kulli (umum) dan teori-teori yang terkait dengannya
untuk diterapkan pada dalil-dalil tafsili (terperinci) sehingga dapat diistinbathkan
hukum syara’ yang ditunjukkannya. Melalui kaidah-kaidah ushul fiqh diketahui nash-
nash syara’ dan hukum-hukum ditunjukkannya. Dengan ushul fiqh dapat dicarikan
jalan keluar menyelesaikan dalil-dalil yang kelihatan bertentangan satu sama lain.
Melalui dalil-dalil yang ada dalam kajian ushul fiqh, seperti qiyas, istihsan, istishab,
urf dapat dijadikan landasan menetapkan persoalan yang hukumnya tidak dijelaskan
langsung oleh nash.
Selain itu tujuan yang hendak dicapai dari ilmu ushul fiqh ialah untuk :
4
2. Dengan kaidah ushul serta bahasannya itu dapat dipahami nash-nash syara’dan
hukum yang terkandung didalamnya.
3. Mampu memahami secara baik dan tepat apa-apa dirumuskan ulama mujtahid dan
bagaimana mereka sampai kepada rumusan itu.
D. Sejarah Perkembangan dan Penulisan Ilmu Ushul Fiqih
Al-Qadli Abdul Jabbar (w. 415 H) yang merupakan tokoh Mu'tazilah menulis
kitab Ushul al-Fiqh berjudul al-'Amd (dua jilid). Kitab ini dikomentari oleh Abu al-
Husayn al- Basri (w. 435 H) dalam al-Mu'tamad fi Ushul al-Fiqh. Beliau ini ulama
yang cukup "aneh" karena dalam ilmu kalam mengikuti mazhab Mu'tazilah namun
dalam hal fiqh beliau mengikuti mazhab Syafi'i. Al-Juwayni (w. 478 H) yang diberi
gelar Imam al-Haramain, selain meringkas kitab al-Baqillani, juga menulis kitab
5
sendiri yang juudlnya al-Burhan fi Ushul al-Fiqh. Imam al-Haramain ini merupakan
guru dari Imam al-Ghazali. Yang menarik, Imam al-Haramain mengaitkan antara ilmu
kalam dengan Ushul al-Fiqh. Beliau juga lebih jauh menjelaskan berbagai topik yang
dibahas oleh Imam Syafi'i. Namun demikian, sebagai seorang ulama kaliber dunia,
beliau juga turut menyampaikan kritikan terhadap Imam Asy'ari dan Imam Syafi'i
serta ulama lainnya. Keberanian beliau ini mendapat komentar tajam dari para ulama
seperti al-Maziri (w. 536 H) dan al-Abyari (w. 616 H) dari mazhab Maliki yang tidak
bisa menerima Imam al-Haramain mengkritik Imam Malik. Imam al-Ghazali (w. 505
H) meneruskan gaya kontroversial gurunya. Tidak tanggung-tanggung Imam al-
Ghazali menulis 4 kitab berbeda dalam disiplin ilmu ini. Kitab terakhirnya yang
dijadikan rujukan luas yaitu al-Mustasfa. Imam al-Ghazali juga tidka segan berbeda
pandangan dengan Imam Syafi'i. Jadi hal yang wajar saja kalau murid berbeda
pandangan dengan guru atau bahkan kakek gurunya. Tapi tetap saja Imam al-
Haramain dan Imam al-Ghazali tidak keluar dari mazhab Syafi'i, tidak seperti Imam
Abu Tsaur, Imam Ahmad dan Imam Dawud yang ketiganya mendirikan mazhab
sendiri. Bagaimana dengan mazhab di luar Syafi'i? Al-Sarkhasi (w. 423 H) dari
mazhab Hanafi yang digelari Syamsul al-A'immah menulis kitab al-Ushul. Begitu
juga Imam al-Jassas (w. 370 H) menulis kitab dengan judul serupa. Sebelumnya ada
lagi al-Dabusi (w. 340 H) yang menulis Taqwim al-Adillah. Pengaruh al-Dabusi dan
Sarakhsi dalam pembahasan ushul al-fiqh di mazhab Hanafi sangat kuat. Corak
pembahasan Syafi'iyah dan jumhur ulama (Mutakallimin) dengan Hanafiyah dalam
kajian Ushul al-Fiqh memang berbeda. Pada abad ketujuh Hijriah, disiplin ilmu Ushul
al-Fiqh sudah dianggap mapan. Maka mulailah pada periode ini penggabungan kitab,
peringkasan dan penjelasan atas ringkasan kitab-kitab sebelumnya. Empat kitab utama
yaitu al-'Amd, al-Mu'tamad, al-Burhan dan al-Mustasfa digabung pembahasannya
oleh dua ulama besar. Pertama, al-Amidi (w. 631 H) dari mazhab Syafi'i
meringkasnya dalam al-Ihkam fi Usul al-Ahkam. Lantas diringkas kembali oleh Ibn
Hajib (w. 646 H) dalam Muntaha al-Sul. Oleh pengarangnya sendiir, buku ini
kemudian diringkas kembali dalam Mukhtasar Ibn al-Hajib. Lantas pembahasan yang
sudah ringkas, diberi komentar panjang oleh 'Udad al-Din al-Iji (w. 756 H), al-Syirazi
(w. 710 H) dan al-Asfahani (w. 749 H). Kedua, Fakhr al-Din al-Razi dari mazhab
Syafi'i (w. 606 H) menulis al-Mahsul yang merupakan ringkasan dan gabungan dari 4
kitab utama di atas. Dari mazhab Maliki, Imam al-Qarafi (w. 684 H) menulis Tanqih
al-Fusul fi Ikhtisar al-Mahsul. Ringkasan al-Mahsul ini kemudian diberi penjelasan
6
sendiri oleh beliau dalam kitabnya Syarh Tanqih al-Fusul. Al-Armawi (w. 656) ikut
meringkaskan al-Mahsul dalam kitabnya al-Hasil (Tahsil al-Mahsul). Al-Baydawi (w.
685) kemudian meringkaskan kembali al-Hasil dalam karyanya Minhaj al-Wusul.
Namun karena diringkas dari ringkasan orang jadi susah mengerti karena itu al-
Asnawi (w. 772 H) menjelaskan Minhaj-nya al-Baydawi dalam kitabnya Nihayat al-
Sul. Begitu juga al-Badakshyi berusaha menjelaskannya dalam Manahij al-Uqul yang
populer dengan nama Syarh Badakhsyi. Kitab Nihayat al-Sul karya Asnawi diberi
penjelasan yang luar biasa oleh Prof Abu Nur Zuhair dalam kitab Ushul al-Fiqhnya.
A. Kesimpulan
“Ushul fiqih ialah dalil-dalil penyusun fiqih, dan metode untuk sampai pada
dalil tersebut secara global,” Maksudnya adalah bahwa ushul fiqih merupakan
seperangkat dalil-dalil atau kaidah-kaidah penyusunan hukum fiqih serta metode-
metode yang mesti ditempuh agar kita bisa memanfaatkan sumber-sumber hukum
Islam untuk bisa memformulasikan sebuah hukum khususnya terkait sebuah persoalan
kekinian. Kita juga bisa menengok pemaparan Imam Al-Ghazali dalam Kitab Al-
Mustashfa yang Artinya, “Ushul fiqih ialah istilah untuk (seperangkat) dalil-dalil dari
hukum-hukum syariat sekaligus pengetahuan tentang metode penunjukan dalilnya atas
hukum-hukum syariat secara global, bukan terperinci,”
B. Daftar Pustaka
https://islam.nu.or.id/post/read/86034/pengertian-dan-cakupan-kajian-ushul-fiqih
http://pai.ftk.uin-alauddin.ac.id/artikel/Objekpembahasanilmuushulfiqh)
http://irmansiswantoaceh.blogspot.com/2019/10/manfaat-dan-kegunaan-mempelajari-
fiqh.html
https://www.nu.or.id/post/read/72418/mengenal-sejarah-penulisan-kitab-ushul-fiqih
7
8