Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HAKIKAT GURU
Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Profesi Keguruan yang di
ampu oleh : M. Irsyadul’ibad Ibnu Rohyah, S.Pd. M.Pd

Kelompok :
Dede Nurhasanah
Ayu Nuraini
Mustofa Kamal

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


ASSHIDDIQIYAH KARAWANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul HAKIKAT GURU ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada Mata
Kuliah Profesi Keguruan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Hakikat Guru bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada M. Irsyadul’ibad Ibnu Rohyah, S.Pd. M.Pd, selaku
Dosen Pengampu Mata Kuliah Profesi Keguruan yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Karawang, 10 Desember 2022

Penulis

II
II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan adalah bagian dari kehidupan manusia, pendidikan yang berkualitas
akan membawa perubahan yang besar dalam pola hidup manusia. Profesionalisme guru
yang merupakan satu bagian yang menunjukan berkualitasnya suatu pendidikan.
Oleh karena itu guru merupakan orang yang harus digugu dan ditiru. Dalam arti orang
yang memiliki karisma dan wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani.
Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang
program pembelajaran serat mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat
belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir
proses pendidikan.
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai hakikat, syarat, peran dan
kedudukan guru dalam proses pendidikan.

B. Rumusan masalah
1. Apa makna dan hakikat sosok guru dalam pendidikan ?
2. Apa syarat-syarat mejadi seorang guru ?
3. Apakah peran dan kedudukan seorang guru ?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui makna dan hakikat seorang guru
2. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat seorang guru
3. Untuk mengetahui peran dan kedudukan seorang guru
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian guru
Guru itu kata orang Jawa dari kata digugu (dipercaya) dan ditiru (dicontoh).
Kehadiran seorang guru bukan sekedar mengajar dan berdiri di depan kelas, melainkan
seorang yang mampu menjadi seorang pendidik. Guru adalah manusia yang rela
menyumbangkan sebagian besar waktunya untuk berbagi ilmu kepada semua anak
didiknya. Guru bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan tetap
berusaha mengupayakan seluruh potensi afektif, kognitif, maupun prikomotorik demi
kelangsungan sebuah proses pendidikan.
Guru merupakan manusia yang paling bertanggung jawab mencerdaskan
kehidupan anak didik, mengubah segala bentuk perilaku dan pola piker mnusia,
membebaskan manusia dari terbelenggu kebodohan.
Guru merupakan ujung tombak pelaksana pendidikan sekolah. Maju mundurnya
kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas guru.untuk memperoleh murid
dengan sumber daya manusia yang tinggi maka dibutuhkan guru yang memiliki sumber
daa manusia yang tinggi pula.
Walaupun bukan mrupakan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan,
guru tetapah merupakan titik sentral dalam keterlaksanaan pendidikan. Tanpa guru,
proses pedidikan akan timpang bahkan tidak terarah. Manusia tidak akan dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, karena mereka tidak mendapat
bimbingan dari guru.1

1 Siti Suwadah, Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna, (Bandung: ALFABETA, 2011), hal. 1-3.

2
3

B. Hakikat guru
Nugroho Notosusanto berpendapat bahwa di dunia ini hanya ada dua jabatan yaitu
: jabatan guru dan jabatan non guru. Yang membedakan jabatan keduanya adalah
mengajar. Mengajar merupakan langkah seorang guru untuk memandaikan bangsa
dengan tanpa memikirkan efek untung dan ruginya secara material-personal, melainkan
memikirkan bagaimana nistanya jika generasi selanjutnya tidak lebih berkualitas dalam
semua aspek kehidupan. Aktivitas mengajar tersebut tentunya menuntut kepekaan
emosional dan spiritual yang mampu melahirkan mentalitas dan moralitas suatu bangsa.
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik , mengajar ,
membimbng , mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur
pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat
profesionalitas tertentu yang tercermin dan kompetensi , kemahiran, kecakapan, atau
keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.
Di negara ini guru dibagi menjadi dua yaitu guru negeri dan guru swasta. Guru
negeri berada dalam struktur pemerintahan dan digaji oleh pemerintah , sedang guru
swasta mendapat pembinaan dari pemerintah dan mendapat gaji dari sekolahnya masing-
masing.2
C. Syarat-syarat guru
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bab VI
pasal 28 menyebutkan bahwa :
1) pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
2) kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat
pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan denga
ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
3) kompetensi sebagai agen pembelajaran atau jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: a) kompetensi pedagogik, b)
kompetensi kepribadian, c) kompetensi professional, d) kompetensi sosial.

2 Zaenal,Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan:Stain Pekalongan Press, 2013).hlm:9-10


4) seseorang yang tidak memiliki ijazah dan atau sertifikat keahlian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat
diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan[2]
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh guru meliputi:
1) syarat professional
2) syarat biologis
3) syarat psikologis
4) syarat pedagogis-didaktis
Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang guru sebagaimana disebutkan
tersebut secara rinci dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) syarat professional
Pekerjaan guru merupakan profesi dalam masyarakat, karena itu seorang guru
sebelum menunaikan tugas mendidik dan mengajar dituntut untuk memiliki beberapa
macam keterampilan yang merupakan pelengkap profesinya. Profesional tersebut
biasanya diasosiasikan dengan ijazah yang memberikan kewenangan dan tanggung jawab
guru dalam melaksanakan tugasnya.
2) syarat biologis
Profesi guru sebagai pendidik formal di sekolah tidak dapat dipandang ringan,
karena menyangkut berbagai aspek kehidupan serta menuntut pertanggung jawaban
moral yang berat. Salah satu aspek yang perlu diperhitungkan untuk menjadi seorang
guru adalah persyaratan fisik atau persyaratan jasmani. Hal ini dimaksudkan bahwa
seorang calon guru harus berbadan sehat dan tidak memiliki cacat tubuh yang dapat
mengganggu tugas mengajarnya. Dalam dunia pendidikan selalu berhadapan dengan
muruidnya dan juga guru sebagai penentu keberhasilan pendidikan dituntut untuk
memiliki fisik yang memenuhi syarat, maksudnya guru dalam proses belajar-mengajar
harus selalu dala keadaan sehat, tidak cacat tubuh serta memiliki stamina yang kuat untuk
melaksanakan tugasnya.
Mengenai persyaratan fisik yang harus dipenuhi oleh seorang guru, ini sesuai
dengan apa yang dikemukakan oleh Siti Meichati MA: “Keadaan jasmani calon pendidik
seperti kesehatan dan tidak adanya cacat jasmani yang menyolok adalah syarat penting”3

3  Siti Meichati , Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta), hlm:58


5

Berdasarkan persyaratan tersebut, jelaslah bahwa persyaratan fisiknya sehat dan


tidak adanya cacat merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi guru. Dengan
kondisi yang baik, maka guru akan dapat tampil di depan kelas dengan baik pula,
sehingga interaksi edukatif yang diharapkan dapat mencapai hasil maksimal.
3) syarat psikologis
Persyaratan psikologis ini pada hakikatnya ada dua unsur yang sangat kompeten
terhadap perkembangan manusia yaitu unsur jasmani dan unsur rohani. Perpaduan dua
unsur dalam setiap manusia itulah yang menentukan figure guru yang baik.
Persyaratan psikis yang harus dimiliki oleh guru dikemukakan oleh team didaktik
motodik IKIP Surabaya yang mengatakan:
Persyataran psikis yaitu sehat rohaninya. Maksudnya, tidak mengalami gangguan
kelainaan jiwa atau penyakit syaraf, yang tidak memungkinkan dapat menuinaikan
tuasnya dengan baik, selain itu juga diharapkan memiliki bakat dan minat keguruan.4
Persyaratan tersebut, sepintas lebih menekankan pada kesehatan jiwa guru.
Kesehatan yang dimaksud juga berkaitan dengan kesetabilan emosi guru dalam
melaksanakan tugasnya. Karena perasaan dan emosi guru yang mempunyai kepribadian
yang terpadu tampak stabil optimis dan menyenangkan. Dia dapat memikat hati anak
didiknya, karena setiap anak merasa diterima dan disayangi oleh guru . Demikian juga
emosi yang tidak staabil akan membawa keadaan emosi yang tidak stabil kepada anak
didiknya, khususnya dalam masalah yang berkaitan dengan kewajiban anak didik
tersebut. Dengan adanya hal di atas, maka seorang guru harus memiliki mental yang
sehat dalam rangka menunjang keberhasilan program pengajaran.
4) syarat pedagogis-didaktis
Seorang guru akan melaksanakan tugasnya dengan baik ditentukan oleh
pengetahuan-pengatahuan yang dimilikinya. Baik pengetahuan yang bersifat umum
maupun pengetahun pendidikan. Dengan dasar-dasar pengetahun yang dimiliki
diharapkan guru dapat membuka wawasan yang luas dan dapat mengembangkan diri
sesuai dengan perkembangan zaman. Disamping itu, persyaratan pengetahuan bagi guru
ini juga sangat penting sebagai penunjang dan pembentukan profesi guru. Hal ini
dikemukakan oleh Amir

4  Ibid, hlm: 9
6

Daiem Indrakusuma dalam bukunya Ilmu Pendidikan Sebuah Tinjauan Teoritis


Filosofis, mengatakan:
“Pembentukan profesi guru, maka diperlukan pengetahuan-pengetahuan yang
merupakan persiapan atau belak dalam melaksanakan pekerjaan mendidik”.5
D. Peranan dan Kedudukan guru
 Peranan
Sebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru sangar
signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar mengajar
meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator,
konsuler, eksplorator, dsb. Yang akan dikemukakan disini adalah peran yang dianggap
paling dominan dan klasifikasi guru sebagai:
1. Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer atau pengajar, guru hendaknya
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta
senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam ilmu
yang dimilikinya hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

2. Manajer/pengelola kelas

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara


kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses
belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar-mengajar.
3. Mediator/fasilitator
Melalui pembelajaran aktif guru dapat berperan sebagai fasilitator. Ia bertugas
memfasilitasi pembelajaran yang berlangsung pada diri peserta didik, sehingga mereka
memperoleh pengalaman belajar nyata dan otentik. Dengan memfasilitasi pembelajaran,
berarti guru berusaha mengajak dan membawa seluruh peserta didik yang ada di kelasnya
untuk berpartisipasi.

5  Amir Daiem Indrakusuma, Ilmu Pendidikan Sebuah Tinjauan Teoritis Filosofis, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), hlm:
176-179
7

4. Evaluator
Evaluasi atau penilaian dalam pembelajaran merupakan proses menetapkan
kualitas hasil belajar atau proses untuk meentukan tingkat pencapaian tujauan
pembelajaran oleh peserta didik.
Guru sebagai evaluator perlu memiliki pengetahuan , keterampilan dan sikap yang
memadai serta kemampuan dalam memahami teknik evaluasi baik tes maupun non tes
yang mencakup jenis masing-masing teknik karakteristik serta cara menentukan baik atau
tidaknya ditinaju dari berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat
kesukaran soal.
Peneliaan harus dilakukan dengan rancangan dan frekuensi yang memadai dan
berkesinambungan serta diadministrasikan dengan baik. Guru selain menilai hasil belajar
peserta didik, guru harus pula menilai dirinya sendiri baik sebagi perencana, pelaksana,
maupun penilai program pembelajaran.
 Kedudukan guru
a) Guru Sebagai Pendidik dan Pembimbing
Guru memang seorang “pendidik”, sebab dalam pekerjaanya ia tidak hanya
“mengajar” seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga melatih beberapa
keterampilan dan terutama sikap mental anak didik. “Mendidik” sikap ental seseorang
tidak cukup hanya “mengajarkan” sesuatu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan
itu harus dididikkan, dengan guru sebagai idolanya.
Sebagai seorang pendidik, guru harus memenuhi beberapa syarat khusus. Untuk
mengajar ia dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula
seperangkat latihan keterampilan keguruan, dan pada kondisi itu pula, ia belajar
memersonalisasikan beberapa sikap keguruan yang diperlukan.
Seorang guru menjadi pendidik berarti sekaligus menjadi pembimbing. Sebagai
contoh guru yang berfungsi sebagai “pendidik” dan “pengajar” seringkali akan
melakukan pekerjaan bimbingan, moisalnya bimbingan belajar, bimbingan tentang
sesuatu keterampilan dan sebagainya. Jadi yang jelas dalam proses pendidikan kegiatan
“mendidik”, “mengajar”, dan “bimbingan” sebagai yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
Membimbing dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan menuntun anak didik
dalam perkembangannya dengan jalan memberikan lingkungan dan arah yang sesuai
8

dengan tujuan pendidikan.Sebagai pendidik, guru harus berlaku membimbing, dalam


arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembanagn anak
didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan, termasuk dalam hal ini, yang penting ikut
memecahkan persoalan-ersoalan atau kesulitan yang dihadapi anak didik.Dengan
demikian, diharapkan dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik pada diri siswa,
baik perkembangan fisik maupun mental.
Pendidikan adalah usaha pendidik memimpin anak didik, secara umum untuk
mencapai perkembanagn menuju kedewasaan jasmani maupun rohani, dan bimbingan
adalah usaha pendidik memimpin anak didik dalam arti khusus misalnya memberikan
dorongan atau motivasi dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak didik. Hal
ini susuai dengan apa yang pernah disampaikan Ki Hajar Dewantoro dengan sistem
among, “ing madyo mangun karso”.6
b) Guru Sebagai Tenaga Profesional
Pekerjaan professional akan senantiasa menggunakan teknik dan procedur yang
berpijak pada landasan intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, terencana dan
kemudian dipergunakan demi kemaslahatan orang lain.
Kompetensi seorang guru sebagai tenaga profeional kependidikan, ditandai dengan
serentetan diagnosis, rediagnosis, dan penyesuaian yang terus-menerus.
Westby dan Gibson, mengemukakan ciri-ciri keprofesian di bidang kependidikan
sebagai berikut:
1. Diakui oleh masyarakat dan layanan ynag diberikan hanya dikerjakan oleh pekerja
yang dikategorikan sebagai suatu profesi.
2. Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai landasan dari sejumlah
teknik dan prosedur yang unik. Sebagai contoh misalnya profesi di bidang kedokteran,
harus pula mempelajari, anatomi, bakteriologi, dan sebagainya. Juga profesi di bidang
keguruan misalnya harus mempelajari psikologi, metodik, dan lain-lain.
3. Diperlukan perisapan yang sengaja dan sistematis, sebelum orang itu dapat
melaksanakan pekerjaan professional.
4. Memiliki mekanisme untuk menyaring sehingga orang yang berkompeten saja
yang diperbolehkan bekerja.

6 Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), hal.137-141
9

5. Memiliki organisasi professional untuk meningkatkan layanan pada masyarakat.


Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi professional guru sebagai tenaga
professional kependidikan, yaitu:
1. Tingkatan capability personal, maksdunya guru diharapkan memiliki pengetahuan,
kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga
mampu mengelola proses belajar-mengajarsecara efektif.
2. Guru sebagai innovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki
komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para guru diharapkan memiliki
pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap ynag tepat terhadap pembaharuan
dan sekaligus merupakan penyebar idepembaharuan yang efektif.
3. Guru sebagai developer. Guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas
perspektifnya. Guru harus mampu dan mau melihat jauh ke depan dalam menjawab
tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem.7

4. Guru Sebagai Agen Pembelajaran (Learning Agent)

Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 2 ayat (1) berbunyi


“Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan
dasar, pendidikn menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikanformal
yang diangkat sesuai dengan perundang-undangan.” Lebih lanju dalam pasal 4,
menjelaskan mengenai fungsi kedudukan guru yang berbunyi: “Kedudukan guru sebagi
tenga profesional sebagaimana dimaksud dalam pasa 2 ayat (1) berfungsi meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan berfungsi meningkatkan mutu
pendidikan nasional.”Penjelasan pasal 4 dalam undang-undang ini menyebutkan bahwa
yang dimaksud dengan guru sebagai agen pembelajaran (learning agent) adalah peran
guru antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan
pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.

Pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang mampu meletakkan


posisi guru dengan tepat sehingga guru dapat memainkan perannya sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik.Sebagai fasilitator, guru tidaklah mengajar, tetapi
melayani

7 Ibid., hal. 133-136.


10

peserta didik untuk belajar.Sebagi motivator, guru mendrong peserta didik untuk
belajar.Sebagai pemacu, guru menyentuh faktor-faktor belajar agar kompetensi peserta
didik meningkat.Sebagai perekayasa, guru manfaatkan segala media dan sumber belajar
agar peserta didik mencapai kompetensi yang telah ditentukan.Sebagai pemberi inspirasi,
guru mengubah pandangan dan kehidupan peserta didik menjadi lebih baik.8

8 Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Prifesi Kependidikan, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012), hal. 69-70
BAB III

KESIMPULAN

Guru adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu tidak


mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau atau musholla , di
rumah, dan sebagainya.

Hakikat Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik ,


mengajar , membimbng , mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada jalur pendidikan formal. Tugas guru tidak hanya sebagai profesi , tetapi juga sebagi
suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan.

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh guru meliputi:

1) syarat professional 2) syarat biologis 3) syarat psikologis

4) syarat pedagogis-didaktis

Kedudukan guru dalam pendidikan :

1. Guru Sebagai Pendidik dan Pembimbing

2. Guru Sebagai Tenaga Profesional

3. Guru Sebagai Agen Pembelajaran (Learning Agent)

11
DAFTAR PUSTAKA

http://finaniswati.blogspot.com/2014/09/makna-hakikat-dan-peran-guru-dalam.html

https://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/9155-syarat-syarat-guru.html

http://bloglindaadress.blogspot.com/2015/06/makalah-kedudukan-guru-dalam-
pendidikan.html

Hamzah,Profesi Kependidikan.(Jakarta:PT.Bumi Aksara,2007),hlm.15

Siti Suwadah, Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna, (Bandung: ALFABETA,
2011), hal. 1-3.

Zaenal,Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan:Stain Pekalongan Press,


2013).hlm:9-10

Siti Meichati , Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta), hlm:58

Ibid, hlm: 9

Amir Daiem Indrakusuma, Ilmu Pendidikan Sebuah Tinjauan Teoritis Filosofis,


(Surabaya: Usaha Nasional, 1973), hlm: 176-179

Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013),
hal.137-141

Ibid., hal. 133-136

Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Prifesi Kependidikan, (Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA, 2012), hal. 69-70

12

Anda mungkin juga menyukai