Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN GURU BERKARAKTER


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu:
Dr. Idad Suhada, M.Pd

Tika Karlina Rachmawati, M.Pd

Oleh :
Reksa Nesta Taufik 1222080078
Sinta Rizkiyani 1222080099
Ulya Ghinayatul Qalbiyyah 1222080110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan Kepribadian Guru
Bekarakter” dapat terselesaikan sesuai waktu yang disediakan.
Makalah “Pengembangan Kepribadian Guru Bekarakter” disusun guna
memenuhi tugas Pengembangan Kepribadian Guru pada mata kuliah di UIN Sunan
Gunung Djati Bandung. Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada
Bapak Dr. Idad Suhada,M.Pd dan Ibu Tika Karlina Rachmawati, M.Pd selaku dosen
mata kuliah Pengembangan Kepribadian Guru.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kami mengharapkan adanya masukan baik itu saran ataupun kritik yang bersifat
membangun, serta bimbingan lebih lanjut yang sifatnya membangun dari semua pihak
demi sempurnanya makalah ini.
Akhir kata, kami mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat
kesalahan baik itu penulisan maupun penyusunan yang telah kami lakukan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 17 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 4
1.2 Tujuan ............................................................................................................. 4
BAB II ISI ..................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Kepribadian .................................................................................. 5
2.2 Pengertian Guru .............................................................................................. 5
2.3 Pengertian Kepribadian Guru ......................................................................... 6
2.4 Ciri-Ciri Kepribadian Guru ............................................................................ 7
2.5 Faktor Penghambat Pengembangan Diri ...................................................... 10
2.6 Strategi dalam Membangun Komunikasi Efektif ......................................... 12
2.7 Upaya Mengembangkan Kepribadian Guru Berkarakter ............................. 16
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 19
3.2 Saran ............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Guru di lingkungan sekolah dianggap sebagai sosok yang sangat
penting dalam membentuk kepribadian peserta didik sesuai harapan setiap
sekolah. Mereka berperan sebagai panutan bagi peserta didik, dengan tindakan
dan perilaku mereka menjadi tolok ukur bagi sikap peserta didik. Oleh karena
itu, guru diharapkan memiliki kepribadian yang baik. Hal ini sejalan dengan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) yang menekankan bahwa pendidik (guru) harus
memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran di berbagai tingkat
pendidikan.
Guru memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk karakter
peserta didik. Oleh karena itu, setiap sekolah membutuhkan guru yang
memiliki karakter yang baik, karena karakter guru akan tercermin dalam
peserta didiknya. Oleh karena itu, penting bagi setiap guru untuk memahami
karakteristik yang harus dimilikinya. Dalam kesempatan ini, penulis akan
menjelaskan hal-hal yang terkait dengan guru yang memiliki karakter.
1.2 Tujuan
1) Untuk mengetahui ciri-ciri kepribadian guru
2) Untuk mengetahui faktor yang dapat menghambat pengembangan diri
3) Strategi dalam membangun komunikasi efektif
4) Upaya mengembangkan kepribadian guru berkarakter

4
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Kepribadian


Kartono (2005:9) menjelaskan bahwa kepribadian itu secara langsung
berhubungan dengan kapasitas psikis seseorang; berkaitan dengan nilai-nilai
etis atau kesusilaan dan tujuan hidup. Kepribadian itu manusia itu juga selalu
mengandung unsur dinamis, yaitu ada kemajuan-kemajuan atau progress
menuju suatu integrasi baru tapi sistem psikofisis tersebut tidak pernah akan
sempurna bisa terintegrasi dengan sempurna. Kepribadian ini mencakup
kemam-puan adaptasi (menyesuaikan diri) yang karakteristik terhadap
lingkungan.
Kepribadian adalah suatu totalitas terorganisir dari disposisi-disposisi
psikis manusia yang individual yang memberi kemungkinan untuk
membedakan ciri-cirinya yang umum dengan pribadi yang lain.
Kepribadian individu ini merupakan satu struktur totalitas yang mempunyai
aspek-aspek yang saling berhubungan satu aspek dengan aspek yang lain.
Disposisi maksudnya adalah kesediaan kecenderungan-kecenderungan untuk
bertingkah laku tertentu yang bersifat tetap dan terarah pada tujuan tertentu.
Kepribadian itu akan selalu berkembang dan bersifat dinamis, namun ada
kecenderungan psikis dasar yang sifatnya konstan.
Individual artinya, bahwa setiap orang yang mempunyai kepribadian
sendiri yang khas,yang tidak identik dengan orang lain, memiliki sifat-sifat
individual pada aspek psikisnya, yang dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.

2.2 Pengertian Guru


Secara etimologis guru sering di sebut pendidik. Kata guru merupakan
padanan dari kata teacher (bahasa Inggris). Kata teacher bermakna sebagai "the
person who teach, especially in school" atau garu adalah seseorang yang

5
mengajar, khususnya di sekolah/madrasah. Kata teacher berasal dari kata kerja
to teach at teaching yang berarti mengigar. Jadi arti dari kata teacher adalah
guru, pengajar. Dalam bahasa Arab ada beberapa kata yang menunjukkan
profesi ini seperti mudarris, muallim, murrabbi dan mu'addib yang meski
memiliki makna yang sama, namun masing-masing mempunyai
karakteristik yang berbeda (Rochman dan Heri Gunawan, 2012:23)
Secara terminologis pengertian guru dalam makna yang luas adalah
semua tenaga kependidikan yang menyelenggarakan tugas-tugas pembelajaran
di kelas untuk beberapa mata pelajaran, termasuk praktik atau seni vokasional
pada jenjang pendlistikan dasar dan menengah (elementary and secondary
level). Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen (pasal 1 ayat 1) dinyatakan: Gur adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik. mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendahkan dasar dan
pendidikan menengah" Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru, bahwa sebutan guru mencakup:
1) Guru itu sendiri, baik guru kelas, guru bidang studi maupun guru
bimbingan dan konseling, atau guru bimbingan karier.
2) Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah/ madrasah
3) Guru dalam jabatan pengawas.

2.3 Pengertian Kepribadian Guru


Kepribadian guru merupakan satu sisi yang selalu menjadi sorotan
karenan guru menjadi teladan baik bagi anak didik atau bagi masyarakat, untuk
itu guru harus bisa menjaga diri dengan tetap mengedepankan
profesionalismenya dengan penuh amanah, arif, dan bijaksana sehingga
masyarakat dan peserta didik lebih mudah meneladani guru yang memiliki
kepribadian utuh bukan kepribadian yang terbelah (splite personality).
Sebagai seorang yang menjadi teladan, guru adalah seorang yang telah
dewasa, bisa bertanggungjawab kepada anak didik dalam mengembangkan

6
jasmani dan rohaninya, taat kepada Tuhan, dan sosial terhadap sesamanya
sehingga sebagai individu ia patut menjadi teladan bagi anak didik dan
masyarakatnya. Selain mentransfer ilmu kepada anak didik, ia juga harus
mampu menciptakan anak didik yang berkepribadian mulia.
Saat ini banyak orang yang pintar, pandai, cerdas IQ-nya tetapi tidak
memiliki kepribadian yang baik dan tidak memiliki kecerdasan emosional dan
spiritual, sehingga ia tidak mampu memanfaatkan kelebihannya dengan baik
untuk diri dan sesamanya. Guru yang memiliki multi kecerdasan dan
berkepribadian utama ia akan menjadi tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan bimbingan
dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,
terutama pada pendidik yang diperlukan pada masa sekarang.
Kepribadian guru terkait dengan kerja profesionalnya sebagai guru.
Sebagai guru harus memiliki pribadi yang disiplin, arif dan berwibawa. Hal ini
penting karena masih sering kita menyaksikan dan mendengar peserta didik
yang perilakunya tidak sesuai bahkan bertentangan dengan sikap moral yang
baik. Misalnya merokok, rambut dicat, bolos, dan lain-lain. Dalam pendidikan,
mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dengan pribadi guru yang disiplin,
arif dan berwibawa. Guru harus mampu mendisiplinkan peserta didik dengan
kasih sayang terutama disiplin diri. Disiplin harus ditunjukkan oleh guru untuk
membantu peserta didik menemukan dirinya, mengatasi atau mencegah
timbulnya masalah disiplin dan berusaha menciptakan situasi yang
menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran.

2.4 Ciri-Ciri Kepribadian Guru


Menurut Abdurrahman Al-Nahlawi dalam Rahman Getteng tentang ciri-ciri
kepribadian guru adalah:
1) Mempunyai watak dan sifat rabbaniyah yang terwujud dalam tujuan,
tingkah laku, dan pola pikirnya.
2) Ikhlas dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata untuk
mencari keridhaan Allah SWT, dan menegakkan kebenaran.

7
3) Sabar dalam mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada peserta didik.
4) Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
5) Senantiasa membekali dengan ilmu, kesediaan diri untuk mendalami dan
mengkaji ilmu secara berkelanjutan.
6) Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi sesuai dengan
prinsip penggunaan metode pendidikan.
7) Mampu mengelola kelas dan peserta didik, tegas dalam bertindak dan
profesional.
8) Mengetahui kehidupan psikis peserta didik.
9) Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang dapat
mempengaruhi jiwa, keyakinan atau pola pikir peserta didik.
10) Berlaku adil terhadap peserta didik.
Mulyasa menambahkan kemampuan dasar atau kepribadian yang harus dimiliki
guru adalah:
1) Beriman dan bertakwa.
2) Berwawasan pancasila.
3) Mandiri penuh tanggung jawab.
4) Berwibawa.
5) Disiplin.
6) Berdedikasi.
7) Bersosialisasi dengan masyarakat.
8) Mencintai peserta didik dan peduli terhadap pendidikannya

Menurut Yudrik Jahsa ciri-ciri kepribadian antara lain sebagai berikut:

1) Mandiri dalam berpikir dan bertindak


2) Mampu menjalin relasi sosial yang sehat dengan sesamanya
3) Mampu menerima diri sendiri dan orang lain sebagaimana apa adanya
4) Dapat menerima dan melaksanakan tanggung jawab yang dipercayakan
5) Dapat mengendalikan emosi

8
Seorang guru yang baik dan disenangi siswa haruslah memiliki sikap dan
tingkah laku yang baik, karena sikap guru merupakan cerminan dari
kepribadiannya. Oemar Hamalik mengemukakan sikap guru yang baik dan
disenangi siswa di dalam kelas adalah

1. Demokratis.
Guru yang demokratis memberikan kebebasan kepada anak disamping
mengadakan pembatasan-pembatasan tertentu, tidak bersifat otoriter,
dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan serta dalam
berbagai kegiatan.
2. Suka bekerja sama Guru yang suka bekerjasama bersikap saling
memberi dan saling menerima dan dilandasi oleh kekeluargaan dan
toleransi yang tinggi.
3. Baik hati
Guru yang baik hati bersikap suka memberi dan berkorban untuk
kepentingan anak didiknya.
4. Sabar
Guru yang sabar tidak suka marah dan lekas tersinggung serta suka
menahan diri.
5. Adil
Guru yang adil tidak mebeda-bedakan anak dan memberi anak sesuai
dengan kesempatan yang sama bagi semuanya.
6. Konsisten
Guru yang konsisten selalu berkata sama dan bertindak sama sesuai
dengan ucapannya, baik dulu maupun seterusnya.
7. Bersikap terbuka
Guru bersikap terbuka akan bersedia menerima kritik dan saran, kalau
perlu mengakui kekurangan dan kelemahannya.
8. Suka menolong

9
Guru suka menolong senantiasa siap membantu anak-anak yang
mengalami kesulitan atau masalah tertentu.
9. Ramah tamah
Guru yang ramah-tamah mudah bergaul dan disenangi oleh semua
orang, dia tidak sombong dan bersedia bertindak sebagai pendengar
yang baik di samping sebagai pembicara yang baik.
Berdasarkan pernyataan, Sikap dan perbuatan guru pasti
dijadikan contoh oleh anak didiknya, karena kepribadian guru
menunjukkan seluruh aspek pribadi yang salah satu bersikap. sikap guru
merupakan salah satu cerminan dari kepribadiannya. Kepribadian guru
mempunyai kelebihan sendiri bila diterapkan dalam kelas, karena guru
memberikan kecenderungan dan kesenangan yang berbeda kepada anak
didiknya.

2.5 Faktor Penghambat Pengembangan Diri


Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan suatu negara,
dan guru merupakan pilar penting dalam menjalankan peran tersebut.Mereka
berada di garis depan dalam memberikan pendidikan berkualitas kepada
generasi muda. Namun, dalam upaya mereka untuk terus meningkatkan kualitas
pengajaran, banyak guru di Indonesia menghadapi serangkaian faktor yang
dapat menghambat pengembangan diri mereka.
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat potensi bagi
pengembangan potensi guru antara lain; faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal
a. Kurangnya motivasi guru untuk menjadi guru profesional (pasrah
dengan kempuan dan keadaan).
b. Kurangnya minat guru untuk berinovasi. Guru beranggapan bahwa apa
yang sudah dilakukan pada proses belajar mengajar masih baik dan
tidak ada kendala.

10
c. Kualifikasi atau latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan
bidang tugas.

2. Faktor Eksternal
a) Kurang tersedianya fasilitas pendidikan yang menunjang proses belajar
mengajar. Akibatnya pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berjalan
tidak Efektif dan cenderung penyampaian bahan ajar dari guru tidak
berkembang dengan semestinya, yaitu dengan strategi pembelajaran
yang inovatif, bervariasi dalam pemanfaatan alat dan media, namun
cenderung monoton.
b) Beban Kerja yang Sangat Tinggi.
Guru-guru sering kali menghadapi beban kerja yang sangat berat.
Mereka memiliki tanggung jawab berat yang mencakup perencanaan
pembelajaran, kegiatan mengajar, menilai tugas, dan mengelola aspek
administratif di kelas. Semua tugas ini menuntut waktu dan energi yang
besar, dan ini bisa menjadi penghalang dalam mengembangkan diri.
(Suparman, 2017)
c) Kurangnya kesempatan untuk pengembangan profesi berkelanjutan.
Banyak guru yang terjebak pada rutinitas dan kurangnya dukungan dari
pihak berwenang dalam pengembangan karir. Hal ini terindikasi pada
minimnya beasiswa pendidikan lanjut bagi guru atau pelatihan berkala.
d) Ketidakpastian dalam Kebijakan Pendidikan.
Perubahan yang sering terjadi dalam kebijakan pendidikan dan
ketidakpastian dalam implementasinya bisa membingungkan dan
memberikan beban tambahan pada guru. Guru-guru harus beradaptasi
dengan cepat terhadap perubahan ini, yang dapat mengganggu rencana
pengembangan diri mereka. (Kemendikbud, 2019)
e) Tuntutan Keseharian
Guru juga harus menghadapi tuntutan dari kehidupan pribadi mereka,
seperti tanggung jawab keluarga, yang dapat mengganggu waktu dan

11
fokus yang bisa mereka alokasikan untuk pengembangan diri. (Sutrisno,
2014)
Hambatan pengembangan kepribadian guru mempunyai
dampak yang signifikan terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Hal
ini dapat mempengaruhi kualitas pengajaran mereka dan menciptakan
kesenjangan dalam prestasi siswa. Sistem pendidikan yang tidak
mendukung pengembangan pribadi guru berisiko kesulitan mengikuti
kemajuan pendidikan terkini.

2.6 Strategi dalam Membangun Komunikasi Efektif


Strategi komunikasi adalah perencanaan yang efektif dalam
penyampaian pesan sehingga mudah dipahami oleh komunikan dan bisa
menerima apa yang telah disampaikan sehingga bisa mengubah sikap atau
perilaku seseorang. Strategi komunikasi merupakan paduan dan perencanaan
komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan. Untuk
mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan
bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan dalam arti kata bahwa
pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi.
Strategi komunikasi erat hubungan dan kaitannya antara tujuan yang
hendak dicapai dengan konsekuensi-konsekuensi (masalah) yang harus
diperhitungkan, kemudian merencanakan bagaimana mencapai konsekuensi-
konsekuensi sesuai dengan hasil yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan
yang hendak dicapai.
Menurut ALC, terdapat 4 strategi yang dapat diterapkan untuk
membangun komunikasi yang efektif dalam konteks negosiasi. Pertama,
berkomunikasilah secara tepat dan jelas. Kedua, perhatikan bahasa tubuh yang
digunakan. Ketiga, perhatikan nada suara selama berbicara. Keempat, selalu
hargai dan dengarkan pendapat lawan bicara dengan baik.
Ada beberapa jenis komunikasi yang umum digunakan. Berikut adalah
beberapa di antaranya:
1) Komunikasi Verbal

12
Komunikasi yang menggunakan kata-kata lisan atau tulisan
contohnya adalah perlengkapan surat.
2) Komunikasi Noverbal
Komunikasi yang menggunakan bahasa tubuh,ekspresi wajah,atau
isyarat untuk menyampaikan pesan.
3) Komunikasi Formal
Komunikasi yang terstruktur dan dilakukam dalam konteks resmi
seperti rapat atau presentasi.
4) Komunikasi Informal
Komunikasi yang tidak terstruktur dan dilakukan dalam konteks
santai seperti percakapan sehari-hari.
5) Komunikasi Non Formal
Komunikasi yang tidak terstruktur dan dilakukan dalam konteks
informal seperti diskusi kelompok atau pertemuan spontan.
6) Komunikasi Langsung
Komunikasi yang dilakukan secara langsung antara dua orang atau
lebih.
7) Komunikasi Tidak Langsung
Komunikasi yang melibatkan perantara seperti telepon atau
surat elektronik.

2. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi


Strategi komunikasi harus disusun secara sistematis, sebagai
upaya merubah pengetahuan, sikap dan tingkah laku khalayak atau
sasaran. Menurut Arifin (1994), agar pesan dapat tersampaikan secara
efektif, maka komunikan perlu menentukan langkah-langkah strategi
komunikasi, yaitu sebagai berikut:

a) Mengenal Khalayak
Untuk mencapai hasil yang positif dalam proses komunikasi,
maka komunikator harus menciptakan persamaan kepentingan dengan

13
khalayak terutama dalam pesan, metode dan media. Untuk
mempersamakan kepentingan tersebut maka komunikator harus
mengerti dan memahami pola pikir (frame of reference) dan
pengalaman lapangan (field of experience) khalayak secara tepat dan
seksama. Hal pertama yang harus dimengerti dari khalayak adalah
kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak seperti:
1) Pengetahuan khalayak mengenai pokok permasalahan,
2) Pengetahuan khalayak untuk menerima pesan-pesan lewat media
yang digunakan, dan
3) Pengetahuan khalayak terutama perbendaharaan kata yang
digunakan.

Kedua, pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai-nilai dan


norma-norma dalam kelompok itu berbeda, ketiga situasi kelompok di
mana itu berada.

b) Menentukan Tujuan
Tujuan komunikasi menentukan fokus strategi komunikasi yang
akan digunakan. Adapun beberapa tujuan komunikasi yang baik
antara lain yaitu:

1. Memberikan informasi merupakan interaksi komunikasi.


Masyarakat cenderung merasa lebih baik diberi informasi yang
telah diperlukannya atau yang akan diberi jalan masuk menuju
informasi tersebut yang merupakan bagian dari keadaan percaya
dan rasa aman.
2. Menolong orang lain, memberikan nasehat kepada orang lain
dalam mencapai tujuan.
3. Menyelesaikan masalah dan membuat keputusan, karena
semakin tinggi kedudukan atau status seseorang maka semakin
penting meminta orang lain untuk keahlian teknis sehingga
dalam penyelesaian masalah atau membuat keputusan tersebut

14
harus ada komunikasi untuk meminta data sebagai bahan
pertimbangan.
4. Mengevaluasi perilaku secara efektif, yaitu suatu penilaian
untuk mengetahui hal-hal yang akan mereka lakukan setelah
menerima pesan.

c) Menyusun Pesan
Model pilihan strategi melihat bagaimana komunikator memilih
diantara berbagai strategi pesan untuk mencapai suatu tujuan,
sedangkan model desain pesan memberikan perhatiannya pada
bagaimana komunikator membangun pesan untuk mencapai tujuan.
Proses tersebut kemudian menjadi langkah untuk menentukan
strategi komunikasi dengan cara menyusun pesan. Syarat-syarat yang
perlu diperhatikan dalam menyusun pesan yaitu:
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga
dapat menarik perhatian sasaran.
2. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada
pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran , sehingga
sama-sama dapat dimengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.
4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh suatu
kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok dimana sasaran pada
saat digerakkan untuk memberi jawaban yang dikehendaki.

d) Menetapkan metode dan memilih media yang digunakan


Dalam menciptakan efektivitas komunikasi, selain kemantapan
isi pesan yang diselaraskan dengan kondisi khalayak dan sebagainya,
maka metode komunikasi akan turut mempengaruhi penyampaiannya
pesan oleh komunikator kepada komunikan. Dalam menciptakan
komunikasi yang efektif, pemilihan media memiliki peran penting.

15
Terdapat empat ciri pokok dalam komunikasi melalui media, terutama
bagi media massa, yaitu:
1. Bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis.
2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada reaksi antara para peserta
komunikasi.
3. Bersifat terbuka, artinya ditunjukkan kepada publik yang terbatas
dan anonim dan mempunyai publik yang secara geografis
terbesar.

2.7 Upaya Mengembangkan Kepribadian Guru Berkarakter


Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, pentingnya kompetensi
guru tak terbantahkan. Kompetensi ini meliputi pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki guru dalam menjalankan tugas profesionalnya.
Setiap guru harus menyadari bahwa perilaku dan kepribadiannya berperan
penting dalam mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan, baik itu tujuan
umum pendidikan maupun tujuan khusus lembaga pendidikan tempat mereka
mengajar.
Kepribadian guru tercermin dalam berbagai aspek seperti penampilan
fisik, interaksi sosial, dan gaya hidup sehari-hari, dan hal ini juga memengaruhi
perkembangan kepribadian siswa. Jika lembaga pendidikan bertujuan membina
siswa yang bertakwa dan berakhlak mulia, maka guru-guru di lembaga tersebut
harus memiliki kepribadian yang mencerminkan nilai-nilai tersebut. Meskipun
mencetak guru dengan kepribadian ideal memerlukan waktu yang panjang dan
pembinaan yang berkelanjutan sejak usia dini, guru yang ingin memenuhi
syarat tersebut dapat mengadakan pembinaan ulang terhadap kepribadian
mereka sendiri. Ini melibatkan memasukkan pengalaman baru yang sesuai
dengan tuntutan kurikulum dan meninggalkan kebiasaan yang tidak selaras
dengan nilai-nilai pendidikan.

Usaha perbaikan diri yang berkelanjutan adalah suatu keharusan bagi


setiap guru. Ini dapat dicapai melalui berbagai cara, seperti membaca buku,

16
mengikuti kursus, berpartisipasi dalam diskusi, atau mendengarkan ceramah
yang relevan. Untuk menjadi teladan dan berpengaruh dalam pembentukan
akhlak siswa, guru perlu memahami baik faktor internal maupun eksternal yang
memengaruhi siswa. Guru harus berperan sebagai pembimbing dan berusaha
memahami masalah siswa serta membantu mereka menyelesaikannya.
Berikut ini adalah beberapa upaya untuk mengembangkan kepribadian
menjadi seorang guru berkarakter yang dapat dijadikan teladan oleh peserta
didik:
1) Pengendalian Emosi: Dalam mengajar, guru seringkali menghadapi
siswa dengan perilaku yang bervariasi. Seorang guru yang dapat
mengelola emosi dengan baik akan lebih cenderung memahami alasan
di balik tindakan siswa daripada marah-marah.
2) Kemurahan Hati: Menunjukkan sikap pemaafan dan kasih kepada siswa
adalah hal yang patut dicontohkan.
3) Sikap Tidak Terlalu Otoriter atau Terlalu Demokratis: Tidak semua
pelanggaran siswa disebabkan oleh ketidakpatuhan mereka. Beberapa
mungkin dilakukan karena kurangnya pemahaman terhadap alasan di
balik peraturan sekolah.
4) Menjadi Sahabat yang Baik: Guru yang menciptakan hubungan yang
akrab dan berempati dengan siswa cenderung lebih disenangi oleh
mereka.
5) Penghargaan Terhadap Setiap Siswa: Menghargai setiap siswa sebagai
individu yang berharga dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka.

6) Menghargai Keunikan Setiap Siswa: Mengenali dan menghargai


kelebihan dan kekurangan setiap siswa adalah hal yang penting.
7) Rendah Hati dan Terbuka: Sikap rendah hati dan terbuka memfasilitasi
komunikasi yang lebih baik dan memberi siswa kesempatan untuk
berkembang.

17
8) Mendengarkan Siswa: Guru perlu meluangkan waktu untuk
mendengarkan siswa agar dapat memahami masalah yang mereka
hadapi.
9) Komunikasi yang Efektif: Kemampuan berkomunikasi dengan baik
adalah kunci keberhasilan dalam proses belajar-mengajar.
10) Kreativitas: Guru yang kreatif dapat memberikan dampak positif dalam
pembelajaran.
11) Motivator: Motivasi merupakan faktor penting dalam proses
pembelajaran.
12) Kedisiplinan: Menerapkan aturan dengan konsisten membantu siswa
memahami pentingnya kedisiplinan.
13) Penggunaan Humor: Menggunakan humor dengan bijak dapat
meredakan kejenuhan dalam kelas.
14) Senyum Guru Memotivasi Siswa: Senyum guru dapat meningkatkan
semangat belajar siswa.
15) Mempertahankan Wibawa: Mempertahankan wibawa membantu
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
16) Refleksi Diri: Merefleksikan diri dan berpartisipasi dalam pembentukan
karakter siswa adalah penting.
17) Kesabaran dalam Menghadapi Siswa: Guru harus bersabar menghadapi
berbagai tantangan yang muncul dari siswa dan berusaha memperbaiki
mereka dengan penuh tanggung jawab.
18) Kepedulian: Menunjukkan kepedulian kepada siswa dengan bijaksana
adalah sikap yang baik.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepribadian guru merupakan satu sisi yang selalu menjadi sorotan
karenan guru menjadi teladan baik bagi anak didik atau bagi masyarakat, untuk
itu guru harus bisa menjaga diri dengan tetap mengedepankan
profesionalismenya dengan penuh amanah, arif, dan bijaksana sehingga
masyarakat dan peserta didik lebih mudah meneladani guru yang memiliki
kepribadian utuh bukan kepribadian yang terbelah (splite personality). Ciri-ciri
kepribadian guru :

1. Demokratis.
2. Suka bekerja sama
3. Baik hati
4. Sabar
5. Adil
6. Konsisten
7. Bersikap terbuka
8. Suka menolong
9. Ramah tamah

Adapun faktor penghambat pengembangan diri terdiri dua yakni faktor


internal dimana kurangnya motivasi guru, kurang minat guru untuk berinovasi,
serta kualifikasi atau latar belakang pendidikan tidak sesuai bidang dan faktor
eksternal yang terdiri dari kurang tersedianya fasilitas pendidikan yang
menunjang untuk belajar mengajar, beban kerja yang sangat tinggi, kurangnya
kesempatan untuk pengembangan profesi berkelanjutan, ketidakpastian dalam
kebijakan pendidikan, dan tuntutan keseharian.

Strategi dalam dalam Membangun Komunikasi Efektif yaitu mengenal


khalayak, menentukan tujuan, menyusun pesan, dan menetapkan metode dan
memilih media yang digunakan.

19
Mengembangkan kepribadian menjadi seorang guru berkarakter yang
dapat dijadikan teladan oleh peserta didik yaitu, pengendalian emosi,
kemurahan hati, sikap tidak terlalu otorier atau demokratis, menjadi sahabat
yang baik, penghargaan terhadap setiap siswa, rendah hati dan terbuka,
mendengarkan siswa, komunikasi yang efektif, kreativitas, motivator,
kedisiplinan, penggunaan humor, senyum guru memotivasi siswa, refleksi diri,
kesabaran dalam menghadapi siswa, kepedulian, dan mempertahankan wibawa.

3.2 Saran

Diharapkan makalah ini dapat menjadi pengingat akan pentingnya belajar


mengenai Kepribadian seorang guru yang berkarakter. Tidak hanya teori, namun
perlu di praktikkan terutama bagi para calon pendidik.

Makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sekalian sangat kami harapakan demi
tercapainya kesempurnaan dari makalah kami ini kedepannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, A. (1994). Strategi Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung: Armico.

Dian Eka Amrina, E. M. (2019 ). Analisis Pengembangan Diri Pada Kompetensi Pedagogik
Guru Sma Model Di Kota Palembang. Fkip Universitas Sriwijaya, 6 ( 1 ) .

Effendy, O. (2011). Ilmu Komunikasi: Teori dan Prakteknya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Jannes Eduard Sirait, P. M. (2022). Guru Profesional, Inspiratif, dan Menyenangkan.


Yogyakarta: CV Andi Offset Yogyakarta.

Kemendikbud. (2019). Rencana Pembangunan Pendidikan 2019-2024. Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Kulvisaechana, S. (2001). The Role Of Communication strategies in change management


process: A case study of consignia brand an business status Introduction. University
of Cambridge.

Moh Roqib, N. (2020). Kepribadian Guru. Yogyakarta: CV Cinta Buku.

Nursyamsi. (2014, februari 1). Pengembangan Kepribadian Guru. Al-Ta'lim, 21.

Octavia, S. A. (2020). Etika Profesi Guru. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Ruslan, R. (2003). Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta:


Rajagrafindo Persada.

Suparman, S. (2017). Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Guru di Sekolah


Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar, 156-166.

Sutrisno, H. (2014). Menejemen Pendidikan . Remaja Rosdakarya.

21

Anda mungkin juga menyukai