Anda di halaman 1dari 16

KOMPETENSI KEPRIBADIAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah

“Pengembangan Profesi Guru”

Dosen Pembimbing:

Reksiana, MA. Pd

Oleh Kelompok IV:

1. Rahmadani Ade Anita (15311596)


2. Imroatus Sholihah (15311616)
3. Siti Roslina (15311632)
4. Nurul Izzah Kasuba (14311455)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2017-2018 M


‫بِ ْس ِم ا ِله الَ ّر ْحم ِن ا َل ّرِ ْح ي ِم‬

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat, karunia, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Kompetensi Kepribadian Guru ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Reksiana, MA.
Pd selaku Dosen mata kuliah Pengembangan Profesi Guru yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Kompetensi Kepribadian Guru. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya.


Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon saran dan kritik yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Jakarta, 02 Januari 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era globalisasi sekarang ini yang ditandai dengan persaingan
kualitas atau mutu, menuntut semua pihak dalam berbagai bidang untuk
senantiasa meningkatkan kompetensi. Hal tersebut mendudukan upaya
peningkatan kualitas pendidikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif
yang harus dilakukan terus menerus, sehingga pendidikan dapat digunakan
sebagai wahana dalam membangun watak bangsa. Sehingga guru sebagai
main person harus memiliki kompetensi yang tinggi dan mengembangkan
kompetensi yang di miliki, terutama kompetensi kepribadian.
Guru yang merupakan komponen paling menentukan dalam sistem
pendidikan secara keseluruhan yang harus mendapat perhatian sentral,
pertama, dan utama. Figur guru akan senantiasa menjadi sorotan ketika
berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan
komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran
utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan
secara formal disekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan
peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar-mengajar.
Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya
proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya
perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
tidak akan memberikan kontribusi yang signifikan tanpa didukung oleh
guru yang profesional dan berkualitas. Dalam mendidik guru harus
memiliki kompetensi kepribadian yang tinggi, karena pribadi guru juga
sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didiknya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kompetensi dan Kepribadian?
2. Apa sajakah komponen-komponen Kompetensi Kepribadian guru?
3. Apa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Kompetensi Kepribadian
guru?
4. Mengapa Kompetensi Kepribadian guru menjadi hal yang sangat
penting dalam pendidikan?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Kompetensi Kepribadian.
2. Memahami komponen-komponen Kompetensi Kepribadian guru.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Kompetensi
Kepribadian guru.
4. Memahami pentingnya Kompetensi Kepribadian bagi seorang guru.
BAB II

PEMBAHASA

1. Kompetensi Kepribadian Guru


A. Pengertian Kompetensi dan Kepribadian
Kompetensi berasal dari bahasa Inggris “competence” yang berarti
kecakapan dan kemampuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan
(memutuskan) sesuatu. Jika kompetensi berarti kemampuan atau
kecakapan, maka hal ini erat kaitannya dengan kepemilikan
pengetahuan, kecakapan atau keterampilan guru.1
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kepribadian adalah sebagai
sifat hakiki yang tercermin pada seseorang atau suatu bangsa yang
membedakan dirinya dengan orang atau bangsa lain. Sedangkan dalam
tinjauan psikologi, kepribadian adalah susunan atau kesatuan antara
aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan
aspek perilaku (perbuatan nyata). Aspek tersebut berkaitan secara
fungsional pada diri seseorang sehingga membuatnya bertingkah laku
secara khas dan tetap.2
Kepribadian adalah suatu sikap atau tingkah laku yang dimiliki
oleh seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan yang menjadi
tanggung- jawabnya untuk menentukan suatu tujuan.3 Kepribadian
yang sesungguhnya adalah abstrak, sulit dilihat dan tidak bisa
diketahui secara nyata, yang dapat diketahui hanyalah penampilan dari
segi luarnya saja.

1
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2013), hlm. 1
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 225
3
Sussana, Kepribadian Guru PAI dalam Tantangan Globalisasi, (Jakarta: Jurnal
Mudarrisuna, 2014), hlm. 4
Baharuddin menjelaskan inti-inti mengenai kepribadian dalam
bukunya sebagai berikut:
a. Kepribadian merupakan suatu kebulatan yang terdiri dari
aspek-aspek jasmaniah dan rohaniah.
b. Kepribadian seseorang bersifat dinamik dalam hubungannya
dengan lingkungan.
c. Kepribadian seseorang itu khas, dan berbeda dari orang lain.
d. Kepribadian itu berkembang dan dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang berasal dari dalam dan luar.4

B. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru


Kompetensi Kepribadian adalah semua keterampilan yang ada,
pengetahuan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah
menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melaksanakan
perbuatan-perbuatan yang bersifat kognitif, memiliki sifat efektif dan
psikomotorik dengan baik. Definisi yang sama juga dikemukakan oleh
para ahli seperti:
1) Finch dan Crunkilton: mengartikan kompetensi sebagai
penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan
apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.5
2) Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007: capaian Kompetensi
Kepribadian guru adalah ia mampu bertindak sesuai dengan norma
agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
Mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak
mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

Misalnya, dalam tindakan, ucapan, cara bersosialisasi, dan problem


solving. Guru bukanlah seseorang yang hanya memberikan
pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi guru adalah tauladan yang
patut untuk dicontoh. Oleh karena itu, etika dan moral guru sangat

4
Baharuddin, Psikologi Pendidikan: Refleksi Teoritis Terhadap Fenomena, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2017), hlm. 209
5
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), hlm. 38
berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan anak didiknya. Ada
dua macam kepribadian guru, yaitu:

a. Guru yang menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang


memerintah. Hal seperti ini kurang tepat jika ditempatkan pada
sistem pendidikan.
b. Guru yang menempatkan dirinya sebagai pembimbing bagi anak
didiknya. Tipe guru seperti ini lebih tepat dan menarik, ia akan
dihormati dan disayangi oleh anak didiknya.

Bagaimanapun pandainya seorang guru memberikan pelajaran


bahkan penguasaan materi yang matang, tanpa diiringi oleh
kepribadian yang menarik tentunya sangat sulit. Dengan kepribadian
yang baik dan menarik, ia akan menjadi guru yang ideal.

Untuk menjadi guru yang berkompetensi, maka guru harus


mengembangkan kepribadiannya yang meliputi:

1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


2) Berperan dalam masyarakat sebagai warga Negara yang
berjiwa Pancasila.
3) Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi
guru.

Menurut Abu Ahmadi, seorang guru yang berhasil dituntut untuk


bersikap hangat, adil, objektif, dan fleksibel sehingga terbina suasana
emosional yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar.6

2. Komponen-komponen Kompetensi Kepribadian Guru


Setiap subjek mempunyai pribadi yang unik, masing-masing
mempunyai ciri dan sifat bawaan serta latar belakang kehidupan. Banyak
masalah psikologis yang dihadapi peserta didik, banyak pula minat,
kemampuan, motivasi dan kebutuhannya. Semua memerlukan bimbingan
guru yang berkepribadian dapat bertindak sebagai pembimbing, penyuluh

6
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2013), hlm. 56-58
dan dapat menolong peserta didik agar mampu menolong dirinya sendiri.
Disinilah letak kompetensi kepribadian guru sebagai pembimbing dan suri
teladan. Guru adalah sebagai panutan yang harus digugu dan ditiru dan
sebagai contoh pula bagi kehidupan dan pribadi peserta didiknya. Adapun
aspek-aspek atau komponen-komponen kompetensi kepribadian guru
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Mengembangkan kepribadian.
b) Berinteraksi atau berkomunikasi: berinteraksi dengan sejawat untuk
meningkatkan profesional dan berinteraksi dengan masyarakat untuk
penunaian misi pendidikan.
c) Melaksanakan bimbingan penyuluhan: membimbing siswa yang
mengalami kesulitan dan membimbing siswa yang memerlukan
bimbingan khusus atau berkelainan.
d) Melaksanakan administrasi sekolah: mengenal administrasi kegiatan
sekolah dan melaksanakan kegiatan administrasi sekolah.
e) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran:
mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah dan melaksanakan penelitian
sederhana.7

Adapun kemampuan pribadi guru dalam proses belajar mengajar


secara rinci dijelaskan oleh Wijaya dan Rusyan sebagai berikut:

1. Kemantapan integritas pribadi


Seorang guru dituntut untuk bekerja secara teratur dan kreatif dalam
menghadapi pekerjaannya sebagai guru. Akmal Hawi mengutip
pernyataan dari Oemar Hamali dalam bukunya Proses Belajar
Mengajar, “Kemampuan dalam bekerja hendaknya merupakan
karakteristik pribadinya, sehingga pola hidup seperti ini dapat dihayati
oleh siswa. Kemantapan integritas pribadi tidak terjadi dengan
sendirinya, melainkan tumbuh melalui proses belajar yang sengaja
diciptakan. Misalnya, seorang guru dalam mengajarkan bab
muamalah kepada siswanya, guru tidak boleh hanya sekedar
7
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2013), hlm. 59
mengajarkan, tetapi harus mengaplikasikan juga dalam kehidupannya
secara konsisten baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Hal
ini pun harus dilatih dan terus dilatih melalui proses belajar mengajar.
2. Peka terhadap perubahan dan pembaharuan
Seorang guru harus mengetahui perkembangan dan kebutuhan zaman
terutama dalam dunia pendidikan. Hal tersebut merupakan
karakteristik yang harus dikuasai oleh guru walaupun dalam bentuk
sifat yang sederhana.
3. Berpikir alternatif
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari verbalisme dan absolutisme.
Oleh sebab itu, panduan belajar pada tiap mata pelajaran harus
disusun secara sistematis di setiap semesternya. Guru harus mampu
memberikan berbagai alternatif jawaban untuk kelancaran proses
belajar mengajar dan meningkatkan mutu pendidikan siswanya.
4. Adil, jujur dan objektif
Adil artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya. Jujur berarti tulus
ikhlas dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Sedangkan
objektif adalah menjalani aturan yang ditetapkan secara merata atau
tidak pilih kasih.
5. Disiplin dalam melaksanakan tugas.
6. Ulet dan tekun bekerja.
7. Berusaha memperoleh hasil kerja sebaik-baiknya.
Guru perlu menjaga semangat kerja yang tinggi, sehingga program
pendidikan yang dicanangkan dapat memperoleh hasil yang
memuaskan.
8. Simpati, lues, bijaksana, dan sederhana dalam bertindak
Keuletan merupakan faktor pendukung agar seorang guru menarik
perhatian yang baik dari siswanya. Kebijaksanaan kesederhanaan
akan menjalin keterkaitan tersebut, guru mampu mengendalikan
proses belajar mengajar yang dilaksanakan. 8
9. Bersifat terbuka
8
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2013), hlm. 60-61
Dengan dimilikinya sifat terbuka oleh guru, maka demokrasi dalam
belajar akan terlaksana dan mendidik siswanya bersifat lebih terbuka
pula, tidak menutupi kesalahan, dapat menerima kritik dan saran
untuk kebaikan di masa mendatang.
10. Kreatif.
11. Berwibawa
Kewibawaan bukan berarti siswa harus takut kepada guru, melainkan
siswa akan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku sesuai dengan
apa yang dijelaskan oleh guru.9

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kompetensi Kepribadian


Chaerul Rochman dan Heri Gunawan mengutip pendapat dari
Monks dalam buku Psikologi Perkembangan, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kompetensi interpersonal, yaitu:
a. Umur atau kematangan sesorang. Konformisme semakin besar dengan
bertambahnya usia.
b. Status ekonomi akan mempengaruhi kepribadian, karena bila
seseorang memiliki status ekonomi yang mapan maka rasa nyaman
dan percaya diri akan tumbuh.
c. Motivasi diri. Adanya dorongan untuk memiliki status seperti inilah
yang akan menyebabkan seseorang berinteraksi dengan orang lain,
individu akan menemukan kekuatan dalam mempertahankan dirinya di
dalam lingkungan sosial.
d. Keadaan keluarga dan lingkungan. Suasana rumah yang sangat tidak
menyenangkan dan tekanan dari orang tua akan membentuk sebuah
karakter individu dalam berinteraksi dengan lingkungan.
e. Pendidikan. Pendidikan yang tinggi adalah salah satu faktor dalam
interaksi teman sebaya karena orang yang berpendidikan tinggi

9
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2013), hlm. 62
mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas, yang mendukung
dalam pergaulannya.10

4. Pentingnya Kompetensi Kepribadian


Pada tahun 80-an terdapat sebuah lagu dimana syair dalam lagu
tersebut menggambarkan tentang kepribadian seorang guru. Syair-syair
dalam lagu tersebut menandakan betapa para peserta didik mendambakan
kepribadian guru, sampai-sampai mereka tidak memperhatikan ke arah
papan tulis karena terpesona oleh penampilan gurunya. Oleh karena itu,
guru harus berani tampil beda, harus berbeda dari penampilan-penampilan
orang lain yang bukan guru. Sebab penampilan guru bisa membuat murid
senang belajar, membuat murid betah di kelas, tetapi bisa juga membuat
murid malas belajar bahkan malas masuk kelas seandainya penampilan
gurunya acak-acakan. Di sinilah guru harus tampil beda agar bisa ditiru
dan diteladani oleh peserta didiknya.
Guru diharapkan dapat menjadi teladan bagi peserta didik, baik
dalam pergaulan di sekolah maupun di masyarakat. Namun, ada juga sikap
guru yang kurang disukai seperti: guru yang sombong (tidak suka menegur
atau ditegur saat bertemu di luar sekolah), guru yang suka merokok,
memakai baju tidak rapi, dan sering datang kesiangan. Oleh karena itu,
guru haruslah berusaha untuk tampil menyenangkan peserta didik, agar
dapat mendorong mereka untuk belajar. Guru harus berani tampil beda,
karena dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang
keagungan kepada peserta didiknya. Mengemban fungsi ini guru harus
terampil dalam berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur.
Ungkapan klasik mengatakan bahwa segala sesuatunya bergantung
pada pribadi masing-masing. Dalam konteks tugas guru, kompetensi
pedagogik, profesional, dan sosial yang dimiliki seorang guru pada
dasarnya akan bersumber dan bergantung pada pribadi guru itu sendiri.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa
akan banyak ditentukan oleh karakteristik kepribadian guru yang
10
Chaerul Rochman dan Heri Gunawan, Pengembengan Kompetensi Kepribadian Guru,
(Yogyakarta: Nuansa Cendekia, 2016), hlm. 35
bersangkutan. Memiliki kepribadian yang sehat dan utuh, dengan
kerakteristik sebagaimana diisyaratkan dalam rumusan kompetensi
kepribadian di atas dapat dipandang sebagai titik tolak bagi seseorang
untuk menjadi guru yang sukses.
Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk
mengembangkan kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan
karakter siswa. Penguasaan kompetensi kepribadian yang memadai dari
seorang guru akan sangat membantu upaya pengembangan karakter siswa.
Dengan menampilkan sebagai sosok yang bisa digugu (dipercaya) dan
ditiru, secara psikologis anak cenderung akan merasa yakin dengan apa
yang sedang dibelajarkan gurunya. Misalkan, ketika guru hendak
membelajarkan tentang kasih sayang kepada siswanya, tetapi di sisi lain
secara disadari atau biasanya tanpa disadari, gurunya sendiri mudah marah
dan sering bertindak kasar, maka yang akan melekat pada siswanya
bukanlah sikap kasih sayang, melainkan sikap tidak baik itulah yang
lebih berkesan dan tertanam dalam sistem pikiran dan keyakinan siswanya.
Di masyarakat, kepribadian guru masih dianggap hal sensitif
dibandingkan dengan kompetensi pedagogik atau profesional. Apabila ada
seorang guru melakukan tindakan tercela, atau pelanggaran norma-norma
yang berlaku di masyarakat, pada umumnya masyarakat cenderung akan
cepat mereaksi. Hal ini tentu dapat berakibat terhadap merosotnya wibawa
guru yang bersangkutan dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi
sekolah, tempat dia bekerja.11

11
Chaerul Rochman dan Heri Gunawan, Pengembengan Kompetensi Kepribadian Guru,
(Yogyakarta: Nuansa Cendekia, 2016), hlm. 36-38
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2007
(Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru)
Kompetensi Kepribadian
11 Bertindak sesuai dengan 11.1 Menghargai peserta didik
norma agama, hukum, tanpa membedakan
sosial, dan kebudayaan keyakinan yang dianut, suku,
nasional Indonesia. adat-istiadat, daerah asal, dan
gender.
11.2 Bersikap sesuai dengan
norma agama yang dianut,
hukum dan norma sosial
yang berlaku dalam
masyarakat, serta
kebudayaan nasional
Indonesia yang beragam.
12 Menampilkan diri sebagai 12.1 Berperilaku jujur, tegas,
pribadi yang jujur, dan manusiawi.
berakhlak mulia, dan 12.2 Berperilaku yang
teladan bagi peserta didik mencerminkan ketakwaan,
dan masyarakat. dan akhlak mulia.
12.3 Berperilaku yang dapat
diteladani oleh peserta didik
dan anggota masyarakat di
sekitarnya.
13 Menampilkan diri sebagai 13.1 Menampilkan diri sebagai
pribadi yang mantap, pribadi yang mantap dan
stabil, dewasa, arif, dan stabil.
berwibbawa. 13.2 Menampilkan diri sebagai
pribadi yang dewasa, arif,
dan berwibawa.
14 Menunjukkan etos kerja, 14.1 Menunjukkan etos kerja dan
tanggung jawab yang tanggung jawab yang tinggi.
tinggi, rasa bangga 14.2 Bangga menjadi guru dan
menjadi guru, dan rasa percaya pada diri sendiri.
percaya diri. 14.3 Bekerja mandiri secara
profesional.
15 Menjunjung tinggi kode 15.1 Memahami kode etik profesi
etik profesi guru. guru.
15.2 Menerapkan kode etik profesi
guru.
15.3 Berperilaku sesuai dengan
kode etik guru.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan
keterampilan yang harus di miliki guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran
dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna
menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia.
Kompetensi kepribadian guru sangatlah penting karena guru adalah
pendidik profesional yang bertugas untuk mengembangkan kepribadian
siswa atau sekarang lebih dikenal dengan karakter siswa. Penguasaan
kompetensi kepribadian yang memadai dari seorang guru akan sangat
membantu upaya pengembangan karakter siswa.
Sosok pribadi yang unik dari seorang guru dapat dikatakan pribadi
yang yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta, berakhlak mulia, serta menarik. Guru haruslah memiliki
kepribadian tersebut karena seorang guru adalah panutan serta teladan bagi
para peserta didiknya.
Dari penjelasan singkat diatas, tampak jelas bahwa sangat
pentingnya penguasaan kompetensi kepribadian bagi seorang guru. Namun
faktanya upaya mengembangkan profesi guru yang erat kaitannya dengan
penguatan kompetensi kepribadian tampaknya masih relatif lebih terbatas
bahkan cenderung lebih mengedepankan pengembangan kompetensi
pedagogik dan profesional. Realitanya, dalam berbagai pelatihan guru,
materi yang dipelajari secara mendalam cenderung lebih bersifat
penguatan kompetensi pedagogik dan profesional. Begitu pula dengan
kebijakan pemerintah tentang Uji Kompetensi Guru yang lebih
mengutamakan kompetensi pedagogik dan profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin. Psikologi Pendidikan-Refleksi Teoritis terhadap Fenomena.


Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2017.

Hawi, Akmal. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
2013.

Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya. 2009.

Sussana. Kepribadian Guru PAI dalam Tantangan Globalisasi. Jakarta: Jurnal


Mudarrisuna. 2014.

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya. 2008.

Chaerul Rochman dan Heri Gunawan. Pengembengan Kompetensi Kepribadian


Guru. Yogyakarta: Nuansa Cendekia. 2016.

Anda mungkin juga menyukai