Disusun Oleh :
Kelas : A
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan kemudahan, sehingga kita masih
tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Shalawat dan salam semoga disampaikan
kepada Nabi Muhammad saw. Rasul pilihan Allah yang telah membawa risalah-Nya berupa
Al-Qur‟an untuk semua umat manusia. Sebagai hasil dari makalah kami, dalam
menyelesaikan tugas Kewirausahaan dengan judul " PROFIL GURU DAN TANGGUNG
JAWAB PROFESIONAL”.
Penulis sudah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada sumber informasi dan referensi beberapa buku dan jurnal yang menjadi
tolak ukur dalam pembuatan makalah ini. Penulis juga menerima saran dan kritik dari
pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah mendatang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
A. 4
B. 4
C. 5
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
A. 6
B. 7
C. 11
D. 17
E. 18
BAB III 21
PENUTUP 21
A. 22
DAFTAR PUSTAKA 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya
pada tingkat institusional dan instruksional, peran strategis tersebut sejalan
dengan UU No 14 tahun 2015 tentang guru dan dosen, yang menempatkan
kedudukan guru sebagai tenaga profesional sekaligus sebagai agen
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud profil guru?
2. Apa syarat-syarat guru?
3. Bagaimanakah tanggung jawab seorang guru?
4. Apa kompetensi yang harus dimiliki oleh guru?
5. Bagaimana profesionalisme guru?
4
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui profil guru.
2. Untuk mendeskripsikan syarat-syarat guru.
3. Untuk mengetahui tanggung jawab guru.
4. Untuk mengetahui kompetensi guru.
5. Untuk memaparkan tanggung jawab profesionalisme guru.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profil Guru
Kata profil berasal dari bahasa Italia, profilo dan profilare, yang
berarti gambaran garis besar. Jadi dapat disimpulkan bahwa profil guru
adalah gambaran tentang sosok seorang guru.
6
semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing
dan membantu anak didik, baik secara individu maupun klasikal, di
sekolah maupun diluar sekolah.1
B. Syarat-syarat guru
Menurut Dr. H. Syaiful Sagala, M. Pd dalam bukunya Kemampuan
Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Beliau menjelaskan bahwa
standar yang dipersyaratkan menjadi guru yang profesional itu adalah
sebagai berikut:
1. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Roestiyah N.K (1989) menginventarisir tugas guru secara garis besar.
Antara lain:
1) Mewariskan kebudayaan dalam bentuk kecakapan, kepandaian dan
pengalaman empirik, kepada para muridnya;
2) Membentuk kepribadian anak didik sesuai dengan nilai dasar negara;
3) Mengantarkan anak didik menjadi warga negara yang baik,
memfungsikan diri sebagai media dan perantara pembelajaran bagi
anak didik;
4) Mengarahkan dan membimbing anak sehingga memiliki kedewasaan
dalam berbicara, bertindak dan bersikap;
5) Memfungsikan diri sebagai penghubung antara sekolah dan
masyarakat lingkungan, baik sekolah negeri atau swasta;
6) Harus mampu mengawali dan menegakkan disiplin baik untuk
dirinya, maupun murid dan orang lain;
7) Memfungsikan diri sebagai administrator dan sekaligus manajer yang
disenangi;
8) Melakukan tugasnya dengan sempurna sebagai amanat profesi;
9) Guru diberi tanggung jawab paling besar dalam hal perencanaan dan
pelaksanaan kurikulum serta evaluasi keberhasilannya;
1
kunandar.Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
dan Sukses dalam Sertifikasi Guru). Jakarta: rajawali pers
7
10) Membimbing anak untuk belajar memahami dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi muridnya; dan
11) Guru harus dapat merangsang anak didik untuk memiliki semangat
yang tinggi dan gairah yang kuat dalam membentuk kelompok studi,
mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka memperkaya
pengalaman.
Berdasarkan pada penjelasan Roestiyah N.K tersebut di atas. Maka
dapat ditegaskan bahwa guru bertanggung jawab mencari cara untuk
mencerdaskan kehidupan anak didik dalam arti sempit dan bangsa dalam
arti luas. 2
2. Guru Profesional Senantiasa Meningkatkan Kualitasnya
Tugas dan kewajiban guru baik yang terkait langsung dengan proses
belajar mengajar maupun yang tidak terkait langsung, sangatlah banyak
dan berpengaruh pada hasil belajar mengajar. Bila peserta didik
mendapatkan nilai nilai tinggi, maka guru mendapat pujian. Pantas
menjadi guru dan harus dipertahankan walaupun tetap disebut sebagai
pahlawan tanpa tanda jasa. Tetapi bila yang terjadi sebaliknya, yakni para
peserta didik mendapat nilai yang rendah, maka serta merta juga kesalahan
ditumpahkan kepada sang guru. Predikat guru bodoh, tidak bisa mengajar,
tidak memiliki kemampuan menjalankan tugasnya sebagai guru, lebih
baik beralih fungsi menjadi karyawan atau tata usaha juga dialamatkan
kepada guru.
Oleh karena itu, perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh
bagaimana memberikan prioritas yang tinggi kepada guru. Sehingga
mereka dapat memperoleh kesempatan untuk selalu meningkatkan
kemampuannya melaksanakan tugas sebagai guru. Guru harus diberikan
kepercayaan untuk melaksanakan tugasnya melakukan proses belajar
mengajar yang baik. Kepada guru perlu diberikan dorongan dan suasana
2
Syaiful sagala. KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN. Ikapi.
Bandung.hlm 11-14
8
yang kondusif untuk menemukan berbagai alternatif metode dan cara
mengembangkan proses pembelajaran sesuai perkembangan zaman. Agar
dapat meningkatkan keterlibatannya dalam melaksanakan tugas sebagai
guru, dia harus memahami, menguasai, dan terampil menggunakan
sumber-sumber belajar baru di dirinya. Sumber belajar bukan hanya guru,
apabila guru tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan
perubahan. Maka guru tersebut akan mudah ditinggalkan oleh muridnya.
3. Standar Profesional di Indonesia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia standar berarti antara lain
sesuatu yang dipakai sebagai contoh atau dasar yang sah bagi ukuran,
takaran, dan timbangan. Standar dapat juga dipahami sebagai kriteria
minimal yang harus dipenuhi. Jadi standar profesional guru mempunyai
kriteria minimal berpendidikan sarjana atau diploma empat serta
dilengkapi dengan sertifikasi profesi.
Menurut Jamal Ma‟mur Asmani dalam bukunya Tips Menjadi Guru
Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif. Beliau mendefinisikan sertifikasi sebagai
proses yang harus dilalui seorang guru untuk mendapatkan sertifikat
mengajar sebagai tanda bahwa ia telah memenuhi kualifikasi guru ideal
sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan pemerintah, baik yang
berhubungan dengan akademik, sosial, kan akuntabilitas publik.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses
pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikasi
pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada
guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Berdasarkan pengertian
tersebut, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian
pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu,
setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga
sertifikasi. Dengan kata lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi
9
yang dirancang untuk mengetahui penguasaan kompetensi seseorang
sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.
Sertifikat guru merupakan amanat Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Pasal 61 menyatakan
bahwa sertifikat dapat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi, tetapi
bukan sertifikat yang diperoleh melalui pertemuan ilmiah seperti seminar,
diskusi panel, lokakarya, dan simposium. Sertifikat kompetensi diperoleh
dari penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan setelah lulus uji
kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang
terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Ketentuan ini bersifat umum, baik
untuk tenaga kependidikan maupun non-kependidikan yang ingin
memasuki profesi guru. 3
Dalam kasus dunia pendidikan di Indonesia, seringkali standar bagi
pemula atau guru baru belum dapat dipenuhi. Namun setelah mereka aktif
sebagai guru, kemudian ada langkah-langkah memenuhi standar tersebut.
Misalnya para guru yang masih under-standard tadi melakukan upaya
secara sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas diri, baik dengan
cara melanjutkan studi atau kegiatan yang semisal. Untuk dapat
melaksanakan tugasnya sebagai guru dengan baik, pemerintah Indonesia
bersama berbagai lembaga terkait telah merumuskan dan menyusun butir
penting yang harus dipenuhi oleh para guru. Namun mengingat, tingkatan
guru juga beberapa jenjang, yakni tingkat pra sekolah, taman kanak-kanak,
sekolah dasar, sekolah menengah umum dan kejuruan, dan selanjutnya,
maka persoalan ini menjadi kompleks.
Guru yang memenuhi standar adalah guru yang memenuhi kualifikasi
yang dipersyaratkan dan memahami benar apa yang harus dilakukan, baik
ketika di dalam maupun di luar kelas. Di samping tugas mengajar sebagai
tugas pokok seorang guru, ada juga beberapa persoalan atau tugas prinsip
3
Asmani, Ma'mur Jamal. TIPS MENJADI GURU INSPIRATIF, KREATIF, DAN INOVATIF. Diva
Press. Yogyakarta.hlm 194-195
10
yang semua guru harus mengetahui dan menguasainya sebagai bagian dari
tugas seorang guru yang profesional. Yakni: tugas administrasi kurikulum
dan pengembangannya, pengelolaan peserta didik, personel, sarana dan
prasarana, keuangan, layanan khusus, dan hubungan sekolah-masyarakat.
Memang dilihat dari segi pembebanan jelas persoalan di atas merupakan
yang dapat memberatkan tugas guru karena tidak terkait langsung dengan
tugas mengajarnya. Akan tetapi jika dicermati ternyata tugas-tugas
tersebut ada kaitannya dengan ketertiban dan kerapian tugas guru.
4
Darmadi, H. (2015). Tugas,Peran,Kompetensi dan Tanggung menjadi guru Profesional.
Jurnal Edukasi, hlm 172-173.
11
ikut berpartisipasi dalam memajukan pendidikan di wilayahnya. Maju
mundurnya pendidikan di daerah tergantung kinerja para dewan guru,
pengawas sekolah dan komite sekolah, karenanya diharapkan semuanya
biasa menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya yang disertai keikhlasan
hati dalam mengemban amanah yang diberikan.
5
Hosnan, M. (2016). Etika Profesi Pendidik: Pembinaan dan Pemantapan Kinerja
Guru,Kepala Sekolah,serta Pengawas Sekolah. Bogor: Ghalia Indonesia. Hlm 27-28
12
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
d. Tanggung Jawab Moral dan Spiritual
Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan
guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya senantiasa tidak
menyimpang dari norma agama dan moral.
e. Tanggung Jawab Pribadi
Tanggung jawab pribadi diwujudkan melalui kemampuan untuk
memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya dan
menghargai serta mengembangkan dirinya.
Kompetensi Guru
6
Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2004.
h. 127.
13
Sebagai pekerjaan yang profesional guru wajib memiliki kualifikasi
kompetensi dan sertifikasi. Adapun kualifikasi yang wajib dimiliki oleh
guru sebagaimana tertuang dalam pasal 8 meliputi kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.Adapun
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagaimana tertuang
dalam UUD 19457 dijelaskan bahwa kompetensi guru meliputi:
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
1. Kompetensi Pedagogik
Sesuai dengan Undang- undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan
dosen pasal 10 ayat (1), dijelaskan bahwa yang dimaksud kompetensi
pedagogik, yaitu kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.8
2. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan
pasal 28 ayat 3 butir b). Dengan demikian, maka guru harus memiliki
sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber
inspirasi bagi peserta didik. Guru harus mampu menjadi tri-pusat, seperti
ungkapan Ki Hadjar Dewantoro, “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya
Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”. Di depan memberikan teladan, di
7
. UU No. 14 tahun 2005 dosen pada bab 4 bagian kesatu pasal 10 ayat (1)
8
Ibid hlm 13.
14
tengah memberikan karsa, dan di belakang memberikan dorongan atau
motivasi9. kompetensi kepribadian guru meliputi:
a) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil yang indikatornya
bertindak sesuai norma hukum, norma sosial, bangga sebagai
pendidik, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan
norma.
b) Memiliki kepribadian yang dewasa, dengan ciri-ciri menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos
kerja.
c) Memiliki kepribadian yang arif, yang ditunjukan dengan tindakan
yang bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat serta
memajukan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d) Memiliki kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang
berpengaruh positif kepada peserta didik dan memiliki perilaku yang
disegani.
e) Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan, dengan menampilkan
yang sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas,
suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
3. kompetensi sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, tenaga pendidik, orang tua/ wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.Hamzah B. Uno menyatakan bahwa kompetensi sosial
dimaknai sebagai kemampuan guru dalam berinteraksi sosial, baik
dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, maupun dengan
9
Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Guru (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm
s125.
15
masyarakat luas.10 Kriteria kompetensi yang melekat pada kompetensi
kepribadian guru meliputi:11
a) Bertindak dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayan
nasional Indonesia.
b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif
dan berwibawa.
d) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru dan rasa percaya diri.
e) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru
4. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan menguasai materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
terintegrasikannya konten pembelajaran dengan penggunaan TIK dan
membimbing peserta didik memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP),
penjelasan Pasal 28 ayat 3 Butir c).
Kriteria kompetensi yang melekat pada kompetensi profesional meliputi:
a) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang
mendukung materi pelajaran yang diampu.
b) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan 20 Donni
Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Guru
c) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf
perkembangan peserta didik
d) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
atau bidang pengembangan yang diampu.
10
Ibid hlm 125-126.
11
Ibid hlm 126-127.
16
e) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang
bervariasi
f) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media,
dan sumber belajar yang relevan. Mampu mengorganisasikan dan
melaksanakan program pembelajaran.
17
seperti yang disebutkan di atas mengenai apa saja hak dan kewajiban yang
ada pada guru.
E. Profesionalisme guru
Pengertian Profesionalisme Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
profesionalisme mempunyai makna; mutu, kualitas, dan tindak tanduk
yang merupakan ciri suatu profesi atau yang profesional. Profesionalisme
merupakan sikap dari seorang profesional. Artinya sebuah term yang
menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang
yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Konsep
profesionalisme, seperti yang dikembangkan oleh Hall, kata tersebut
12
Agus dudung, “kompetensi profesional guru”, Jurnal Kesejahteraan Keluarga dan
Pendidikan, Vol. 05 No. 01 (2018), Hal. 11
18
banyak digunakan peneliti untuk melihat bagaimana para profesional
memandang profesinya, yang tercermin dari sikap dan perilaku mereka.
Konsep profesionalisme seperti yang dijelaskan Sumardi, bahwa ia
memiliki lima prinsip atau muatan pokok, yaitu:
19
sebagai tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi , sehingga
kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan rohani
dan setelah itu baru materi.
20
faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru antara
lain:
13
Hasan Baharun, ‘Total Moral Quality: A New Approach for Character Education in
Pesantren’, Ulumuna, 21.1 (2017), 57–80.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata profil berasal dari bahasa Italia, profilo dan profilare, yang
berarti gambaran garis besar. Jadi dapat disimpulkan bahwa profil guru
adalah gambaran tentang sosok seorang guru.
Tugas dan kewajiban guru baik yang terkait langsung dengan proses
belajar mengajar maupun yang tidak terkait langsung, sangatlah banyak
dan berpengaruh pada hasil belajar mengajar. Hal tersebut menuntut guru
untuk mampu meningkatkan kinerja dan profesionalismenya seiring
dengan perubahan dan tuntutan yang muncul terhadap dunia pendidikan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Baharun, Hasan. (2017). Total Moral Quality: A New Approach for Character
Education in Pesantren‟.Ulumuna.
Dudung Agus (2018). “kompetensi profesional guru”, Jurnal Kesejahteraan
Keluarga dan Pendidikan, Vol. 05 No. 01, Hal 11
H, Darmadi (2015). “Tugas,Peran,Kompetensi dan Tanggung menjadi guru
Profesional”. Jurnal Edukasi, Hal 172-173.
Hamalik. (2004). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Juni Priansa, Donni. (2014). Kinerja dan Profesionalisme Guru.Bandung:Alfabeta.
Kunandar, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru).Jakarta:Rajawali Press.
M,Hosnan. (2016). Etika Profesi Pendidik: Pembinaan dan Pemantapan Kinerja
Guru,Kepala Sekolah,serta Pengawas Sekolah.Bogor:Ghalia Indonesia.
Sagala,Syaiful. Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan.
Bandung:IKAPI.
23