Ummi Hasanah
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jalan Ir. H. Juanda No.95, Pisangan Ciputat Timur, Tangerang Selatan, 15412
ummihasanah1712@gmail.com
Ahmad Rajafi
Institut Agama Islam Negeri Manado
Jl. Dr. S.H. Sarundajang Kawasan Ringroad I, Kota Manado, 95128
ahmad.rajafi@iain-manado.ac.id
Abstract: Hadits about Mahram which related to women traveling is one of argueable
social phenomenon in Islam. There are those who do textual approach and contextual
approach in seeing this. Therefore, a new alternate of seeing this as responsive as in the
contextual concept in discussing the hadits is required with the outline topic; how Paul
Ricoeur hermeunetics sees the hadits about women traveling without mahram? The result
is that the mahram role in the hadits is a concrete form of prevention to women in order
to protect them from any kind of violences and harassments. The practice of prevention is
done by the instruments provided by the country out of the women family member called
mahram, this approach result is summarized the contextual meaning without neglecting
the textual meaning of mahram.
Abstrak. Hadits tentang maẖram bagi perjalanan seorang perempuan merupakan salah
satu fenomena sosial yang diperdebatkan di dalam Islam. Ada yang membacanya melalui
pendekatan tekstual dan ada pula yang membacanya dalam kerangka kontekstual.
Untuk itu, dibutuhkan alternatif bacaan baru yang dirasa responsif dalam ranah
kontekstual ketika membahas hadits tersebut, dengan inti pembahasan yakni;
bagaimana hermeneutika Paul Ricoeur membaca tentang hadits perempuan melakukan
perjalanan tanpa maẖram? Hasilnya adalah, bahwa peran maẖram dalam hadits tesebut
merupakan bentuk pencegahan secara konkrit bagi perempuan atas segala kekerasan
yang akan menimpanya. Pencegahan tesebut tidak hanya dilakukan oleh keluarga dekat
perempuan tapi juga oleh instrumen-instrumen yang diciptakan oleh negara dan dapat
disebut pula sebagai maẖram, sehingga pendekatan ini merangkum pemaknaannya
secara kontekstual namun tidak melepaskan ati maẖram secara tekstual.
1
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 3, Nomor 1, Juni 2018
1 Luîs Ma’lû f, al-Munjid fî al-Lughah wa mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-
al-A’lâm, Cet. XCII (Beirut: Dâ r al-Masyriq, 2007), isteri anak kandungmu (menantu); dan
h. 128. menghimpunkan (dalam perkawinan) dua
2 Diharamkan atas kamu (mengawini)
perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah
terjadi pada masa lampau.
ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan;
saudara-saudaramu yang perempuan, saudara- 3 A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir
71
HADITS PEREMPUAN MELAKUKAN PERJALANAN TANPA MAHRAM… - - Ummi Hasanah & Ahmad Rajafi
6 Muhyiddin Abu Zakariyya bin Syaraf Kaum Perempuan di Ranah Publik),” Musawa,
an-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, (Beirut: Vol. 6, No. 1 (2010), h. 11
Darul Kitab, t.th.), Jil. V, h. 104-105 9 Atiyatul Ulya, “Konsep Mahram
7 Sabid HM., “Rekonstruksi Fiqh Jinayat Jaminan Keamanan atau Pengekangan
Terhadap Perda Syariat Islam,” Islamica, Vol. 6, Perempuan,” Al-Fikr, Vol. 17, No. 1 (2013), h. 238
No. 2, (2012), h. 331 10 M. Syuhudi Ismail, Hadits Nabi yang
8 Abdul Mustaqim, “Konsep Mahram Tekstual dan Kontekstual (Jakarta : PT Bulan
dalam Al-Qur’â n (Implikasinya dalam Mobilitas Bintang, 2009), h. 4
72
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 3, Nomor 1, Juni 2018
73
HADITS PEREMPUAN MELAKUKAN PERJALANAN TANPA MAHRAM… - - Ummi Hasanah & Ahmad Rajafi
Berdasarkan cakrawala teks dan حدثنا مسدد قال حدثنا حيىي عن عبيد هللا عن انفع عن
cakrawala pengkaji, maka dilakukan
interpretasi terhadap teks tersebut ابن عمر رضي هللا عنهما عن النيب النيب صلى هللا عليه
sebagai bentuk interpretasi apropriasi
pengkaji. Hasil apropriasi pengkaji
14 ) ( ال تسافر املرأة ثالاث إال مع ذي حمرم:و سلم قال
kemudian dibandingkan dengan teks
Artinya: “...Tidak boleh bagi seorang
keagamaan untuk menemukan
perempuan melakukan perjalanan atau
kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan
bepergian selama tiga hari kecuali
pemahaman dari teks keagamaan.
bersama maẖram -nya.”
Seluruh proses tahapan di atas
dilakukan evaluasi dan analisis lebih حدثنا أبو النعمان حدثنا محاد بن زيد عن عمرو عن
lanjut untuk menjawab permasalahan
dan berbagai implikasi hasil kajian ini. أيب معبد موىل ابن عباس عن ابن عباس رضي هللا عنهما
قال النيب صلى هللا عليه و سلم ( ال تسافر املرأة:قال
Hadits tentang Maẖram dalam Kitab-
kitab Hadits
) إال مع ذي حمرم وال يدخل عليها رجل إال ومعها حمرم
Redaksi hadits tentang maẖram فقال رجل اي رسول هللا إين أريد أن أخرج يف جيش.
setelah ditelusuri melalui Maktabah al-
Syâmilah dengan kata kunci “ ” ال تسافر املرأة,
15 ) فقال ( اخرج معها. كذا وكذا وامرأيت تريد احلج ؟
maka ditemukan beberapa hasil temuan Artinya: “Abu Nu’man telah bercerita
yang terdapat dalam kitab hadits Saẖ îẖ kepada kami, Hammad bin Zaid dari Abi
al-Bukhâ rī, Shaẖ îẖ Muslim, Sunan al- Ma’bad budak Ibn ‘Abbas dari Ibn ‘Abbas
Turmudzi, Sunan Abû Daud, Sunan Ibn bahwa Rasulullas saw bersabda;
Mājah, Musnad Ahmad bin Hanbal dan Janganlah seorang perempuan bepergian
Sunan al-Dâ rimiy. kecuali bersama maẖram, dan janganlah
1. Imam al-Bukhâ rī seorang laki-laki menemuinya kecuali ia
(perempuan itu) bersama maẖram.
حدثنا إسحق بن إبراهيم احلنظلي قال قلت أليب أسامة Seseorang berkata; wahai Rasulullah saw
حدثكم عبيد هللا عن انفع عن ابن عمر رضي هللا saya ingin pergi keluar untuk berperang,
tetapi istriku ingin pergi haji, maka Rasul
أن النيب النيب صلى هللا عليه و سلم قال ( ال:عنهما menjawab; berangkatlah bersamanya
(istrimu).”
13 ) تسافر املرأة ثالثة أايم إال مع ذي حمرم 2. Imam Muslim
Artinya: “...Tidak boleh bagi seorang حدثنا زهري بن حرب وحممد بن املثىن قاال حدثنا حيىي
perempuan melakukan perjalanan atau
bepergian selama tiga hari kecuali ( وهو القطان ) عن عبيدهللا أخربين انفع عن ابن عمر
bersama maẖram -nya.”
ال تسافر املرأة:أن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال
16 ثالاث إال ومعها ذو حمرم
Artinya: “....Tidak boleh seorang
perempuan melakukan perjalanan atau
74
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 3, Nomor 1, Juni 2018
bepergian selama tiga hari kecuali « ال تسافر املرأة سفر ثالثة أايم فصاعدا-عليه وسلم
bersama maẖram-nya.”
20 »إال مع أبيها أو أخيها أو ابنها أو زوجها أو ذى حمرم
حدثنا عثمان بن أيب شيبة حدثنا جرير عن مغرية عن
Artinya: “...Tidak boleh seorang
إبراهيم عن سهم ابن منجاب عن قزعة عن أيب سعيد perempuan melakukan perjalanan
ال:اخلدري قال قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم selama tiga hari kecuali bersama
bapaknya atau saudaranya atau
17 تسافر املرأة ثالاث إال مع ذي حمرم anaknya atau suaminya atau orang lain
yang satu maham-nya.”
Artinya: “...Tidak boleh bagi seorang
perempuan melakukan perjalanan atau 6. Imam Ahmad bin Hanbal
bepergian selama tiga hari kecuali عن عبد هللا، حدثين انفع، عن عبيد هللا، حدثنا حيىي
bersama maẖram-nya.”
ال تسافر: عن النيب صلى هللا عليه وسلم قال، بن عمر
3. Imam al-Tirmidzî
روي عن النيب صلى هللا عليه و سلم أنه قال ال تسافر
21 ومعها ذو حمرم، املرأة ثالاث إال
18 املرأة مسرية يوم وليلة إال مع ذي حمرم Artinya: “...Tidak boleh bagi seorang
perempuan melakukan perjalanan atau
Artinya: “...Tidak boleh seorang bepergian selama tiga hari kecuali
perempuan melakukan perjalanan atau bersama maẖram-nya.”
bepergian siang dan malah hari kecuali
bersama maẖram-nya.” حدثنا ابن منري حدثنا عبيد هللا عن انفع عن ابن عمر
4. Imam Abû Dāud قال « ال تسافر املرأة-صلى هللا عليه وسلم- عن النىب
حدثنا أمحد بن حنبل ثنا حيىي بن سعيد عن عبيد هللا 22 » ثالاث إال مع ذى حمرم
عن النيب صلى هللا عليه:قال حدثين انفع عن ابن عمر Artinya: “...Tidak boleh bagi seorang
19 ال تسافر املرأة ثالاث إال ومعها ذو حمرم:و سلم قال perempuan melakukan perjalanan atau
bepergian selama tiga hari kecuali
Artinya: “...Tidak boleh bagi seorang bersama maẖram-nya.”
perempuan melakukan perjalanan atau 7. Imam al-Dārimiy
bepergian selama tiga hari kecuali
bersama maẖram-nya.” حدثنا يعلى ثنا األعمش عن أيب صاحل عن أيب سعيد
5. Imam Ibnu Mâ jah ال تسافر املرأة:قال قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم
حدثنا على بن حممد حدثنا وكيع حدثنا األعمش عن سفرا ثالثة أايم فصاعدا اال ومعها أبوها أو أخوها أو
صلى هللا- أىب صاحل عن أىب سعيد قال قال رسول هللا 23 زوجها أو ذو رحم حمرم منهما
17 Muslim, Shaẖîẖ Muslim, juz 2, no. 417 21 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad bin
75
HADITS PEREMPUAN MELAKUKAN PERJALANAN TANPA MAHRAM… - - Ummi Hasanah & Ahmad Rajafi
Artinya: “...Tidak boleh seorang e. Khalah, yaitu bibi dari pihak ibu.
perempuan melakukan perjalanan Saudara-saudara ibu atau
selama tiga hari kecuali ditemani saudara-saudara nenek yang
ayahnya atau saudara laki-lakinya atau perempuan hingga ke atas, baik
suaminya atau maẖram-nya.” sekandung, sebapak atau seibu.
f. Anak perempuan dari saudara
Klasifikasi Maẖram Dalam Islam laki-laki. Mereka adalah
keponakan, anak perempuan
1. Faktor Nasab dari saudara laki-laki, baik
a. Ibu. Ibu di sini adalah kandung maupun anak tiri.
perempuan yang mengandung a. Anak perempuan dari saudara
dan melahirkan anak laki-laki. perempuan. Mereka adalah
Hubungan antara ibu dan anak keponakan, anak perempuan
inilah yang menyebabkan dari saudara perempuan, baik
adanya ikatan maẖram . Lalu sekandung, sebapak atau seibu.
ibunya dari ibu, yaitu nenek
hingga ke atas, baik dari jalur 2. Faktor Perkawinan25
bapk atau jalur ibu.24 a. Mertua perempuan, nenek
b. Anak Perempuan. Anak perempuan istri dan seterusnya
perempuan di sini adalah anak ke atas, baik dari garis ibu atau
yang dilahirkan oleh istri ayah.
maupun anak kandung. Anak b. Anak tiri, dengan syarat kalau
perempuan hingga ke bawah telah terjadi hubungan kelamin
baik cucu perempuan dari anak antara suami dengan ibu anak
laki-laki dan cucu perempuan tersebut. Termasuk juga cucu
dari anak perempuan. perempuan baik dari anak laki-
Termasuk anak kandung dan laki maupun anak perempuan.26
tiri, cucu dan cicit dengan
c. Menantu, yaitu istri anak, istri
semua tingkatannya.
cucu dan seterusnya ke bawah.
c. Saudara Perempuan, yaitu
d. Ibu tiri, yaitu bekas istri ayah,
saudara-saudara perempuan
untuk ini tidak disyaratkan
sekandung, sebapak atau seibu.
harus adanya hubungan seksual
d. ‘Ammah, yaitu bibi dari pihak antara ibu dan ayah.
ayah, perempuan yang menjadi
3. Faktor Persusuan
saudara kandung ayah, atau
saudara perempuan ayah dari a. Ibu susuan (perempuan yang
salah satu orang tua ayah. menyusui, karena ia berada di
Termasuk saudara-saudara posisi ibu bagi anak yang
perempuan kakek, baik disusuinya).
sekandung, sebapak dan seibu.
24 Muhammad bin Ibrahîm Alu asy- 26Abd al-‘Azim, al-Wajiz fi Fiqh al-
Syaikh, Fatwa-fatwa tentang Wanita Penerjemah Sunnah wa al-Kitâb al-‘Azîz (Madinah: Dâ r al-
Majmuah (Jakarta: Darul Haq, 2011), h. 148 Taqwid, 1995), h. 287
25H.M.A. Tihami dan Sohari Sahran,
Fikih Munakahat (Jakarta: Rajawali Press, 2009),
h. 69
76
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 3, Nomor 1, Juni 2018
77
HADITS PEREMPUAN MELAKUKAN PERJALANAN TANPA MAHRAM… - - Ummi Hasanah & Ahmad Rajafi
78
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 3, Nomor 1, Juni 2018
31 Dalam konteks analisis wacana Yaitu otonomi teks terhadap maksud pengarang,
(discourse analyze), teks merupakan wacana otonomi teks terhadap situasi kultural dan
yang telah dimapankan dalam tulisan ( any kondisi sosiologis dimana teks diproduksi dan
discourse fixed by writing ). Teks ini lebih otonomi terhadap pembaca awal.
menekankan aspek “worldless” dan “authorless”. 32 Edi Mulyono, Belajar Hermeneutika
Sehingga makna suatu teks berada dalam term-
dari Konfigurasi Filosofis menuju Praksis Islamic
term relasi internal dan strukturalnya. Lebih
Studies, h. 32-33
jauh Ricoeur menjelaskan bahwa teks semacam
ini mengimplikasikan otonomi rangkap tiga.
79
HADITS PEREMPUAN MELAKUKAN PERJALANAN TANPA MAHRAM… - - Ummi Hasanah & Ahmad Rajafi
hadits-hadits yang telah dipaparkan tiga hari kecuali ada suami, saudara atau
sebelumnya menggambarkan larangan maẖram-nya bersamanya.
kepada perempuan untuk bepergian Hal ini berintegrasi dengan
sendiri selama tiga hari kecuali ada beberapa peristiwa yang saat ini
maẖram yang menyertai perjalanannya, menimpa sebagian perempuan yang
mengisyaratkan adanya perlindungan menjadi korban kejahatan. Sesuai
terhadap perempuan menjadi sangat dengan data dari Komnas Perempuan,
diutamakan. mereka mengalami gangguan fisik dan
Konsepsinya bukan saja hanya juga psikis. Akibat fisik yang diderita
dimaknai pada struktur keluarga, korban pelecehan kekerasan
namun pula pada instrumen-instrumen diantaranya adalah cacat anggota tubuh
lain yang diciptakan oleh manusia yang dan kerusakan organ intim atau
tentunya dapat berintegrasi dengan reproduksi, sehingga akan
beberapa lembaga sosial dengan misi menyebabkan sulitnya memperoleh
melindungi kesejahteraan perempuan keturunan, terserang berbagai penyakit
yang sudah banyak ditemui. hingga kematian. Akibat psikis yang
diderita yaitu keterancaman untuk bisa
Dalam ranah negara Indonesia
hidup normal di lingkungan sekitar, baik
misalnya, terdapat Kementerian
dalam keluarga dan masyarakat, serta
Pemberdayaan Perempuan dan
tekanan mental yang luar biasa
Perlindungan Anak (KEMENPPPA) yang
menggoncang sehingga tak jarang
di dalamnya memuat sederetan undang-
banyak yang melakukan bunuh diri.
undang khusus untuk melindungi
perempuan termasuk kekerasan. Artinya, banyak perempuan yang
terkena dampak fisik dan psikis dari
Lembaga lainnya adalah Komisi
kekerasan tersebut, baik kekerasan
Nasional Anti Kekerasan Terhadap
seksual ataupun kekerasan dalam
Perempuan (KOMNAS PEREMPUAN).
rumah tangga. Sehingga maẖram di sini
Lalu, peraturan presiden juga
mampu melakukan pencegahan secara
menegaskan kepala atau anggota dalam
langsung bagi si korban. Oleh karenanya,
badan pemerintahan, seperti ketua RT,
hadits ini mestinya menjadi sebuah
kepala Camat, Walikota, Gubernur,
bentuk pencegahan oleh maẖram agar
Polisi, TNI turut menjaga dan
hal-hal di atas tidak terjadi dan menimpa
melindungi kesejahteraan perempuan.
perempuan.
Perlindungan ini biasanya dilakukan
pasca terjadinya kekerasan pada Ketiga, interpretasi teks hadits
perempuan, maka dilakukan yang melarang perempuan melakukan
pendampingan dan penjatuhan perjalanan tanpa maẖram masih
hukuman bagi para pelaku. relevan dengan kondisi dan situasi saat
sini. Relevansi tersebut terlihat dari
Kedua, interpretasi teks hadits
cakrawala hadits-hadits di atas untuk
yang melarang perempuan melakukan
melakukan perjalanan dan tentang
perjalanan tanpa disertai maẖram
keutamaan mendampingi seorang istri
adalah bentuk pencegahan (sad al-
yang hendak berhaji dibandingkan
dzari'ah), berdasarkan peleburan
berperang. Pendampingan dahulunya
cakrawala (apropriasi) yang tergambar
dilakukan oleh orang-orang terdekat
di dalam hadits-hadits di atas ketika
perempuan, sedangkan pendampingan
seorang perempuan melakukan
saat ini adalah adanya sederetan
perjalanan baik sehari, dua hari, ataupun
Undang-undang Perlindungan
Perempuan dan lembaga-lembaga sosial
80
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 3, Nomor 1, Juni 2018
81
HADITS PEREMPUAN MELAKUKAN PERJALANAN TANPA MAHRAM… - - Ummi Hasanah & Ahmad Rajafi
Selain itu, peran maẖram dalam hadits Islamic Studies, Yogyakarta: IRCiSoD,
tesebut adalah bentuk pencegahan 2012.
secara konkrit bagi perempuan. Munawwir, Ahmad Warson., Kamus al-
Munawwir Arab-Indonesia
Terlengkap, Surabaya: Pustaka
Progresif: 2002.
DAFTAR PUSTAKA
Maktabah al-Syâ milah.
Mustaqim, Abdul., “Konsep Mahram dalam
al-‘Azim, Abd., al-Wajiz fi Fiqh al-Sunnah Al-Qur’an (Implikasinya dalam
wa al-Kitâb al-‘Azîz, Madinah: Dâ r al Mobilitas Kaum Perempuan di Ranah
Taqwid, 1995 Publik)”, Musâwa, Vol. 6, No. 1, 2010
Alfikri Suryadinata, Ahmad., “Pemahaman Ricoeur, Paul., From Text to Action: Essays
Kontekstual Atas Hadits Mahram in Hermeneutics. Penerjemah
dalam Kutub Al-Tis’ah”, Musâwa, Vol. Kathleen Blamey and John B.
9, No. 1, 2010 Thompson, Evanston: Northwestern
An-Nawawi, Muhyiddin Abu Zakariyya bin University Press, 1991
Syaraf., Syarah Sahîh Muslim. Beirut: --------, Filsafat Wacana, Membelah Makna
Darul Kitab, t.th. dalam Anatomi Bahasa, Penerjemah
asy-Syaikh, Muhammad bin Ibrahim Alu., Musnur Hery, Yogyakarta: Ircisod,
Fatwa-Fatwa tentang Wanita. Cet.II, 2003
Penerjemah Majmuah, Jakarta: Darul Shaleh, Qamaruddin, dkk., Asbabun Nuzul,
Haq, 2011
Latar Belakang Historis Turunnya
E. Palmer, Richard., Hermeneutika: Teori Ayat-Ayat Al-Qur’an, Bandung: C.V.
Baru Mengenai Interpretasi, Penerbit Diponegoro, 2007
Penerjemah Musnur Hery daan
Damanhuri Muhammad, Yogyakarta: Shihab, M. Quraish., Tafsir Al-Misbah;
Pustaka Pelajar, 2005 Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Ghazaly, Abd Rahman., Fiqh Munakahat, Qur’an II, Jakarta: Lentera Hati, 2005
Jakarta: Prenada Media, 2003 Sumaryono, E., Hermeneutik, Sebuah
HM, Sabit., “Rekonstruksi Fiqh Jinayat Metode Filsafat, Yogyakarta:
Terhadap Perda Syariat Islam”, Kanisius, 1999
Islamica, Vol. 6, No. 2, 2012
Tihami, H.M.A. dan Sahran, Sohari., Fikih
Ismail, M. Syuhudi., Hadits Nabi yang
Munakahat, Jakarta: Rajawali Press,
Tekstual dan Kontekstual, Jakarta: PT
Bulan Bintang: 2009 2009
82
JURNAL AQLAM -- Journal of Islam and Plurality -- Volume 3, Nomor 1, Juni 2018
83