Abstrak
Interpretasi Ayat mahar dalam al-Qur’an (Kajian Tafsir Tematik). Penulis tertarik
mengkaji tema ini karena pembahasannya berhubungan langsung dengan hak
perempuan baik dalam urusan individual maupun sosial terutama dalam masalah
mahar.
Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui ayat-ayat Al-Qur’an yang
berbicara tentang mahar,untuk mengetahui konsep mahar dalam Al-Qur’an dan
mengetahui Interpretasi ayat-ayat mahar dalam Al-Qur’an dengan kajian tafsir
tematik.
Mahar adalah pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan
hati untuk menimbulkan rasa cinta kasih, baik dalam bentuk benda maupun jasa.
Sebenarnya tidak ada batas minimal atau batas maksimal yang harus diberikan oleh
calon suami kepada calon istrinya. Tetapi Allah Swt memerintahkan agar calon suami
mempersiapkan mahar dengan kadar yang pantas. Mahar yang diberikan juga harus
penuh dengan kerelaan.
Untuk mempermudah dalam memahami dan mengetahui Interpretasi ayat-ayat mahar
dalam Al-Qu’an dengan metode tafsir tematik / Maudhu’i. Pendekatan ini dilakukan
untuk menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur’an secara keseluruhan dengan jalan
menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian yang sama.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan beberapa metode penelitian, baik
untuk memperoleh data atau menganalisis data yang ada, yaitu: Library research,
sumber data primer dan sumber data sekunder.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahar ialah pemberian wajib dari calon suami
kepada calon istri sebagai pemberian suka rela tidak sebagai jual beli, dan mahar
sepenuhnya hak istri, tidak ada batasan dalam memberikan mahar. Fungsi mahar
sebagai penghormatan terhadap yang dicintainya dan mengikat jalinan kasih sayang
kepada istri serta mempererat hubungan antara keduanya, dan bukan dianggap sebagai
pembelian atau ganti rugi.
Kata Kunci: Interpretasi, Ayat Mahar, Al-Qur’an
Qaf, Vol. III, No. 01, Januari 2018
1
Muhammd Raf’at Utsman, Fiqih Wanita
2
Muslimah (Seputar Hukum Khitbah dan Nikah, Abd.Rahman Ghazali, Fikih
Bekal Ilmiah menuju Pernikahan Berkah) (Solo: Munakahat”Seri Buku Daras, (Jakarta: Perdana
Pustaka Arafah, 2002), hal. 131 Media, 2003), hal. 84-85
B. Konsep Mahar pada Masa Pra yang akan di nikahi.4 Akan tetapi konsep
Islam mahar yang ada pada masa pra Islam
Konsep tentang mahar adalah tersebut bukan diperuntukkan bagi calon
bagian yang esensial dalam pernikahan. istri,melainkan untuk ayah atau kerabat
Tanpa mahar tidak dinyatakan telah dekat laki-laki dari pihak istri. Konsep
melaksanakan pernikahan dengan benar. perkawinan menurut berbagai bentuk adat
Mahar harus ditetapkan sebelum ketika itu.5
pelaksanaan pernikahan.3
Perkawinan pada masa pra Islam
Ada hal yang harus diperhatikan tersebut dikategorikan sebagai transaksi
dalam konsep mahar yaitu mahar harus jual beli antara calon suami dengan bapak
ada dalam pernikahan tetapi calon istri Perempuan dalam hal ini
disesuaikan dengan keputusan budaya diperlakukan sebagai objek dari transaksi
masing- masing dan yang wajib tersebut yang tidak memiliki hak apapun
memberikan mahar adalah laki-laki. Pada terhadap dirinya sendiri. Ketika terjadi
masa Jahiliyyah yang penuh dengan talak, maka berarti putus hubungan
kezhaliman, dimana pada saat itu kaum perkawinan tanpa syarat. Mereka tidak
wanita tidak dapat bernafas lega. Bahkan mengenal iddah atau masa tunggu. Begitu
hanya seperti sebuah alat yang talak dijatuhkan, maka laki-laki dapat
dipergunakan pemiliknya dengan langsung melakukan perkawinan lagi saat
sekehendak hati. Ketika Islam datang itu juga sistem kekerabatan yang berlaku
dengan panji-panji yang putih Islam di masyarakat arab yaitu Patriarchal
membersihkan aib kebodohan yang agnatic dimana sekelompok masyarakat
melekat pada diri wanita melalui menurun melalui garis laki-laki dan
pemberian kembali akan hak-haknya berada dibawah otoritas laki-laki yang tua
untuk menikah serta bercerai dan karena laki-laki adalah kepala
mewajibkan bagi laki-laki untuk
4
Syaikh Kamil Muhammad
membayar mahar kepada seorang wanita ‘Uwaidah,Fiqih Wanita (Edisi Lengkap),terj
M.Abdul Ghaffar E.M (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2008), hal. 437.
5
Nasaruddin Umar, Ketika Fiqih
3
Istibsyaroh, Hak-hak Perempuan, Membela Perempuan, (Jakarta: PT Gramedia,
(Jakarta: Teraju, 2004), hal. 101 2014), hal. 101
8
Ahmad Warson Munawir, Al-
6
Ali Shodiqin, Antropologi Al-Qur’an, Munawwir: Kamus Arab Indonesia, (Surabaya:
(Yogyakarta : Ar-Ruz Media, 2008) hal. 60 Pustaka Progresif, 1997), hal.1363
7 9
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Nur Jannah, Mahar Pernikahan (Mahar
Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat, dalam Pandangan Ulama Fiqih), (Yogyakarta: Ar-
(Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007), hal. 271 Ruz Media, Cet 1, 2003), hal:23
wathi’ syubhat dan wathi’ yang di menikahi calon istrinya. Jadi, mahar itu
13
paksakan. benar-benar menjadi hak penuh bagi istri
Dari berbagai definisi diatas yang menerimanya, bukan hak bersama
nampak bahwa definisi yang dikemukakan dan bukan juga hak walinya. Keempat
oleh golongan Hanafiyah membatasi golongan ulama diatas kelihatannya
mahar itu hanya dalam bentuk harta, sepakat bahwa mahar adalah hak calon
sementara definisi yang dikemukakan oleh istri dari calon suami yang muncul karena
golongan lainnya tidak membatasi hanya terjadinya akad nikah atau dukhul
pada harta saja. Dari sini dapat dipahami (persetubuhan) dengannya.
bahwa definisi-definisi selain golongan
Berdasarkan definisi diatas dapat
Hanafiyah memasukan jenis atau bentuk-
diambil suatu kesimpulan bahwa mahar
bentuk lain selain harta dalam pengertian
itu adalah suatu pemberian yang wajib
mahar, seperti jasa atau
ditunaikan oleh calon suami kepada calon
manfaat,mengajarkan beberapa ayat Al-
istri serta disebut dalam sighat akad nikah
Qur’an dan sebagainya. Dengan kata lain
sebagai tanda persetujuan dan kerelaan
bahwa mahar itu boleh berupa barang
untuk hidup bersama sebagai suami istri.14
(harta kekayaan) dan boleh juga berupa
jasa atau manfaat. Kalau berupa barang D. Syarat dan Macam-macam Mahar
disyaratkan bahwa barang itu harus
1. Syarat –syarat Mahar
berupa sesuatu yang mempunyai nilai atau
a. Sesuatu yang bernilai, baik
harga, halal lagi suci. Sedangkan kalau
berupa jasa atau manfaat haruslah berupa berupa uang, benda, atau
jasa atau manfaat dalam arti yang baik.
manfaat, seperti manfaat
13 14
NurJannah, Mahar Pernikahan (Mahar Nur Jannah, Mahar Pernikahan (Mahar
dalam Pandangan Ulama Fiqih), (Yogyakarta: Ar- dalam Pandangan Ulama Fiqih), (Yogyakarta: Ar-
Ruz Media, Cet 1, 2003), hal: 24 Ruz Media, Cet 1, 2003), hal:25
sepotong emas ini. Menurut bahwa akad tidak sah bila harga
dinilai, maka mahar itu tidak sah, memilih pendapat kedua (tidak
miṡil. Akan tetapi ada juga yang Dalam hal ini,akad dihukumi sah
akadnya sah dan sang istri berhak penundaan. Hal ini sangat
yang telah ditetapkan bentuk dan berikan oleh suami untuk istrinya
17 18
NurJannah, Mahar Pernikahan (Mahar NurJannah, Mahar Pernikahan (Mahar
dalam Pandangan Ulama Fiqih), (Yogyakarta: Ar- dalam Pandangan Ulama Fiqih), (Yogyakarta: Ar-
Ruz Media, Cet 1, 2003), hal.42 Ruz Media, Cet 1, 2003), hal, 42
βr& HωÎ) ÷ΛäôÊtsù $tΒ ß#óÁÏΨsù ZπŸÒƒÌsù keluarga pihak istri karena pada
Íνωu‹Î/ “Ï%©!$# (#uθà ÷ètƒ ÷ρr& šχθà ÷ètƒ waktu akad nikah jumlah mahar
îÅÁt/ tβθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ ©!$# ¨βÎ) 4 öΝä3uΖ÷t/ wanita dalam struktur kehidupan
30
M. Quraish Shihab,Tafsir al-Misbah:
Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an
29
Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul, hal. 121 (Jakarta:Lentera Hati,2002) vol. 2, hal 346
33
Wahbah az-Zuhaili, dkk.Tafsir Al-Munir
(Aqidah,Syari’ah,Manhaj), Penerjemah: Abdul
34
Hayyie al-Kattani, ( Jakarta: Gema Insani, Sayyid Qutub, Tafsir fi Dhilalil Qur’an,
2013),jilid 2, hal 579 Vol. II,(Jakarta: Gema Insani Press, 2001) hal. 283
!$yϑÎ/uρ <Ù÷èt/ 4’n?tã óΟßγŸÒ÷èt/ ª!$# Ÿ≅āÒsù pernikahan (bukan karena akad)
bukan dinamakan mahar sekalipun itu
à.... 4 öΝÎγÏ9≡uθøΒr& ôÏΒ (#θà)x Ρr& banyak sekali sehingga pemberian
seperti itu tidaklah menghalalkan
Artinya: Kaum laki-laki itu adalah
antara keduanya . Rasulullah Saw
pemimpin bagi kaum wanita, oleh
pernah bersabda:
karena Allah telah melebihkan
ﻣﻦ ﺍﻋﻄﻲ ﻓﻲ ﺻﺪﺍﻕ ﺍﻣﺮﺃﺓ ﺳﻮﻳﻘﺎ ﺍﻭ ﺗﻤﺮﺍ ﻓﻘﺪ
sebahagian mereka (laki-laki) atas
(ﺍﺳﺘﺤﻞ )ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ
sebahagian yang lain (wanita),
Artinya: “Barang siapa memberi
dan karena mereka (laki-laki)
tepung kurma kepada seorang
telah menafkahkan sebagian dari
perempuan sebagian mas kawin,
harta mereka.(QS An-Nisa 4:34)
maka sesungguhnya ia telah
dijadikan perempuan itu halal.”(HR
Abu Dawud )
2. Untuk memberi penghargaan
terhadap wanita, dalam arti bukan