BAB MAHAR
DOSEN PENGAMPU : USTADZ IHSANUDIN L.c
DI SUSUN OLEH
NU’MAN IBNU RAJAB
NIM. 201.371.012
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
• Latar Belakang
• Rumusan Masalah
• Tujuan penulisan
• Metode Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
• Pengertian Mahar
• Kadar ( jumlah ) mahar
• Syarat-syarat mahar
• Macam-macam mahar
• Hikmah disyariatkan mahar
Adapun tujuan penulis dari di buat nya makalah ini adalah sebagai berikut:
▪Dari pembuatan dan penulisan makalah “Mahar
1. Mengetahui pengertian mahar dan hukumnya. Pernikahan” ini, penulis menggunakan metode studi pustaka
yaitu salah satu metode yang digunakan dalam penulisan
2. Mengetahui syarat-syarat mahar.
Karya Tulis (makalah) dengan cara mengumpulkan literatur
3. Mengetahui kadar (jumlah) mahar. baik berasal dari berbagai buku dan mencari inti-inti
pembahasan mahar. Sehingga menjadi sebuah bahasan yang
4. Mengetahui macam-macam mahar.
menarik pada makalah ini.
5. Mengetahui hikmah disyariatkan mahar.
▪
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian mahar
Mengenai besarnya mahar, para fuqoha telah bersepakat mahar itu tidak ada batas tertinggi, melainkan
menurut kemampuan sang suami beserta keridaan si istri. Kemudian mereka berselisih pendapat tentang
batas rendahnya
Fuqaha’ sepakat bahwa harta yang berharga dan maklum patut dijadikan mahar. Oleh karena itu emas, perak, uang, takaran, timbangan,
uang kertas dan lain-lain sah dijadikan mahar karena ia bernilai material dalam pandangan syara’. Sebagaimana pula mereka sepakat
bahwa sesuatu yang tidak ada nilai material dalam pandangan syara’ tidak sah untuk dijadikan mahar seperti babi, bangkai dan khamr.
Mereka berbeda pendapat tentang jasa atau manfaat, apakah sah jika dijadikan mahar, seperti seseorang menikahi seorang perempuan
dengan mahar talak istrinya atau diajarkan Alquran. Dalam contoh pertama, para ulama terjadi perbedaan. Ulama Syafi’iyah bersam
Ulama Hanabilah dalam suatu riwayat berpendapat bahwa sah dengan mahar tersebut karena bolehnya mengambil pengganti. Sedangkan
dalam contoh kedua, Ulama Syafi’iyah dan Imam Hazm memperbolehkannya berdasarkan hadis: Aku nikahkan engkau padanya dengan
mahar sesuatu yang ada bersam engkau dalam Alquran
Dia (Syaikh Madyan) berkata, “Sesungguhnya aku bermaksud ingin menikahkan engkau dengan salah seorang dari kedua anak perempuanku ini, dengan
ketentuan bahwa engkau bekerja padaku selama delapan tahun (QS. Al-Qashash(28): 27).
Mahar tidak berupa barang haram, tidak
sah mahar berupa khamr atau babi dan
seterusnya
Tidak ada kesamaran, jika terdapat unsur mahar mampu diserahkan. Dengan
ketidakjelasan maka tidak sah dijadikan SYARAT syarat ini mengecualikan yang tidak
mahar, sperti mahar berupa hasil panen SAH ada kemampuan menyerahkan
kebun pada tahun yang akan datang atau seperti burung di awang-awang atau
sesuatu yang tidak jelas, seperti mahar MAHAR ikan di laut. Tidak sah hal tersebut
rumah yang tidak ditentukan dijadikan mahar
Mahar yang disebutkan maksudnya mahar yang Maksud mahar mitsil adalah mahar yang diputuskan
disepakati oleh kedua belah pihak, baik pada saat akad untuk wanita yang menikah tanpa menyebutkna mahar
maupun setelahnya seperti membatasi mahar bersama dalam akad, ukuran mahar disamakan dengan mahar
akad atau penyelenggaraan akad tanpa menyebutkan wanita yang seimbang ketika menikah dari keluarga
mahar, kemudian setelah itu kedua belah pihak bapaknya seperti saudara perempuan sekandung,
mengadakan kesepakatan dengan syarat saudara perempuan tunggal bapak, dan seterusnya.
penyebutannya benar
E. HIKMAH DISYARIATKAN MAHAR
Agama tidak menetapkan jumlah minimum dan begitu pula jumlah maksimum dari maskawin.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkatan kemampuan manusia dalam memberikannya. Orang
yang kaya mempunyai kemampuan untuk memberi maskawin yang lebih besar jumlahnya kepada
calon istrinya. Sebaliknya, orang yang miskin ada yang hampir tidak mampu memberinya.
SEKIAN