Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP DAN KAIDAH ILMU

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : fiqih munakahat

Dosen Pengampu: DR.HENDRIPAL PANJAITAN,MA,M.SI

Disusun oleh :

Kelompok 2

 Marisa Alsyta Putri


 Kiki Fadillah
 Maulana Zakariah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 5B EKSKLUSIF


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


SYEKH H.ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH
BINJAI

2022
PENDAHULUAN

Mahar termasuk keutamaan agama Islam dalam melindungi dan memuliakan kaum wanita
dengan memberikan hak yang dimintanya dalam pernikahan berupa mahar kawin yang besar kecilnya
ditetapkan atas persetujuan kedua belah pihak karena pemberian itu harus diberikan secara ikhlas.
Para ulama fiqih sepakat bahwa mahar wajib diberikan oleh suami kepada istrinya baik secara kontan
maupun secara tempo, pembayaran mahar harus sesuai dengan perjanjian yang terdapat dalam aqad
pernikahan. Para ulama sepakat bahwa mahar merupakan syarat nikah dan tidak boleh diadakan
persetujuan untuk meniadakannya.
Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara laki-laki dengan prempuan yang bertujuan
untuk membentuk keluarga didalam rumah tangga yang bahagia, sakinah, mawadah, dan warohmah
berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa. Perkawinan telah ada sejak manusia pertama diciptakan oleh
Allah SWT. Sebuah ikatan perkawinan bukan hanya mempersatukan dua pasangan manusia, yakni
laki-laki dan perempuan, akan tetapi mengikatkan tali perjanjian yang suci atas nama Allah SWT.
Sebuah kenyataan bahwa manusia di dunia tidaklah berdiri sendiri melainkan berpasangan. Sering
kali kita melihat didalam masyarakat masalah yang dihadapi dalam keluarga dapat di musyawarahkan
untuk penyelesaiannya. Namun didalam masyarakat juga mudah sekali pasangan suami istri
memutuskan ikatan perkawinan seperti bercerai atau memutuskan ikatan, karena tidak adanya solusi
untuk penyelesaian masalah yang di 2 hadapi didalam keluarganya. Walaupun pada dasarnya
melakukan perkawinan bertujuan untuk selama-lamanya satu kali dalam seumur hidup melakukan
perkawinan, akan tetapi karena adanya sebab-sebab tertentu didalam perkawinan itu, jadi harus putus
di tengah jalan atau terpaksa untuk bercerai dengan sendirinya.

PEMBAHASAN
A. DEFINISI DAN DALIL MAHAR
a. Definisi dan Pengertian Mahar
Secara etimologi pengertian mahar adalah maskawin. Secara istilah mahar artinya
sebuah pemberian yang diberikan oleh calon mempelai pria kepada calon mempelai
Wanita sebagai tanda ketulusan dari calon suami atau bisa di katakana suatu
pemberian yang di wajid di berikan oleh suami kepada calon istri yang berupa benda
maupun jasa. 1
Mahar adalah harta yang berhak didapatkan oleh seorang istri yang harus diberikan oleh sang
suami; baik karena akad maupun persetubuhan hakiki. Mahar merupakan suatu pemberian
dalam perkawinan dari mempelai lelaki kepada mempelai perempuan dan khusus menjadi
harta miliknya sendiri. Secara umum kata lain yang dipergunakan untuk mahar di dalam Al-
Qur’an adalah “Ajr” (‫( اجر‬berarti penghargaan serta hadiah yang diberikan kepada pengantin
putri. Sesungguhnya “Ajr” (‫( اجر‬adalah sesuatu yang diberikan dan tak dapat hilang. Kata “
Shadaqah” (‫( صداق‬juga dipergunakan di dalam Al-Qur’an untuk menekankan
pemberian/nafkah dalam kehidupan keluarga. Kata “Faridhah” dalam Al-quran, yang secara
harfiah adalah nafkah yang diwajibkan atau suatu bagian yang telah ditekankan.
Berikut merupakan definisi mahar dari empat madzhab, yakni: 2
a). Imam Syafi‟i mengatakan, bahwasannya mahar merupakan suatu yang wajib diberikan
oleh seorang laki-laki kepada perempuan yang dinikahi, agar dapat memiliki atau menguasai
seluruh anggota badannya.

1
Abdul Rahman Ghazali, Fikih Munakahat (Seri Buku Daras). (Jakarta: KENCANA, 2015), 84.
2
Kosim, Fiqh Munahakat (dalam kajian filsafat hukum Islam dan keberdayaannya dalam politik hukum
ketatanegaraan Indonesia). (Depok: Rajawali Pers, 2019). 73

2
b). Bagi sebagaian madzhab dari Hanafiyah mendefinisikan mahar sebagai apa yang menjadi
hak istri dengan sebab akad nikah atau wathi.
c). Menurut madzhab Malikiyah, mahar adalah sesuatu yang membuat seorang istri menjadi,
untuk memperlihatkan bahwa suami senang kepadanya.
d). Sedangkan, menurut madzhab Hanabilah, mahar merupakan sebuah konpensasi di dalam
suatu pernikahan. Kemudian apabila seorang suami ingin menceraikan istrinya, maka suami
tidak boleh mengambil mahar yang dulu diberikan sekecil apapun itu, agar tidak berdosa dan
berdusta atas akad nikah yang telah diucapkkan dahulu.

b. Dalil Mahar
Sebagaimana yang tercantum dalam Q.S. An-Nisa‟ ayat 4.
‫ص ُدقَتِ ِه َّن نِحْ لَةً فَا ِ ْن ِط ْبنَ لَ ُك ْم ع َْن َش ْي ٍء ِّم ْنهُ نَ ْفسًا فَ ُكلُوْ هُ هَنِ ْي ًء َّم ِريْ ًء‬
َ ‫َواَتُوا النِّ َسا َء‬
Artinya : “dan berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian,jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian
dari (maskawin) itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan
senang hati “
Ayat di atas menjelaskan bahwa suatu mahar hanya diberikan kepada calon
perempuan yang akan dinikahi, bukan kepada selainnya. Seorang istri yang menerima
mahar, berhak atas penggunaannya, dan dianjurkan agar menerima suatu mahar
dengan penuh kerelaan hati, tanpa melihat nominal atau besar kecil suatu barang.
Tidak ada orang lain yang berhak menggunakan atau mengambil atas uang mahar,
kecuali pengantin perempuan tersebut, bahkan seorang suami tidak berhak mengambil
kembali kecuali atas izin istri. Seperti yang dikatakan dalam Q.S. An-Nisa‟ ayat 20
‫ج ال َّواَتَ ْيتُ ْم اِحْ َد ه َُّن قِ ْنطا رًا فَاَل تَْأ ُخ ُذ وْ ا ِم ْنهُ َش ْي ًء قلي اَتَْأ ُخ ُذوْ نَهُ بُ ْهتَانًا‬ ٍ ْ‫َواِ ْن اَ َر ْدتُّ ُم ا ْستِ ْبدَا َل زَ و‬
ٍ ْ‫ج َّم َكانَ َزو‬
Artinya : “dan juga kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain, sedangkan kamu
telah memberikan kepada seorang di antara mereka harta yang banyak, maka janganlah kamu
mengeambilnya kembali dengan jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa
yang nyata "
bahwa apabila seorang suami ingin mengganti istrinya dengan seorang yang lain,
sedang ia telah memberikan mahar yang banyak (bukan termasuk nafkah) kepada istri yang
dahulu, maka ia tidak berhak mengambil kembali sedikitpun dari harta tersebut.

B. BATASAN DAN HIKMAH DISYARATKANNYA MAHAR


Dalam istilah, disyaratkannya membayar mahar hanyalah sebagai hadiahnya yang di
berikan seorang lelaki kepada seorang perempuan yang dipinangnya ketika lelaki itu ingin menjadi
pendampingnya, dan sebagaipengakuan dari seorang lelaki atas kemanusiaan, kemulian dan
kehormatan perempuan.
Maskawin yang besar kecilnya tetapkan atas persetujuan kedua pihak, karena pemberian
itu harus dilakukan dengan ikhlas. Wajibnya mahar juga didadsarkan pada sebda rasulullah SAW.
“berikanlah (maharnya) sekalipun cincin besi " (H.R Muttafaq ‘alaih) 3
Mahar merupakan kewajiban yang harus dipenuhi dalam sebuah pernikahan, karena mahar
sebagai pemberian yang dapat melanggengkan cinta kasih, yang mengikat, dan mengukuhkan
hubungan antara suami istri. Mahar yang harus dibayarkan ketika akad nikah hanyalah sebagai
wasilah (perantara),bukan sebagai ghayah (tujuan), karena itu islam sangat menganjurkan agar
mahar atau maskawin dalam perkawinann dipermudah. 4
Islam tidak menetapkan jumlah besar atau kecilnya mahar, karena adanya perbedaan kaya
dan miskin, lapangan dan sempitnya rezeki. Selain itu tiap masyarakat mempunyai adat dan
radisinya sendiri, karena itu Islam menyerahkan masalah jumlah mahar itu berdasarkan
kemampuan masing-masing orang atau keadaan dan tradisi yang berlaku dalam keluarganya.
Segala nash yang memberikan keterangan tidaklah dimaksudkan kecuali untuk menunjukkan
pentingnya nilai mahar tersebut, tanpa melihat besar kecilnya jumlah. Jadi diperbolehkan memberi

3
Syamsudin Ramadhan, Fikih Rumah Tangga,Bogor: CV. Idea Pustaka Utama ,2004, cet . I,h.65
4
Ahmad Mudjab Mahalli, Wahai Pemuda Menikahlah, Jogjakarta : Menara Kudus,2002, h. 148

3
mahar misalnya dengan sebuah cincin besi atau hanya mengerjakan beberapa ayat Al-Qur’an dan
lain sebagainya, dengan pesyaratannya sudah saling disepakatin oleh kedua belah pihak yang
melakukan akad. Seperti hadits dibawah ini :
“ dari sahal bin saad bahwa nabi SAW. Lalu Nabi bersabda: “sekarang kamu berdua saya
nikahkan dengan mahar ayat al-qur’an yang ada padamu” (H.R Bukhari Muslim).
Hadist di atas menunjukkan bahwa mahar itu boleh berupa sesuatu yang bermanfaat.
Diantara yang bermanfaat itu adalah mengajarkan beberapa ayat dari al-Qur’an. Selain
mengajarkan ayat-ayat dari al-Qur’an , bentuk mahar dalam perbuatan jasa atau manfaat lainnya
adalah yang termasuk dalam katagori melayani ( khidmad), mereka beragumen dengan mengacu
kepada firman Allah yang menceritakan perkawinan Nabi Syu’aib a.s dengan mahar dalam bentuk
jasa yang bermanfaat yaitu bekerja selama delapan tahun.
dalam Al-Qur’an surah al-Qashas ayat 27 :
‫ك َو َمآ اُ ِر ْي ُد اَ ْن‬
َ ‫ج فَاِ ْن اَ ْت َم ْمتَ َع ْشرًا فَ ِم ْن ِع ْن ِد‬ ‫ْأ‬ َّ َ‫قَل اِنَّ ْي اُ ِر ْي ُد اَ ْن اُ ْن ِكحَكَ اِحْ دَي ا ْبنَت‬
ٍ ‫ي هَتَي ِْن َعلَي اَ ْن تَ ج َُرنِ ْي ثَ َمنِ َي ِح َج‬
َّ ‫ك َس ْت ِج ُد نِ ْي اِ ْن شَآ َء هلَّلا ُ ِمنَ ال‬
‫صلِ ِحي ْْن‬ َّ ‫اَ ُش‬
َ ‫ق َعلَ ْي‬
Artinya : “sesunguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua
anakkuini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan
sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan)dari kamu , maka aku tidak hendak memberati
kamu. Dan kamu insyaallah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.
Mahar adalah wajib dibayar suami kepada istrinya. Namun setelah pasti ketentuan
pembayarannya, tidak tertutup kemungkinan bagi paangan suami istri yang saling mencintai
dan ridhoi dan menjadi pasangan yang mesra dalam sebuah rumah tangga untuk
menghadiahkan Kembali mahar itu kepada suaminya demi kepentingan dan kesenangan
Bersama, sebab hart aitu telah menjadi hartanya. Tentang hukum memberikan mahar adalah
wajib, sesuai firman Allah SWT dalam Q.S An-Nisa ayat 4
‫ص ُدقَتِ ِه َّن نِحْ لَةً فَا ِ ْن ِط ْبنَ لَ ُك ْم ع َْن َش ْي ٍء ِّم ْنهُ نَ ْفسًا فَ ُكلُوْ هُ هَنِ ْي ًء‬
َ ‫َواَتُواالنِّ َسآ َء‬
Artinya : “dan berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu terimalah
dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati”
Ayat di atas menunjukkan bahwa allah SWT telah memerintahkan kepada suami untuk
membayar mahar kepada istrinya. Karena perintah itu tidak disertai dengan qarinah yang
menunjukkan kepada sunnah ataupun mubah, maka ia menghendaki kepada makna wajib. Jika
mahar adalah wajib bagi suami terhadap istrinya, karena tidak ada qarinah yang
memalingkannya dari makna wajib kepada makna yang lain.

C. HUKUM BERLEBIHAN DALAM MAHAR


Mahar istri-istri Rasulullah SAW adalah ratusan dirham,yanag secara dengan kurang lebih
140 real. Sedangkan mahar putri-putrinya adalah empat ratus dirham, yang secara dengan kurang
lebih 110 real. Semua harga sah dijadikan mahar, meski jumlahnya sedikit. Jika suami miskin,
maka ia boleh memberikan mahar dalam bentuk jasa. 5
Riwayat dari Anas, dimana ia berkata “ketika Abu Thalhah menikahi Ummu Saulaim,
mahar yang yang diberikan adalah masuk islam. Adapun ummu salma memeluk agama islam
sebelum Thalhah melamarnya. Ummu sulaim berkata “ aku telah mmeluk Islam. Jika engkau
masuk islam maka aku akan menikah denganmu”. Lalu Abu Thalhah masuk Islam dan itulah
maharnya.6
Dalam islam disunnahkan untuk meringankan dan mempermudah mahar. Islam menyeru
kepada seluruh pemimpin agar mempermudah pernikahan , sehingga kehormatan para pemuda
dan pemudi akan terjaga dengan baik.
Rasulullah SAW.juga mengingatkan bahwa “seorang perempuan yang penuh barakah dan
mendapat anugerah Allah SWT adalah yang maharnya murah, mudah menikahinya, dan
akhlaknya baik. Namun sebalikya , perempuan yang celaka adalah yang mahal maharnya sulit
menikahinya dan buruk akhlaknya”. 7

5
Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Ensiklopedi Islam.... 921.
6
Mahmud Mahdi Al-Istanbuli, kado perkawinan .... 91
7
Muhammad Fauzil Adhim, Kupinang Engkau.... 193

4
Banyak ulama yang memperingatkan agar kita tidak berlebihan dalam mahar karena hal
tersebut dapat menimbulkan mudarat dan mufsadah (kerusakan). Mahar yang jumlahnya besar
dapat menjadikan pemicu kebencian suami kepada istri setelah memasuki kehidupan rumah
tangga setelah menikah. Haram jika mahar ditentukan dengan batas yang berlebihan, berbangga-
bangga dan memberatkan pundak suami, sehingga untuk memenuhi mahar tersebut seorang
suami harus terpaksa meminta dan berhutang.
Adapun batasan minimal mahar tidak ditetapkan secara pasti berapa jumlahnya, asalkan
mahar tersebut memiliki nilai yang berharga, dalam sebuah hadist yang diriwayatkan

ْ‫صلَّي هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ ْم قَا َل لِ َر ُج ٍل تَزَ َّوجْ َولَو‬


َ َّ ِ‫از ٍم ع َْن َسه ِْل ْب ِن َس ْع ٍد َأ َّن النَّب‬
‫ي‬ ِ ‫َاو ِك ْي ٌع ع َْن ُس ْفيَانَ َأبِ ْي َح‬
َ ‫َح َّدثَنَا يَحْ َي َح َّدثَن‬
‫بِ َخات ٍَم ِم ْن َح ِديْد‬

Artinya : telah menceritakan kepada kami Yahya menceritakan kepada kami Waki’ dari
Sufyan dari Abu Hamzim dari Sahl bin Sa’d bahwasannya ; Nabi SAW bersabda kepada
seseorang “menikahlah meskipun maharnya hanya dengan cincin besi” (H.R. Imam Bukhari)
Dari hadist tersebut, dapat diperoleh gambaran tentang kesederhanaan mahar. Sebuah
cincin besi jika memang tidak memungkinkan untuk memberi yang lebih, sudah cukup untuk
menjadikan mahar yang layak bagi sebuah pernikahan Islami.
Madzhab Syafi’i dan Hambali berpendapat tidak ada batasan terendah bagi mahar. Sahnya
mahar tidak ditentukan dengan sesuatu.karena tu, sah jika mahar adalah harta yang sedikit atau
banyak. Batasannya adalah semua yang sah untuk dijual atau yang memiliki nilai adalah sahnya
untuk dijadikan mahar. Dan tang tidak memiliki nilai, maka tidak bisa dijadikan mahar.

D. HAK SUAMI DAN ISTRI


Suatu perkawinan yang dibangun oleh suami istri mempunyai tujuan yang berbeda-beda,
dalam Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan yaitu perkawinan bertujuan untuk
membentuk keluarga yang kekal bahagia berdasarkan ketuhanan yang maha esa. 8 Begitu juga
dijelaskan dalam surah Al-Rum ayat 21 salah satu tujuan perkawinan ialah membentuk keluarga yang
sakinah, mawadah , warahmah.
Hak dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti berbagai macam kata seperti,
benar, milik, kepunyaan, dan kewenangan.9 Adanya hak dan kewajiban antara suami istri dalam
kehidupan rumah tangga dapat dilihat dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 228:
‫َولَه َُّن ِم ْث ُل الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه َّن بِ ْال َم ْعرُوْ فُ َولِلرِّ َجا ِل َعلَ ْي ِه َّن د ََر َجة‬
Artinya : bagi istri itu adalah hak-hak berimbang dengan kewajiban-kewajibannya secara
makruf dan bagi suami setingkat lebih dari istri.

Ayat di menjalaskan bahwa istrib mempunyai hak dan istri juga mempunyai kewajiban.
Kewajiban istri merupakan hak bagi suami. Meskipun demukian, suami mempunyai kedudukan
setingkat lebih tinggi, yaitu sebagai kepala keluarga.
Sebab munculnya hak dan kewajiban dalam keluarga ( suami istri),dalam agama islam
mengibaratkan keluarga seperti suatu lembaga yang berdiri diatas suatu kerjasama antara dua orang,
bahwa seorang laki-laki dan perempuan bersepakat untuk membina keluarga atau rumah tangga, maka
laki-laki dibebankan sebagai kepala keluarga atau rumah tangga yang harus siap menyediakan papan,
sandang, dan pangan bagi keluarganya, berbeda dengan perempuam yang tidak dibebankan tugas
laki-laki, karena perempuan harus mengurus anaknya. Penanggung jawab yang pertama dalam
kerjaama tersebut adalah suami.
Oleh karena itu munculnya hak dan kewajiban suami istri ini dengan adanya sebuah ikatan
perkawinan karena perkawinan merupakan sebuah ikatan yang sakral antara laki-laki dan perempuan
yang di ikat dengan sebuah perkawinan.

E. WALIMAH DAN HUKUM MENGHADIRINYA


8
Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974
9
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,1994), 500

5
a. Pengertian walimah
Agama islam menganjurkan agar setelah melangsungkan akad nikah kedua
mempelai mengadakan upacara, yang dianjurkan sebagai ungkapan rasa syukur
kepda Allah SWT dan ekpresi kebahagiaan kedua mempelai atas nikmat perkawinan
yang mereka alami. Upacara tersebut salam Islam dikonsepsikan sebagai qalimah
ursy. Walimah adalah istilah yang terdapat dalam literatur arab yang secara arti kata
berarti jamuan yang khusus untuk perkawinan dan tidak digunakan untuk perhelatan
diluar perkawinan. Sebagian ulama menggunanya untuk kesepakatan perkawinan
lebih banyak.
Dari berbagai definisi diatas dapat di pahami bahwa walimah ursy
merupakan perayaan pengantin sebagai ungkapan rasa syukur atas pernikahannya,
dengan mengajak sanak saudara beserta masyarakat untuk ikut berbahagia dan
menyaksikan peresmian pernikahan tersebut dan mendoakan kedua mempelai
sehingga mereka dapat menjalin keluarga yang di binanya yang pada akhirnya
terbentuklah keluarga yang sakinah mawadah dan warahmah

b. Dasar hukum walimah


Pelaksaan walimah memiliki kedudukan tersendiri dalam munakahah.
Rasulullah SAW sendiri melaksanakan walimah untuk dirinya dan memerintahkan kepada
para sahabat untuk mengadakan walimah walaupun hanya dengan makan kurma dan roti serta
seekor kambing. Sebagai mana sabda Rasulullah SAW yang artinya:
“ Dari Anas bin Malik, bahwasannya nabi SAW melihat bekas kekuning-kuningan
minyak wangi pada Abdurrahman bin Auf, maka beliau berkata : maka beliaupun berkata:
apa ini? dia Abduuram berkata: wahai rasulullah aku telah menikahi seorang perempuan
dengan maskawin sebesar satu biji emas maka beliaupun bersabdah: semoga Allah
memberikan keberkahan kepadamu, buatlah walimah walaupun dengan seokor kambing.
(HR. Ibnu Majah)
Hadits ini adalah dalil yang menunjukan bahwa pasangan pengantin hendaknya
didoakan dengan keberkahan. Abdurrahman mendapatkan keberkahan dari doa nabi sampai
dia berkata sesungguhnya kalian lihat keberkahan doa nabi kepadaku sampai-sampai saya
berharap setiap kali mengangkat batu, saya akan menemukan emas atau perak diriwayatkan
alBukhari diakhir hadits ini. Perintah nabi untuk mengadakan walimah dalam hadist di atas
tidak mengandung arti wajib, tetapi hanya sunnah menurut jumhur ulama, karena yang
demikian hanya tradisi, melanjutkan tradisi yang berlaku di kalangan arab sebelum Islam
dating. Pelaksanaan walimah masa lalu itu diakui oleh nabi untuk dilanjutkan dengan sedikit
perubahan dengan menyesuaikan dengan tuntunan Islam.

KESIMPULAN

Mahar adalah harta yang berhak didapatkan oleh seorang istri yang harus diberikan oleh sang
suami; baik karena akad maupun persetubuhan hakiki. Mahar merupakan suatu pemberian dalam

6
perkawinan dari mempelai lelaki kepada mempelai perempuan dan khusus menjadi harta miliknya
sendiri. Secara umum kata lain yang dipergunakan untuk mahar di dalam Al-Qur’an adalah “Ajr” (‫اجر‬
(berarti penghargaan serta hadiah yang diberikan kepada pengantin putri. Sesungguhnya “Ajr” (‫اجر‬
(adalah sesuatu yang diberikan dan tak dapat hilang. Kata “ Shadaqah” (‫( صداق‬juga dipergunakan di
dalam Al-Qur’an untuk menekankan pemberian/nafkah dalam kehidupan keluarga. Kata “Faridhah”
dalam Al-quran, yang secara harfiah adalah nafkah yang diwajibkan atau suatu bagian yang telah
ditekankan.
Islam tidak menetapkan jumlah besar atau kecilnya mahar, karena adanya perbedaan kaya
dan miskin, lapangan dan sempitnya rezeki. Selain itu tiap masyarakat mempunyai adat dan radisinya
sendiri, karena itu Islam menyerahkan masalah jumlah mahar itu berdasarkan kemampuan masing-
masing orang atau keadaan dan tradisi yang berlaku dalam keluarganya. Segala nash yang
memberikan keterangan tidaklah dimaksudkan kecuali untuk menunjukkan pentingnya nilai mahar
tersebut, tanpa melihat besar kecilnya jumlah. Jadi diperbolehkan memberi mahar misalnya dengan
sebuah cincin besi atau hanya mengerjakan beberapa ayat Al-Qur’an dan lain sebagainya, dengan
pesyaratannya sudah saling disepakatin oleh kedua belah pihak yang melakukan akad.
Dalam islam disunnahkan untuk meringankan dan mempermudah mahar. Islam menyeru
kepada seluruh pemimpin agar mempermudah pernikahan , sehingga kehormatan para pemuda
dan pemudi akan terjaga dengan baik.
Sebab munculnya hak dan kewajiban dalam keluarga ( suami istri),dalam agama islam
mengibaratkan keluarga seperti suatu lembaga yang berdiri diatas suatu kerjasama antara dua orang,
bahwa seorang laki-laki dan perempuan bersepakat untuk membina keluarga atau rumah tangga, maka
laki-laki dibebankan sebagai kepala keluarga atau rumah tangga yang harus siap menyediakan papan,
sandang, dan pangan bagi keluarganya, berbeda dengan perempuam yang tidak dibebankan tugas
laki-laki, karena perempuan harus mengurus anaknya. Penanggung jawab yang pertama dalam
kerjaama tersebut adalah suami.
Dari berbagai definisi diatas dapat di pahami bahwa walimah ursy merupakan perayaan
pengantin sebagai ungkapan rasa syukur atas pernikahannya, dengan mengajak sanak saudara beserta
masyarakat untuk ikut berbahagia dan menyaksikan peresmian pernikahan tersebut dan mendoakan
kedua mempelai sehingga mereka dapat menjalin keluarga yang di binanya yang pada akhirnya
terbentuklah keluarga yang sakinah mawadah dan warahmah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Ghazali, Fikih Munakahat (Seri Buku Daras). (Jakarta: KENCANA, 2015), 84.
Kosim, Fiqh Munahakat (dalam kajian filsafat hukum Islam dan keberdayaannya dalam politik hukum
ketatanegaraan Indonesia). (Depok: Rajawali Pers, 2019). 73
Syamsudin Ramadhan, Fikih Rumah Tangga,Bogor: CV. Idea Pustaka Utama ,2004, cet . I,h.65
Ahmad Mudjab Mahalli, Wahai Pemuda Menikahlah, Jogjakarta : Menara Kudus,2002, h. 148
Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Ensiklopedi Islam.... 921.
Mahmud Mahdi Al-Istanbuli, kado perkawinan .... 91
Muhammad Fauzil Adhim, Kupinang Engkau.... 193
Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974
amus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,1994), 500

Anda mungkin juga menyukai