Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MAHAR DALAM PERNIKAHAN DAN WALIMATUL URSY

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

MUHAMAD YUSUF (22222003)

MUH. YUSUF (22222009)

DINA WAHYUNI (22122079)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

KELAS B SEMESTER 3

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini dengan tepat
waktu.
Makalah ini berisikan tentang MAHAR DALAM PERNIKAHAN DAN WALIMATUL URSY.
Pada mata kuliah FIQIH MUAMALAH 1. Diharapkan Makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah pengetahuan bagi kita semua.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
makalah.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Kendari, 23 Oktober 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..
A. Latar Belakang………………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………..
C. Tujuan………………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..
A. Pengertian Mahar …………….……………………………………………………...
B. Pengertian Walimah…………………………………………………………………….
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap pernikahan pasti ada mahar dan selalu dibarengi dan walimatul ursy atau
acara pernikahan. Mahar merupakan suatu yang wajib diberikan oleh seorang calon
suami kepada seorang calon istri. Sedangkang acara resepsi pernikahan (walimah) sudah
dianggap lumrah dan membudidaya dikalangan masyarakat dimanapun berada. Hanya
saja cara dan pelaksanaannya berbeda sesuai dengan adat istiadat atau kebiasaan
masyarakat itu sendiri. Namun, tujuan dari walimah itu sama saja yaitu sebagai rasa
syukur atas kebahagiaan yang keluarga kedua mempelai rasakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mahar ?
2. Apa pengertian walimah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mahar.
2. Untuk mengetahui pengertian walimah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mahar
1. Pengertian Mahar dan Hukumnya
Mahar secara etimologi artinya maskawin. Secara terminologi, mahar
ialah pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati
calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon
suaminya. Atau suatu pemberian yang diwajibkan bagi calon suami kepada calon
istrinya, baik dalam bentuk benda maupun jasa (memerdekakan, mengajar, dan
lain-lain).
Pengertian mahar menurut syara’ adalah sesuatu yang wajib sebab nikah
atau bercampur atau keluputan yang dilakukan secara paksa seperti menyusui dan
ralat para saksi.
Islam sangat memperhatikan dan menghargai kedudukan seorang wanita
dengan memberi hak kepadanya, di antaranya adalah hak untuk menerima mahar
(maskawin). Mahar hanya diberikan oleh calon suami kepada calon istrinya,
bukan kepada wanita lain atau siapapun walaupun sangat dekat dengannya. Orang
lain tidak boleh menjamah apalagi menggunakannya, meskipun oleh suaminya
sendiri, kecuali dengan ridha dan kerelaan si istri. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Berikanlah maskawin kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian yang wajib, tetapi apabila istri itu dengan sukarela menyerahkannya
kepada kamu, makanlah pemberiannya itu dengan senang dan baik-baik.” (Q.S
An-Nisa: 4).
Imam Syafi’i mengatakan bahwa mahar adalah sesuatu yang wajib
diberikan oleh seorang laki-laki kepada perempuan untuk dapat menguasai
seluruh anggota badannya.
Jika istri telah menerima maharnya, tanpa paksaan dan tipu muslihat, lalu
ia memberikan sebagian maharnya maka boleh diterima atau tidak disalahkan.
Akan tetapi, bila istri dalam memberikan maharnya karena malu atau takut, maka
tidak halal menerimanya. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain,
sedangkan kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta
yang banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali darinya barang
sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan jalan tuduhan
yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata? (Q. S An-Nisa: 20)
Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:
Artinya: “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali padahal sebagian kamu
telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri. Dan mereka
(istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. (Q.S An-Nisa:
21).
Karena mahar merupakan syarat sahnya nikah, bahkan Imam Malik
mengatakannya sebagai rukun nikah, maka hukum memberikannya adalah wajib.
2. Syarat-Syarat Mahar
Mahar yang diberikan kepada calon istri harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Harta/ bendanya berharga. Tidak sah mahar dengan yang tidak berharga,
walaupun tidak ada ketentuan banyak atau sedikitnya mahar. Akan tetapi
apabila mahar sedikit tapu bernilai maka tetap sah.
b. Barangnya suci dan bisa diambil manfaatnya. Tidak sah mahar dengan
khamar, babi atau darah, karena semua itu haram dan tidak berharga.
c. Barangnya bukan barang ghasab. Ghasab artinya mengambil barang milik
orang lain tanpa seizinnya, namun tidak bermaksud untuk memiliknya
karena berniat untuk mengembalikannya kelak. Memberikan mahar
dengan barang hasil ghasab tidak sah, tetapi akadnya tetap sah.
d. Bukan barang yang tidak jelas keadannya. Tidak sah mahar dengan
memberikan barang yang tidak jelas keadannya, atau tidak disebutkan
jenisnya.

3. Kadar (ukuran) Mahar


Syariat islam tidak membatasi kadar maskawin yang diberikan suami
kepada istrinya. Agama menyerahkannya kepada masyarakat untuk
menetapkannya menurt adat yang berlaku dikalangan mereka, menurut
kemampuan. Nash Al-Qur’an Hadits hanya menetapkan bahwa maskawin itu
harus berbentuk dan bermanfaat tanpa melihat sedikit atau banyaknya.
Imam Syafi’i, Ahmad Ishaq, Abu Tsaur dan Fuqaha Madinah dari
kalangan tabi’in berbendapat bahwa bagi mahar tidak ada batas terendahnya.
Segala sesuatu yang dapat menjadi harga bagi sesuatu yang lain dapat dijadikan
mahar. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Ibnu Wahab dari kalangan pengikut
Imam Malik.
Sebagian fuqaha yang lain berpendapat bahwa mahar itu ada batas
terendahnya. Imam Malik dan para pengikutnya mengatakan bahwa mahar itu
paling sedikit ¼ dinar emas murni, atau perak seberat tiga dirham, atau bisa
dengan barang yang sebanding berat emas dan perak tersebut.
Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa paling sedikit mahar itu adalah
sepuluh dirham. Riwayat lain ada yang mengatakan lima dirham, adalagi yang
mengatakan empat puluh dirham.
Pangkal silang berpendapat ini kata Ibn Rusyd ada dua hal, yaitu:
1) Ketidakjelasan akad nikah itu sendiri antara kedudukannya sebagai salah
satu jenis pertukaran, karena yang dijadikan adalah kerelaan menerima
ganti, baik sedikit maupun banyak, seperti halnya dalam jual beli dan
kedudukannya sebagai ibadah yang sudah ada ketentuannya. Demikian itu
karena ditinjau dari segi bahwa dengan mahar itu laki-laki dapat memiliki
jasa wanita untuk selamanya, maka perkawinan itu mirip dengan
pertukaran. Tetapi ditinjau dari segi adanya larangan mengadakan
persetujuan untuk meniadakan mahar, maka mahar itu mirip dengan
ibadah.
2) Adanya pertentangan antara qiyas yang menghendaki adanya pembatasan
mahr dengan mafhum hadits yang tidak menghendaki adanya pembatasan.
Qiyas yang menghendaki adanya pembatasan adalah seperti pernikahan itu
ibadah, sedangkan ibadah itu sudah ada ketentuannya.
Mereka berpendapat bahwa sabda Rasulullah SAW, “carilah,
walaupun hanya cincin besi”, merupakan dalil bahwa mahar itu tidak
mempunyai batasan terendahnya. Karena jika memang ada batasan
terendahnya tentu beliau menjelaskannya.

4. Memberi Mahar Dengan Kontan atau Hutang


Dalam fiqih islam mahar dipandang sebagai hak yang wajib diberikan
kepada istri, hanya suami tidak harus segera menyerahkan mahar istrinya pada
saat suksesnya akad pernikahan. Akan tetapi, boleh menurut kesepakatan, apakah
tunai seluruhnya atau diutangkan seluruhnya atau dibayar tunai sebagian dan
diutangkan sebagian. Baik penangguhan itu dalam tempo yang dekat atau tempo
yang lama, baik penangguhan itu pada tanggal tertentu atau waktu terdekat dari
dua masa, yakni meninggal atau talak atau kredit bulanan atau tahunan, semuanya
bergantung pada kesepakatan. Jika mahar disebutkan secara mutlak dan keduanya
tidak ada kesepakatan apakah tunai atau diutangkan, keputusannya dikembalikan
kepada uruf pernikahan negeri itu.
Dalam hal penundaan pembayaran mahar (hutang) terdapat dua perbedaan
pendapat di kalangan ahli fiqh. Segolongan ahli fiqh berpendapat bahwa mahar itu
tidak boleh diberikan dengan cara dihutang keseluruhan.
Segolongan lainnya mengatakan bahwa mahar boleh ditunda
pembayarannya, tetapi menganjurkan agar membayar sebagian mahar di muka
manakala akan menggauli istri. Dan di antara fuqaha yang membolehkan
penundaan mahar (diangsur) ada yang membolehkannya hanya untuk tenggang
waktu terbatas yang ditetapkannya. Demikian pendapat Imam Malik. Ada juga
yang membolehkan karena atau perceraian, ini adalah pendapat Al Auza’I.
Perbedaan pendapat tersebut karena apakah pernikahan itu dapat disamakan
dengan jual beli dalam hal penundaan, atau tidak dapat disamakan dengannya.
Bagi fuqaha yang mengatakan bahwa disamakan dengan jual beli, mereka
berpendapat bahwa penundaan itu tidak boleh sampai terjadinya kematian atau
perceraian. Sedangkan yang mengatakan tidak dapat disamakan dengan jual beli,
mereka berpendapat bahwa penundaan membayar mahar itu tidak boleh dengan
alasan bahwa pernikahan itu merupakan ibadah.
5. Macam-Macamm Mahar
a. Mahar musamma
Mahar musamma yaitu mahar yang sudah disebut atau dijanjikan
kadar dan besarnya ketika akad nikah, atau mahar yang dinyatakan
kadarnya pada waktu akad nikah.
Ulama fiqh sepakat bahwa dalam pelaksanaannya, mahar
musamma harus diberikan secara penuh apabila:
1) Telah bercampur (bersenggama)
2) Salah satu dari suami istri meninggal. Demikian menurut ijma’.
Mahar musamma juga wajib dibayar seluruhnya apablia suami
telah bercampur dengan istri, dan ternyata nikahnya rusak dengan sebab-
sebab tertentu, seperti ternyata istri mahram sendiri, atau dikira perawan
ternyataa janda, atau hamil dari bekas suami lama. Akan tetapi, kalau istri
dicerai sebelum bercampur, hanya wajib dibayar setengahnya, berdasarkan
firman Allah SWT: “Jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum
bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah
menentukan maharnya maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah
kamu tentukan itu”. (Q.S An-Nisa: 237).
b. Mahar mistil
Mahar mistil yaitu mahar yang disebut besar kadarnya pada saat
sebelum atau sesudah ketika terjadi pernikahan. Atau mahar yang diukur
(sepadan) dengan pernah mahar yang pernah diterima oleh keluarga
terdekat, agak jauh dari tetangga sekiranya, dengan mengikat status sosial,
kecantikan dan sebagainya.
Bila terjadi mahar itu disebut besar kadarnya pada saat sebelum
ketika terjadi pernikahan, maka mahar itu mengikuti maharnya saudara
perempuan pengantin wanita (bibi, bude, anak perempuan bibi/bude).
Apabila tidak ada, maka mistil itu beralih dengan ukuran wanita lain yang
sederajat dengan dia.
Mahar mistil juga juga terjadi dalam keadaan sebagai berikut:
1) Apabila tidak disebutkan kadar mahar dan besarnya ketika
berlangsung akad nikah, kemudian suami telah bercampur dengan
istri, atau meninggal sebelum bercampur.
2) Jika mahar musamma belum dibayar sedangkan suami telah
bercampur dengan istri dan ternyata nikahnya tidak sah.

B. Walimah
1. Pengertian Walimah
Walimah artinya Al-Ja’mu = kumpul, sebab antara suami dan istri
berkumpul. Walimah berasal dari kata arab artinya makanan pengantin.
Maksudnya adalah makanan yang disediakan khusus dalam acara pesta
perkawinan. Bisa juga diartikan sebagai makanan untuk tamu undangan atau
lainnya. Walimah diadakan ketika acara akad nikah berlangsung, atau
sesudahnya, atau ketika hari perkawinan (mencampuri istrinya) atau sesudahnya.
Bisa juga diadakan tergantung adat dan kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat.

2. Kedudukan Hukum
a) Dasar Hukum Walimah
Jumhur ulama sepakat bahwa mengadakan walimah itu hukumnya
sunnah mua’kad. Hal ini didasarkan hadits Rasulullah SAW yang artinya:
“Dari Annas, ia berkata , “Rasulullah SAW, mengadakan walimah dengan
seekor kambing untuk istri-istrinya dan untuk Zainab”. (HR Bukhari dan
Muslim).
 Hadits Rasulullah SAW yang artinya:
“Dari Buraidah, ia berkata, “Ketika Ali melamar Fatimah,
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya untuk pesta
perkawinan harus ada walinya". (HR. Ahamd).
 Hadits Rasulullah SAW yang artinya:
“Annas ra berkata, “Rasulullah SAW, tidak pernah mengadakan
walimah bagi istri-istrinya, juga bagi Zainab”. Beliau menyuruh
aku, lalu aku memanggil orang atas nama beliau. Kemudia beliau
hidangkan kepada mereka roti dan daging sampai mereka
kenyang”. (Al-Hadits).
Beberapa hadits tersebut diatas menunjukkan bahwa walimah itu boleh
diadakan dengan makanan apa saja sesuai kemampuan. Hal itu ditunjukkan oleh
Nabi SAW, bahwa perbedaan-perbedaan dalam mengadakan walimah oleh beliau
bukan membedakan atau melebihkan salah satu dari yang lain, tetapi semata-mata
disesuaikan dengan keadaan ketika sulit atau lapang.

b) Hukum Mengahadiri Undangan Walimah


Untuk menunjukkan perhatian, memeriahkan, dan
menggembirakan orang yang mengundang, maka orang yang diundang
walimah wajib mendatanginya. Adapun wajibnya mendatangi undangan
walimah, apabila;
1) Tidak ada uzur syar’i
2) Dalam walimah itu tidak ada atau tidak digunakan untuk perbuatan
munkar
3) Yang diundang baik dari kalangan orang kaya maupun miskin.
Dasar hukum wajibnya mendatangi undang walimah adalah hadits
Nabi SAW, sebagai berikut yang artinya: ”Dari Ibnu Umar, bahwa
Rasulullah SAW, telah bersabda, “jika salah seorang di antaramu
diundang kewalimahan, hendaklah ia datangi”. (HR. Bukhari)
 Hadits Nabi SAW yang artinya:
“Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi SAW bersabda, “andaikan
aku diundang untuk makan kambing, niscaya saya datangi, dan
andaikata aku dihadiahi kaki depan kambing, niscaya aku terima”.
(HR. Bukhari).
Jika undangan itu bersifat umum, tidak tertuju kepada orang-orang
tertentu, maka tidak wajib mendatangi, tidak juga sunnah. Misalnya orang
yang mengundang berkata, :Wahai orang banyak! Datangilah walimah
saya, tanpa menyebut orang tertentu, atau dikatakan, “Undanglah setiap
orang yang kamu temui”.
 Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya:
“Anas berkata, “Nabi SAW, menikah lalu masuk bersama istrinya.
Kemudian ibuku membuat kue untuk Ummu Salamah, lalu
menempatkannya pada bejana. Lalu ia berkata, “Wahai saudaraku,
bawalah ini kepada Rasulullah SAW, lalu aku bawa kepada beliau,
maka sabdanya, “Letakkanlah.” Kemudia sabdanya lagi,
“Undanglah si Anu dan si Anu, dan orang-orang yang kau temui”.
Lalu saya undang orang-orang yang disebutkan dan saya temui.”
(HR. Muslim).
Ada yang berpendapar bahwa hukum menghadiri undangan adalah wajib
kifayah. Dan ada juga yang berpendapat hukumnya sunnah. Akan tetapi, pendapat
pertamalah yang lebih jelas. Adapun hukum mendatangi undangan selain
walimah, menurut jumhur ulama adalah sunnah muakad. Sebagian golongan
Syafi’I berpendapat wajib. Akan tetapi, Ibnu Hazm menyangkal bahwa pendapat
ini dari jumhur sahabat dan tabi’in, karena hadits-hadits di atas memberikan
pengertian tentang wajibnya menghadiri undangan, baik undangan maupun
walinya.
Secara rinci undangan itu wajib didatangi, apabila memenuhi syarat
sebagai berikut:
 Pengundangannya mukallaf, merdeka dan berakalh sehat.
 Undangannya tidak dikhususkan kepada orang-orang kaya saja,
sedangkan orang miskin tidak.
 Undangan tidak ditujukan hanya kepada orang yang disenangi dan
dihormati.
 Pengundangannya beragama islam (pendapat yang lebih sah).
 Khusus pada hari pertama (pendapat yang lebih terkenal).
 Belum didahului oleh undangan lain. Kalau ada undangan lain,
maka yang pertama harus didahulukan.
 Tidak ada kemungkaran dan hal-hal yang menghalangi
kehadirannya.
 Yang diundang tidak ada uzur syar’i.
Memperhatikan syarat-syarat tersebut, jelas bahwa apabila walimah dalam
pesta perkawinan hanya mengundang orang-orang kaya saja, maka hukumnya
adalah makruh.

3. Hikmah Walimah
Diadakannya walimah dalam pesta perkawinan mempunyai beberapa
keuntungan (hikmah), antara lain sebagai berikut:
1) Merupakan rasa syukur kepada Allah SWT.
2) Tanda penyerahan anak gadis kepada suami dari kedua orang tuanya.
3) Sebagai tanda resminya adanya akad nikah.
4) Sebagai tanda memulai hidup baru bagi suami isteri.
5) Sebagai realisasi arti sosiologis dari akad nikah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam sangat memperhatikan dan menghargai kedudukan seorang wanita dengan
memberi hak kepadanya, diantaranya adalah hak untuk menerima mahar (maskawin).
Mahar hanya diberikan oleh calon suami kepada calon istri, bukan kepada wanita lain
atau siapapun walaupun sangat dekat dengannya.
Walimah diadakan ketika akad nikah berlangsung, atau sesudahnya, atau ketika
hari perkawinan (mencampuri istrinya) atau sesudahnya. Bisa juga diadakan tergantung
adat dan kebiasaan adat yang berlaku dalam masyarakat. Jumhur ulama sepakat bahwa
mengadakan walimah itu hukumnya sunnah mua’kad. Untuk menunjukkan perhatian,
memeriahkan, dan menggembirakan orang yang mengundang, maka orang yang
diundang walimah wajib mendatanginya.

B. Saran
Demikian makalah ini yang dapat kami sajikan, kami berharap makalah ini dapat
berkembang dengan berjalannya diskusi yang akan dijalankan oleh teman-teman. Kurang
lebihnya kami mohon maaf, untuk itu kepada para pembaca mohon kritik dan saran yang
bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Munakahat, (Amzah: Jakarta, 2009), hlm

175

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Munakahat, Jakarta: Amzah, 2009

Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Kencana: Jakarta, 2010), hlm 84

Abdul rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Jakarta: kencana, 2010

Abdul rahman Ghozali, op.cit, hlm, 85

H.S.A Al-Hamdani, Risalah Nikah (Hukum Perkawinan Islam), Jakarta: Pustaka

Amani, 2002

Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah Juz 7. 1999

Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009,

Anda mungkin juga menyukai