Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH HUKUM ISLAM

Masalah Khulu’ dan Masalah Li’an

DALAM RANGKA UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH HUKUM ISLAM

OLEH DOSEN PENGAMPU: Matroni, M.Hum

Oleh Kelompok 9 :

Amalia Nabiela

Asroful Maghfur

Arif Rahman

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

(STKIP PGRI SUMENEP)

TAHUN AKADEMIK 2022-2023


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah mata kuliah
Hukum Islam oleh dosen pengampu bapak Matroni, M.Hum yang berjudul “Masalah Khulu’
dan Masalah Li’an” ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan suatu manfaat yang besar sekaligus
juga dapat menambah pengetahuan atau pun wawasan para pembaca. Sehingga dapat membantu
pada saat proses belajar mengajar di dalam kelas. Namun terlepas dari itu semua, kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Sumenep, 27 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I .................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................... 1

BAB II ................................................................................................................................ 2

PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2

A. Pengertian Khulu’ dan Li’an ............................................................................... 2


B. Syarat dan Rukun ................................................................................................. L

BAB III............................................................................................................................... 5

PENUTUP.......................................................................................................................... 5

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 5

DAFTAR PUSTKA........................................................................................................... 6

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya perkawinan itu dilakukan untuk waktu selamanya sampai matinya salah
seorang suami istri. Inilah sebenarnya yang dikehendaki islam. Namun dalam keadaan tertentu
terdapat hal-hal yang menghendaki putusnya perkawinan itu dalam arti bila hubungan
perkawinan tetap dilanjutkan, maka kemudaratan akan terjadi. Dalam hal ini Islam membenarkan
putusnya perkawinan sebagai langkah terakhir dari usaha melanjutkan rumah tangga. Putusnya
perkawinan dengan begitu adalah suatu jalan keluar yang baik.

Adapun salah satu faktor terjadinya perselisihan antara suami isteri Adalah khulu’dan li’an.
Pembahasan selanjutnya yaitu mengenai khulu’dan li’an.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud khulu’ dan li’an?
2. Apa saja syarat dan rukun khulu’dan li’an?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian khulu’ dan li’an.
2. Untuk mengetahui syarat dan rukun khulu’dan li’an.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Khulu dan Lian


a. Khulu’

Khulu’ menurut etimologi berasal dari kata “Al-Khul’u” yang berarti


menanggalkan pakaian,melepaskan pakaian, karena suami istri ibarat pakaian satu sama
lainnya, sebagaimana telah dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an. Sedangkan menurut
terminolog fiqih ialah tuntutan cerai yang diajukan istri dengan pembayaran ganti rugi
darinya, atau dengan kata lain istri memisahkan diri dari suaminya dengan ganti rugi
kepadanya. Dalam bahasa Indonesia juga dipakai istilah talak tebus, yaitu perceraian atas
permintaan pihak perempuan dengan membayar sejumlah uang atau mengembalikan
maskawin yang diterimanya.

Khulu’ adalah perceraian antara suami isteri dengan harta kompensasi yang
diberikan isteri kepada suaminya. Khulu’ disebut juga fidyah atau tebusan, karena isteri
meminta cerai kepada suaminya dengan membayar sejumlah tebusan kepada suaminya
sebagai kompensasi agar suami menceraikannya. Pada zaman jahiliyah hak cerai berada
di tangan laki-laki (suami) at-talaaqu bi al-rajuli, lalu kemudian di zaman Rasul Saw.
perempuan sudah mendapatkan hak untuk mengajukan perceraian pada suaminya, yang
dikenal dengan khulu’.

b. Li’an

Secara etimologi li’an berasal dari bahasa Arab, La’ana bentuk mashdar dari
susunan fi’il (kata kerja) ‫لعن‬- ‫ لعنَي‬- ‫ لعان‬yang berarti jauh dan laknat atau kutukan. Li’an
dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan “sumpah seorang suami dengan tuduhan
bahwa isterinya berzina, sebaliknya isterinya juga bersumpah dengan tuduhan bahwa
suaminya bohong (masing-masing mengucapkannya empat kali, sedangkan yang kelima
mereka berikrar bersedia mendapat laknat Allah jika berdusta) sehingga suami isteri
bercerai dan haram menikah kembali seumur hidup”. Li’an dalam Ensiklopedi Hukum
Islam didefinisikan jauh dari nikmat Allah.

2
Menurut istilah Hukum Islam, li’an adalah sumpah yang diucapkan oleh suami
ketika ia menuduh istrinya berbuat zina dengan empat kali kesaksian bahwa ia termasuk
orang yang benar dalam tuduhannya, kemudian pada sumpah kesaksian kelima disertai
persyaratan bahwa ia bersedia menerima laknat Allah jika ia berdusta dalam tuduhannya
itu.

B. Syarat dan Rukun


➢ Khulu’

Khulu’ dianggap sah dan jatuh apabila telah memenuhi beberapa unsur,
diantaranya rukun dan syarat. Adapun dalam setiap rukun khulu’ mempunyai syarat yang
masing-masing harus ada pada rukun tersebut. Sesuai dengan akibat daripada khulu’
adalah sebagai talak ba’in, Sehingga suami tidak diperbolehkan meruju’ kembali, kecuali
setelah mantan istri dan mantan suami mengadakan pernikahan lagi melalui proses akad
nikah yang baru. Adapun Syarat dan rukun dari khulu’ itu ada 5, menurut Abdur Rahman
al-Juzairi yaitu:

a. Seseorang yang wajib baginya tebusan ( menebus ), ialah seseorang yang wajib
harta atasnya, adapun seseorang tersebut istri atau selain istri.
b. Kemaluan, ialah kemaluan istri yang dimiliki suami untuk bersenang-senang
dengan kemaluan itu, yaitu kemaluan istri jika suami mentalak istrinya dengan
talak bain maka hilanglah kepemilikan suami atas kemaluan istri.
c. Al-Iwadh (tebusan) dengan syarat harta tersebut tidak berbahaya, suci dan milik
sah (bukan ghasab).Iwadh yaitu sesuatu uang tebusan atau barang ganti rugi yang
diberikan istri kepada suami agar suami mau menceraikan istrinya.
d. Az-Zauju (suami) dengan syarat orang tersebut sudah cakap untuk melakukan
talak, seperti tidak bodoh, berakal dan baligh.
e. Sighat
Adapun syarat khulu’menurut Abdur Rahman al-Juzairi ada 3, ialah:
a. Disyaratkan pada tiap-tiap orang yang wajib atasnya ’iwad, yaitu orang yang ahli
menasarufkannya, adapun orang yang wajib atasnya ’iwadh harus tergolong orang

3
yang memiliki hak untuk menjatuhkan talak, dan orang tersebut berakal,
mukallaf, rasyid. Tidak sah bagi kanak-kanak wanita, gila, atau safih mengkhulu’
suaminya dengan harta.
b. ’Iwadh khulu’, ada beberapa syarat, diantaranya ’iwad adalah harta yang
berharga, maka tidak sah khulu’dengan sesuatu yang tidak ada harganya, seperti
sebiji dari gandum. Dan barang harus barang yang suci yang dapat dimanfaatkan,
maka tidak sah (’iwadh) dengan khamar, babi, bangkai dan darah. Sah
khulu’dengan harta, baik berupa uang, tunai atau hasil pertanian, atau mahar.
Atau dengan memberi nafkah, atau upah menyusui, atau mengasuh anak.
c. Tidak dapat khulu’ tanpa sighat, tidak sah khulu’ dengan cara pemberian, seperti
ucapan :khulu’lah saya dengan itu, maka suami berkata kepada istri saya
khulu’engkau atas itu, maka ijab dan qabul tidak menyertai hal itu, adapun
perbuatan demikian tidaklah jatuh khulu’dan perbuatan tersebut tergolong talak.
➢ Li’an

Disyariatkannya li’an adalah untuk menjaga hubungan suci antara anak dengan
bapaknya (nasab) sehingga keturunannya menjadi jelas dan tidak kacau serta tidak ada ke
ragu-raguan. Dalam melakukan li’an suami tidak boleh hanya berdasarkan desas-desus,
fitnahan, atau tuduhan dari orang rang lain. Dalam hukum Islam, terdapat beberapa rukun
dan syarat li’an. Adapun rukun li’an ialah,

1. Suami tidak akan jatuh li’an apabila yang menuduh zina atau yang
mengingkari anak itu laki-laki lain yang tidak mempunyai ikatan
pernikahan (bukan suaminya).
2. Istri, tidak akan jatuh li’an apabila yang dituduh tersebut bukan istrinya.
3. Shighat atau lafadz li’an, yaitu lafadz yang menunjukkan tuduhan zina
atau pengingkaran kandungan kepada istrinya.

Adapun syarat wajib li’an ialah,

1. Syarat kembali kepada suami istri, ialah syarat yang kembali pada kedua
belah pihak yaitu suami istri adalah,
a. perkawinan yang sah (utuh)

4
b. Merdeka, baligh, berakal, Islam, dapat berbicara, dan tidak adanya
hukuman had zina.
2. Syarat yang kembali kepada penuduh (suami)
Li’an diperbolehkan dan dianggap sah jika penuduh (suami), tidak bisa
menunjukkan bukti atas perzinahan yang ia tuduhkan pada istrinya.
3. Syarat yang kembali kepada tertuduh (istri), adapun syarat yang kembali
kepada tertuduh, yaitu:
a. Adanya pengingkaran istri terhadap perbuatan zina yang
dituduhkan kepadanya, sehingga apabila istri mengaku
telah berbuat zina, maka li’an tidak wajib dilakukan. Akan
tetapi yang wajib dilakukan adalah hukuman had zina
kepada istri.
b. Kehormatan dirinya terjaga dari perbuatan zina.
3. Syaratkembali kepada tuduhan
Syarat yang kembali kepada tuduhan adalah sebagai berikut:
a. Tuduhan zina harus diucapkan dengan jelas, seperti ucapan suami
kepada istrinya “Hai wanita yang berzina”, tetapi apabila tuduhan
diucapkan dengan kata-kata sindiran, maka Li’an tidak dapat
dilaksanakan seperti penuduh dalam uduhannya mengganti kata
zina dengan kata liwath.
b. Li’an hanya ada di negara Islam. Li’an tidak dapat dilaksanakan
apabila tuduhan tersebut dilaksanakan diluar negara Islam, karena
wilayah kekuasaan pengadilan tersebut hanya meliputi di mana
pengadilan itu berada yang mana hukum itu dapat berlaku.
c. Li’an terjadi di hadapan qadhi atau wakilnya, karena Nabi Saw.
Memerintahkan Hilal bin Umayyah untuk memanggil istrinya ke
hadapan beliau dan saling melakukan li’an dihadapan beliau.

5
.

BAB III

PENUTUP

B. Kesimpulan
Khulu’ itu merupakan perceraian dengan kehendak istri.Hukumnya
menurut jumhur ulama adalah boleh atau mubah.Dasar dari kebolehannya
terdapat dalam Al-Qur’an dan terdapat pula dalam hadits Nabi; telah berlaku
secara umum baik sebelum datangnya Nabi atau sesudahnya. Adapun dasarnya
dari Al-Qur‟an adalah firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 229.
Li’an adalah sumpah yang diucapkan oleh suami ketika ia menuduh
istrinya berbuat zina dengan empat kali kesaksian bahwa ia termasuk orang yang
benar dalam tuduhannya, kemudian pada sumpah kesaksian kelima disertai
persyaratan bahwa ia bersedia menerima laknat Allah jika ia berdusta dalam
tuduhannya itu. Khulu’dan li’an juga mempunyai beberapa syarat dan rukun
seperti halnya yang sudah dijelaskan diatas.

6
DAFTAR PUSTAKA

Basri, Rusdaya. 2020. Fikih Munakahat 2. Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press.

https://an-nur.ac.id/talak-khulu-syiqaq-fasakh-ila-zihar-dan-lian/

https://www.abusyuja.com/2020/12/khulu-pengertian-hukum-sebab-rukun-dan-
ucapan.html?m=1

https://www.pa-blitar.go.id/informasi-pengadilan/164-penyelesaian-perceraian-dengan-khulu-
dan-akibat-hukumnya.html

Anda mungkin juga menyukai