“WALI ADHAL”
Dosen Pengampu :
Dr. H. Aldam,S.Ag.,SPd.I.,M.H.I
Di susun Oleh :
Kelompok 14
1444 H/2023 M
KATA PENGANTAR
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Selain untuk menambah
salah satu tugas mata kuliah Hukum Acara Peradilan. Makalah ini membahas
tentang “Wali Adhal” ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada teman
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui maka dari itu kami
mohon saran dan kritik yang membangun dari teman-teman maupun dosen guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Kelompok 14
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………...…………………........ 2
DAFTAR ISI………………………………………………………………...... 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...... 4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………... 5
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………........ 6
A. Kesimpulan…………………………………………………......…....... 11
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….... 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
kebutuhan biologis semata tetapi lebih dari itu merupakan sunnah Rasul yaitu
dan wanita yang diakui sah, melainkan sebagai pelaksana proses kodrat hidup
manusia. Dalam Islam perkawinan adalah suatu perjanjian yang suci antara
bahagia. Perkawinan itu adalah suatu akad (perjanjian) yang suci untuk hidup
sebagai suami istri yang sah, membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.
21 yang berbunyi :
ََّومِنْ ءَايََٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ َأزْوََٰجًا لِّتَسْكُنُو ٓٓآ إِلَيْهَا َو َجعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً َورَحْمَةً ٓ إِن
َفِى َٰذَلِكَ لَءَايََٰتٍ ِّلقَ ْومٍ يََتفَكَّرُون
Artinya :
1
Kementerian Agama Republik Indonesia, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
(Bandung, 2016), h. 21
4
Orang tua sebagai wali nikah yang sah bagi pihak perempuan seharusnya
berpihak pada tujuan dari perkawinan yang positif sesuai dengan kehendak
anaknya dan menjadi wali akad nikah anaknya, sehingga tujuan dari perkawinan
tersebut dapat tercapai. Selain itu wali dalam perkawinan merupakan kewajiban
yang harus dipenuhi oleh calon mempelai wanita yang bertindak menikahkan
Dalam masalah keberadaan wali ada kalanya orang yang berhak menjadi
wali enggan untuk menikahkan anaknya karena beberapa alasan. Beberapa alasan
buruk, calon mempelai belum memiliki penghasilan yang cukup, ada juga alas an
wali yang menganggap bahwa calon mempelai laki-laki tidak sekufu (sepadan),
bahkan ada juga wali enggan menikahkan karena harus terpenuhinya syarat-syarat
Dalam agama Islam, sistem perwalian atau wali adalah salah satu
yang rentan atau tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Salah satu
bentuk perwalian ini adalah wali adhal, yang khusus ditujukan untuk orang-orang
yang tidak dapat melindungi diri mereka sendiri secara efektif. Wali adhal
B. Rumusan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kata ‘adhal menurut bahasa (etimologi) berasal dari Bahasa Arab yaitu:
عضل-يعضل-عضال. Sedangkan menurut istilah wali adhal ialah wali yang enggan
atau menolak. Maksudnya seorang wali yang enggan atau menolak tidak mau
menikahkan atau tidak mau menjadi wali dalam perkawinan anak perempuannya
Adapun menurut para ulama, definisi wali adhal adalah penolakan wali
untuk menikahkan anak perempuannya yang berakal dan sudah baligh dengan
laki-laki yang sepadan dengan perempuan itu. Jika perempuan tersebut telah
Jika wali tidak mau menikahkan, harus dilihat dulu alasannya, apakah
alasan syar‟i atau alasan tidak syar‟i. Alasan syar‟i adalah alasan yang
dibenarkan oleh hukum syara‟, misalnya anak gadis wali tersebut sudah dilamar
orang lain dan lamaran ini belum dibatalkan, atau calon suaminya adalah orang
kafir, atau orang fasik (misalnya pezina dan suka mabuk), atau mempunyai cacat
tubuh yang menghalangi tugasnya sebagai suami, dan sebagainya. Jika wali
menolak menikahkan anak gadisnya berdasarkan alasan syar‟i seperti ini, maka
wali wajib ditaati dan kewaliannya tidak berpindah kepada pihak lain (wali
hakim).4
2
Indra Fani, Analisis Putusan Mengenai Perkara Peralihan Perwalian Dari Wali Nasab
Kepada Wali Hakim Karena Wali Adhal, (Makassar: Skripsi Universitas Hasanuddin Makassar,
2014), h. 28.
3
Wahbah al Zuhaili, al Fiqh al Islam wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 470.
4
Jurnal Munakahat Vol 2 No 1 Maret 2005, http://kuakalideres.blogspot.com /2009/12/
pernikahanTanpa Restu Wali, diakses pada tanggal 20 Juni 2023.
6
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa wali dinyatakan adhal
apabila:
a. Wali tidak mau menikahkan wanita itu dengan laki-laki yang sekufu
tidak,
b. Wali ingin menikahkan wanita itu dengan lelaki pilihannya yang sepadan
dengan wanita itu, sedang wanita yang bersangkutan meminta walinya supaya
dinikahkan dengan pilihan seorang laki-laki yang seimbang (sekufu) dan walinya
berkeberatan tanpa alasan yang jelas maka hakim berhak menikahkannya setelah
ternyata bahwa keduanya telah sekufu dan setelah memberi nasehat kepada wali
Agama, agar pengadilan memeriksa dan menetapkan adhalnya wali.Jika ada wali
adal, maka wali hakim baru dapat bertindak melaksanakan tugas sebagai wali
Pada dasarnya untuk menjadi hak wali didalam perkawinan ada di tangan
wali aqrab, atau orang yang mewakili wali aqrab atau orang yang diberi wasiat
untuk menjadi wali. Hanya untuk wali aqrab saja yang berhak menikahkan
5
Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedia Hukum Islam Cet. I (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1993), h. 1340
6
Abdul Rahman, Perkawinan Dalam Syariat Islam (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
h. 26
7
Dengan demikian ia berhak melarang perkawinannya dengan seorang
apabila sebab yang dapat diterima, misalnya calon suami tidak sekufu atau karena
si perempuan sudah dipinang oleh orang lain lebih dahulu, atau jelek akhlaknya,
hal-hal ini wali aqrab adalah orang yang berhak menjadi wali dan haknya tidak
Mengenai masalah wali yang adhal ada beberapa dasar hukum yang dapat
َوإِذَا طََّلقْتُمُ ٱلنِّسَا ٓٓ َء فَبََلغْنَ َأجَلَهُنَّ فَلَا َت ْعضُلُوهُنَّ أَن يَن ِكحْنَ َأزْ َٰوَجَهُنَّ إِذَا تَرََٰضَوْآ بَيْنَهُم
ِْبٱلْ َمعْرُوفِ ٓ َٰذَلِكَ يُو َعظُ بِهِۦ مَن كَانَ مِنكُمْ يُ ْؤمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلْيَ ْومِ ٱلْءَاخِرِ ٓ َٰذَلِكُمْ أَزْكَىَٰ لَكُم
ََوأَطْهَرُ ٓ َوٱللَّهُ َيعْلَ ُم َوأَنتُمْ لَا َتعْلَمُون
Terjemahnya :
kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui,
laki laki dalam melamar seorang janda dan ingin menikahinya, pada saat itu
itu untuk melangsungkan pernikahan. Begitupun dengan seorang gadis yang ingin
7
Al Hamdani, Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam (Jakarta: Pustaka Amani, 2002) h.
12.
8
Kementerian Agama Republik Indonesia, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an
(Bandung, 2016), h. 37
8
menikah, wali tidak boleh menghalangi-halangi seorang gadis yang ingin
Sedangkan Dasar Hukum wali adhal juga diatur dalam Kompilasi Hukum
a. Wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah apabila wali nasab tidak
ada atau tidak mungkin menghadirkannya atau tidak diketahui tempat tinggalnya
b. Dalam hal wali adhal atau enggan maka wali hakim baru dapat bertindak
sebagai wali nikah setelah ada putusan pengadilan Agama tentang wali tersebut.
Jadi wali Hakim dapat bertindak menggantikan wali nasab atau aqrab, setelah ada
Adapun sebab berpindahnya hak perwalian dari wali nasab ke wali hakim
menurut Kompilasi Hukum Islam yang merujuk pada pendapat Imam Syafi‟i
yaitu sebagai berikut: (1) Tidak ada wali nasab; (2) Wali mafqud artinya tidak
tentu keberadaannya, atau wali yang sederajat dengan dia tidak ada; (3) Wali
perwaliannya. Hal ini terjadi apabila yang kawin adalah seorang perempuan
dengan Saudara laki-laki sepupunya, kandung atau seayah; (4) Wali nasab
bepergian jauh (masafatul qosri) atau tidak ada di tempat tetapi tidak memberi
kuasa kepada wali yang lebih dekat yang ada; (5) Wali nasab sedang berihram
haji/ umrah; (6) Wali berada dalam penjara atau tahanan yang tidak boleh
dijumpai, atau (7) Wali nasab tidak diketahui alamatnya atau ghaib; (8) Wali
nasab tawaro’ (sembunyi untuk menghindari perkawinan); (9) Wali adhol, artinya
9
Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Pedoman Fiqh Munakahat, (Jakarta: Cemerlang,
2000), h. 20.
9
Secara materil undang-undang perkawinan tidak mengatur secara jelas
tentang ketentuan wali hakim namun PMA Nomor 2 tahun 1987 tentang wali
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kata ‘adhal menurut bahasa (etimologi) berasal dari Bahasa Arab yaitu:
tidak mau menikahkan atau tidak mau menjadi wali dalam perkawinan anak
2. Dasar hukum wali adhal terdapat pada surah Al-Baqarah ayat 232. Dan KHI
a. Wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah apabila wali nasab
tidak ada atau tidak mungkin menghadirkannya atau tidak diketahui tempat
b. Dalam hal wali adhal atau enggan maka wali hakim baru dapat bertindak
sebagai wali nikah setelah ada putusan pengadilan Agama tentang wali
tersebut. Jadi wali Hakim dapat bertindak menggantikan wali nasab atau
aqrab, setelah ada penetapan dari pengadilan agama tentang keadhalan wali.
11
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an. Bandung.
Insani.
Dahlan. (1993). Ensiklopedia Hukum Islam. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeye.
Dari Wali Nasab Kepada Wali Hakim Karena Wali Adhal. Makassar: Skripsi
Pustaka Amani.
Cipta.
12