OLEH:
KELOMPOK 1
1. ANANTA SAADATUL FAJRI
2. NURUL HIDAYAH
3. M YAS’UN KHAIR
4. M IQBAL MAULANA
Assalamualaikum wr wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan manusia sebagai pemimpin didunia
untuk dikelola sesuai dengan ketentuan ketentuan yang ditetapkannya. Dan kedua kalinya
shalawat serta salam kita hadiahkan kepada pahlawan revolusioner sejati yaitu nabi
Muhammad SAW mudah-mudahan diakhirat nanti kita mendapat safa’at beliau.
Makalah ini ditulis sebagai bagian dan persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah
Komputer Pembelajaran di Fakultas Ilmu Pendidikan dalam bidang pendidikan. Dalam
makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, maka dari itu kritik dan
saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Nikah menurut Empat Mazhab?
2. Bagaimana perbedaan hukum, syarat dan rukunnya nikah antara empat mazhab tersebut?
3. Apa saja perempuan-perempuan yang haram dinikahi dan bagaimana hukumnya menikahi
mertua yang fasid itu?
1[1]http://www.rizkyonline.com/barat/pengertian-nikah-menurut-empat-mazhab.html#ixzz2fnoeGoqJ
5[5]Ponpes.. Ibid,hal.6-7.
e. Mubah
Hukum menikah menjadi mubah apabila ia menikah hanya semata-mata menuruti
keinginan syahwatnya saja.
4. Versi Imam Hambali
a. Wajib
Hukum menikah menjadi wajib aoabila ada kehawatiran berbuat zina bila tidak
menikah, baik dia mampu menanggung biayanya (mahar dan nafkah) maupun tidak.
b. Haram
Hukum menikah menjadi haram apabila menikah di tempat yang sedang terjadi
peperangan.
c. Sunnah
Hukum nikah menjadi sunnah apabila seseorang berkeinginan menikah, dan juga ia
tidak hawatir berzina andaikan tidak menikah.
d. Mubah
Hukum menikah menjadi mubah apabila seseorang tidak berkeinginan menikah.6[6]
Ø RUKUN DAN SYARAT NIKAH
Rukun adalah sesuatu yang harus ada, dan juga merupakan bagian integral dari suatu
ibadah ataupun mu’amalah.
Adapun syarat adalah sesuatu yang harus ada, tetapi tidak termasuk integral dari suatu
ibadah ataupun mu’amalah, seperti adanya dua saksi dalam nikah menurut mazhab Hanafi.
Berikut adalah rukun dan syarat nikah menurut madzahib al arba’ah.
· Versi Imam Hanafi
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki
- Pihak perempuan
- Dua saksi
· Versi Imam Maliki
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki
- Pihak Perempuan
6[6] Ibid,hal.8-9
- Mahar
- Dua saksi
· Versi Imam Syafi’i
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki
- Pihak perempuan
- Dua saksi
· Versi Imam Hambali
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki dan pihak perempuan tertentu
- Perempuan dan laki-laki saaling ridlo
- Dua saksi.7[7]
10[10]http://anneheira.blogspot.com/ketentuan -dalam-acara-pernikahan-html.com/info-unik-
seputar-nikah
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengertian nikah yaitu melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara
seorang laki-laki dan perempuan untuk menghalalkanhubungan kelamin antara dua belah
pihak, dengan rasa sukarela dan keridhoan kedua belah pihak untuk mewujudkan suatu
kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputu rasa kasih sayang.
2. Hukum, rukun dan syarat nikah
a. Hukum nikah.
ü Hukum nikah menurut mazhab hanafi
- Wajib
- Sunnah muakkadah
- Haram
- Makruh takrim
- Mubah
ü Versi Maliki
- Wajib
- Haram
- Sunnah
- Mubah
ü Versi Syafi’i
- Wajib
- Sunnah
- Haram
- Makruh
- Mubbah
ü Versi Hambali
- Wajib
- Sunnah
- Haram
- Mubah
b. Rukun dan syarat nikah
· Versi Imam Hanafi
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki
- Pihak perempuan
- Dua saksi
· Versi Imam Maliki
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki
- Pihak Perempuan
- Mahar
- Dua saksi
· Versi Imam Syafi’i
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki
- Pihak perempuan
- Dua saksi
· Versi Imam Hambali
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki dan pihak perempuan tertentu
- Perempuan dan laki-laki saaling ridlo
- Dua saksi
3. Masalah Wanita Yang Tidak Sah Untuk Dinikahi Dan Mertua Dalam Nikah Yang Fasid
a. Masalah wanita yang tidak sah untuk dinikahi
Sebab yang menjadikan haram untuk menikah seseorang dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
- Sebab yang berakibat pada haram untuk dinikahi untuk selamanya.
- Sebab yang berakibat haram secara temporer (haram dalam jangka waktu, sementara), yakni
selama sebab itu masih ada.
b. Mertua dalam nikah yang fasid
Akibat dari sebuah akad pernikahan yang fasid dan istri belum dijima’ tidak
menyebabkan haram untuk menikahi seorang mertua. Dengan demikian, ketika seorang laki-
laki menikahi seorang perempuan akan tetapi akad nikahnya tidak sah, maka tidak haram
bagi laki-laki tersebut untuk menikahi ibu perempuan yang ia nikahi dengan akad nikah yang
fasid itu.
B. SARAN
Kami sebagai penyusun makalah ini menyarankan agar pembaca makalah ini lebih mengkaji
atau mencari referensi yang relevan apabila dalam penulisan makalah ini kurang lengkap
dalam menjelaskan masalah pernikahan.
C. HARAPAN
Harapan kami sebagai penyusun makalah ini adalah semoga bermanfaat bagi pembaca yang
budiman.
DAFTAR RUJUKAN
http://www.rizkyonline.com/barat/pengertian-nikah-menurut-empat-mazhab.html#ixzz2fnoeGoqJ