MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Ujian Akhir Semester Fiqih II
Disusun Oleh
(021.011.0028)
FAKULTAS TARBIYAH
SILIWANGI BANDUNG
2023
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah menganugerahkan segala rahmat dan
hidayah-Nya, karena hanya dengan karunianya makalah yang berjudul “Nikah Menurut
Empat Madzhab” ini dapat selesai tanpa hambatan yang berarti. Shalawat dan salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. utusan dan manusia pilihan-Nya yang
mengantarkan umat manusia minadzdzulumati ilan-nuur, yakni addinul Islam (dari zaman
kegelapan menuju zaman yang bercahaya, yakni agama Islam).
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
C. Tujuan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
D. Batasan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB II PEMBAHASAN
iii
iii
C. MASALAH WANITA YANG TIDAK SAH UNTUK DINIKAHI DAN MERTUA DALAM
NIKAH YANG FASID. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Harapan
Daftar Pustaka
iv
iv
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Nikah menurut Empat Mazhab?
2. Bagaimana perbedaan hukum, syarat dan rukunnya nikah antara empat mazhab tersebut?
3. Apa saja perempuan-perempuan yang haram dinikahi dan bagaimana hukumnya menikahi
mertua yang fasid itu?
BAB II
PEMBAHASAN
1[1]http://www.rizkyonline.com/barat/pengertian-nikah-menurut-empat-mazhab.html#ixzz2fnoeGoqJ
vi
vi
kedua belah pihak untuk mewujudkan suatu kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputu
rasa kasih sayang.2[2]
Artinya : dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang
layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu
yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya.
dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.3[3]
I. Lima Hukum Nikah
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa hukum asal nikah adalah mubah.
Namun, hukum mubah ini bisa tetap mubah dan bisa pula berubah menjadi wajib, haram,
sunnah dan makruh, sesuai dengan situasi serta kondisi. Namun, dalam hal ini, ada
beberapa perbedaan pandangan diantara para ulama dalam memberikan syarat dan kriteria
lima hukum nikah.
1. Versi Imam Hanafi
a. Wajib
Hukum nikah menjadi wajib apabila terpenuhi empat syarat, yaitu:
1. Ada keyakinan terjadi zina apabila tidak menikah.
2. Tidak mampu berpuasa, atau mampu akan tetapi puasanya tidak bisa menolak terjadinya
zina.
3. Tidak mampu memiliki budak perempuan (amal) sebagai ganti dari isteri.
4. Mampu membayar mahar dan memberi nafkah.
b. Sunnah Muakkadah
4[4] Ponpes...,Ibid,hal.5-6
5[5]Ponpes.. Ibid,hal.6-7.
viii
viii
3. Versi Imam Syafi’i
a. Wajib
Hukum menikah menjadi wajib apabila:
1. Ada biaya (mahar da nafkah)
2. Hawatir berbuat zina bila tidak menikah.
b. Haram
Hukum menikah menjadi haram apabila memiliki keyakinan bahwa dirinya tidak
bisa untuk menjalankan kewajiban-kewajiban yang ada di dalam pernikahan.
c. Sunnah
Hukumnya menikah menjadi sunnah apabila ada keinginan menikah dan ada biaya
(mahar dan nafkah) dan mampu untuk melaksanakan hal-hal yang ada di dalam pernikahan.
d. Makruh
Hukum menikah menjadi makruh apabila tidak ada keinginan untuk menikah, tidak
ada biaya dan ia hawatir tidak bisa melaksanakan hal-hal yang ada dalam pernikahan.
e. Mubah
Hukum menikah menjadi mubah apabila ia menikah hanya semata-mata menuruti
keinginan syahwatnya saja.
4. Versi Imam Hambali
a. Wajib
Hukum menikah menjadi wajib aoabila ada kehawatiran berbuat zina bila tidak
menikah, baik dia mampu menanggung biayanya (mahar dan nafkah) maupun tidak.
b. Haram
Hukum menikah menjadi haram apabila menikah di tempat yang sedang terjadi
peperangan.
c. Sunnah
Hukum nikah menjadi sunnah apabila seseorang berkeinginan menikah, dan juga ia
tidak hawatir berzina andaikan tidak menikah.
d. Mubah
Hukum menikah menjadi mubah apabila seseorang tidak berkeinginan menikah.6[6]
II. Rukun dan Syarat Nikah
Rukun adalah sesuatu yang harus ada, dan juga merupakan bagian integral dari suatu
ibadah ataupun mu’amalah.
6[6] Ibid,hal.8-9
ix
ix
Adapun syarat adalah sesuatu yang harus ada, tetapi tidak termasuk integral dari suatu
ibadah ataupun mu’amalah, seperti adanya dua saksi dalam nikah menurut mazhab Hanafi.
Berikut adalah rukun dan syarat nikah menurut madzahib al arba’ah.
· Versi Imam Hanafi
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki
- Pihak perempuan
- Dua saksi
· Versi Imam Maliki
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki
- Pihak Perempuan
- Mahar
- Dua saksi
· Versi Imam Syafi’i
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki
- Pihak perempuan
- Dua saksi
· Versi Imam Hambali
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki dan pihak perempuan tertentu
- Perempuan dan laki-laki saaling ridlo
- Dua saksi.7[7]
7[7] Ibid,hal.9-10.
8[8]Ponpes..Ibid,hal.180
x
x
1. Masalah Wanita yang Tidak Sah Untuk Dinikahi.
Telah menjadi hal yang maklum dalam khazanah ilmu fikih,bahwa diantara syarat
nikah yang telah menjdai konsensus (kesepakatan) ulama adalah status perempuan yang akan
dinikahi itu harus single (belum bersuami), serta layak halal) untuk dinikahi,lantaran tidak
ada sebab-sebab yang menjadikan haram untuk dinikahi. Secara umum, sebab yang
menjadikan haram untuk menikah seseorang dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Sebab yang berakibat pada haram untuk dinikahi untuk selamanya.
b. Sebab yang berakibat haram secara temporer (haram dalam jangka waktu, sementara), yakni
selama sebab itu masih ada.
2. Sebab yang Mengharamkan untuk Selamanya9[9]
Sebab atau faktor yang berakibat pada haram dinikahi untuk selamanya ada tiga:
· Hubungan kerabat (qarãbah)
Perempuan yang haram untuk dinikahi karena hubungan kerabat ada empat:
Ø Garis nasab orang tua, yakni ibu, nenek dan nasab di atasnya.
Ø Garis nasab anak, yakni anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki atau perempuan,
dan urutan nasab di bawahnya.
Ø Anak dari ayah atau ibu, yaitu semua kerabat perempuan (sanak saudara), baik saudara
kandung, saudara seayah atau seibu.
Ø Anak dari kakek atau nenek, yakni paman dan bibi dari garis ayah atau dari garis ibu.
· Hubungan mertua (mushãharah)
Perempuan yang haram dinikahi untuk selamanya karena hubungan mertua ada tiga:
Ø Anak perempuan dari istri yang telah dijima’. Artinya ketika istri belum pernah dijima’, maka
anak perempuan tersebut halal untuk dinikahi.
Ø Orang tua istri dan urutan nasab di atasnya, yakni ibu mertua, nenek dan kerabat di atasnya,
meskipun istri belum dijima’
Ø Setiap perempuan yang pernah dinikahi dan pernah dijima’ oleh ayah.
10[10]http://anneheira.blogspot.com/ketentuan -dalam-acara-pernikahan-html.com/info-unik-
seputar-nikah
xii
xii
Ø Kerusakan akad dengan standart yang disepakati ulama (mujma´ ‘alaih)
Ø Kerusakan akad dengan standart yang tidak disepakati olama.
c. Versi Imam Syafi’i
Salah satu hal yang bisa menyebabkan haram menikahi ibu mertua adalah sebuah akad
nikah yang sah, meskipun belum terjadi jima’. Sedangkan akad nikah yang tidak sah bisa
menetapkan haram menikahi ibu mertua dengan syarat sudah terjadi jima’, meskipun melalui
jalan belakang (lubang dubur)
d. Versi Imam Hanbali
Faktor yang bisa menyebabkan haramnya menikahi ibu mertua adalah terjadinya akad
nikah yang sah ataupun yang tidak sah. Dengan demikian, akad nikah secara mutlak bisa
menyebabkan haramnya menikahi istri ayah (ibu tiri) dan seterusnya ke atas,begitu juga
haram menikahi istri anak (menantu) dan seterusnya sampai ke bawah, dan ibu mertua anak
(besan perempuan)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian nikah yaitu melakukan suatu akad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara
seorang laki-laki dan perempuan untuk menghalalkanhubungan kelamin antara dua belah
pihak, dengan rasa sukarela dan keridhoan kedua belah pihak untuk mewujudkan suatu
kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputu rasa kasih sayang.
2. Hukum, rukun dan syarat nikah
a. Hukum nikah.
ü Hukum nikah menurut mazhab hanafi
- Wajib
- Sunnah muakkadah
- Haram
- Makruh takrim
- Mubah
ü Versi Maliki
- Wajib
xiii
xiii
- Haram
- Sunnah
- Mubah
ü Versi Syafi’i
- Wajib
- Sunnah
- Haram
- Makruh
- Mubbah
ü Versi Hambali
- Wajib
- Sunnah
- Haram
- Mubah
b. Rukun dan syarat nikah
· Versi Imam Hanafi
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki
- Pihak perempuan
- Dua saksi
· Versi Imam Maliki
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki
- Pihak Perempuan
- Mahar
- Dua saksi
· Versi Imam Syafi’i
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki
- Pihak perempuan
xiv
xiv
- Dua saksi
· Versi Imam Hambali
- Shighat (ijab dan qobul)
- Wali
- Pihak laki-laki dan pihak perempuan tertentu
- Perempuan dan laki-laki saaling ridlo
- Dua saksi
3. Masalah Wanita Yang Tidak Sah Untuk Dinikahi Dan Mertua Dalam Nikah Yang Fasid
a. Masalah wanita yang tidak sah untuk dinikahi
Sebab yang menjadikan haram untuk menikah seseorang dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
- Sebab yang berakibat pada haram untuk dinikahi untuk selamanya.
- Sebab yang berakibat haram secara temporer (haram dalam jangka waktu, sementara), yakni
selama sebab itu masih ada.
b. Mertua dalam nikah yang fasid
Akibat dari sebuah akad pernikahan yang fasid dan istri belum dijima’ tidak
menyebabkan haram untuk menikahi seorang mertua. Dengan demikian, ketika seorang laki-
laki menikahi seorang perempuan akan tetapi akad nikahnya tidak sah, maka tidak haram
bagi laki-laki tersebut untuk menikahi ibu perempuan yang ia nikahi dengan akad nikah yang
fasid itu.
B. Saran
Kami sebagai penyusun makalah ini menyarankan agar pembaca makalah ini lebih mengkaji
atau mencari referensi yang relevan apabila dalam penulisan makalah ini kurang lengkap
dalam menjelaskan masalah pernikahan.
C. Harapan
Harapan kami sebagai penyusun makalah ini adalah semoga bermanfaat bagi pembaca yang
budiman.
xv
xv
DAFTAR PUSTAKA
http://www.rizkyonline.com/barat/pengertian-nikah-menurut-empat-mazhab.html#ixzz2fnoeGoqJ
xvi
xvi