Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK 1

PENGERTIAN, HUKUM, TUJUAN DAN HIKMAH NIKAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Munakahat

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Mesraini,SH.,M.Ag

Disusun Oleh

Fadiyah Salsabila/1121044000105

Fajar Maulana Zaky/11210440000127

Muhammad Taufiq Hidayat/11210440000129

JURUSAN HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


2022

ii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini. Salawat serta
salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Hukum islam
atau fiqih adalah salah satu bentuk implementasi dari Sunnah Nabi Muhammad SAW
yang juga erat kaitannya dengan Al – Qur’an. Sebagai pemeluk Agama Islam yang taat,
menjadi sebuah keharusan untuk menjalankan kehidupan ini sesuai dengan tuntunan
syariat islam, termasuk dalam menjalani kehidupan berumah tangga atau pernikahan.
Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Pengampu Mata Kuliah Fiqh Munakahat
yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu memberi
semangat dan doa, tidak lupa teman- teman kelompok 1, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Disadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Makalah ini sangat jauh dari
kata sempurna, baik dari penyajiannya maupun penguraiannya, maka dari itu diperlukan
kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini. Akhir kata
disampaikan banyak terimakasih, semoga makalah ini berguna bagi semua. Amin.

Jakarta, 6 Maret 2022

1
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................


B. Rumusan Masalah .........................................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................................
D. Manfaat .........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Nikah ..........................................................................................


2. Hukum Nikah.................................................................................................
3. Tujuan dan Hikmah ......................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Simpulan .......................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial yang dapat diartikan bahwa manusia
tidak dapat hidup seorang diri tanpa adanya bantuan atau keikutsertaan
seseorang dalam hidupnya. Maka kemudian muncullah istilah “pernikahan”
yang mengikat suatu hubungan manusia yang berlawanan jenis antara satu
dengan yang lainnya. Untuk mngetahui lebih dalam seputar kehidupan
pernikahan, diperlukan mempelajari ilmu Fiqh Munakahat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari “Nikah” ?
2. Apa dasar – dasar hukum “Nikah” ?
3. Apa tujuan dan hikmah dari pernikahan ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengetian dari “Nikah”
2. Mengetahui dasar – dasar hukum pernikahan
3. Mengetahui hal – hal yang dituju dan hikmah dari pernikahan

D. Manfaat
Agar lebih memahami dan mendapat pengetahuan serta wawasan yang
mendalam mengenai Nikah, hukum, tujuan dan hikmah serta dapat dikaji lebih
mendalam dalam dunia perkuliahan maupun di masyarakat.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pernikahan
Kata “nikah” berasal dari bahasa arab yakni nakaha yankihu nikahan yang
berarti kawin. Sedangkan dari segi istilah “nikah” dapat diartikan sebagai ikatan
suami-istri yang sah menimbulkan akibat hukum dan hak serta kewajiban bagi
suami-istri.1 Sejatinya pernikahan adalah sunnatullah atau ketetapan dari Allah.
Sebagaimana telah diterangkan dalam Al – Qur’an pada surat Az – Zariyat ayat 49,
Allah berfirman :

‫َو ِم ْن ُكلِّ َش ْي ٍء َخلَ ْقنَا َز ْو َجي ِْن لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكر ُْو َن‬
Artinya : “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu
mengingat (kebesaran Allah).” (Q.s Az Zariyat/51: 49). Berdasarkan ayat tersebut,
Allah telah menciptakan segala sesuatunya berpasang – pasangan mulai dari hewan,
tumbuh – tumbuhan, hingga manusia. Selain itu, menurut Abu Zahra dalam kitab al-
Ahwal al-Syakhsiyah menjelaskan bahwa pernikahan adalah suatu akad yang
menghalalkan hubungan kelamin antara pria dan wanita yag saling mencintai, saling
membantu, yang masing – masing memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi.2
Dari uraian penjelasan tentang definisi pernikahan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pernikahan adalah suatu akad atau perikatan antara pria dan wanita secara
halal yang menimbulkan akibat hukum dan hak serta kewajiban bagi suami-istri.

B. Hukum Nikah

Sebagian ulama berpendapat hukum asal melakukan perkawinan mubah (boleh)


Mengenai dasar hukum tentang nikah, telah diatur dalam Al- Qur’an surat an-Nur
ayat 32:

1
Abdul Haris Na‟im. Fiqih Munakahat. ( Kudus:Stain Kudus.)hlm. 17
2
Abu Zahrah, Muhammad. Al Ahwal Al Syakhsiyah, Beirut: Dar al (Ahmad Atabik 2014)-Fikr al-Arobi

4
“Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga
orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan
perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka
dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.”
Selain diatur di dalam Al-Qur’an, terdapat juga beberapa hadis Rasul yang
menyangkut dengan hukum nikah, yaitu seperti yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam Muslim dari Ibn Abbas

"Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk


menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan
lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka
hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya." (HR
Bukhari, Muslim, Tirmidzi).
Menurut Abdurahman al-Jaziri dalam fiqh ala madzab al-Arba’ah bahwa hukum
nikah dikembalikan ke hukum syarah yang lima yaitu wajib, haram, sunnah, mubah
dan makruh.
Dibawah ini hukum nikah menurut empat madzab:
1. Madzhab hanafiyyah, berpendapat bahwa hukum menikah yaitu :
a) Fardhu, apabila memenuhi 4 syarat yakni
i. Pertama, seseorang menyakini apabila tidak nikah akan
terjerumus dalam perbuatan zina.
ii. kedua tidak mampu untuk berpuasa sebagai alat untuk peredah
yang bisa terhindar dari perbuatan zina.
iii. Ketiga tidak akan mampu mengambil umat, juga bebas untuk
memilih,

5
iv. keempat mampu mambayar mahar, dan memberi nafaqah
dengan usaha halal bukan hasil usaha yang haram seperti
menipu,menghasab, mencuri.
b) Wajib bukan fardhu apabila bagi seseorang sangat berkeinginan untuk
nikah dan takut jatuh keperbuatan zina, adapun syarat-syaratnya
seperti dalam hukum fardhu.
c) Sunnah Muakadah adalah apabila bagi seseorang yang berkeinginan
untuk nikah, ia adalah orang yang adil dan menyakini akan terjerumus
dalam perbuatan zina dan tidak takut berbuat zina jika tidak nikah.
d) Haram apabila diyakini bercari hartanya dengan cara yang haram dan
medhalimi mereka karena di syari’atkannya nikah adalah untuk
kemashlahatan manusia.
e) Makruh tahrim apabila takut sampainya kedzaliman dan aniaya tapi
tidak menyakininya.
f) Mubah bagi orang yang menginginkan nikah tetapi tidak kawatir
terjerumus dalam perbuatan zina dan tidak meyakininya namun
malakukan nikah karena kebutuhan syahwat.3
2. Madzab Malikiyyah berpendapat bahwa hukum menikah itu
a) Fardhu nikah bagi orang yang berkeinginan nikah dan takut bagi
terjerumus dalam perbuatan zina, jika tidak nikah ia tidak mampu
menahan dirinya dengan puasa, walaupun dirinya lemah untuk
mencari rizki yang halal maka difardhukan nikah dengan tiga syarat,
pertama ia takut pada dirinya terjerumus dalam perbuatan zina, kedua
ia tidak kuat untuk berpuasa yang dapat menahan dari perbuatan zina
atau mampu untuk berpuasa tetapi tidak cukup untuk menahan dari
perbuatan zina, ketiga ia lemah untuk mengambil umat yang dapat
memenuhinya.
b) Haram nikah bagi orang yang tidak takut terjerumus perbuatan zina
dan lemah untuk memberi nafaqah pada istrinya dari usaha yang halal
atau lemah untuk wathi (hubungan suami istri).

3
Abdurrahman al-Jaziri, op.cit,juz 4, h.11-12

6
c) Sunah nikah bagi orang yang tidak berkeinginan nikah tetapi
mengharapkan keturunan dengan syarat ia mampu melakukan
kewajibannya mencari rizki yang halal dan mampu untuk malakukan
wathi (hubungan suami istri).
d) Makruh nikah bagi orang tidak berkeinginan nikah akan tetapi takut
untuk melaksanakn sebagian kewajiban yang dibebankan kepadanya
dan tidak mampu untuk melakukan kebaikan.
e) Mubah nikah bagi orang yang tidak berkeinginan nikah dan tidak
mengharapkan keturunan dan ia mampu serta dapat berbuat baik.4
3. Madzab Syafi’iyyah Menurut madzab syafi’iyyah bahwa hukum asal dari
nikah adalah mubah, maka bagi seseorang dimubahan melakukan pernikahan
untuk tujuan mencari kesenangan dan kenikmatan.
a) Wajib nikah untuk tujuan mencegah perbuatan haram seperti seorang
takut pada dirinya terjerumus dalam berbuat dosa tidak bisa dicega
kecuali dengan nikah, maka baginya wajib nikah.
b) Makruh nikah bagi seseorang yang takut tidak bisa melaksanakan
hak-hak suami istri seperti seorang yang tidak ingin nikah dan tidak
mampu untuk membayar mahar serta memberi nafaqah.
c) Sunah apabila seseorang berkeinginan nikah dan mampu untuk
menanggung biaya hidup.5
4. Madzab Hanabilah
a) Fardhu nikah bagi orang yang takut terjerumus dalam perbuatan zina
b) Haram nikah bagi orang yang berada di daerah peperangan kecuali
dalam kondisi darurat.
c) Mubah Jika dalam suatu daerah peperangan kondisinya tidak sulit
untuk melakukan pernikahan.
d) Sunnah nikah bagi orang yang berkeinginan nikah tapi jika tidak

4
Abdurrahman al-Jaziri, op.cit,juz 4, h.10-11
5
Abdurrahman al-Jaziri, op.cit,juz 4, h.8

7
nikah tidak takut terjerumus dalam perbuatan zina.6

Berdasarkan dari pendapat keempat imam madzab tersebut dapat disimpulkan


bahwa mayoritas berpendapat bahwa menikah menjadi suatu fardhu apabila khawatir
terjerumus ke dalam perzinaan, menikah menjadi haram apabila memiliki maksud
buruk yang terselubung dalam menempuh pernikahan tersebut, makruh apabila ragu
atas kesanggupan memenuhi hak dan kewajiban suami-istri, mubah apabila berada
dalam kondisi yang memungkinkan (tidak dalam keadaan berperang), dan sunnah
apabila menjalankannya dengan tujuan beribadah kepada Allah dengan tidak
mengkhawatirkan diri terjerumus perzinaan jika tidak menikah.

C. Tujuan dan Hikmah Pernikahan

Tujuan pernikahan dalam agama Islam tidak terlepas dari pernyataan yang
terdapat dalam Al- Qur’an, sebagai sumber pertama ajarannya. Dalam Al-Qur'an
menegaskan bahwa salah satu tanda kekuasaan Allah SWT adalah bahwa Allah SWT
menciptakan wanita untuk pria dari jenis yang sama dan untuk membuat mereka
merasa baik dan tentram (Sakina).7 Hidup yang tentram (sakina) yang diselimuti
kasih sayang dan di dukung saling pengertian antara pasangan suami dan istri,
sehingga masing-masing menyadari bahwa suami maupun istri sebagai pakaian bagi
pasangannya. Maka inilah tujuan utama pernikahan disyari`atkannya Islam.8

Semua syari’at agama Islam tentu memiliki tujuan yang sangat baik untuk kita
sebagai seorang umat Islam selain itu juga pasti memiliki hikmah-hikmah tertentu.
Sama halnya dengan pernikahan yang memiliki beberapa tujuan dan hikmah
diantaranya:

1) Dengan melangsungkan pernikahan syar’i maka akan melahirkan penerus yang


sholeh dan sholehah.
Seperti yang disebutkan dalam Al- Qur’an surah An-Nisa ayat 1.

6
Abdurrahman al-Jaziri, op.cit,juz 4, h.8

7
Ahmad Atabik dan Khoridatul Mudhiiah, /PERNIKAHAN DAN HIKMAHNYA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM/,
Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam, Vol. 5, No.2, 2014, hlm. 301.
8
Ibid, 302

8
‫ق ِم ْنهَا‬
َ َ‫ة َّو َخل‬hٍ ‫اح َد‬
ِ ‫س َّو‬ ٍ ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُ ْوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذيْ َخلَقَ ُك ْم ِّم ْن نَّ ْف‬
ْ‫ث ِم ْنهُ َما ِر َجااًل َكثِ ْيرًا َّونِ َس ۤا ًء ۚ َواتَّقُوا هّٰللا َ الَّ ِذي‬ َّ َ‫َز ْو َجهَا َوب‬
‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِ ْيبًا‬َ ‫تَ َس ۤا َءلُ ْو َن بِ ٖه َوااْل َرْ َحا َم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َك‬
Artinya:

Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu


dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari
(diri)-nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya
kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasimu.9

Pernikahan selain bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang baik dan juga
untuk mendidik jiwa manusia untuk meningkatkan kasih sayang meningkatkan
kelembutan jiwa dan cinta dan menjadi kerjasama emosional antara kedua lawan
jenis. Yang terpenting dalam sebuah pernikahan bukan hanya memiliki anak,
tetapi juga menemukan dan membentuk generasi yang baik yang akan
melahirkan anak yang saleh dan shaleh dan bertakwa kepada Allah SWT.10

2) Pernikahan juga bertujuan dapat membentuk keluarga bahagia yang penuh cinta
dan kasih sayang dengan mengharap ridho Allah SWT.

Membentuk keluarga bahagia adalah impian bagi semua orang, dan


membesarkan anak-anak yang senantiasa bertakwa kepada Allah SWT . Ketika
menikah, itu memberi kita rasa ketenangan hati dan pikiran dan membawa kita
lebih dekat kepada Allah SWT. Sebagai rasa syukur atas semua nikmat-Nya
untuk kita dan keluarga.

3) Sebuah pernikahan membuat semangat yang lebih dalam berusaha mendapatkan


9
Abdul Hadi Ismail, /Pernikahan dan Syarat Sah Talak/, Jurnal Agama dan Pendidikan Islam, Vol. 11, No.
1, 2019, hlm. 7.
10
Ahmad Atabik dan Khoridatul Mudhiiah, /PERNIKAHAN DAN HIKMAHNYA PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM/, Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam, Vol. 5, No.2, 2014, hlm. 302.

9
rezeki yang halal dan serta memiliki kewajiban dan rasa tanggung jawab yang
besar.11
Pernikahan dipandang sebagai kesempatan membangun kepribadian yang baik,
kuat dan tangguuh karena tanggung jawab keluarga yang harus dipikul setiap
pasangan dalam pernikahan mereka. Oleh karena itu, pernikahan menjamin
stabilitas sosial dan martabat masing-masing pasangan (suami dan istri).12
4) Melindungi Manusia dari Perbuatan yang dilarang Allah SWT dan Melindungi
Manusia dari rusaknya moral.13

Pernikahan memiliki peran penting dalam mencegah terjadinya perzinaan yang


diakibatnya oleh rusaknya moral dan aktivitas fisik lainnya, menjaga kesehatan
seksual, dan mencegah tertularnya penyakit AIDS.14

5) Membangun rumah tangga yang baik sama dengan cerminan dari masyarakat.
Dengan lingkungan msyarakat yang baik, rumah tangga juga akan diawali
dengan hal-hal yang baik pula sehingga terbentuknya keluarga yang baik dan
harmonis.15
Sebuah ikatan dalam pernikahan membantu suami istri untuk saling bekerja
sama dan damai dalam mengatur urusan yang ada dalam rumah tangga mereka.
Jadi kita punya cukup waktu untuk menjalankan perintah Allah SWT. Di dalam
hal ini, Nabi SAW telah menasihati pengikutnya untuk memilih pasangan yang
tepat yang dapat membantu mencapai berkah Allah SWT.16

11
Abdul Hadi Ismail, /Pernikahan dan Syarat Sah Talak/, Jurnal Agama dan Pendidikan Islam, Vol. 11, No.
1, 2019, hlm. 8.
12
Ahmad Atabik dan Khoridatul Mudhiiah, /PERNIKAHAN DAN HIKMAHNYA PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM/, Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam, Vol. 5, No.2, 2014, hlm. 305.

13
Abdul Hadi Ismail, /Pernikahan dan Syarat Sah Talak/, Jurnal Agama dan Pendidikan Islam, Vol. 11, No.
1, 2019, hlm. 8.
14
Ahmad Atabik dan Khoridatul Mudhiiah, /PERNIKAHAN DAN HIKMAHNYA PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM/, Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam, Vol. 5, No.2, 2014, hlm. 305.
15
Abdul Hadi Ismail, /Pernikahan dan Syarat Sah Talak/, Jurnal Agama dan Pendidikan Islam, Vol. 11, No.
1, 2019, hlm. 8.
16
Ahmad Atabik dan Khoridatul Mudhiiah, /PERNIKAHAN DAN HIKMAHNYA PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM/, Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam, Vol. 5, No.2, 2014, hlm. 305.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata “nikah” berasal dari bahasa Arab Nakaha-yankihu-nikahan, yang
berarti kawin. Istilah "nikah" di sisi lain, dapat diartikan sebagai ikatan yang sah
antara pria dan wanita. Hal ini memiliki implikasi hukum, hak dan kewajiban

11
baik bagi laki-laki maupun perempuan.
Adapun hukum nikah menurut 4 madzhab yaitu madzhab malikiyyah,
hanafiyyah, syafi’iyyah dan hanabilah. Dari masing-masing madzhab memiliki
prespektif yang berbeda mengenai hukum pernikahan.
Dan setiap orang yang melangsungkan suatu pernikahan pasti memiliki
tujuan diantaranya memiliki keluarga sekaligus memiliki keturunan.

Oleh karena itu, sebelum melangkah ke jenjang pernikahan hendaknya


mengetahui dan mempeljarai mengenai nikah, hukum, serta tujuan dan hikmah
didalam pernikahan.
B. Saran
Makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kata
sempurna, untuk itu bagi para pembaca mohon bersedia mengoreksinya dan
memberikan saran serta kritik yang membangun untuk kemajuan makalah
berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Atabik, Khoridatul Mhudiiah. 2014. "PERNIKAHAN DAN HIKMAHNYAPERSPEKTIF


HUKUM ISLAM." pemikiran hukum dan hukum islam.

12
Ismail, Abdul Hadi. 2014. "PERNIKAHAN DAN SYARAT SAH TALAK." pemikiran hukum dan
hukum islam.

Kosim. 2019. FIQH MUNAKAHAT 1 Dalam Kajian Filsafat Hukum Islam dan
Keberadaannyadalam Politik Hukum Ketatanegaraan Indonesia. Depok: RajaGrafindo
Persada.

Na'im, Abdul Haris. n.d. "FIQIH MUNAKAHAT."

Zahrah, Abu. n.d. "AL AHWAL SYAKHSIYAH." Beirut: Dar al.

13

Anda mungkin juga menyukai