MAKALAH
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
FIQIH IBADAH
Dosen Pengampu :
Kelompok 5 :
Rahma Azhari AN
Rahmadania
Rahmi Nuri Hidayanti
Rosa Nurazizah
Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala, atas berbagai
nikmat, rahmat, taufiq, dan hidayahnya sehingga penyusun mampu menyelesaikan makalah yang
berjudul THALAK DAN RUJU DALAM PERNIKAHAN. Makalah guna memenuhi tugasmata
kuliah Fiqih Ibadah.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini
dapat di selesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu, kritik dansaran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah
ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi dan manfaat bagi kita semua untuk pengembangan
wawasandan ilmu pengetahuan.
Bandung,Januari 2024
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................2
Daftar Isi........................................................................................................3
BAB I ............................................................................................................ 4
BAB II .......................................................................................................... 5
5. Pengertian Rujuk......................................................................................7
7. Hukum Rujuk...........................................................................................8
8. Syarat Rujuk.............................................................................................9
A. Kesimpulan ........................................................................................... 10
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita kehidupan ummat manusia.
Dengan adanya perkawinan rumah tangga dapat ditegakkan dan dibina dalam sesuai dengan
norma agama dan tata kehidupan masyarakat. Dalam rumah tangga berkumpul dua insan yang
berlain jenis (suami-istri), mereka saling berhubungan agar mendapat keturunan sebagai penerus
generasi insan-insan yang berada dalam rumah tangga itulah yang disebut “keluarga‟‟.Keluarga
merupakan unit terkecil dari suatu bangsa, keluarga yang dicita-citakan dalam ikatan perkawinan
yang sah adalah keluarga sejahtera dan bahagia yang selalu mendapat ridha dari Allah SWT.
Dalam kehidupan rumah tangga tidak selamanya rukun, akan banyak aneka faktor yang
menyebabkan disharmoni keluarga, yang kadang disebabkan oleh adanya faktor pisikologis,
biologis, ekonomis, organisasi, bahkan perbedaan budaya serta tingkat pendidikan antara suami
dan istri. Oleh karena itu prinsip-prinsip perkawinan dalam Islam merupakan suatu keharusan
dan keniscayaan untuk selalu di bina sejak dini, karena bagaimanapun juga hidup berumah
tangga tidak selamanya berjalan dengan mulus dari hambatan-hambatan, persoalan-persoalan
muncul saling berganti dalam kehidupan rumah tangga.
Aneka faktor disharmonis itulah sehingga keduanya dihadapkan pada perceraian (talak)
yang merupakan jalan akhir bila tidak ditemukan dengan cara keduanya (suami-istri) untuk
berdamai. Meskipun disini perceraian adalah jalan terakhir untuk menyelesaikan konflik dalam
sebuah perkawinan, ini merupakan suatu yang final (paling puncak) namun untuk menyusun
kembalikehidupan keluarga yang mengalami kegoncangan tersebut, bukanlah suatu hal yang
tidak mungkin terjadi. Untuk itulah agama Islam mensyari‟atkan adanya iddah ketika terjadi
perceraian, hal ini akan memberi peluangbagi keluarga yang mengalami perceraian. Manfaat
iddah salah satunya untuk memberi kesempatan kepada suami-istri untuk berfikir secara jernih
untuk sekali lagi mencoba membangun kembali sebuah keluarga yang sakinah mawaddah
warrahmah sebagaimana yang mereka inginkan.
B. Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. TALAK
A. Pengertian Talak
Talak secara bahasa ialah memutuskan ikatan. Diambil dari kata itlaq yang
artinya adalah melepaskan dan meninggalkan. Sedangkan menurut istilah syara, talak
Dalam istilah fiqh talak mempunyai dua arti, yaitu arti yang umum dan arti yang
khusus. Talak menurut arti yang umum ialah segala macam bentuk perceraian baik yang
dijatuhkan oleh suami, yang ditetapkan oleh Hakim, maupun perceraian yang jatuh
dengan sendirinya atau perceraian karena meninggalnya salah seorang dari suami atau
isteri.
Dengan pengertian talak tersebut, maka jelas yang dimaksud dengan talak adalah
melepaskan ikatan antara suami-isteri, keduanya tidak berhak berkumpul lagi dalam
arti tidak boleh mengadakan hubungan suami-isteri tanpa diadakan rujuk terlebih dahulu
Mengenai penetapan talak terdapat pada al-Qur’an dan as-Sunnah, yaitu sebagai
berikut:
“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang
5
bahwasannya dia menalak isterinya yang sedang haid. Umar menanyakan hal itu
“Dari Ibnu Umar, bahwasannya ia telah menceraikan isterinya ketika sang isteri
sedang dalam haid pada zaman Rasulullah Saw. lalu Umar menanyakan hal itu kepada
Rasulullah Saw. beliau bersabda, “Perintahkan kepadanya agar dia merujuk isterinya,
kemudian membiarkan bersamanya sampai suci, kemudian haid lagi, kemudian suci lagi.
Lantas setelah itu terserah kepadanya, dia bisa mempertahankannya jika mau dan dia bisa
menalaknya (menceraikannya) sebelum menyentuhnya (jima’) jika mau. Itulah iddah seperti
yang diperintahkan oleh Allah agar para isteri yang ditalak dapat langsung menghadapinya
C. HUKUM TALAK
Dari kalangan Ulama’ Hanafiyah berpendapat bahwa talak itu terlarang kecuali bila
diperlukan.30
yaitu:
c. Sunnah yaitu seperti talaknya orang yang tidak bisa melaksanakan kewajiban
sebagai suami karena tidak ada keinginan sama sekali kepada isterinya.
6
D. Macam-Macam Talak
a. Talak Raj’i
Talak raj’i yaitu talak dimana suami mempunyai hak merujuk kembali isterinya
setelah talak itu dijatuhkan dengan lafaz-lafaz tertentu dan isteri benar-benar sedah digauli.
Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 118 yang dimaksud dengan talak raj’i adalah
talak kesatu atau kedua, dimana suami berhak rujuk selama isteri dalam masa iddah.
b. T Talak Ba’in
Talak ba’in yaitu talak yang tidak boleh dirujuk tapi boleh akad nikah baru dengan
2. RUJUK
A. PENGERTIAN RUJUK
Rujuk dalam bahasa Arab berarti kembali artinya hidup sebagai suami isteri antara
laki-laki dan wanita yang melakukan perceraian dengan jalan talak raj’i selama dalam
a. Menurut Imam Malik rujuk adalah kembalinya isteri yang telah ditalak selain ba’in,
kepada perlindungan suami, dengan tanpa ada pembaharuan akad serta dalam masa
iddah.56
b. Menurut Imam Syafi’i rujuk adalah mengembalikan status seorang wanita dalam
satu ikatan perkawinan dari talak yang bukan ba’in dalam masa iddah melalui cara-
cara tertentu.57
c. Menurut Imam Hambali rujuk adalah mengembalikan keadaan isteri kepada keadaan
yang semula setelah terjadinya talak raj’i dan masih berada dalam masa iddah tanpa
7
akad yang baru.
d. Menurut Imam Hanafi rujuk adalah melanjutkan pernikahan dengan bekas isteri
Dari beberapa pengertian rujuk tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan rujuk adalah kembalinya seorang isteri yang ditalak raj’i
selama dalam masa iddah kepada perlindungan suami dengan cara-cara tertentu tanpa
quru’. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam
rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya
berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu
C. HUKUM RUJUK
a. Wajib, terhadap suami yang mentalak salah seorang isterinya sebelum dia
c. Makruh, kalau perceraian itu lebih baik dan berfaedah bagi keduannya (suami
isteri).
e. Sunah, jika maksud suami adalah untuk memperbaiki keadaan isterinya, atau
8
D. SYARAT RUJUK
4) Talak yang dijatuhkan oleh suami tidak disertai ‘iwadh dari isteri
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
berkumpul lagi dalam arti tidak boleh mengadakan hubungan suami-isteri tanpa diadakan
Rujuk berarti kembali artinya hidup sebagai suami isteri antara laki-laki dan
wanita yang melakukan perceraian dengan jalan talak raj’i selama dalam masa iddah
10
DAFTAR PUSTAKA
Alhamdani, H. (1989). Risalah Nikah Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Pustaka Amani.
Ali, A. d. (2001). Kamus Kontemporer Arab-Indonesia. Krapyak: Multi Karya Grafika.
Ali, Z. (2007). Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Ali, Z. (2010). Metode
Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
al-Jaziri, A. a.-R. (1986). Al-Fiqh 'ala Mazahib al-Arba'ah. Beirut: Dar al-Fikr.
Amiur, N. d. (2006). Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam
dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI. Jakarta: Kencana.
Ayyub, S. H. (2001). Fikih Keluarga, Ahli Bahasa M. Abdul Ghoffar. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
Basyir, A. A. (Tanpa Tahun). Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: Fakultas Hukum UII.
Dahlan, A. A. (1996). Ensklopedia Hukum Islam. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve.
Departemen Pendidikan Nasional.
Ghazaly, A. R. (2003). Fiqh Munakahat. In Fiqh Munakahat (pp. 92-93). Jakarta: Prenada Media.
Hammad, M. (n.d.). Hak-Hak Perempuan Pasca Perceraian: Nafkah Iddah talak dan Hukum Keluarga
Muslim Indonesia, Malaysia, dan Yordania. Jombang Sekolah Tinggi Islam At-Tahzib .
Kompilasi Hukum Islam.
Makinudin. (2011). Ikrar Talak di depan sidang Pengadilan Agama (Analisis Penerapan Kaidah
Tafsir 'amr dan 'am). Jurnal Al-Hukama , Vol. 1, No. 1.
11