Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MUNAKAHAT

TALAK, IDDAH dan RUJUK

Untuk memenuhi salah satu tugas

Mata kuliah Munakahat

DOSEN :

Disusun oleh

Aimmatul Marathis Solikhah 14.17.4388


Avi Rohayati 14.17.4395
Handa Haryati 14.17.4400
Indah Rozalia 14.17.4401
Eda Sapitri Liani 14.17.4417
Zulaiha Ohoirenan 14.17.4428

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


KONSENTRASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
STIKES SURYA GLOBAL
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua dan tidak lupa sholawat serta salam kami panjatkan kepada
nabi kita Nabi Muhammad SAW.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah munakahat, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Talak, Iddah dan Rujuk” saya menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, sehingga saya senantiasa terbuka menerima
kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaaat bagi kita semua.

Wassalamua’alaikum Wr. Wb.

Penyusun

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan masalah............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Talak..........................................................................................................6
2.2 Macam-Macam Talak..................................................................................................6
2.3   Rukun Talak................................................................................................................9
2.4   Syarat Sah Jatuhnya Talak........................................................................................10
2.5 Bilangan Talak...........................................................................................................10
2.6 Pengertian Rujuk.......................................................................................................10
2.7 Rukun dan Syarat Rujuk............................................................................................12
2.8 Tata Cara Rujuk.........................................................................................................13
2.9 Hukum Rujuk............................................................................................................14
2.10 Hak Rujuk................................................................................................................14
2.11 Pengertian Iddah......................................................................................................15
2.12 Macam-Macam Iddah..............................................................................................15
2.13 Hikmah Iddah..........................................................................................................16
BAB III PENUTUP
3.1       Kesimpulan ............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkawinaan adalah akad yang menghalalkan hubungan laki-laki dengan perempuan dalam
ikatan suami istri. Dalam perkawinan setiap orang ingin membentuk keluarga bahagia dan utuh
sampai akhir hayat tetapi, kadang ada suatu permasalahan yang membuat pertengkaran bahkan
menngambil jalan perceraian. Allah paling membenci hal tersebut.
Talak ialah melepaskan ikatan nikah dari pihak suami dengan mengucapkan lafazh yang
tertentu, misalnya suami berkata kepada istrinya. Pada dasarnya talak hukumnya boleh, tetapi
sangat dibenci menurut pandangan syara’. Ucapan untuk mentalak istri ada dua yaitu ucapan
sharih, yaitu ucapan yang tegas maksudnya untuk mentalak, dan ucapan yang kinayah yaitu
ucapan yang tidak jelas maksudnya.
Salah satu jalan untuk kembali yang digunakan seorang suami kepada mantan istrinya ialah
dengan rujuk. Kesempatan itu diberikan kepada setiap manusia oleh Allah untuk memperbaiki
perkawinannya yang sebelumnya kurang baik. Hal tersebut merupakn salah satu hikmah rujuk.
Rujuk sendiri mempunyai penngertian yang luas yaitu kembalinya seorang suami kepada
istri yang telah ditalak raj’i bukan talak ba’in selama masih dalam masa iddah. Dari definisi
tersebut, terlihat beberapa kata kunci yang menunjukan hakikat perbuatan rujuk. Seseorang yang
ingin melakukuan rujuk harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan mengenai rujuk agar
terlaksana dengan baik. Diantara hal-hal yang berkaitan ialah: tata cara rujuk, hak rujuk, hukum
rujuk serta rukun dan syarat dalam rujuk. Untuk lebih jelas, dimakalah ini akan dibahas
mengenai hal-hal terrsebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakng diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.2.1 Definisi talak
1.2.2 Macam-macam, syarat, rukun, dan tatacara talak
1.2.3 Definisi rujuk
1.2.4 Macam-macam, syarat, rukun, hukum, dan tatacara rujuk
1.2.5 Definisi dan macam-macam iddah

4
1.3Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian talak
1.3.2 Untuk mengetahui macam-macam, syarat, rukun, dan tatacara talak
1.3.3 Untuk mengetahui pengertian rujuk
1.3.4 Untuk mengetahui Macam-macam, syarat, rukun, hukum, dan tatacara rujuk
1.3.5 Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam iddah

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TALAK
Talak di ambil dari kata itlak artinya melepaskan atau meninggalkan. Talak menurut
bahasa adalah membuka ikatan, baik ikatan nyata seperti ikatan kuda atau ikatan tawanan
atau pun ikatan ma’nawi seperti nikah. Talak menurut istilah adalah menghilangkan ikatan
pernikahan atau menguranggi pelepasan ikatan dengan mengunakan kata-kata tertentu.
Talak menurut syara’ ialah melepaskan taali perkawinan dan mengakhiri tali pernikahan
suami istri.
Langgengnya kehidupan dalam ikatan  perkawinan merupakan suatu tujuan yang di
utamakan dalam iman. Akad nikah di adakan untuk selamanya dan seterusnya agar suami
istri bersama-sama dapat mewujudkan rumah tangga sebagai tempat berlindung.
Oleh karna itu dapat di katakan bahwa ikatan antara suami istri adalah ikatan yang paling
suci dan kokoh dan tempaat mencurahkan kasih sayang dan dapat memelihara anak-anaknya
sehingga mereka tumbuh dengan baik.
Begitu kuat dan kokohnya hubungan antara suami istri maka tidak sepantasnya apabila
hubungan tersebut di rusak dan di sepelekan, setiap usaha untuk menyepelekan hubungan
pernikahan dan melemahkannya sangat dibenci oleh Islam karna ia merusak kebaikan dan
menghilangkan kemaslahatan antara suami istri.

B. Macam-Macam Talak
Secara garis besar ditinjau dari segi boleh atau tidaknya rujuk kembali, talak dibagi
menjadi 2 macam yaitu:
1.   Talak Raj’i
Talak Raj’I yaitu talak dimana suami masih mempunyai hak untuk merujuk
kembali istrinya. Setelah itu di jatuhkan lafal-lafal tertentu dan istri benar benar sudah
di gauli. Jelasnya talak Raj’I adalah talak yang dijatukan suami kepada istrinya
sebagai talak  atau talak dua .Allah berfirman dalam (surat al-baqarah 228)
Yang atinya:

6
“Istri-istri yang di talak, hendaklah memelihara dirinya selama 3Quru’. Mereka tidak
halal menyembunyikan apa yang telah diciptakan Allah dala kandungan rahim mereka.
Jika mereka beriman kepada Allah dan hari kiamat dan bekas suami mereka lebih
berhak kembali kepadanya dalam massa iddah itu jika mereka para suami itu
menghendaki ishlah’ (surat Al_baqarah :228)

2. Talak Ba’in
Apabila istri bersetatus talak ba’in, maka suami tidak boleh rujuk kepadanya, suami
boleh melaksanakan akad nikah baru kepada bekas istrinya itu dan membayar mahar
baru dengan mengunakan rukun dan syarat yang baru pula.
Fuqoha sependapat bahwa talak ba’in terjadi karena belum terdapatnya pergaulan
suami istri karena adanya bilangan talak tertentu karena adanya penerimaan ganti
pada khulu’.
Talak ba’in ada dua macam yaitu talak ba”in sughra dan talak bai’in kubra :
a. Talak ba’in sughra
yaitu talak yang terjadi kurang dari tiga kali keduannya tidak hak rujuk dalam
massaiddah, akan taetapi boleh dan bisa menikah kembali dengan akad nikah
yang baru. Talak ba’in sughra begitu di ucapkan dapat memutuskan hubungan
suami istri. Karena ikatan perkawinannya telah putus maka istrinya kembali
menjadi orang asing bagi suaminya. Oleh karena itu, ia tidak boleh bersenang-
senang dengan perempuan itu apalagi sampai mengaulinya dan jika salah satunya
meninggal sebelum atau masi iddah, maka yang lain tak mendapat  memperoleh
warisannya. Akan tetapi, pihak perempuan masih berhak atas sisa pembayaran
mahar yang tidak di berikan secara kontan, sebelum di talak atau sebelum suami
meninggal sesuai yang telah dijanjikan .
Mantan suami boleh atau berhak kepada kembali kepada, mantan istri yang telah
ditalak ba’in sughraadalah akad nikah dan mahar baru. Selama ia belum menikah
dengan laki-laki lain.
Adapun yang termasuk kedalam bagian talakba’in sughra adalah
1) Talak karena fasakh yang di jatukan oleh hakim di pengadilan agama
2) Talak pakai iwad (ganti rugi) atau talak tebus berupa khuluk

7
3) Talak karena belum dikumpuli

b. Talak   ba’in kubra


Talak ba’in kubra yaitu talak yang terjadi sampai 3x penuh dan tidak ada rujuk
dalam massa iddah maupun dalam nikah baru, kecuali kalau bekas istrinya telah
nikah lagi dengan orang lain dan telah berkumpul sebagai suami istri secara nyata
dan sah.
Yang termasuk talak kubra adalah sebagai berikut:
1.) Talak li’an
Talak li’an yaitu talak yang terjadi karena suaminya menuduh istrinya
berbuaat zina atau suaminya tidak mengakui anak yang ikandung oleh
istrinya kemudian suaminya bersumpah sampai lima kali dalam hal ini tidak
hak untuk rujuk dan menikahinya lagi
2.) Talak tiga
Tagi istri yang ditalak 3X, tidak ada rujuk untuk massa iddah. Mantan suami
bisa kembali dengan pernikahan baru apabila;
a.) Mantan istri telah menikah lagi dengan laki-laki lain
b.) Telah digauli dengan suami yang kedua (suami baru)
c.) Sudah dicerai suami yang kedua
d.) Telah habis masa iddahnya

3. Talak Sunni
Talak sunni adalah talak yang dijatuhkan sesuai dengan Al-Qur’an dan sunah Nabi,
yaitu wanita yang diceraikan dalam keadaan suci atau tidak dalam masa haid dan
tidak digauli selama masa sucinya.

4. Talak Bid’i
Talak bid’i yaitu talak yang haram untuk dijatuhkan atau bertentangan dengan
tuntunan sunnah, atau tidak memenuhi syarrat-syarat talak sunni.

8
C. Rukun Talaq
Beberapa hal yang menjadi rukun talak dengan syarat-syaratnya antara lain sebagai berikut:
1.  Kata-kata talak
Ulama sepakat bahwa suatu talak dapat terjadi, apabila disertai dengan niat dan menggunakan
kata-kata yang tegas. Kata-kata talak itu ada 2 yaitu:
a. Kata-kata tegas (Sharih)
Kata-kata talak yang sharih artinya lafal yang digunakan itu terus terang menyatakan
perceraian.
Misalnya: suami berkata kepada istrinya “Engkau telah aku ceraikan” atau “Aku telah
menjatuhkan talak untukmu, “Engkau tertalak,”
b. Kata-kata talak tidak tegas (Kinayah)
Sindiran artinya lafal yang tidak ditetapkan untuk perceraian, tetapi bisa berarti talak dan
lainnya.
Misalnya, “Engkau terpisah” kata ini bisa berarti pisah dari suami, atau bisa juga pisah
(terjauh) dari kejahatan atau kata-kata lain.

2. Orang (suami) yang menjatuhkan talak


Orang (suami) yang boleh menjatuhkan talak adalah:
a. Berakal sehat, maka tidak sah talaknya anak kecil atau orang gila
b. Dewasa dan merdeka
c. Tidak dipaksa
d. Tidak senang mabuk
e. Tidak main-main atau bergurau
f. Tidak pelupa
g. Tidak dalam keadaan bingung
h. Masih ada hak untuk mentalak

3. Istri yang dapat dijatuhi talak


Mengenai istri-istri yang dapat ditajuhi talak, Fuqaha sepakat bahwa mereka harus:
a. Perempuan yang dinikahi dengan sah

9
b. Perempuan yang masih dalam ikatan nikah yang sah atau ismah
c. Belum habis masa iddahnya pada talak raj’i
d. Tidak sedang haid atau suci yang dicampuri

D. Syarat Sah Jatuhnya Talak


Talak yang dijatuhkan oleh suami dianggap sah apabila memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Orang yang menjatuhkan talak itu sudah mukallaf balig, dan berakal sehat
2. Talak itu hendaknya dilakukan atas kemauan

E. Bilangan Talak
Orang yang merdeka berhak mentalak istrinya dari satu sampai tiga kali talak. Talak satu atau
dua boleh rujuk kembali sebelum habis masa iddahnya dan boleh kawin kembali sesudah
iddah.
Ketika seorang suami menjatuhkan talaq satu atau pada istrinya, maka suami masih bisa untuk
rujuk lagi dengan istrinya selama masa iddahnya belum habis. Apabila masa iddahnya telah
habis, diperbolehkan bagi suaminya untuk menikahi mantan istrinya tersebut dengan
melaksanakan akad nikah baru, dengan ketentuan bahwa suami tinggal memiliki sisa talaq
dari talaq sebelumnya, maksudnya jika sebelumnya ia menceraikan istrinya dengan talaq satu,
maka ia masih memiliki dua talaq, dan bila ia menceraikan istrinya dengan dua talaq, maka ia
tinggal memiliki satu talaq lagi.
Ketentuan bahwa suami tinggal memiliki sisa dari talaq yang telah dijatuhkan sebelumnya
tersebut berlaku bagi suami baik ia menikahi mantan istrinya setelah masa iddahnya habis dan
belum dinikahi laki-laki lain atau setelah istrinya dinikahi oleh orang lain. Sebab keberadaan
suami baru bagi mantan istrinya tidak mempengaruhi jatah talaq suami pertama sebelum ia
menuntaskan bilangan talaqnya.

F. PENGERTIAN RUJUK
Rujuk merupakan prioritas utama dalam sistem hukum Islam yang diberikan Allah SWT
untuk menyambung kembali tali perkawinan yang nyaris terputus selama-lamanya. Hal ini
diperbolehkan kepada orang lain setelah berakhirnya masa iddah. Rujuk hanya dilakukan

10
pada talak raj’i, yaitu talak pertama atau kedua yang dijatuhkan suami kepada istri yang telah
digauli. Oleh sebab itu, rujuk tidak dapat diberikan pada peristiwa talak yang ketiga (ba’in).
Rujuk dilakukan melalui perkataan yang jelas, bukan perbuatan. Para ulama berbeda pendapat
mengenai rujuk yang dilakukan dengan perbuatan. Menurut Imam Syafi’i, bahwa rujuk
tersebut tidak sah. Sedangkan menurut ulama lainnya mengatakan sah. Rujuk tidak mudah
untuk dilakukan. Sebab rujuk sendiri mempunyai tata caranya dan ada pasal-pasal yang
mengatur bagaimana cara merujuk. Diantara pasal-pasal tersebut ialah: pasal 167 KHI, 168
KHI dan 169 KHI. Seseoarang yang melakukan rujuk dengan tujuan tidak baik, maka
hukumnya adalah haram. Sebab hal tersebut merupakan perbuatan yang dzalim.
Rujuk dalam pengertian etimologi adalah kembali, sedangkan dalam pengertian terminologi
adalah kembalinya suami kepada hubungan nikah dengan istri yang telah dicerai raj’i bukan
cerai ba’in, dan dilaksanakan selama istri dalam masa iddah. Dalam hukum perkawinan islam
rujuk merupakan tindakan hukum yang terpuji.         
Dari definisi-definisi tersebut terlihat beberapa kata kunci yang menunjukan hakikat dari
perbuatan yang bernama rujuk itu:
1. kata atau ungkapan “kembali” mengandung arti bahwa diantara keduanya sebelumnya
telah terikat dalam perkawinan, namun ikatan tersebut telah berakhir dengan perceraian,
dan laki-laki yang kembali kepada orang lain dalam bentuk perkawinan, tidak disebut
rujuk dalam pengertian ini,
2. Ungkapan atau kata “yang telah dicerai raj’i” mengandung arti bahwa istri yang bercerai
dengan suaminya itu dalam bentuk yang belum putus atau ba’in , hal ini mengandung
maksud bahwa kembali kepada istri yang belum dicerai atau telah dicerai tetapi tidak
dalam bentuk talak raj’i tidak disebut rujuk dan
3. Ungkapan atau kata “masih dalam masa iddah” mengandung arti bahwa rujuk itu hanya
terjadi selam istri masih berada dalam iddah. Bila waktu telah habis mantan suami tidak
dapat lagi kembali kepada istrinya dengan nama rujuk, untuk itu suami harus memulai
lagi nikah baru dengan akad baru.

11
G. Rukun dan Syarat Rujuk
Seseorang yang melakukan rujuk harus memenuhi syarat-syarat dan rukun dalam rujuk.
Rukun Rujuk
Yang termasuk dalam rukun rujuk ialah: keadaan istri disyaratkan sudah dicampuri oleh
suaminya, suami melakukan rujuk atas kehendak sendiri, rujuk dilakukan dengan sighat (lafal
atau perkataan rujuk dari suami) bukan melalui perbuatan (campur), dan hadirnya saksi.
Mengenai saksi para ulama masih berbeda pendapat, apakah saksi itu merupakan rukun yang
wajib atau hanya sunnah. Sebagian mengatakan wajib, sedangkan yang lain mengatakan
hanya sunnah.
Berbeda-beda pula para ulama mengenai rujuk yang dilakukan dengan perbuatan. Imam
Syafi’i berpendapat hal tersebut tidak sah, yang berlandaskan pada ayat Allah yang menyuruh
bahwa rujuk harus dilakukan dengan dipersaksikan, sedangkan yang dapat dipersaksikan
hanya dengan sighat (perkataan). Akan tetapi menurut kebanyakaan para ulama, rujuk dengan
perbuatan itu sah (boleh). Mereka beralasan kepada firman Allah swt yang berbunyi: “Dan
suami-suami berhak merujukinya.” Dalam ayat tersebut tidak ditentukan dengan perkataan
atau perbuatan. Hukum mempersaksikan pada ayat tersebut hanya sunnah, bukan wajib.

Syarat Rujuk
Syarat dalam rujuk yang telah disepakati para ulama ialah ucapan rujuk mantan suami dan
mantan istri. Syarat-syarat tersebut ialah.
1. Laki-laki yang merujuk, adapun syarat bagi laki-laki yang merujuk itu adalah sebagai
berikut: laki-laki yang merujuk adalah suami bagi perempuan yang dirujuk yang dia
menikahi istrinya itu dengan nikah yang sah, dan laki-laki yang merujuk itu mestilah
seseorang yang mampu melaksanakan pernikahan dengan sendirinya, yaitu telah dewasa
dan sehat akalnya dan bertindak dengan kesadarannya sendiri. Seseorang yang masih
belum dewasa atau dalam keadaan gila tidak sah ruju’ yang dilakukannya. Begitu pula
bila rujuk itu dilakukan atas paksaan dari orang lain, tidak sah rujuknya. Tentang sahnya
rujuk orang yang mabuk karena sengaja minum-minuman yang memabukkan, ulama
berbeda pendapat sebagaimana berbeda pendapat dalam menetapkan sahnya akad yang
dilakukan oleh orang mabuk.

12
2. Perempuan yang dirujuk, adapun syarat sahnya rujuk bagi perempuan yang dirujuk itu
adalah perempuan itu istri yang sah dari laki-laki yang merujuk, istri itu telah diceraikan
dalam bentuk talak raj’i. Tidak sah merujuk istri yang masih terikat dalam tali
perkawinan atau telah ditalak namun dalam bentuk talak ba’in, istri itu masih berada
dalam iddah talak raj’i. Laki-laki masih mempunyai hubungan hukum dengan istri yang
ditalaknya secara talak raj’i, selama berada dalam iddah. Sehabis iddah itu putuslah
hubungannya sama sekali dan dengan sendirinya tidak lagi boleh dirujuknya, dan istri itu
telah digaulinya dalam masa perkawinan itu. Tidak sah rujuk kepada istri yang
diceraikannya sebelum istri itu sempat digaulinya, karena rujuk hanya berlaku bila
perempuan itu masih berada dalam iddah, istri yang dicerai sebelum digauli tidak
mempunyai iddah, sebagaimana disebutkan sebelumnya.

Menurut Wahbah al Zuhaily dalam Nuruddin dan Tarigan mengatakan bahwa hal-hal yang
tidak termasuk dalam syarat rujuk yaitu:
1. Kerelaan istri, dalam rujuk tidak disyaratkan dalam kerelaan istri, karena hak rujuk itu
adalah hak suami yang tidak tergantung pada izin atau persetujuan pihak lain
2. Tidak disyaratkan suami untuk memberi tahu istrinya karena lagi-lagi rujuk merupakan
hak suami, dan
3. Saksi ketika rujuk, saksi tidak diperlukan bagi suami yang akan kembali kepada istrinya.
Akan tetapi ulam sepakat mengatakan bahwa adanya saksi itu dianjurkan sekedar untuk
berhati-hati belaka.

H. Tata Cara Rujuk


Mengenai tata cara dalam rujuk, ada beberapa pasal yang mengatur tata cara dalam rujuk.
Diantara pasal-pasal yang mengatur tata cara dalam rujuk serta tata caranya ialah:
Pasal 167 KHI:
1. Suami yang hendak merujuk istrinya datang bersama-sama istrinya ke Pegawai Pencatat
Nikah atau Pembantu Pegawai Pencatat Nikah yang mewilayahi tempat tinggal suami
istri dengan membawa penetapan tentang terjadinya talak dan surat keterangan lain yang
diperlukan,

13
2. Rujuk dilakukan dengan persetujuan istri di hadapan Pegawai Pencatat Nikah atau
Pembantu Pencatat Nikah,
3. Pegawai Pencatat Nikah memeriksa dan menyelidiki apakah suami yang akan merujuk itu
memenuhi syarat-syarat merujuk menurut hukum munakahat, apakah rujuk yang
dilakukan itu masih dalam talak raj’i, apakah perempuan yang akan dirujuknya itu adalah
istrinya,
4. Setelah itu suami mengucapkan rujuknya dan masing-masing yang bersangkutan beserta
saksi-saksi menandatangani Buku Pendaftaran Rujuk dan
5. Setelah rujuk itu dilaksanakan, Pegawai Pencatat Nikah menasehati suami istri tentang
hukum-hukum dan kewajiban mereka yang berhubungan dengan rujuk.

I. Hukum Rujuk
Adapun hukum rujuk, yaitu :
1. Wajib, terhadap suami yang mentalak salah seorang istrinya sebelum dia sempurnakan
pembagian waktunya terhadap istri yang ditalak,
2. Haram, apabila rujuknya berniat menyakiti istri,
3. Makruh, kalau perceraian itu lebih baik dan berfaedah bagi keduanya,
4. Mubah, ini adalah hukum rujuk yang asli dan,
5. Sunnah, apabila suami bermaksud untuk memperbaiki istrinya atau rujuk itu lebih
berfaedah bagi keduanya.

J. Hak Rujuk
Hak merujuk bekas suami terhadap bekas istrinya yang ditalak raj’i diatur berdasarkan Firman
Allah surat Al Baqarah ayat 228 yang menyatakan: “Dan suami-suami berhak merujukinya
dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami itu) menghendaki ishlah (perbaikan)”.
Bekas suami yang merujuk bekas istrinya yang ditalak raj’i mempunyai batasan bahwa bekas
suami itu bermaksud baik dan untuk mengadakan perbaikan. Tidak dibenarkan bekas suami
mempergunakan hak merujuk itu dengan tujuan yang tidak baik atau berbuat zalim.

14
K. PENGERTIAN IDDAH
Iddah berasal dari adad artinya menghitung atau menunggu. Maksudnya adalah perempuan
atau istri menghitung hari-harinya dan masa bersihnya. Menurut istilah, iddah mengandung
arti lamanya perempuan (istri) menunggu dan tidak boleh menikah setelah bercerai atau
ditinggal mati suaminya.
Jadi, iddah adalah satu masa dimana perempuan yang telah diceraikan, baik cerai hidup atau
mati, harus menunggu untuk meyakinkan apakah rahimnya telah berisi atau kosong dari
kandungan.

L. Macam-macam Iddah
Iddah terbagi atas beberapa macam diantaranya ialah:
1. Iddah Talak

Iddah talak artinya iddah yang terjadi karena perceraian. Iddah Talak pun di bagi menjadi
dua yaitu:
a. Perempuan yang masih haid. Iddahnya adalah tiga kali suci atau tiga kali haid,
sesuai dengan Firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 228;
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'.
tidak boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika
mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak
merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah.
dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara
yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

b. Perempuan yang belum haid atau tidak lagi haid (menopause). Iddahnya adalah tiga
bulan sesuai dengan Firman Allah dalam Surat At Talaq ayat 4:
“Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-
perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), Maka masa iddah
mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid”.

15
2. Iddah Hamil

Iddah Hamil adalah iddah yang terjadi apabila pempuan yang diceraikan itu sedang
hamil. Iddah mereka adalah sampai melahirkan kandungannya. Firman Alloh swt.
Dalam Surat At Talaq ayat 4:
“Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka
melahirkan kandungannya. dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya
Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”.
3. Iddah Wafat

Iddah wafat yaitu iddah yang terjadi apabila seorang perempuan ditinggal mati suaminya.
Dan adapun iddahnya adalah empat bulan sepuluh hari. Firman Allah swt dalam Surat
Al Baqarah ayat 234:
“Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri
(hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari.
kemudian apabila telah habis 'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu (para wali)
membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat”.

M.Hikmah masa iddah


Adapun hikmah iddah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bersihnya rahim seorang perempuan
2. Memberi kesempatan kepada suami istri yang berpisah untuk kembali kepada kehidupan
semula, jika mereka menganggap hal tersebut baik.
3. Menjungjung tinggi masalah perkawinan yaitu untuk menghimpunkan orang-orang arif
mengkaji masalahnya, dan memberikan waktu berpikir panjang.
4. Kebaikan perkawinan tidak dapat terwujud sebelum kedua suami istri sama-sama hidup
lama dalam ikatan akadnya

16
BAB III

PENUTUP
A.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah:
Talak menurut bahasa adalah membuka ikatan, baik ikatan nyata seperti ikatan kuda atau ikatan
tawanan atau pun ikatan ma’nawi seperti nikah. Talak menurut syara’ ialah melepaskan taali
perkawinan dan mengakhiri tali pernikahan suami istri.
Rujuk dalam pengertian etimologi adalah kembali, sedangkan dalam pengertian terminologi
adalah kembalinya suami kepada hubungan nikah dengan istri yang telah dicerai raj’i bukan
cerai ba’in, dan dilaksanakan selama istri dalam masa iddah. Dalam hukum perkawinan islam
rujuk merupakan tindakan hukum yang terpuji.         

17
Daftar Pustaka

Ramulyo, Muhammad Idris. 1996. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Amiq.(2014).Talak Dalam Hukum Islam.http://digilib.uinsby.ac.id/1298/5/Bab%202.pdf. dikutip
pada taggal 22 November 2019

Lestari.(2014).Talak dan Rujuk. http://digilib.uinsby.ac.id/1298/5/Bab%202.pdf. Dikutip pada


tanggal 22 November 2019

Muttaqin.(2014).Iddah. http://digilib.uinsby.ac.id/1362/5/Bab%202.pdf . dikutip pada tanggal 22


November 2019

18

Anda mungkin juga menyukai