Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH TENTANG HIKMAH TALAK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Fiqih Munakahat

Dosen Pengampu,

Zaid Al-Amin, S.H.I., M.A.

Disusun oleh :

Syarmi Nabila Said 12104044

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PONTIANAK

2022
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kita kepada Allah SWT yang telah

memberikan kita banyak sekali rahmat, karunia, serta anugerahnya. Tidak lupa

shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada nabi kita Nabi Muhammad

SAW beserta para keluarga, dan para sahabat, dan para pengikutnya. Saya

mengucapkan rasa syukur atas limpahan nikmat sehat baik itu keseharan fisik

maupun pikiran sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan Makalah Fikih

Munakahat ini dengan judul “Hikmah Talak”.

Saya telah berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai sebuah

kesempurnaan dalam menyusun makalah ini. Akan tetapi sangat tidak menutup

kemungkinan bahwa makalah ini memiliki kekurangan di dalamnya. Oleh karena

itu, saya membutuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini di kemudian hari.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat dalam

pengetahuan serta wawasan kita. Saya memohon maaf yang sebesar-besarnya

apabila makalah ini memiliki kekurangan di dalamnya.

Pontianak, 3 november 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Hikmah Talak............................................................................................3
BAB III.....................................................................................................................5
PENUTUP................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkawinan adalah perjanjian yang suci, kuat, dan teguh antara seorang

pria dan seorang wanita untuk hidup bersama secara sah dan membentuk

keluarga yang kekal, penuh kasih, damai, bahagia. Untuk melakukan hal

tersebut diperlukan saling pengertian dan saling pengertian terhadap

kepentingan kedua belah pihak, terutama yang berkaitan dengan hak dan

kewajiban.1 Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam ayat 21 Surat Ar-

Rum:

Menurut Tafsir Quraish Shihab, “Ayat-ayat dalam Surah ar-Rum artinya:

Salah satu tanda kekuasaan-Nya adalah dia telah menciptakan pasangan hidup

yang istimewa untukmu, laki-laki sebagai suami dan perempuan sebagai ‘anf

usikum’, yaitu dirimu sendiri. agar kalian bisa saling menjaga dengan damai

dan tentram yaitu menjaga setiap pasangan dan dia telah menciptakan di

antara kalian potensi untuk membangun mawadah dan kasih sayang dengan

menerapkan pedomannya. Mawaddah harus dijaga karena hati ada di

“tangan” Tuhan dan dia memiliki kekuatan untuk membalikkannya antara

cinta dan benci, suka dan tidak suka..2

1
Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 2.
2
M.Quraish Shuhab, Menabur Pesan Illahi: Al-Qur‟an dan dinamika kehidupan masyarakat,
(Jakarta: Lentera hati, 2006), 143

1
Perceraian atau talak merupakan perbuatan hukum yang diperbolehkan

oleh Islam. Dalam hal ini, perceraian dapat dilakukan karena alasan yang

diperbolehkan secara agama. Namun banyak pasangan suami istri yang

terkadang kesal dengan emosinya sendiri, dan terkadang masalah kecil saja

bisa mengancam keutuhan keluarga, dan akhirnya perceraian sebagai solusi.

Ada dua jenis lafaz talak, sharih (jelas) dan kinayah (sarkastik). Perceraian

dalam Syariah tidak disengaja dan menggunakan 3 pengucapan, talak (talak),

pisah (firaq), dan pisah (sarah).

Jadi jika seorang suami berkata kepada istrinya, "Kamu cerai" atau "Aku

cerai." Sedangkan talak kinayah (sarkasme) adalah kalimat yang mengandung

talak atau konotasi lainnya. Jika seorang suami berkata kepada istrinya:

“Pulanglah engkau kerumah keluargamu” atau “Pergilah” kalimat sindiran ini

tergantung pada niat, artinya kalau tidak diniatkan untuk perceraian maka

tidaklah jatuh talak tetapi apabila diniatkan untuk menceraikan istrinya maka

jatuhlah talak.3

3
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul wahhab Sayyed, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Amzah,
2009), 264

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hikmah Talak

Allah SWT berfirman: "Talak (rujuk) dua kali. Setelah itu, Anda dapat

berdamai dengan pria besar, atau bercerai dengan cara yang baik." (Al-Baqarah:

229). Jika seorang pria menceraikan istrinya, pertama atau kedua, dia tidak

berhak mengusir istrinya dari rumah sampai akhir masa idahnya, bahkan jika istri

tidak boleh meninggalkan rumah tanpa izin suaminya. Hal ini karena Islam

sangat menginginkan agar amarah yang menyulut api perceraian segera sirna.

Kemudian Islam menganjurkan untuk sesegera mungkin memulihkan

kehidupan keluarga yang harmonis, seperti yang disebutkan oleh Raab kami

dalam sabdanya, “Wahai Nabi, jika kamu menceraikan istrimu, maka kamu harus

dapat (menghadapi) perceraian mereka ketika iddah. masuk akal) dan hitunglah

waktu iddah dan bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Jangan bawa mereka

keluar rumah dan jangan biarkan mereka (mengizinkan) keluar kecuali mereka

melakukan sesuatu yang terang-terangan kebencian. Itulah hukum-hukum Allah,

dan barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia

telah menzalimi dirinya sendiri. Entahlah, mungkin Allah akan menciptakan

sesuatu yang baru setelah itu. (Ath-Thalaq: 1) Bisa jadi sang suami menyesali

keputusan psikis istrinya, dan Alata Allah memiliki keinginan yang kuat untuk

mendamaikan (mengembalikan) dirinya dalam hatinya agar proses rujuk menjadi

lebih mudah dan lebih mudah.

Allah SWT mengizinkan perceraian, tetapi juga membencinya, kecuali

untuk kepentingan yang lebih baik dari suami atau istri atau untuk kepentingan

anak-anak mereka. Karena biasanya perceraian itu sendiri terjadi karena masalah

keluarga yang selalu dipengaruhi oleh pertengkaran antara kedua belah pihak,

3
Secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan psikologis

keturunan, dan juga mempengaruhi hubungan baik antara suami istri dan dua

keluarga besar.Oleh karena itu, jika perceraian memang jalan terakhir dan tidak

akan menimbulkan masalah baru, maka perceraian mengandung hikmah yang

besar. . perceraian.

Jika perceraian dibenci Allah, maka rujuk harus diridhoi Allah, karena

tujuan rujuk itu sendiri adalah untuk memperbaiki hubungan keluarga yang

hampir terkoyak oleh perceraian. Akan tetapi, seperti halnya perceraian, rujuk

membawa hikmah yang baik jika untuk kemaslahatan kedua belah pihak atau

kemaslahatan keturunan mereka..4

4
https://suduthukum.com/2016/11/akibat-hukum-serta-hikmah-talak-dan.html

4
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam agama Islam, talak hukumnya diperbolehkan, dengan tujuan

memberikan kesempatan untuk memperbaiki hubungan antara suami-istri. Jika

suami mentalak isterinya berupa talak 1 atau talak 2, maka hukumnya si suami

tidak memiliki hak mengusir si istri dari rumah sampai masa idah selesai, tidak

hanya itu juga, isteri yang baru ditalak sampai talak 2 juga belum bisa keluar

rumah kecuali mendapatkan izin dari suami. Hal ini bertujuan jika suami

memiliki perasaan menyesal atas keputusannya, dan daam hatinya memiliki

keinginan yang kuat untuk rujuk (kembali) kepada istri, sehingga yang demikian

lebih gampang dan lebih mudah untuk proses rujuk.

5
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Abdul wahhab Sayyed, Fiqih Munakahat,

(Jakarta: Amzah, 2009), 264

Moh. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 2.

M.Quraish Shuhab, Menabur Pesan Illahi: Al-Qur‟an dan dinamika kehidupan

masyarakat, (Jakarta: Lentera hati, 2006), 143

https://suduthukum.com/2016/11/akibat-hukum-serta-hikmah-talak-dan.html

Anda mungkin juga menyukai