Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI


“PUTUSNYA PERNIKAHAN”

OLEH KELOMPOK III:


1. TIARA PRATIWI
2. NADIA PUTRI ISLAMI
3. SULTAN AZIZ
4. RAHMAD FILARDI
5. DELVIA TIARA

KELAS : XII IPS 1

GURU PEMBIMBING : WILDA KHAIRATI S.Ag

SEKOLAH MENENGAH ATAS


SMA N 1 PANGKALAN KEC. PANGKALAN KOTO BARU
KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
TP. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya bagi kita
semua sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah BAB Pernikahan ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Wilda Khairati, S.Ag, selaku guru pembimbing mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian makalah ini.
2. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah banyak
membantu dan mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh Karena itu
kami sangat berterima kasih apabila ada kritik atau saran yang membangun untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik dan nantinya dapat bermanfaat bagi penyusun serta
kalangan pembaca pada umumnya.

Pangkalan, November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I       PENDAHULUAN


A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 1

BAB II      PEMBAHASAN


A. Pengertian Talak...................................................................... 2
B. Macam-macam Talak.............................................................. 3
C. Bentuk-bentuk Talak................................................................ 5

BAB III    PENUTUP


A.   Kesimpulan  ........................................................................... 9
B.   Saran  ..................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA  ............................................................................ 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakekatnya setiap manusia memiliki nafsu dan akal fikiran. Itu
yang membedakan dengan makhluk hidup ciptaan Tuhan yang lain. Manusia
dikatakan sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk
lain. Untuk mangaktualisasikan berkah dari Tuhan yang berupa nafsu dan fikiran
ini manusia bisa merealisasikannya dengan saling cinta-mencintai, sayang-
menyayangi dan saling menjaga satu sama lainnya.
Dalam hubungannya antara manusia yang satu dan manusia yang lain
tentu harus ada norma-norma atau nilai-nilai yang harus dipatuhi. Manusia tidak
lantas bebas berbuat apa saja dengan manusia yang lain. Sebagai contoh, untuk
dapat dikatakan atau diakui dalam hubungannya sebagai suami dan isteri,
manusia harus mensahkannya dengan perkawinan. Dan kemudian mendaftarkan
perkawinannya tersebut sehingga perkawinan tersebut memperoleh kepastian
hukum. Baik dari segi agama maupun dari segi hukum.
Manusia itu tidak akan berkembang tanpa adanya perkawinan, karena
dengan adanya perkawinan menyebabkan adanya keturunan dan keturunan
menimbulkan keluarga yang berkembang menjadi kerabat dan akhirnya menjadi
masyarakat.
Namun suatu saat dalam hubungan keluarga pasti ada saja yang berjalan
tidak sesuai dengan rencana. Perkawinan bisa saja putus di tengah jalan. Dan hal
itu disebabkan oleh para pihak sendiri maupun oleh pihak lain atau pihak ke-3.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perceraian/talak serta penjelasannya?
2. Apa saja macam-macam talak?
3. Apa pengertian fasakh, ila’, li’an dan khuluk serta penjelasannya?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Talak

Talak berasal dari kata ithlaq ( ‫ ) أآلطآلق‬yang berarti melepaskan atau


meninggalkan. Dalam istilah agama talak berarti melepaskan ikatan perkawinan atau
bubarnya hubungan perkawinan.1

Al-jaziry mendefinisikan :‫الطالق ازالة النكاح او نقصان حله بلفظ محصوص‬

“ Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan


ikatanya dengan menggunakan kata-kata tertentu.”

Menurut abu zakaria al-anshari,talak ialah: ‫حل عقد النكاح بلفظ الطالق ونحوه‬

“ melepas tali akad nikah dengan kata talak dan yang semacamnya.”

Jadi,talak itu ialah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah


hilangnya ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya.2

Melepaskan ikatan pernikahan,artinya membubarkan hubungan suami istri


sehingga berakhirlah perkawinan atau terjadi perceraaian. Menurut sayyid sabiq
(1987:7),apabila telah terjadi perkawinan,yang harus dihindari adalah
perceraain,meskipun perceraaian bagian dari hukum adanya persatuan atau
perkawinan itu sendiri. Perceraain mendatangkan kemudharatan, sedangkan sesuatu
yang memudharatkan harus di tinggalkan, meskipun cara meninggalkanya senantiasa
berdampak buruk bagi yang lainnya.

Perceraain hanya boleh dilakukan apabila mengandung unsur kemaslahatan


dan setoap jalan perdamaian antara suami istri yang bertikai tidak menghasilkan
kebaikan. Perceraain setidaknya merupakan alternatif yang lebih mendidik kedua
belah pihak. Ketika terjadi konflik suami istri,salah satu jalan harus di pilih:

1. Meneruskan perkawinan tersebut yang berarti membiarkan kehidupan rumah


tangga sebagai neraka

1
Sayyid Sabiq. 2006. Fiqih Sunnah jilid.3. Jakarta: Pena Pundi Aksara, h.135

2
Dr.H.Abd.Rahman Ghazaly,M.A. 2006. Fiqih Munakahat. Jakarta: Kencana, h.192

2
2. Mengadakan perpisahan secara jasmaniah ,sementara tetap dalam status sebagai
suami istri, merupakan penyiksaan lahir batin terutama bagi pihak istri
3. Melakukan perceraian dan masing masing pihak menjadi bebas dan leluasa untuk
merenungkan dan mempertimbangkan kenbali kehidupan rumah tangganya.
Mereka bebas untuk meneruskan perceraian dan bebas pula untuk rukun kembali.3

Jika ikatan antara suami istri sedemikian kuatnya maka tidak sepantasnya
apabila hubungan tersebut di rusak dan di sepelekan, setiap usaha untuk
menyepelekan hubungan pernikahan dan melemahkannya sangat dibenci oleh Islam
karena ia merusak kebaikan dan menghilangkan kemaslahatan antara suami istri.
Ibnu umar berkata bahwa rasulullah saw,bersabda:
‫اكم‬VV‫و داود والح‬VV‫ أبغض الحالل الى هللا الطالق { روه اب‬: ‫ال‬VV‫ ق‬.‫لم‬VV‫ه وس‬VV‫لى هللا علي‬VV‫ول هللا ص‬VV‫ر ان رس‬VV‫عن ابن عم‬
} ‫وصححه‬
“ Perbuatan halal yang sangat di benci oleh Allah adalah talak” (HR abu dawud dan
hakim dan di shahihkan olehnya)
Siapapun yang merusak hubungan antara suami istri dia tidak mempunyai
tempat terhormat dalam islam. Demikian dijelaskan dalam sebuah hadist Nabi Saw
Artinya:
“Rasulullah SAW bersabda “ tidak termasuk golongan kami seseorang yang
merusak hubungan seseorang perempuan dari suaminya” (HR.Abu dawud dan nasai)4
a. isteri yang ditalak sudah pernah digauli, bila belum pernah digauli maka bukan
termasuk talak sunni.

B. Macam-macam Talak
Talak dapat dibagi menjadi beberapa macam dengan melihat ke waktu
menjatuhkannya, kemungkinan suami kembali istrinya, cara menjatuhkannya,
kondisi suami pada waktu mentalak, dan lain-lain. Di antara macam-macam talak
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Ditinjau dari segi waktu dijatuhkannya talak atau kondisi isteri waktu
talak itu diucapkan, talak dibedakan menjadi:
1. Talak Sunni 

3
Drs.Beni Ahmad saebani. 2001. Fiqih munakahat 2. Bandung: Pustaka Setia, h. 55-56

4
Op.cit, h.136

3
Adalah talak yang pelaksanaannya sesuai dengan tuntunan al-Qur'an
dan sunnah. Pengkategorian talak sunni diperlukan empat kriteria:
1. Istri sudah pernah dikumpuli. Ketika istri pada waktu ditalak
belum pernah dikumpuli tidak termasuk ke dalam talak sunni.
2. Istri segera melakukan iddah setelah ditalak. Di antara
tuntunan menjatuhkan talak, adalah dalam masa istri yang
ditalak langsung memasuki masa iddah.
3. Istri yang ditalak dalam keadaan suci, baik di awal suci atau di
akhir suci. Oleh karen a itu ketika isteri ditalak dalam keadaan
haid atau nifas atau belum pernah haid atau sudah tidak haid
lagi, tidak termasuk talak sunni.
4. Pada waktu suami menjatuhkan talak istri tidak sedang dalam
keadaan di campuri. Ketika istri dalam masa suci sebelum
ditalak dicampuri lebih dahulu oleh suami, tidak termasuk
talak sunni.
2. Talak Bid'iy , yaitu talak yang dijatuhkan tidak menurut tuntunan
agama. Talak yang termasuk ke dalam talak bid'iy adalah:
1. Talak yang dijatuhkan pada waktu istri sedang menjalani
menstruasi atau sedang nifas.
2. Talak yang dijatuhkan pada waktu istri dalam keadaan suci tetapi
telah dikumpuli lebih dahulu.
3. Talak bid'iy dilarang karena membahayakan istri yaitu
memperpanjang masa iddah.

b. Ditinjau dari kemungkinan suami merujuk kembali istrinya atau tidak,


talak dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Talak raj'i y, yaitu talak yang si suami diberi hak untuk kembali
kepada istri yang diatalaknya tanpa harus melalui akad nikah yang
baru, selama istri masih dalam masa iddah. Talak raj'iy tidak
menghilangkan ikatan perkawinan sama sekali. Yang termasuk ke
dalam talak raj'iy adalah talak satu atau talak dua.
2. Talak ba'in , yaitu talak yang tidak diberikan hak kepada suami untuk
ruju 'kepada istrinya. Bila suami ingin kembali ke mantan istrinya,
harus dilakukan dengan akad nikah yang baru yang memenuhi unsur-
4
unsur dan syarat-syaratnya. Talak ba'in ini menghilangkan tali ikatan
suami istri. Talak bai'in terbagi kepada:
a. Ba'in sughra , yaitu talak yang tidak memberikan hak ruju 'kepada
suami tapi suami bisa menikah kembali kepada istrinya dengan
tidak disyaratkan istri harus menikah dahulu dengan laki-laki
lain. Yang termasuk talak ba'in sughra adalah talak satu dan talak
dua.
b. Ba'in kubra , yaitu talak ketika suami ingin kembali ke mantan
istrinya, selain harus dilakukan dengan akad nikah yang baru,
disyaratkan istri terlebih dahulu harus sudah menikah dengan
orang lain dan telah diceraikan. Yang termasuk talak ba'in kubra
adalah talak yang ketiga kalinya.5

C. Bentuk-bentuk Talak
1. Khuluk
Talak khuluk atau talak tebus ialah bentuk perceraian atas persetujuan suami-
isteri dengan jatuhnya talak satu dari suami kepada isteri dengan tebusan harta
atau uang dari pihak isteri dengan tebusan harta atau uang dari pihak isteri yang
menginginkan cerai dengan khuluk itu.
Adanya kemungkinan bercerai dengan jalan khuluk ini ialah untuk
mengimbangi hak talak yang ada pada suami. Dengan khuluk ini si isteri dapat
mengambil inisiatif untuk memutuskan hubungan perkawinan dengan cara
penebusan. Penebusan atau pengganti yang diberikan isteri pada suaminya
disebut juga dengan kata “iwald”.
Syarat sahnya khuluk ialah:
a. Perceraian dengan khuluk itu harus dilaksanakan dengan kerelaan dan
persetujuan suami-isteri.
b. Besar kecilnya uang tebusan harus ditentukan dengan persetujuan
bersama antara suami-isteri.
Apabila tidak terdapat persetujuan antara keduanya mengenai jumlah
uang penebus, Hakim Pengadilan Agama dapat menentukan jumlah uang tebusan
itu. Khuluk dapat dijatuhkan sewaktu-waktu, tidak usah menanti isteri dalam

5
Kopral Anjay, “Macam-macam Talak”, di akses di
http://super-anjay.blogspot.com/2013/12/macam-macam-talak.html/ pada tanggal 4-12-2013

5
keadaan suci dan belum dicampuri, hal ini disebabkan karena khuluk itu terjadi
atas kehendak isteri sendiri.

2. Fasakh
Arti fasakh ialah merusakkan atau membatalkan. Ini berarti bahwa
perkawinan itu diputuskan/dirusakkan atas permintaan salah satu pihak oleh
hakim Pengadilan Agama. Biasanya yang menuntut fasakh di pengadilan adalah
isteri.
Adapun alasan-alasan diperbolehkannya seorang isteri menuntut fasakh di
pengadilan:
a. Suami sakit gila.
b. Suami menderita penyakit menular yang tidak dapat diharapkan dapat
sembuh.
c. Suami tidak mampu atau kehilangan kemampuan untuk melakukan
hubungan intim.
d. Suami jatuh miskin hingga tidak mampu memberi nafkah pada isterinya.
e. Isteri merasa tertipu baik dalam nasab, kekayaan atau kedudukan suami.
f. Suami pergi tanpa diketahui tempat-tinggalnya dan tanpa berita, sehingga
tidak diketahui hidup atau mati dalam kurun waktu tertentu.6

3. Ila’
Arti daripada ila’ ialah bersumpah untuk tidak melakukan suatu pekerjaan.
Dalam kalangan bangsa Arab jahiliyah perkataan ila’ mempunyai arti khusus
dalam hukum perkawinan mereka, yakni suami bersumpah untuk tidak
mencampuri isterinya, waktunya tidak ditentukan dan selama itu isteri tidak
ditalak ataupun diceraikan. Sehingga kalau keadaan ini berlangsung berlarut-
larut, yang menderita adalah pihak isteri karena keadaannya tekatung-katung dan
tidak berketentuan.
Berdasarkan Al-Quran, surat Al-Baqarah ayat 226-227, dapat diperoleh
ketentuan bahwa:
a. Suami yang meng-ila’ isterinya batasnya paling lama hanya empat bulan.
b. Kalau batas waktu itu habis maka suami harus kembali hidup sebagai
suami-isteri atau harus mentalaknya.
6
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam (Yogyakarta: UII press, 2010) hal. 85.

6
Bila sampai batas waktu empat bulan itu habis dan suami belum mentalak
isterinya atau meneruskan hubungan suami-isteri, maka menurut Imam Abu
Hanifah suami yang diam saja itu dianggap telah jatuh talaknya satu kepada
isterinya.
Apabila suami hendak kembali meneruskan hubungan dengan isterinya,
hendaklah ia menebus sumpahnya dengan denda atau kafarah. Kafarah sumpah
ila’ sama dengan kafarah umum yang terlanggar dalam hukum Islam. Denda
sumpah umum ini diatur dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 89, berupa salah
satu dari empat kesempatan yang diatur secara berurutan, yaitu:
a. Memberi makan sepuluh orang miskin menurut makan yang wajar yang
biasa kamu berikan untuk keluarga kamu, atau
b. Memberikan pakaian kepada sepuluh orang miskin, atau
c. Memerdekakan seorang budak, atau kamu tidak sanggup juga maka
d. Hendaklah kamu berpuasa tiga hari.

4. Li’an
Arti li’an ialah laknat yaitu sumpah yang di dalamnya terdapat pernyataan
bersedia menerima laknat Tuhan apabila yang mengucapkan sumpah itu berdusta.
As-Sayyid Sabiq dalam Fiqh as-Sunnah mengemukakan: "Bahwa li'an adalah
sumpah yang diucapkan oleh suami/istri ketika menuduh istrinya/suaminya
berbuat zina dengan empat kali ucapan (persaksian sumpah) bahwa dia termasuk
orang yang benar (dalam tuduhannya) dan ucapan (sumpah ) yang kelima
menyatakan bahwa laknat Allah baginya jika ia termasuk orang yang bohong.
Akibatnya ialah putusnya perkawinan antara suami-isteri untuk selama-lamanya.
Proses pelaksanaan perceraian karena li’an diatur dalam Al-Quran syrat An-
Nur ayat 6-9, sebagai berikut:
a. Suami yang menuduh isterinya berzina harus mengajukan saksi yang
cukup yang turut menyaksikan perbuatan penyelewengan tersebut.
b. Kalau suami tidak dapat mengajukan saksi, supaya ia tidak terkena
hukuman menuduh zina, ia harus mengucapkan sumpah lima kali.
Empat kali dari sumpah itu ia menyatakan bahwa tuduhannya benar,
dan sumpah kelima menyatakan bahwa ia sanggup menerima laknat
Tuhan apabial tuduhannya tidak benar (dusta).

7
c. Untuk membebaskan diri dari tuduhan si isteri juga harus bersumpah
lima kali. Empat kali ia menyatakan tidak bersalah dan yang kelima ia
menyatakan sanggup menerima laknat Tuhan apabila ia bersalah dan
tuduhan suaminya benar.
d. Akibat dari sumpah ini isteri telah terbebas dari tuduhan dan ancaman
hukuman, namun hubungan perkawinan menjadi putus untuk selama-
lamanya.7

7
Ibid.,

8
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Jadi talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah
hilangnya ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya. Talak adalah
perbuatan halal namun sangat di benci oleh Allah SWT. Talak di bagi menjadi
berbagai macam tergantung dari situasi dan kondisinya yaitu: Khulu’, Fasakh,
Ila’, dan Li’an.
Rujuk adalah kembali sebagai suami-isteri antara laki-laki dan wanita
yang melakukan perceraian dengan jalan talak raj’i selama masih dalam masa
iddah tanpa melalui akad pernikahan yang baru.
Masa menunggu atau tenggang waktu sesudah jatuh talak, dalam waktu
mana si suami boleh merujuk kembali isterinya di sebut masa iddah.
Akibat hukum putusnya pernikahan di atur dalam Pasal 41 Undang-
undang Perkawinan.

B. Saran
Dari beberapa Uraian diatas jelas banyaklah kesalahan serta kekeliruan, baik
disengaja maupun tidak, dari itu kami harapkan kritik dan sarannya untuk
memperbaiki segala keterbatasan yang kami punya, sebab manusia adalah tempatnya
salah dan lupa.

9
DAFTAR PUSTAKA

Rasjid, Sulaiman. 1976. Fiqh Islam. Jakarta: At-Tahiriyyah.


Ghazaly, Abdurrahman. 2003. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana.
Sakti Rangkuti, “Pengertian Talak Atau Perceraian Dalam Islam”, di akses di
http://saktirangkuti.blogspot.com/2013/01/pengertian-talak-atau-perceraian-
dalam.html
Kopral Anjay, “Macam-macam Talak”, di akses di http://super-
anjay.blogspot.com/
Bashir, Ahmad Azhar. 2010. Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: UII press.
Abdullah, “Penjelasan Sederhana Tentang Talak (perceraian), Rujuk dan Iddah
(setelah diperbaiki/dilengkapi)”, di akses di
http://tauhiddansyirik.wordpress.com/2013/01/29/1299/
Prodjohamidjo, Martiman. 2002. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta:
Indonesia Legal Centre Publishing.

10

Anda mungkin juga menyukai