PERCERAIAN
(dibuat Untuk Memenuhi Tugas Pelajaran Pendidikan Agama Islam)
Di Susun Oleh:
Kelompok 3
1. Gita Anzani
2. Nikita Az-Zahra
3. Coki Dena Januarsyah
4. Dimas Saputra
5. Farid Ikhwanul Jabal
Kelas : XII TKJ 1
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah Perceraian ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa
shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah PAI yang berjudul Makalah Perceraian ini. Dan kami juga menyadari
pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini
sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan Makalah Perceraian ini sehingga kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah Perceraian ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................2
A. Pengertian Cerai...........................................................................................................2
B. Jenis - Jenis Perceraian.................................................................................................2
C. Hukum Cerai Dalam Islam...........................................................................................4
D. Syarat Sah Cerai Dalam Islam.....................................................................................5
E. Pembagian Harta Cerai Dalam Islam...........................................................................5
F. Hak Asuh Anak Saat Cerai Dalam Islam.....................................................................7
G. Dalil Perceraian............................................................................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................................9
A. Kesimpulan...................................................................................................................9
B. Saran.............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam Islam pernikahan adalah sesuatu hal yang sangat sakral dan apabila
hubungan tidak dapat dilanjutkan maka harus diselesaikan secara baik-baik.
Perceraian memang tidak dilarang dalam agama Islam, namun Allah membenci
sebuah perceraian. Bercerai adalah jalan terakhir ketika terjadi permasalahan dan
saat semua cara telah dilakukan untuk mempertahankan rumah tangga, namun tetap
tidak ada perubahan.
Pada kesempatan kali ini kelompok kami akan membahas tentang Perceraian
dalam pandangan islam, yang akan dikemas disebuah makalah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Cerai Dalam Islam?
2. Apa saja Jenis-jenis Penceraian?
3. Bagaimana Hukum Cerai Dalam Islam?
4. Apa saja Syarat Sah Cerai Dalam Islam?
5. Bagaimana Pembagian Harta Cerai Dalam Islam?
6. Bagaimana Hak Asuh Anak Saat Cerai Dalam Islam?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Pengertian Cerai Dalam Islam
2. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Penceraian
3. Untuk Mengetahui Hukum Cerai Dalam Islam
4. Untuk Mengetahui Syarat Sah Cerai Dalam Islam
5. Untuk Mengetahui Pembagian Harta Cerai Dalam Islam
6. Untuk Mengetahui Hak Asuh Anak Saat Cerai Dalam Islam
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN CERAI
Cerai dalam Islam adalah adalah melepaskan status ikatan perkawinan atau
putusnya hubungan pernikahan antara suami dan istri. Dengan adanya perceraian,
maka gugurlah hak dan kewajiban keduanya sebagai suami dan istri. Artinya,
keduanya tidak lagi boleh berhubungan sebagai suami istri, misalnya menyentuh
atau berduaan, sama seperti ketika belum menikah dulu. Al-Qur'an juga mengatur
adab dan aturan dalam berumah tangga, termasuk bagaimana jika ada masalah yang
tak terselesaikan dalam rumah tangga. Islam memang mengizinkan perceraian, tapi
Allah membencinya. Itu artinya, bercerai adalah pilihan terakhir bagi pasangan
suami istri ketika memang tidak ada lagi jalan keluar lainnya. Allah berfirman: “Dan
jika mereka berketetapan hati hendak menceraikan, maka sungguh, Allah Maha
Mendengar, Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 227).
Ayat tentang hukum perceraian ini berlanjut pada surat Al-Baqarah ayat 228
hingga ayat 232. Di sana diterangkan aturan-aturan mengenai hukum talak, masa
iddah bagi istri, hingga aturan bagi perempuan yang sedang dalam masa iddah-nya.
Di dalam surat Ath-Thalaq ayat 1-7 juga dibahas aturan-aturan dalam berumah
tangga. Di situ disebutkan tentang kewajiban suami terhadap istri hingga bagaimana
aturan ketika seorang istri berada dalam masa iddah. Dari beberapa ayat tersebut,
diketahui bahwa dalam Islam perceraian itu tidak dilarang, namun harus mengikuti
aturan-aturan tertentu. Tentu saja aturan-aturan ini sangat memperhatikan
kemaslahatan suami dan istri dan mencegah adanya kerugian di salah satu pihak.
3
Adanya perlakuan buruk dari suami kepada istrinya.
b. Khulu’
Ini adalah perceraian yang merupakan kesepakatan antara suami dan
istri dengan adanya pemberian sejumlah harta dari istri kepada suami.
Terkait dengan hal ini, penjelasannya terdapat pada surat Al-Baqarah ayat
229.n atau talak.
4
5. Perceraian Haram
Hal ini terjadi jika seorang suami menceraikan istrinya saat istri sedang haid atau
nifas, atau ketika istri pada masa suci dan di saat suci tersebut suami telah
berjimak dengan istrinya. Selain itu, suami juga haram menceraikan istrinya jika
bertujuan untuk mencegah istrinya menuntut hartanya. Tidak hanya itu,
diharamkan juga untuk mengucapkan talak lebih dari satu kali.
5
hasil pemikiran para alim ulama dan umara’, sehingga dapat disebut “fikih Islam
Indonesia”,.
Dalam Pasal 35 UU Perkawinan dikenal harta bersama. Dalam pasal
tersebut, harta dalam perkawinan (rumah tangga) dibedakan menjadi:
Harta yang diperoleh selama perkawinan yang menjadi "harta bersama".
Harta bawaan masing-masing suami istri, baik harta tersebut diperoleh
sebelum menikah atau dalam pernikahan yang diperoleh masing-masing
sebagai harta pribadi, contohnya, hadiah atau warisan.
Harta pribadi sepenuhnya berada di bawah penguasaan masing-masing
sepanjang para pihak tidak menentukan lain.
Demikian juga dalam Pasal 85 – Pasal 97 KHI, disebut bahwa harta
perkawinan dapat dibagi atas:
Harta bawaan suami, yaitu harta yang dibawa suami sejak sebelum
perkawinan.
Harta bawaan istri, yaitu harta yang dibawanya sejak sebelum perkawinan.
Harta bersama suami istri, yaitu harta benda yang diperoleh selama
perkawinan yang menjadi harta bersama suami istri.
Harta hasil hadiah, hibah, waris, dan shadaqah suami, yaitu harta yang
diperolehnya sebagai hadiah atau warisan.
Harta hasil hadiah, hibah, waris, dan shadaqah istri, yaitu harta yang
diperolehnya sebagai hadiah atau warisan.
Mengapa dua sumber hukum Islam yang berlaku di Indonesia mengakui ada
harta bersama? Sebab perkawinan itu dianggap sebagai bentuk syirkah, yaitu
bersatu, berserikat untuk membentuk rumah tangga. Dengan kata lain adalah
percampuran atau berserikatnya dua orang dalam akad nikah untuk
mengikatkan diri dan membentuk rumah tangga. T. M. Hasbi Ash Shiddiqie
dalam buku Pedoman Rumah Tangga, perkawinan menjadikan istri syirkatur
rojuli filhayati. Artinya, kongsi sekutu seorang suami dalam melayani bahtera
hidup, maka antara suami istri dapat terjadi syarikah abadan (perkongsian tidak
terbatas).
Itulah sebabnya di Pengadilan Agama ketika ada kasus cerai dalam Islam
dan mempersoalkan harta yang diperoleh selama perkawinan, maka akan
6
dipertimbangkan harta dalam perkawinan sebagaimana ketentuan Pasal 35 UU
Perkawinan dan Pasal 85 – Pasal 97 KHI.
G. DALIL PERCERAIAN
a. Surat al-baqarah ayat 229
َالَّطاَل ُق َم َّر ٰت ِن ۖ َفِاْمَس اٌۢك ِبَم ْع ُرْو ٍف َاْو َتْس ِرْيٌۢح ِبِاْح َس اٍن ۗ َو اَل َيِح ُّل َلُك ْم َاْن َتْأُخ ُذ ْو ا
ِمَّم ٓا ٰا َتْيُتُم ْو ُهَّن َش ْئًـا ِآاَّل َاْن َّيَخ اَف ٓا َااَّل ُيِقْيَم ا ُح ُد ْو َد ِهّٰللاۗ َفِاْن ِخ ْفُتْم َااَّل ُيِقْيَم ا ُح ُد ْو َد
7
ِهّٰللاۙ َفاَل ُج َناَح َع َلْيِهَم ا ِفْيَم ا اْفَتَد ْت ِبٖه ۗ ِتْلَك ُح ُد ْو ُد ِهّٰللا َفاَل َتْعَتُد ْو َهاۚ َو َم ْن َّيَتَع َّد
ٰۤل
ُح ُد ْو َد ِهّٰللا َفُاو ِٕىَك ُهُم الّٰظ ِلُم ْو َن
Artinya :
Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan
dengan baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil
kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami
dan istri) khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu
(wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah,
maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh istri)
untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu
melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-
orang zalim.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cerai dalam Islam adalah adalah melepaskan status ikatan perkawinan atau
putusnya hubungan pernikahan antara suami dan istri. Dengan adanya perceraian,
maka gugurlah hak dan kewajiban keduanya sebagai suami dan istri. Artinya,
keduanya tidak lagi boleh berhubungan sebagai suami istri, misalnya menyentuh
atau berduaan, sama seperti ketika belum menikah dulu. Al-Qur'an juga mengatur
adab dan aturan dalam berumah tangga, termasuk bagaimana jika ada masalah yang
tak terselesaikan dalam rumah tangga. Islam memang mengizinkan perceraian, tapi
Allah membencinya. Itu artinya, bercerai adalah pilihan terakhir bagi pasangan
suami istri ketika memang tidak ada lagi jalan keluar lainnya. Allah berfirman:
“Dan jika mereka berketetapan hati hendak menceraikan, maka sungguh, Allah
Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah: 227).
B. SARAN
Sebagamaina dijelaskan dalam ajaran islam kita bisa melihat kembali tujuan
pernikahan bukan sebatas kegiatan transaksional. Baik istri maupun suami
merupakan makhluk yang berakal budi dan memiliki hak yang adil dalam keluarga.
Di mana istri bukan objek seksual serta alat reproduksi suami, dan sebaliknya.
9
DAFTAR PUSTAKA
- https://www.merdeka.com/jateng/cara-mencegah-perceraian-dalam-islam-pahami-
tujuan-pernikahan kln.html#:~:text=Cara%20mencegah%20perceraian%20dalam
%20Islam%20yang%20pertama%20yaitu%20melihat%20kembali,alat
%20reproduksi%20suami%2C%20dan%20sebaliknya.
- https://www.orami.co.id/magazine/cerai-dalam-islam?page=3
10