Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERCERAIAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK :
NAMA : 1. SITI MARDIANA
2. LOLA AMELIA
3. AFWAN ALFARIZI
4. RISKY MARTUA
5. FAUZAN HADI
KELAS : XI MIPA
MATA PELAJARAN : FIQIH
GURU PEMBIMBING : WARAS BIMANSYAH, S.Pd

YAYASA PENDIDIKAN AL-MUHAJIRIN PINANGSORI


MADRASAH ALIYAH
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan
penerangan jalan bagi setiap kaum muslimin berupa Alquran dan Sunah Rasulullah
Saw. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan
kita yakni Nabi Muhammad Saw, yang telah mengajarkan suri tauladan yang baik,
bagaimana hidup beriringan dengan cahaya kebenaran. Semoga keselamatan
tercurahkan pula kepada keluarganya, para sahabatnya dan kepada seluruh kaum
muslimin hingga akhir zaman.
Atas berkat rahmat dan karunia Allah Swt, makalah yang diberi judul
Perceraian dapat terselesaikan dengan baik. Tersusunnya makalah ini tidak terlepas
dari usaha penyusun dalam mengumpulkan berbagai sumber sebagai literatur,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Semoga makalah tentang perceraian dalam perspektif islam ini dapat
memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan
dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Pinangsori, 27 Juli 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................3
A. Pengertian Talak (Perceraian) .......................................................................3
B. Dasar Hukum Talak (Perceraian) ..................................................................4
C. Macam-macam Talak (Perceraian) ...............................................................6
D. Alasan Talak (Perceraian) .............................................................................7
E. Dampak Talak (Perceraian) ...........................................................................8
F. Solusi Menghindari Perceraian .....................................................................9
BAB III PENUTUP ...................................................................................................13
A. Kesimpulan ...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang senantiasa mendambakan suasana lingkungan yang kondusif,


penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkunga di mana
mereka tinggal. Tetapi hal yang selalu terlupakan untuk menciptakan kondisi yang
demikian adalah bagaimana menjaga dan melestarikan iklim tersebut agar tetap
harmonis, walaupun sedang dihadapkan dengan berbagai cobaan
kehidupan.kedamaian akan senantiasa diperoleh jika mengedepankan pemikiran yang
jernih dengan tetap mempertahankan, menjaga, dan memahami hak dan kewajiban
manusia sebagai makhluk sosial dalam lingkungan yang homogen.
Tidak terkecuali dalam kehidupan berumah tangga, baik suami, isteri, dan
anak-anak dituntut untuk menciptakan kondisi keluarga yang sakinah, mawaddah, wa
rahmah. Untuk menciptakan kondisi demikian, tidak hanya berada di pundak isteri
(sebagai ibu rumah tangga) atau suami (sebagai kepala rumah tangga) semata, tetapi
secara bersama-sama berkesinambungan membangun dan mempertahankan keutuhan
pernikahan. Karena pernikahan dalam Islam tidak semata-mata sebagai kontrak
keperdataan biasa, tetapi memiliki nilai ibadah.
Untuk menjaga kelanggengan sebuah pernikahan, setiap pasangan
berkewajiban memelihara prinsip pernikahan (sakinah, mawaddah, wa rahmah),
saling melengkapi dan melindungi. Dengan demikian, peran untuk membangun dan
mempertahankan keluarga bahagia menjadi kewajiban kolektif, suami, isteri, dan
anak-anak yang dilahirkan dari pernikahan tersebut.
Namun demikian, kehidupan pernikahan tidak selamanya berjalan harmonis.
Cobaan-cobaan kecil sebagai tanda adanya konflik setiap saat bisa muncul. Pada
kondisi tertentu bisa membuat suami isteri bertengkar, dan akhirnya sampai pada
suatu titik di mana keduanya tidak menemukan satu kata sepakat untuk
mempertahankan keluarganya. Ketika masing-masing pihak tetap bersikeras pada

1
pendiriannya untuk berpisah, dan upaya apapun gagal ditempuh, maka perceraian
tidak dapat dihindari sebagai jalan terakhir.
Namun permasalahan tidak berakhir setelah perceraian. Perceraian dapat
berakibat juga pada anak dari pihak-pihak yang bercerai. Bahkan kasus perceraian di
Indonesia sendiri banyak terjadi, mengingat dalam Islam perceraian merupakan hal
yang diperbolehkan namun dibenci oleh Allah Swt. Maka dari itu, perceraian inilah
yang dijadikan pembahasan penulis untuk dikaji dalam perspektif islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai


berikut:
1. Bagaimana hakikat talak dalam perspektif Islam?
2. Bagaimana perceraian di Indonesia dalam perspektif Islam?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Talak (Perceraian)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perceraian berasal dari kata cerai
artinya pisah, putus hubungan sebagai suami istri, talak. Perceraian artinya
perpisahan, perihal bercerai (antara suami istri), perpecahan.
Di dalam buku Fiqih Munakahat (Tihami dan Sahrani, 2009: 229) Talak
(perceraian) secara bahasa dan teks dalam nash yang bermakna talak berawal dari
kata tha-la-ka (‫ق‬EE‫ )طل‬dengan bentuk masdar (‫ )طالق‬dengan maksud ithlak (‫)إطالق‬
artinya lepasnya suatu ikatan perkawinan dan berakhirnya hubungan perkawinan.
Perceraian (talak) menurut Fuqoha mempunyai makna istilah pada dasarnya
sama, akan tetapi penjabarannya berbeda, di antaranya:
a. Sayyid Sabiq dalam kitab karangannya Fiqhus Sunnah mendefinisikan talak
dengan:
‫حل رابطة الزواج و إنهاء العالقة الزوجية‬
Melepas tali ikakatan perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri.
b. Abu Ishaq Ibrahim dalam kitabnya Al-Muhadzzab Fi Fiqhi Imam As-Syafi’i
memberikan definisi talak dengan:
‫حل عقد النكاح بلفظ الطالق و نحوه‬
Talak ialah melepas tali akad nikah dengan kata talak dan semacamnya.
c. Imam Taqiyuddin Abu Bakar dalam kitab Kifayataul Akhyar Fi Halli
Ghayatil Ikhtishar mengemukakan definisi talak dengan:
‫اسم لحل قيد النكاح‬
Sebutan yang dipakai untuk melepas ikatan perkawinan.
d. Al-Jaziri dalam kitab Al-Fiqh ‘Ala Madzahibil Arba’ah mendefinisikan talak
dengan:
‫الطالق إزالة النكاح أو نقصان حله بلفظ مخصوص‬

3
Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan
ikatannya dengan menggunakan kata-kata tertentu.
Jadi, talak adalah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah
hilangnya ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya.

B. Dasar Hukum Talak (Perceraian)

a. Hukum Islam
Memang tidak terdapat dalam al-Qur’an ayat-ayat yang menyuruh atau
melarang eksistensi perceraian itu, sedangkan untuk perkawinan ditemukan beberapa
ayat yang menyuruh melakukannya. Meskipun banyak ayat al-Qur’an yang mengatur
talak tetapi isinya hanya sekedar mengatur bila talak itu terjadi, meskipun dalam
bentuk suruhan atau larangan. Kalau mau mentalak seharusnya sewaktu istri itu
berbeda dalam keadaan yang siap untuk memasuki masa iddah, seperti dalam firman
Allah dalam surat At-Thalaq ayat 1:

‫َياَأُّيَها الَّنِبي ِإَذ ا َطَّلْقُتُم الِّنَس آَء َفَطِّلُقوُهَّن ِلِع َّد ِتِهَّن‬

“Hai Nabi bila kamu mentalak istrimu, maka talaklah dia sewaktu masuk ke
dalam iddahnya”.

Demikian pula dalam bentuk melarang, seperti firman Allah dalam surat al-
Baqarah ayat 232:
‫َو ِإَذ ا َطَّلْقُتُم الِّنَس آَء َفَبَلْغ َن َأَج َلُهَّن َفَال َتْعُض ُلوُهَّن َأن َينِك ْح َن َأْز َو اَج ُهَّن‬
“Apabila kamu mentalak istrimu dan sampai masa iddahnya, maka janganlah
kamu enggan bila dia nikah suami yang lain”.
Meskipun tidak ada ayat al-Qur’an yang menyuruh atau melarang melakukan
talak yang mengandung arti hukumnya mubah, namun talak itu termasuk perbuatan
yang tidak disenangi Nabi. Hal ini mengandung arti perceraian itu hukumnya makruh.
Adapun ketidak senangan Nabi kepada perceraian itu terlihat dalam hadisnya dari

4
Ibnu Umar. Menurut riwayat Abu Daud, Ibnu Majah dan disahkan oleh Hakim.
Sabda Nabi:
‫َأْبَغُض اْلَح اَل ِل ِإَلى ِهَّللا َتَع اَلى الَّطاَل ُق‬
“Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah talak”.

Walaupun hukum asal dari talak itu adalah makruh, namun melihat keadaan
tertentu dalam situasi tertentu, maka hukum talak itu adalah sebagai berikut:
1) Nadab atau sunnah, yaitu dalam keadaan rumah tangga sudah tidak dapat
dilanjutkan dan seandainya dipertahankan juga kemudaratan yang lebih
banyak akan timbul;
2) Mubah atau boleh saja dilakukan bila memang perlu terjadi perceraian dan
tidak ada pihak-pihak yang dirugikan dengan perceraian itu sedangkan
manfaatnya juga ada kelihatannya;
3) Wajib atau mesti dilakukan yaitu perceraian yang mesti dilakukan oleh hakim
terhadap seseorang yang telah bersumpah untuk tidak menggauli istrinya
sampai masa tertentu, sedangkan ia tidak mau pula membayar kafarat sumpah
agar ia dapat bergaul dengan istrinya. Tindakan itu memudharatkan istrinya;
4) Haram talak itu dilakukan tanpa alasan, sedangkan istri dalam keadaan haid
atau suci yang dalam masa itu ia telah digauli.

b. Hukum Positif di Indonesia


Undang-undang atau peraturan yang digunakan dalam proses perceraian di
pengadilan yaitu:
1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, Undang-undang Perkawinan yang
mengatur tentang perceraian secara garis besar.
2) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975, Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang No. 1 Tahun 74 mengatur detail tentang pengadilan mana yg
berwenang memproses perkara cerai mengatur detail tentang tatacara
perceraian secara praktik.

5
3) Undang-Undang No. 23 Tahun 1974, Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) bagi seseorang yang mengalami kekerasan/penganiyaan
dalam rumah tangganya.

C. Macam-macam Talak (Perceraian)

Nunung dalam jurnalnya (2017: 4), Ditinjau dari segi tatacara bercerai di
Pengadilan Agama maka bentuk perceraian dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:
1. Cerai talak ialah putusnya perkawinan atas kehendak suami karena alasan
tertentu dan kehendaknya itu dinyatakan dengan ucapan tertentu. Tidak dapat
dikatakan dengan lisan dan juga dengan tulisan, sebab kekuatan penyampaian
baik melalui ucapan maupun tulisan adalah sama. Perbedaannya adalah jika
talak disampaikan dengan ucapan, maka talak itu diketahui setelah ucapan
talak disampaikan suami. Sedangkan penyampaian talak dengan lisan
diketahui setelah tulisan tersebut terbaca, pendapat ini disepekati oleh
mayoritas ulama.
2. Cerai gugat ialah suatu gugatan yang diajukan oleh istri terhadap suami
kepada pengadilan dengan alasan-alasan serta meminta pengadilan untuk
membuka persidangan itu, dan perceraian atas dasar cerai gugat ini terjadi
karena adanya suatu putusan pengadilan. Adapun prosedur cerai gugat telah
diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 pasal 20 sampai pasal
36. Pasal 73 sampai pasal 83 Undang-undang No. 7 tahun 1989. Dalam
hukum Islam cerai gugat disebut dengan khulu’. Khulu’ berasal dari kata
khal’u al-s\aub, artinya melepas pakaian, karena wanita adalah pakaian laki-
laki dan sebaliknya laki-laki adalah pelindung wanita. Para ahli fikih
memberikan pengertian khulu’ yaitu perceraian dari pihak perempuan dengan
tebusan yang diberikan oleh istri kepada suami.

Seorang istri dibenarkan untuk menuntut perceraian pada suaminya bila ia


mempunyai alasan kuat. Ketentuan seperti ini termuat dalam suatu hadits yang
menyatakan:

6
“Dari Ibnu Abbas, ia berkata, Isteri Tsabit bin Qais bin Syamas datang
kepada Nabi Muhammad, lalu ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tidak
mencela dia (suamiku) tentang akhlak dan agamanya, tetapi aku tidak menyukai
kekufuran dalam Islam. Kemudian Rasulullah Saw. bertanya: Maukah engkau
mengembalikan kebunmu kepadanya? Ia menjawab: Ya. Lalu Rasulullah Saw.
bersabda (kepada Tsabit): Terimalah kebunmu itu dan talaklah dia sekali” [H.R.
Bukhari dan Nasa’i].
Adapun yang termasuk dalam cerai gugat dalam lingkungan Pengadilan
Agama itu ada beberapa macam, yaitu:
(1) Fasakh;
(2) Syiqaq;
(3) Khulu’;
(4) Ta'liq Thalaq

D. Alasan Talak (Perceraian)

Alasan-alasan untuk bercerai secara tegas telah diatur di dalam pasal 19


Undang-undang No. 1 Tahun 1974, yang menyebutkan: Ayat 1, perceraian hanya
dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan
berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Ayat 2, untuk
melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami istri itu tidak akan
dapat rukun sebagai suami istri.
Alasan tersebut juga diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975,
pasal 19, menyebutkan, bahwa perceraian dapat terjadi karena alasan sebagai berikut:
1) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan
lain sebagainya yang sukar disembuhkan;
2) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun berturut turut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar
kemampuannya;

7
3) Salah satu pihak mendapatkan hukuman lima tahun atau hukuman yang lebih
berat setelah perkawinan berlangsung;
4) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak yang lain;
5) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat atau tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri;
6) Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan
tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Sedangkan di dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 116, menambahkan 2


alasan lagi selain yang disebutkan di atas:
1) Suami melanggar ta'liq talaq;
2) Peralihan Agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak
harmonisan dalam rumah tangga.

E. Dampak Talak (Perceraian)

Di antara dampak perceraian menurut Departemen Agama RI dalam bukunya


(2007: 59) terdapat dampak positif dan negatif, yakni sebagai berikut:
a. Perceraian dapat membebaskan isteri dari segala tekanan dan kekerasan
b. Perlu waktu yang cukup untuk menyesuaikan diri setelah perceraian terjadi
c. Mengubah status isteri yang semula menurut UU Perkawinan adalah ibu
rumah tangga, tetapi pasca perceraian statusnya berubah menjadi kepala
keluarga dan bertindak sebagai orang tua tunggal (single parent) bagi anak-
anaknya
d. Dapat melahirkan traumatis pada anak, terutama karena anak-anak
menyaksikan konflik terbuka antara ayah dan ibunya yang terjadi sebelum
perceraian

Dalam Peraturan Pemerintah No. 9/1975 sebagai Peraturan Pelaksanaan


Undang-undang Perkawinan (Undang-undang No 1/1974) tidak disebutkan atau tidak

8
diatur tentang akibat perceraian ini. Hanya dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
pasal 41 disebutkan bahwa akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah:
a. Baik ibu atau Bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik
anakanaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada
perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, pengadilan memberikan
keputusannya;
b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan
pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataan tidak
dapat memberikan kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa
ibu ikut memikul biaya tersebut;
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya
penghidupan dan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri-istri.

F. Solusi Menghindari Perceraian

Konsekuensi dari sebuah pernikahan adalah mewujudkan rumah tangga dan


damai, indah, tenang, harmonis, dan menghindari hal-hal yang merujuk pada
perceraian. Berikut ini merupakan solusi efektif untuk mencegah sekaligus
menghindari terjadinya perceraian dalam rumah tangga:
1. Cukupi kebutuhan lahir
Kebutuhan lahir bisa meliputi finansial, pangan, rumah, perabotan, dan
beberapa kebutuhan sekunder lainnya. Semua kebutuhan lahir akan bisa didapatkan
jika ekonomi rumah tangga dalam keadaan yang cukup. Pastikan Anda mempunyai
pekerjaan yang layak sebelum menikah dan bisa mencukupi kebutuhan lahir rumah
tangga, khususnya bagi seorang suami.

2. Cukupi kebutuhan batin


Salah satu penyebab terjadinya perceraian adalah karena kebutuhan batin
tidak tercukupi. Anda mungkin lebih sering mendengar kebutuhan batin dengan
sebutan sex. Ini penting karena salah satu tujuan utama pernikahan adalah untuk
memenuhi hasrat sex secara halal.

9
3. Pastikan komunikasi aktif
Komunikasi adalah hal yang sangat pokok dalam sebuah rumah tangga.
Komunikasi pasif antara suami istri bisa menimbulkan berbagai masalah yang
menyebabkan terjadinya perceraian. Pastikan Anda lebih mengenal pasangan Anda
untuk menumbuhkan komunikasi aktif.

4. Bersikaplah terbuka
Bersikap terbuka bisa berarti Anda mendiskusikan setiap masalah rumah
tangga kepada pasangan Anda. Apapun masalah yang datang dalam rumah tangga
adalah tanggung jawab kedua pasangan, jadi jangan menyimpan dan memendam
masalah itu sendiri. Selain itu, masing-masing psangan harus mengetahui semua hal
tentang rumah tangga, misalkan penghasilan uang, pengeluaran uang, dan hal-hal
lainnya.

5. Hindari diskriminasi
Pastikan Anda tidak mempermasalahkan perbedaan status keluarga dengan
pasangan Anda. Kaya, miskin, bentuk rupa dan fisik adalah sama, hanya hati yang
membedakan Anda dengan pasangan Anda dihadapan Tuhan. Anda masih
membutuhkan pasangan Anda dalam kehidupan rumah tangga tanpa harus
mengungkit masalah status keluarga.

6. Hindari fanatik tentang perbedaan ide


Setiap manusia mempunyai ide, pendapat, prinsip, keyakinan, dan pemikiran
yang berbeda dengan lainnya. Jika terjadi perbedaan ide dan pemikiran, maka jadikan
perbedaan itu untuk memahami kondisi satu dengan lainnya dan mencari solusi. Anda
tidak perlu fanatik dan mempermasalahkan perbedaan ide karena hal ini dapat
menyebabkan masalah lebih besar dan berujung pada perceraian.

7. Berikan perhatian untuk pasangan Anda


Seperti ketika berpacaran, tetaplah memberikan perhatian kepada pasangan
Anda. Anda tidak boleh membiarkan cinta dan kasih sayang kepada pasangan Anda
layu termakan oleh waktu begitu saja. Saya bisa mengatakan seperti ini karena secara

10
umum cinta dan kasih sayang kepada pasangan akan menurun sepanjang berjalannya
waktu.

8. Luangkan waktu untuk keluarga


Salah satu perhatian yang harus Anda berikan kepada pasangan Anda adalah
dengan meluangkan waktu untuk keluarga. Jangan biarkan kesibukan bekerja menjadi
jurang yang memisahkan. Tentu saja Anda berpikir bahwa tertawa bersama dengan
pasangan Anda akan lebih menyenangkan daripada menguras tenaga dan pikiran
siang malam hanya untuk mencari uang.

9. Hindari pertengkaran
Awal mula dari sebuah perceraian adalah karena sebuah pertengkaran. Tentu,
pertengkaran adalah hal yang pasti terjadi dalam rumah tangga. Tetapi, Anda harus
bersikap bijaksana dalm masalah ini, pastikan Anda mengalah dan tidak membiarkan
pertengkaran menjadi masalah baru yang lebih besar.

10. Positif thinking dan hindari curiga berlebihan


Sebaiknya, Anda juga jangan mencurigai pasangan Anda secara berlebihan,
berpikirlah positif tentangnya. Mencurigai itu boleh selama Anda tidak berlebihan,
karena curiga berlebihan berlebihan akan memancing pertengkaran.

11. Saling intropeksi diri


Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, apalagi dalam interaksi
berumah tangga. Hal yang terbaik adalah mengoreksi diri, saling meminta maaf, dan
memaafkan. Jika kedua pasangan bisa saling intropeksi diri, maka akan sangat mudah
bagi keduanya untuk melupakan kesalahan yang telah dilakukan.

12. Hindari intimidasi dan tindak kekerasan


Tindak kekerasan dan intimidasi (perkataan kotor) yang Anda lontarkan
kepada pasangan Anda akan membuatnya terluka dalam dan membekas. Hal ini
tentunya akan membuat pasangan Anda merasa tidak betah di rumah. Pastikan Anda
bersikap lemah lembut dan tidak membiarkan emosi Anda meluap.

11
13. Putuskan hubungan dengan pihak ketiga
Mencintai orang lain selain pasangan Anda apalagi sampai melakukan
perselingkuhan berarti Anda telah menghianati konsekuensi pernikahan, tidak ada
seorang pun yang rela jika dihianati. Hal yang terbaik bagi keutuhan rumah tangga
Anda adalah memutuskan hubungan dengan pihak ketiga.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Di dalam buku Fiqih Munakahat (Tihami dan Sahrani, 2009: 229) Talak
(perceraian) secara bahasa dan teks dalam nash yang bermakna talak berawal dari
kata tha-la-ka (‫ق‬EE‫ )طل‬dengan bentuk masdar (‫ )طالق‬dengan maksud ithlak (‫)إطالق‬
artinya lepasnya suatu ikatan perkawinan dan berakhirnya hubungan perkawinan.
Talak adalah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah hilangnya
ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya. Firman Allah dalam surat
At-Thalaq ayat 1:

‫َياَأُّيَها الَّنِبي ِإَذ ا َطَّلْقُتُم الِّنَس آَء َفَطِّلُقوُهَّن ِلِع َّد ِتِهَّن‬

“Hai Nabi bila kamu mentalak istrimu, maka talaklah dia sewaktu masuk ke
dalam iddahnya”.
Demikian pula dalam bentuk melarang, seperti firman Allah dalam surat al-
Baqarah ayat 232:
‫َو ِإَذ ا َطَّلْقُتُم الِّنَس آَء َفَبَلْغ َن َأَج َلُهَّن َفَال َتْعُض ُلوُهَّن َأن َينِك ْح َن َأْز َو اَج ُهَّن‬
“Apabila kamu mentalak istrimu dan sampai masa iddahnya, maka janganlah
kamu enggan bila dia nikah suami yang lain”.
Ditinjau dari segi tatacara bercerai di Pengadilan Agama maka bentuk
perceraian dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu cerai talak dan cerai gugat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2014). 13 Tips Menghindari dan Mencegah Terjadinya Perceraian Dalam


Rumah Tangga. [Online] diakses dari laman web
http://www.pelangiblog.com/2014/12/13-tips-menghindari-dan-
mencegah.html
Aplikasi. (2016). Buku Saku: Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Departemen Agama Republik Indonesia. (2007). Perempuan dalam Sistem
Perkawinan dan Perceraian di Berbagai Komunitas dan Adat. Jakarta: Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama.
Tihami dan Sohari Sahrani. (2009). Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Perceraian.
Yushar, Nunung. (2017). Perceraian Dalam Islam (Fiqhi). [Online] diaksed dari
laman http://www.academia.edu/9376983/Perceraian_Dalam_Islam_Fiqhi_.

14

Anda mungkin juga menyukai