PERCERAIAN
DISUSUN OLEH
KELOMPOK :
NAMA : 1. SITI MARDIANA
2. LOLA AMELIA
3. AFWAN ALFARIZI
4. RISKY MARTUA
5. FAUZAN HADI
KELAS : XI MIPA
MATA PELAJARAN : FIQIH
GURU PEMBIMBING : WARAS BIMANSYAH, S.Pd
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan
penerangan jalan bagi setiap kaum muslimin berupa Alquran dan Sunah Rasulullah
Saw. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan
kita yakni Nabi Muhammad Saw, yang telah mengajarkan suri tauladan yang baik,
bagaimana hidup beriringan dengan cahaya kebenaran. Semoga keselamatan
tercurahkan pula kepada keluarganya, para sahabatnya dan kepada seluruh kaum
muslimin hingga akhir zaman.
Atas berkat rahmat dan karunia Allah Swt, makalah yang diberi judul
Perceraian dapat terselesaikan dengan baik. Tersusunnya makalah ini tidak terlepas
dari usaha penyusun dalam mengumpulkan berbagai sumber sebagai literatur,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Semoga makalah tentang perceraian dalam perspektif islam ini dapat
memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan
dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
pendiriannya untuk berpisah, dan upaya apapun gagal ditempuh, maka perceraian
tidak dapat dihindari sebagai jalan terakhir.
Namun permasalahan tidak berakhir setelah perceraian. Perceraian dapat
berakibat juga pada anak dari pihak-pihak yang bercerai. Bahkan kasus perceraian di
Indonesia sendiri banyak terjadi, mengingat dalam Islam perceraian merupakan hal
yang diperbolehkan namun dibenci oleh Allah Swt. Maka dari itu, perceraian inilah
yang dijadikan pembahasan penulis untuk dikaji dalam perspektif islam.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Perceraian berasal dari kata cerai
artinya pisah, putus hubungan sebagai suami istri, talak. Perceraian artinya
perpisahan, perihal bercerai (antara suami istri), perpecahan.
Di dalam buku Fiqih Munakahat (Tihami dan Sahrani, 2009: 229) Talak
(perceraian) secara bahasa dan teks dalam nash yang bermakna talak berawal dari
kata tha-la-ka (قEE )طلdengan bentuk masdar ( )طالقdengan maksud ithlak ()إطالق
artinya lepasnya suatu ikatan perkawinan dan berakhirnya hubungan perkawinan.
Perceraian (talak) menurut Fuqoha mempunyai makna istilah pada dasarnya
sama, akan tetapi penjabarannya berbeda, di antaranya:
a. Sayyid Sabiq dalam kitab karangannya Fiqhus Sunnah mendefinisikan talak
dengan:
حل رابطة الزواج و إنهاء العالقة الزوجية
Melepas tali ikakatan perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri.
b. Abu Ishaq Ibrahim dalam kitabnya Al-Muhadzzab Fi Fiqhi Imam As-Syafi’i
memberikan definisi talak dengan:
حل عقد النكاح بلفظ الطالق و نحوه
Talak ialah melepas tali akad nikah dengan kata talak dan semacamnya.
c. Imam Taqiyuddin Abu Bakar dalam kitab Kifayataul Akhyar Fi Halli
Ghayatil Ikhtishar mengemukakan definisi talak dengan:
اسم لحل قيد النكاح
Sebutan yang dipakai untuk melepas ikatan perkawinan.
d. Al-Jaziri dalam kitab Al-Fiqh ‘Ala Madzahibil Arba’ah mendefinisikan talak
dengan:
الطالق إزالة النكاح أو نقصان حله بلفظ مخصوص
3
Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan
ikatannya dengan menggunakan kata-kata tertentu.
Jadi, talak adalah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah
hilangnya ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya.
a. Hukum Islam
Memang tidak terdapat dalam al-Qur’an ayat-ayat yang menyuruh atau
melarang eksistensi perceraian itu, sedangkan untuk perkawinan ditemukan beberapa
ayat yang menyuruh melakukannya. Meskipun banyak ayat al-Qur’an yang mengatur
talak tetapi isinya hanya sekedar mengatur bila talak itu terjadi, meskipun dalam
bentuk suruhan atau larangan. Kalau mau mentalak seharusnya sewaktu istri itu
berbeda dalam keadaan yang siap untuk memasuki masa iddah, seperti dalam firman
Allah dalam surat At-Thalaq ayat 1:
َياَأُّيَها الَّنِبي ِإَذ ا َطَّلْقُتُم الِّنَس آَء َفَطِّلُقوُهَّن ِلِع َّد ِتِهَّن
“Hai Nabi bila kamu mentalak istrimu, maka talaklah dia sewaktu masuk ke
dalam iddahnya”.
Demikian pula dalam bentuk melarang, seperti firman Allah dalam surat al-
Baqarah ayat 232:
َو ِإَذ ا َطَّلْقُتُم الِّنَس آَء َفَبَلْغ َن َأَج َلُهَّن َفَال َتْعُض ُلوُهَّن َأن َينِك ْح َن َأْز َو اَج ُهَّن
“Apabila kamu mentalak istrimu dan sampai masa iddahnya, maka janganlah
kamu enggan bila dia nikah suami yang lain”.
Meskipun tidak ada ayat al-Qur’an yang menyuruh atau melarang melakukan
talak yang mengandung arti hukumnya mubah, namun talak itu termasuk perbuatan
yang tidak disenangi Nabi. Hal ini mengandung arti perceraian itu hukumnya makruh.
Adapun ketidak senangan Nabi kepada perceraian itu terlihat dalam hadisnya dari
4
Ibnu Umar. Menurut riwayat Abu Daud, Ibnu Majah dan disahkan oleh Hakim.
Sabda Nabi:
َأْبَغُض اْلَح اَل ِل ِإَلى ِهَّللا َتَع اَلى الَّطاَل ُق
“Perbuatan halal yang paling dibenci Allah adalah talak”.
Walaupun hukum asal dari talak itu adalah makruh, namun melihat keadaan
tertentu dalam situasi tertentu, maka hukum talak itu adalah sebagai berikut:
1) Nadab atau sunnah, yaitu dalam keadaan rumah tangga sudah tidak dapat
dilanjutkan dan seandainya dipertahankan juga kemudaratan yang lebih
banyak akan timbul;
2) Mubah atau boleh saja dilakukan bila memang perlu terjadi perceraian dan
tidak ada pihak-pihak yang dirugikan dengan perceraian itu sedangkan
manfaatnya juga ada kelihatannya;
3) Wajib atau mesti dilakukan yaitu perceraian yang mesti dilakukan oleh hakim
terhadap seseorang yang telah bersumpah untuk tidak menggauli istrinya
sampai masa tertentu, sedangkan ia tidak mau pula membayar kafarat sumpah
agar ia dapat bergaul dengan istrinya. Tindakan itu memudharatkan istrinya;
4) Haram talak itu dilakukan tanpa alasan, sedangkan istri dalam keadaan haid
atau suci yang dalam masa itu ia telah digauli.
5
3) Undang-Undang No. 23 Tahun 1974, Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) bagi seseorang yang mengalami kekerasan/penganiyaan
dalam rumah tangganya.
Nunung dalam jurnalnya (2017: 4), Ditinjau dari segi tatacara bercerai di
Pengadilan Agama maka bentuk perceraian dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:
1. Cerai talak ialah putusnya perkawinan atas kehendak suami karena alasan
tertentu dan kehendaknya itu dinyatakan dengan ucapan tertentu. Tidak dapat
dikatakan dengan lisan dan juga dengan tulisan, sebab kekuatan penyampaian
baik melalui ucapan maupun tulisan adalah sama. Perbedaannya adalah jika
talak disampaikan dengan ucapan, maka talak itu diketahui setelah ucapan
talak disampaikan suami. Sedangkan penyampaian talak dengan lisan
diketahui setelah tulisan tersebut terbaca, pendapat ini disepekati oleh
mayoritas ulama.
2. Cerai gugat ialah suatu gugatan yang diajukan oleh istri terhadap suami
kepada pengadilan dengan alasan-alasan serta meminta pengadilan untuk
membuka persidangan itu, dan perceraian atas dasar cerai gugat ini terjadi
karena adanya suatu putusan pengadilan. Adapun prosedur cerai gugat telah
diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 pasal 20 sampai pasal
36. Pasal 73 sampai pasal 83 Undang-undang No. 7 tahun 1989. Dalam
hukum Islam cerai gugat disebut dengan khulu’. Khulu’ berasal dari kata
khal’u al-s\aub, artinya melepas pakaian, karena wanita adalah pakaian laki-
laki dan sebaliknya laki-laki adalah pelindung wanita. Para ahli fikih
memberikan pengertian khulu’ yaitu perceraian dari pihak perempuan dengan
tebusan yang diberikan oleh istri kepada suami.
6
“Dari Ibnu Abbas, ia berkata, Isteri Tsabit bin Qais bin Syamas datang
kepada Nabi Muhammad, lalu ia berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tidak
mencela dia (suamiku) tentang akhlak dan agamanya, tetapi aku tidak menyukai
kekufuran dalam Islam. Kemudian Rasulullah Saw. bertanya: Maukah engkau
mengembalikan kebunmu kepadanya? Ia menjawab: Ya. Lalu Rasulullah Saw.
bersabda (kepada Tsabit): Terimalah kebunmu itu dan talaklah dia sekali” [H.R.
Bukhari dan Nasa’i].
Adapun yang termasuk dalam cerai gugat dalam lingkungan Pengadilan
Agama itu ada beberapa macam, yaitu:
(1) Fasakh;
(2) Syiqaq;
(3) Khulu’;
(4) Ta'liq Thalaq
7
3) Salah satu pihak mendapatkan hukuman lima tahun atau hukuman yang lebih
berat setelah perkawinan berlangsung;
4) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak yang lain;
5) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat atau tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri;
6) Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan
tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
8
diatur tentang akibat perceraian ini. Hanya dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
pasal 41 disebutkan bahwa akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah:
a. Baik ibu atau Bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik
anakanaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada
perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, pengadilan memberikan
keputusannya;
b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan
pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataan tidak
dapat memberikan kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa
ibu ikut memikul biaya tersebut;
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya
penghidupan dan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri-istri.
9
3. Pastikan komunikasi aktif
Komunikasi adalah hal yang sangat pokok dalam sebuah rumah tangga.
Komunikasi pasif antara suami istri bisa menimbulkan berbagai masalah yang
menyebabkan terjadinya perceraian. Pastikan Anda lebih mengenal pasangan Anda
untuk menumbuhkan komunikasi aktif.
4. Bersikaplah terbuka
Bersikap terbuka bisa berarti Anda mendiskusikan setiap masalah rumah
tangga kepada pasangan Anda. Apapun masalah yang datang dalam rumah tangga
adalah tanggung jawab kedua pasangan, jadi jangan menyimpan dan memendam
masalah itu sendiri. Selain itu, masing-masing psangan harus mengetahui semua hal
tentang rumah tangga, misalkan penghasilan uang, pengeluaran uang, dan hal-hal
lainnya.
5. Hindari diskriminasi
Pastikan Anda tidak mempermasalahkan perbedaan status keluarga dengan
pasangan Anda. Kaya, miskin, bentuk rupa dan fisik adalah sama, hanya hati yang
membedakan Anda dengan pasangan Anda dihadapan Tuhan. Anda masih
membutuhkan pasangan Anda dalam kehidupan rumah tangga tanpa harus
mengungkit masalah status keluarga.
10
umum cinta dan kasih sayang kepada pasangan akan menurun sepanjang berjalannya
waktu.
9. Hindari pertengkaran
Awal mula dari sebuah perceraian adalah karena sebuah pertengkaran. Tentu,
pertengkaran adalah hal yang pasti terjadi dalam rumah tangga. Tetapi, Anda harus
bersikap bijaksana dalm masalah ini, pastikan Anda mengalah dan tidak membiarkan
pertengkaran menjadi masalah baru yang lebih besar.
11
13. Putuskan hubungan dengan pihak ketiga
Mencintai orang lain selain pasangan Anda apalagi sampai melakukan
perselingkuhan berarti Anda telah menghianati konsekuensi pernikahan, tidak ada
seorang pun yang rela jika dihianati. Hal yang terbaik bagi keutuhan rumah tangga
Anda adalah memutuskan hubungan dengan pihak ketiga.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam buku Fiqih Munakahat (Tihami dan Sahrani, 2009: 229) Talak
(perceraian) secara bahasa dan teks dalam nash yang bermakna talak berawal dari
kata tha-la-ka (قEE )طلdengan bentuk masdar ( )طالقdengan maksud ithlak ()إطالق
artinya lepasnya suatu ikatan perkawinan dan berakhirnya hubungan perkawinan.
Talak adalah menghilangkan ikatan perkawinan sehingga setelah hilangnya
ikatan perkawinan itu istri tidak lagi halal bagi suaminya. Firman Allah dalam surat
At-Thalaq ayat 1:
َياَأُّيَها الَّنِبي ِإَذ ا َطَّلْقُتُم الِّنَس آَء َفَطِّلُقوُهَّن ِلِع َّد ِتِهَّن
“Hai Nabi bila kamu mentalak istrimu, maka talaklah dia sewaktu masuk ke
dalam iddahnya”.
Demikian pula dalam bentuk melarang, seperti firman Allah dalam surat al-
Baqarah ayat 232:
َو ِإَذ ا َطَّلْقُتُم الِّنَس آَء َفَبَلْغ َن َأَج َلُهَّن َفَال َتْعُض ُلوُهَّن َأن َينِك ْح َن َأْز َو اَج ُهَّن
“Apabila kamu mentalak istrimu dan sampai masa iddahnya, maka janganlah
kamu enggan bila dia nikah suami yang lain”.
Ditinjau dari segi tatacara bercerai di Pengadilan Agama maka bentuk
perceraian dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu cerai talak dan cerai gugat.
13
DAFTAR PUSTAKA
14