Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TALAQ
Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah “Fiqih’
Dosen Pengampu : Musbihin Sahal Lc.,M.A.

Disusun Oleh:
1. Zulfa Hanifah (53040220035)
2. Wiwik Wiyanti (53040220036)

PRODI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
hidayah serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“TALAK” ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam selalu kita hatur tunggikan kepada
junjungan nabi besar Muhammad SAW.

Terimakasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah berkontribusi penuh
dengan memberikan ide, tenaga, dan materi lainnya, sehingga makalah ini tersusun dengan
baik

Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk para pembaca. Terlepas dari
hal tersebut, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi
terciptanya makalah yang baik lagi

Salatiga, 25 November 2022

Kelompok Sepulu

2
DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................................... 1

Kata Pengantar .................................................................................................................... 2

Daftar Isi ............................................................................................................................. 3

Bab I Pendahuluan .............................................................................................................. 4

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 4

Bab II Pembahasan ............................................................................................................. 5

A. Pengertian Talak ..................................................................................................... 5


B. Hukum-hukum Talak .............................................................................................. 6
C. Rukun dan Syarat Talak .......................................................................................... 6
D. Macam-macam Talak.............................................................................................. 11
E. Hikmah Talak.......................................................................................................... 13

Bab III Penutup ................................................................................................................... 14

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 14
B. Saran ....................................................................................................................... 14

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak alasan yang menjadi pertimbangan pasangan yang memutuskan untuk bercerai
hingga terucap kata talak. Namun, perceraian adalah hal terakhir yang dapat diambil oleh
sepasang suami istri yang sedang mengalami masalah yang rumit. Sebenarnya, perceraian
merupakan hal yang tidak diinginkan oleh semua pihak dan tidak disenangi oleh Allah SWT.
Meski begitu, dalam hal tertentu agama Islam memperbolehkan talak atau cerai.
Beberapa jenis talak harus diketahui bagi pasangan yang ingin berpisah.Walapun begitu,
mempertahankan hubungan baik selama pernikahan harus diperjuangkan oleh kedua belah
pihak.
Dalam ketentuan hukum pernikahan Islam, talak artinya melepas ikatan pernikahan
dengan ucapan talak atau perkataan lain yang bermaksud sama. Di dalam fikih sunah Sayyid
Sabiq beliau memberikan definisi talak, yaitu melepaskan tali pernikahan (perkawinan) dan
mengakhiri hubungan suami Istri. Abu Zakaria Al-Ansari dalam kitabnya Fath Al-Wahhab
menyatakan bahwa talak adalah melepas tali akad nikah dengan kalimat talak dan yang
semacamnya. Maksudnya ialah memutuskan ikatan pernikahan yang dulu diikat oleh akad ijab
dan kabul sehingga status suami istri di antara keduanya menjadi hilang. Termasuk juga
hilangnya hak dan kewajiban antara keduannya.

B. Rumusan Masalah
Makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa pengertian talak menurut bahasa dan istilah?
2. Apa saja dasar hukum talak ?
3. Apa saja rukun dan syarat dalam talak ?
4. Apa saja macam-macam talak ?
5. Apa hikmah terjadinya talak?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dituliskan dengan poin-poin sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian talak menurut bahasa dan istilah.
2. Untuk memahami tentang dasar-dasar hukum talak.
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat-syarat dalam talak.
4. Untuk mengetahui macam-macam talak.
5. Untuk mengetahui hikmah adanya talak.

4
BAB ll

PEMBAHASAN

A. Pengertian Talak

Talak menurut bahasa artinya melepas ikatan. Yang berupa isim musytaq dari lafadz ‫اإلطالق‬
adalah meninggalkan dan melepaskan. Menurut al-Jazairi dalam kitabnya al-Fiqh alal
madzahibil arba‟ah memberikan definisi talak sebagai berikut:

‫وص‬
ٍ ‫ص‬ َ ‫الطالق إزالة النكح أو نُ ْق‬
ُ ‫صنَ َح ِّل ِّه ِّب َل ْفظٍ َم ْخ‬

Artinya: “Talak ialah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan ikatannya
dengan menggunakan kata-kata tertentu”.

Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqhus Sunnah memberikan definisi talak sebagai berikut

‫الزواج وإنهاء العالق ِّة الزوجية‬


ِّ ‫َحـ ُّل را ِّبطة‬

Artinya: “Talak ialah melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri”.

Adapun secara istilah para ulama berbeda pendapat dalam memberikan definisinya.
Dalam ensiklopedi Islam disebutkan bahwa menurut mazhab Hanafi dan Hambali talak ialah
pelepasan ikatan perkawinan secara langsung atau pelepasan ikatan perkawinan di masa yang
akan datang. Secara langsung maksudnya adalah tanpa terkait dengan sesuatu dan hukumnya
langsung berlaku ketika ucapan talak tersebut dinyatakan oleh suami. Sedangkan “di masa yang
akan datang” maksudnya adalah berlakunya hukum talak tersebut tertunda oleh suatu hal.
Kemungkinan talak seperti itu adalah talak yang dijatuhkan dengan syarat. Menurut mazhab
Syafi’i talak ialah pelepasan akad nikah dengan lafal talak atau yang semakna dengan lafal itu.
Sedang

kan menurut mazhab Maliki talak ialah suatu sifat hukum yang menyebabkan gugurnya
kehalalan hubungan suami istri.

Menurut pengertian istilah secara umum dari beberapa definisi di atas dapat dipahami
bahwa talak ialah terputusnya ikatan nikah dengan perkataan yang jelas, misalnya : suami
berkata kepada istrinya, "kamu aq ceraikan", atau dengan bahasa sindiran dan suaminya
meniatinya sebagai kata perceraian, misalnya : suami berkata kepada istrinya, " Pergilah kamu
ke keluargamu," Dan talak termasuk perbuatan yang menyebabkan putusnya ikatan
perkawinan yang dengan itu pula gugurlah kehalalan hubungan antara suami istri.

5
B. Hukum-hukum Talak

Talak diperbolehkan untuk menghilangkan madhorot dari salah satu suami istri.

1). Allah SWT berfirman Dalam QS. al-Baqarah : 229.

ِّ‫ش ْيئًا ااال أ َ ْن يَخَافَا اأال يُ ِّق ْي َما ُحدُ ْودَ هللا‬
َ ‫الطالق مرتان فإمساك بمعروف أو تسريح بإحسان وال يحل لكم أن تأخذوا مما أتيتموهن‬
‫مـن يَتَعَدا ُحد ُْودَ هللا فأُولَئكَ هُ ُم ال ا‬
َ‫ظا ِّل ُم ْون‬ ْ ‫ت بِّ ِّه تِّ ْلكَ ُحد ُْودُ هللا فَ َال ت َ ْعتَد ُْوهَا َو‬ َ ‫فَإِّ ْن خِّ ْفت ُ ْم أ َ اال يُ ِّق ْي َما ُحد ُْودَ هللاِّ فَ َال ُجنَا َح‬
ْ َ‫علَ ْي ِّه َما فِّ ْي َما ا ْفتَد‬
)٢٢٩(

Artinya: Talak (yang dapat dirujuk) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang
ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali
sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak
akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami
istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang
bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya.53 Itulah hukum-hukum Allah, maka
janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah
merekaItulah orang-orang yang zalim. (QS. al-Baqarah : 229).

Kemudian sesuatu yang mubah Akan tetapi dibenci oleh Allah SWT. Terdapat pada QS. Ath-
thalaq : 1

‫ط ِّلقُ ْوهُ ان ِّل ِّعداتِّ ِّه ان‬ َ ‫طلا ْقت ُ ُم النا‬


َ ‫سا َء فـ‬ ُّ ‫يَأَيُّ َها النا ِّب‬
َ ‫ي ِّإذَا‬

Artinya : “Hai nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan
mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) indahnya (yang wajar). "(Ath-thalaq:1).

Diriwayatkan oleh al-Hakim yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ‘Abdul Yazid (Abu
Rukanah) metalak istrinya (ummu Rukanah), kemudian ia menikah lagi dengan seorang wanita
Madinah. Istrinya mengadu kepada Rasulullah Saw dengan berkata: “Ya Rasulullah, tidak akan
terjadi hal seperti ini kecuali karena si rambut pirang.” Ayat ini (ath-Thalaaq: 1) turun
berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang menegaskan bahwa kewajiban seorang suami
terhadap istrinya yang ditalak tetap harus ditunaikan sampai habis masa idah, tapi dilarang tidur
bersama.

As-Shabuni dalam tafsirnya menyebutkan bahwa al-Kalabi berkata sebab turunnya ayat ini
ialah, bahwa Rasulullah Saw marah kepada Hafsah karena Nabi merahasiakan suatu perkara
kepadanya tetapi kemudian ia bocorkan kepada Aisyah lalu ia ditalak kemudian turun ayat ini.

6
As-Suda berkata ayat ini diturunkan berkenaan dengan kasus Abdullah bin Umar yang
mentalak istrinya dalam keadaan haid. Kemudian ia disuruh oleh Rasulullah Saw merujuknya
kemudian menahannya sampai ia suci dari haidnya lalu haid lagi kemudian suci lagi. Setelah
itu apabila ia hendak mentalaknya maka talaklah ketika dalam keadaan suci dan belum
dicampuri; itulah masa yang oleh Allah diperintahkan supaya wanita ditalak pada masa itu.
Maka sebagian ulama telah mengharamkan pada suami tidak menceraikan istrinya dalam
keadaan haid. Suami itu harus mencerainya ketika suci dan suci pula dari perbuatan senggama.
Sebab jika telah terjadi senggama lalu timbul kehamilan maka berarti idahnya menjadi panjang,

2).Hadits Nabi SAW

‫َض ال َح َال َل ِّإلَى هللا ال ا‬


ُ‫ط َالق‬ َ ‫ إنأ ْبغَ ال أ ْبغ‬: ‫عن إبن عمر أن رسول هللا وسلم قال‬

Artinya: "Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ‚Perbuatan halal yang sangat
dibenci oleh Allah Azza wa Jalla adalah talak‛."

Imam Abu hanifah Dan imam hambali berkata : talak itu dilarang karna didalamnya terdapat
kufur terhadap kenikamatan nikah. Seperti sabda Rasulullah SAW:

ٍ ‫لَعَنَ هللا كُ ال تذواق مطال‬


‫ق‬

Artinya :"Allah melaknat bagi setiap orang yang suka melakukan cerai. "

Adapun diperbolehkan apabila ada hajat(butuh) yang mendesak. Contoh : suami istri Sudah
tidak ada jalan lain selain cerai . Sedangkan pendapat dari ibnu hajar hukum talak terbagi
sebagai berikut :

1. Wajib jika terjadi konflik antar pasangan suami-istri, hakim menugaskanmediator dua
orang mediator untuk menilai situasi konflik tersebut. Lalu,kedua mediator itu
merekomendasikan bahwa sepasang suami-istri tersebut harus bercerai. Maka suami
harus menceraikan istrinya.

2. Sunnah seorang suami dianjurkan untuk melakukan talak dalam kondisiketika istrinya
kerap tidak menjalankan ibadah-ibadah wajib, seperti shalat wajib, serta tidak ada
kemungkinan memaksa istrinya itu melakukan kewajiban-kewajiban tersebut. Talak
juga sunnah dilakukan ketika istri tidak bisa menjaga diri dari perbuatan-perbuatan
maksiat.

7
3. Mubah, talak boleh dilakukan dalam kondisi ketika suami memiliki istriyang buruk
perangainya, kasar tingkah lakunya, atau tidak bisa diharapkanmenjadi partner yang
ideal guna mencapai tujuan-tujuan pernikahan.Makruh bila dilakukan tanpa alasan
yang kuat atau ketika hubungan suami-istri baik-baik saja.

4. Haram apabila seorang istri di ceraikan dalam keadaan haid, atau keadaan suci dalam
keadaan ketika ia telah disetubuhi didalam masa suci tersebut.

C. Rukun dan Syarat dalam Talak

Rukun ialah unsur pokok yang harus ada dalam talak dan terwujudnya talak tersebut
bergantung pada ada dan lengkapnya unsur-unsur dimaksud. Kemudian pada masing-masing
rukun itu ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Di antara persyaratan itu ada yang
menjadi kesepakan ulama dan ada pula yang masih diperdebatkan. Adapun rukun talak yang
menjadi kesepakatan ulama ada empat yakni suami, istri, sighat talak, dan qasad.

1. Suami

Suami adalah orang yang memilki hak talak dan yang berhak menjatuhkannya. Adapun
syarat sahnya talak yang melekat pada suami ada 3 yakni berakal, balig dan atas kemauan
sendiri.Ketiga syarat ini memberi konsekuensi bahwa talak yang dijatuhkan oleh anak
kecil, orang gila, dan orang yang dipaksa tidak sah.

2. Istri

Rukun yang kedua dari talak adalah istri. Hal ini menunjukan bahwa talak tidaklah sah
apabila dijatuhkan pada wanita yang bukan istrinya.Adapun yang menjadi dalil tidak
sahnya talak yang dijatuhkan kepada wanita yang bukan istrinya adalah hadis Nabi Saw
yang bersumber dari Amru bin Syu’aib;

‫وال طالق له فيما ال يملك‬

Artinya; "Dan tidak ada talak pada sesuatu yang tidak dimilikinya." (HR. atTirmidzi)

3. Shigot talak

Jumhur ulama berpendapat bahwa talak terjadi bila suami yang ingin menceraikan
istrinya mengucapkan ucapan tertentu yang menyatakan bahwa istrinya itu telah lepas dari
wilayahnya. Dengan kata lain, apabila suami hanya berkeinginan atau meniatkan tetapi

8
belum mengucapkan apa-apa, maka belum terjadi talak. berbunyi Hal ini berdasrkan hadis
Nabi Saw yang artinya ; "Telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim Telah
menceritakan kepada kami Hisyam Telah menceritakan kepada kami Qatadah dari Zurarah
bin Aufa dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dari Nabi Saw, beliau bersabda:
"Sesungguhnya Allah memaafkan apa yang dikatakan oleh hati mereka, selama tidak
melakukan atau pun mengungkapnya." Qatadah berkata."Bila ia menceraikan dengan
suara hatinya saja, maka hal itu tidaklah berpengaruh sedikit pun." (Muttafaq ‘alaih).

Adapun persyaratan yang melekat pada sighat ini sebagimana yang disebutkan oleh
Wahbah az-Zuhailī dalam kitab al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuhū sebagai berikut :

a. penggunaan lafal talak memiliki makna, yakni dapat dimengerti dan dipahami baik
secara bahasa, tradisi, tulisan, atau dengan isyarat.

b. Orang yang melafalkan talak harus memahami maknanya meskipun dengan


menggunakan bahasa asing. Jadi apabila seseorang mengucapkan talak dengan bahasa
asing secara terang-terangan maka jatuhlah talak darinya.

c. Penyandaran lafal talak kepada istri atau disandarkan kepadanya secara bahasa. Cara
menentukannya ialah dengan salah satu cara penentuan seperti dari sifat, nama
panggilan, atau dengan isyarat dan dhamir. Misalkan ia berkata, “istriku tertalak” atau
ia isyaratkan kepada istrinya dengan ucapan “kamu ditalak”.

d. Jangan sampai dia merasa ragu pada jumlah talak atau atau lafalnya. Sebab talak secara
terang-terangan tetap terjadi meski dengan lafal yang disimpangkan, seperti perkataan
aku talakh, atau dengan menggunakan huruf hijaiah tha, lam, dan qaf.

4. Qasad

Qasad atau kehendak yakni ucapan talak itu memang dimaksudkan oleh orang yang
mengucapkannya untuk talak bukan untuk yang lain. Oleh karena itu salah ucap yang tidak
dimaksudkan untuk talak dianggap tidak terjadi.84 Menurut hemat peneliti rukun yang
keempat ini sejalan dengan kaidah fikih yang Artinya :“Tiap-tiap perkara itu tergantung
dengan maksud dan tujuannya”.

Meskipun demikian ternyata para ulama mengecualikan apabila talak itu diucapkan
untuk main-main atau senda gurau. Menurut mereka talak seperti itu tetap terjadi talak.
Hal tersebut berdasarkan hadis Nabi Saw yang artinya ;"Ada tiga perkara yang sungguh-

9
sungguhnya menjadi sungguh-sungguh dan senda guraunya menjadi sungguh-sungguh;
nikah, talak, dan rujuk.

"Empat rukun dan termasuk juga persyaratannya di atas merupakan kesepakatan


jumhur ulama. Selain yang telah peneliti sebutkan ada beberapa persyaratan-persyaratan
yang masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Berikut akan peneliti uraikan
persyaratan-persyaratan tersebut.

a) Saksi dalam Talak

Mengenai saksi dalam talak, ulama terbagi menjadi dua golongan. Satu golongan
mengatakan bahwa saksi merupakan syarat sahnya talak dan satu golongan lagi
mengatakan bahwa saksi bukan termasuk syarat sahnya talak. Mereka yang mengatakan
bahwa saksi merupakan syarat sahnya talak berpegang pada surah ath-Thalaq ayat 2 yang
berbunyi;

‫عدْ ٍل ِّم ْنكُ ْم َوا َ ِّق ْي ُموا ال ا‬


ِّ ٰ ِّ َ ‫ش َهادَة‬
‫لِل‬ ْ ‫ارقُ ْوهُ ان ِّب َم ْع ُر ْوفٍ اوا َ ْش ِّهد ُْوا ذَ َو‬
َ ‫ي‬ ِّ َ‫فَ ِّاذَا َب َل ْغنَ ا َ َجلَ ُه ان فَا َ ْم ِّسكُ ْوهُ ان ِّب َم ْع ُر ْوفٍ ا َ ْو ف‬

Artinya:" Apabila mereka telah mendekati akhir idahnya, maka rujukilah mereka dengan
baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang
adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. (QS. ath-
Thalaq ayat 2).

Ayat di atas dipahami oleh sebagian ulama sebagai ayat yang menunjukan bahwa saksi
merupakan syarat sah dari rujuk dan talak. Oleh sebab itu menurut pendapat ini talak tidak
sah kecuali dengan adanya dua orang saksi yang adil dan berkumpul saat penjatuhan
talak.88 Adapun mereka yang mengatakan bahwa saksi bukanlah syarat sahnya talak
memandang bahwa ayat tersebut di atas adalah ayat tentang kesaksian dalam hal rujuk.

b) Kondisi Suami Saat Menjatuhkan Talak

Sebagian ulama menyebutkan bahwa saat menjatuhkan talak suami dituntut dalam
keadaan sehat akalnya, tidak dalam paksaan, tidak dalam keadaan mabuk, dan tidak dalam
kondisi marah. Memang para ulama sepakat bahwa sehat akal dan tidak dalam keadaan
dipaksa termasuk dalam syarat sahnya talak. Namun untuk persyaratan suami tidak boleh
dalam keadaan mabuk dan tidak boleh dalam keadaan marah mereka sedikit berbeda
pendapat. Menurut ulama Syafi’iyah sebagaimana disebutkan dalam Fathul Mu’in apabila
suami mabuk karena sebab yang disengaja, kemudian ia mengucapkan kata-kata talak

10
kepada istrinya maka Sebagian ulama mensyaratkan bahwa saat suami mengucapkan talak
selain ia harus memperhatikan kondisinya ia juga harus memperhatikan kondisi istrinya.
Menurut Ibnu Taimiyah, Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah, Ibnu Hazm, dan segolongan Syi’ah
Imamiyah talak yang dijatuhkan suami terhadap istrinya yang dalam keadaan haid atau
dalam keadaan suci namun sudah digauli dihukumkan tidak berlaku. Untuk itu menurut
pendapat ini jika suami ingin mentalak istrinya maka harus menunggu istrinya dalam
keadaan suci dan belum digauli.

C. Macam-Macam Talak

Pertama Talak dilihat dari berbagai segi bahasa dua macam yaitu :

1. Talak shorih (jelas) talak shorih ialah ungkapan yang tidak mengandung arti selain
talak. Talak shorih memilki 3 lafadz yaitu :

a) At-tholaqu (talak atau cerai) dan lafadz-lafadz yang diambil darinya. Misalnya, "saya
mentalak atau mencerai kamu, " "Engkau adalah orang yang tertalak / tercerai " dan
"wanita yang ditalak / dicerai".
b) Al-firoqu (pisah) misalnya, " Saya memisahimu ", "engkau orang yang terpisah.
c) As-sarohu (bubar) misalnya, " Saya membuabarkanmu ", " Engkau wanita yang
dibubarkan.."

Talak shorih tidak membutuhkan niat. Namun dikecualikan seorang yang dipaksa untuk
mengucap talak makan ungkapan shorih shorih bagi orang tersebut berstatus kinayah.

2. Talak Kinayah

Kinayah adalah setiap kata yang mengandung arti talak. Kinayah itu membutuhkan
niat (agar talak bisa jatuh). Jika dengan kata kinayah seorang berniat mentalak makan
jatuhlah talak. Jika tidak niat makan tidak jatuh. Talak adalah misalnya, ungkapan "engkau
wanita yang bebas dan kosong, kembalilah pada keluargamu" Dan ungkapan-ungkapan
lain. Kedua : Dari segi Ta’liq dan Tanjiz :

Bentuk kata talak ada dua yaitu: Munjazah (langsung) dan Mu’allaqah (menggantung)
Munjazah, yaitu suatu kalimat diniatkan jatuhnya talak oleh orang yang mengatakannya
saat itu juga, seperti jika seorang suami berkata kepada isterinya: Anti Thaaliq (engkau
adalah perempuan yang di talak) talak ini jatuh saat itu juga. Adapun Mu’allaq yaitu suatu

11
kalimat talak yang dilontarkan oleh suami kepada isterinya yang diiringi dengan sya-rat,
seperti jika ia berkata kepada isterinya, “Apabila engkau pergi ke tempat itu, maka engkau
tertalak.”

Hukum perkataan yang demikian, jika ia benar-benar menginginkan talak tatkala syarat
tersebut dilakukan, maka hukumnya seperti apa yang ia inginkan. Adapun jika ia hanya
bermaksud untuk memperingatkan isteri agar tidak berbuat demikian, maka hukumnya adalah
hukum sumpah, yang artinya jika syarat yang disebutkan tidak dilakukan, ia tidak dibebani
apa-apa, namun jika sebaliknya, maka ia harus mem-bayar kafarat karena sumpahnya (ini
adalah madzhab Ibnu Taimiyyah -rahimahullah- sebagaimana disebutkan dalam Majmuu’ al-
Fataawaa .

3. Talak dilihat dari segi boleh tidak bolehnya suami rujuk dengan istrinya dibagi menjadi
dua sebagai berikut :

a) Talak roj'i adalah talak yang jatuh dua kali yang mana suami masih memiliki hak untuk
kembali tanpa adanya wali dan akad nikah yang baru jika masih dalam masa iddahnya.
Contoh : suami menjatuhkan talak 1 kepada istrinya, lalu 2 hari kemudian sang suami
berfikir masih mencintai istrinya dan ingin kembali rujuk dengan istrinya . Caranya
adalah bisa dengan ucapan "saya ingin kembali kepadamu . "Nah disitu seorang suami
tidak perlu merujuk nya dengan wali ataupun akad nikah yang baru karna istri masih
dalam masa iddahnya.
b) Talak ba'in ialah talak yang jatuh 3 kali dan istri tidak bisa dirujuk kembali kecuali
dengan menikah lagi kemudian yang istri merasakan madunya suami yang ke dua lalu
pernikahan tersebut mengalami kegagalan. Contohnya terdapat pada hadis yang
diriwayatkan oleh aisyah ra yang berkata : ada seorang perempuan ia adalah istri dari
rifa'ah al-qurodziyi yang datang menemui nabi Muhammad SAW kemudian
perempuan tsb berkata : aku ditalak ba'in oleh rifa'ah al-qurodziyi , lalu aku menikah
lagi setelahnya dengan Abdurrahman bin zubair akan tetapi Abdurrahman az zubair ia
ibaratkan seperti ujung pakaian, maka nabi tersenyum dan bersabda : (apakah kamu
menginginkan ruju' dengan rifa'ah al-qurodziyi? Jangan, tunggu sehingga kamu
merasakan madunya Abdurrahman dan Abdurrahman merasakan madumu).

12
D. Hikmah Talak

Walaupun talak itu dibenci terjadi dalam suatu rumah tangga, namun sebagai jalan terakhir
bagi kehidupan rumah tangga dalam keadaan tertentu boleh dilakukan. Hikmah di
perbolehkannya talak itu karena adanya dinamika kehidupan rumah tangga kadang-kadang
menjurus kepada sesuatu yang bertentangan dengan tujuan pembentukan rumah tangga itu.
Dalam keadaan begini kalau dilanjutkan juga rumah tangga akan menimbulkan mudarat kepada
dua belah pihak dan orang disekitarnya. Dalam rangka menolak terjadinya bentuk talak
tersebut. Dengan demikian, talak dalam Islam hanyalah untuk tujuan maslahat.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Talak menurut bahasa artinya melepas ikatan. Yang berupa isim musytaq dari lafadz ‫اإلطالق‬
adalah meninggalkan dan melepaskan. Menurut pengertian istilah secara umum talak ialah
terputusnya ikatan nikah dengan perkataan yang jelas, misalnya : suami berkata kepada
istrinya, "kamu aq ceraikan", atau dengan bahasa sindiran dan suaminya meniatinya sebagai
kata perceraian, misalnya : suami berkata kepada istrinya, " Pergilah kamu ke keluargamu,"
Dan talak termasuk perbuatan yang menyebabkan putusnya ikatan perkawinan yang dengan itu
pula gugurlah kehalalan hubungan antara suami istri.

B. Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran. Semoga makalah ini menjadi lebih baik dan bisa bermanfaat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Slamet dan H. Aminuddin, FiqihMunakahat II, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.

Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Minhajul Muslim: Solo: Pustaka Arafah, 2014.

Ma'had attarmasie, 'inayatus tsaniyah, juz III, tremas: pacitan.

Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan dalam Islam, Jakarta: PT Hidaya Karya Agung,1990,
110.

Muslim, Imam, Shohih Muslim, Juz I, Semarang: Toha Putra.

Taqituddin, Kifayatul Akhyar, Juz II (Bandung: Al- Haromain Jaya, 2005.

15

Anda mungkin juga menyukai