KONSEP PERNIKAHAN
FIQIH MUNAKAHAT
Penyusun :
Rini Yani(2120251)
Dosen Pembimbing :
1
Kata Pengantar
Puji syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Taufik wal hidayahNya sehingga,atas seizinNya kita dimudahkan dalam menuntut ilmu dan
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini merupakan salah satu sarana membantu mahasiswa dalam memahami dan
mendeskripsikan Konsep Pernikahan. Konsep ini kemudian dijadikan landsan pemecahan Masalah
yang terjadi. Makalah ini dimaksudkan sebagai buku pegangan dalam rangka Pengembangan potensi
diri pada mahasiswa.
Materi yang telah disesuaikan dengan silabus sekolah tinggi Institut Agama Islam Negeri (IAIN),
sehingga buku ini dapat menjadi acuan pembelajaran bagi para mahasiswa pada Umumnya.
Kami pun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu diharapkan Pada
pembaca saran dan kritikanya yag membangun demi kesempurnaan makalah kita ini.
Penulis
2
Daftar Isi
COVER ....................................................................................................................................................1
KATA
PENGANTAR ..................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan sosial yang memiliki naluri atau keyakinan untuk memiliki,hidup bersama
serta memenuhi kebutuhan reproduksi didalam dirinya.Sama halnya dengan binatang, tumbuhan .
Karena seluruh makhluk yang Allah ciptakan dibumi ini tentu mempunyai kebutuhan kusus yang
harus dipenuhi.Dan ini merupakan fitrah dari sang Ilahi.
Pernikahan merupakan salah satu naluri yang harus dipenuhi bagi setiap manusia.
Sesungguhnya Islam telah memberikan tuntutan kepada pemeluknya yang akan memasuki jenjeng
pernikahan, lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan Allah Swt. Sehingga mereka yang tergolong
ahli Ibadah tidak akan memilih tata car yang lain.
Setiap makhluk pasti ingin berkembang biak dan memiliki keturunan, tetapi yang Membedakan
manusia dengan makhluk-makhluk lainya adalah ikatan pernikahan. Allah Swt Menganjurkan
manusia untuk menikah agar dapat mempertahankan keberadaanya dan Mengendalikan
perkembangbiakan dengan cara yang sesuai dan menurut kaidah norma Agama, Laki-laki dan
perempuan memiliki fitrah yang saling membutuhkan satu sama lain.
Dalam Al-qur’an telah dijelaskan bahwa pernikahan ternyata juga dapat membawa Kedamaian
dalam hidup seseorang. Ini berarti pernikahan sesungguhnya dapat menjanjikan Perdamaian hidup
bagi manusia dimana setiap manusia dapat membangun surga dunia di dalamnya dan sebagai
wasilah menuju ibadah Allah SWT. Semua hal tersebut akan terjadi apabila pernikahan itu benar-
benar di jalani dengan cara yang sesuai dengan jalur yang sudah ditetapkan islam.
B. RUMUSAN MASALAH
Dengan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
A. Pengertian pernikahan
C. Hukum pernikahan
C. TUJUAN PENULISAN
4
3. Untuk mengetahui hukum pernikahan
4. Untuk mengetahui tujuan dan hikamah pernikahan
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP PERNIKAHAN
A. Pengertian Pernikahan
Kata nikah berasal dari bahasa arab: ینكح – نكح- نكاحا
Yang berarti kawin atau nikah.Secara bahasa nikah berarti mengumpulkan, atau sebuah
pengibaratan akan sebuah hubungan intim (wathi’) dan akad sekaligus, yang dalam syari’at
dikenal dengan akad nikah. Dalam referensi lain nikah juga diartikan sebagai akad atau
hubungan badan dan ada pula yang mengartikan sebagai percampuran
عقد على مجرد متعة التلذ ذ یادمیة غیر موجب قیھا یبینھ قبلھ غیر عالم قد حرمتھا أن.
5
4. golongan Hanabilah, beliau mengartikan kata nikah dengan:
ھو عقد یتضمن مالكوط ء بلفظ أنكح أو تزویج على منفعة اإلستمتا.
Artinya: “Aqad yang diucapkan dengan lafaz ankaha atau tazwij
untuk memperoleh manfaat bersenang-senang
Dengan melihat pengertian nikah yang dikemukakan oleh ulama di atas, terdapat dua
unsur pengertian, yaitu perikahan ditujuakan untuk bersenang-senang (bersetubuh) atau
wathi’, selain itu nikah diartikan juga dengan akad (mesti menggunakan kata ankaha atau
tazwij, dengan tujuan tujuannya untuk menghalalkan hubungan peresetubuhan /wathi’
tersebut.)
Dari pengertian kata nikah di atas dapat dipahami bahwa pernikahan adalah perjanjian
yang sakral antara laki-laki dan wanita untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan
kekal. Selain itu pernikahan tidak hanya janji yang menghalalkan persetubuhan, tapi
pernikahan juga merupakan suatu perikatan antara seorang laki-laki dengan perempuan
yang memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dalam hidup berumah tangga sesuai
dengan ajaran Islam.Hal ini tidak lain ialah bentuk ibadah kepada Allah SWT.
2.Dari abu Ayyub RA.Rasulullah bersabdan Adaa 4 hal yang termasuk Sunnah para rosul
yaitu malu, memakai minyak wangi,bersiwak,dan menikah(HR Tirmidzi)
“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri,
Menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki dari
yang baik-Baik. Mengapa mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari
nikmat Allah?”
7
6
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan
untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram Kepadanya, dan
Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnyan Pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kau yang berpikir.”
▪️Syariat Islam memberitahukan bahwa Allah swt. akan memberi kemudahandan kecukupan
bagi orang yang menikah. Allah swt. juga akan memberikemampuan dan kekuatan baginya
untuk menanggung beban tanggung jawab. Pernyataan ini bertujuan untuk memberi
motivasi kepada orang-orang yang enggan dan takut menikah karena beban tanggung jawab
pada keluarganya.
An-Nur ayat 32
Imam Tarmidzi meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah , Rasulullah Saw bersabda:
“ tiga golongan yang berhak mendapatkan pertolongan Allah,yaitu orang yang berjuang
dijalan Allah, seorang budak yang ingin merdeka ,dan orang yang menikah untuk menjaga
kehormatannya”
▪️ Perempuan merupakan sesuatu yang terbaik yang ada di sisi seorang lelaki. Imam Tirmidzi
dan Ibnu Majah meriwayatkan hadits dari Tsauban ra. bahwasanya pada saat Allah swt.
menurunkan ayat, "Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menaftahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka
akan mendapat) siksa yang pedih, " (At-Taubah ayat 34), kami bersama Rasulullah saw..
Kemudian di antara sahabat ada yang berkata, 'Ayat ini diturunkan berkaitan dengan emas
dan perak. Beritahukan kepada kami,apa perkara yang paling baik yang seharusnya kami
cari?" Rasulullah saw bersabda,
“Lisan yang ,hati yang bersyukur, serta seorang istri yang beriman dan membantunya
(meningkatkan) keimanannya.
▪️Menikah merupakan ibadah yang dapat menyempurnakan agama seorang Muslim dan dia
dapat menghadap Allah swt. dengan kondisi yang paling baik dan suci.
“Siapa yang diberi karunia Alkth swt. Berupa istri yang salehah, sungguh Dia telah
menolongnya untuk (menyempurnakan) sebagian agamanya.Maka, hendaknya dia bertakwa
kepnda Allah SWT. Pada sebagian yang lain.”HR Thabrani dan Hakim dengan sanad shahih
" Siapa yang ingin beriman, dengan AIIah swt. dalam keadaan suci, hendaknya dia menikahi
perempuan yang merdeka (bukan budak). "1 HR lbnu Majah.Ibnu Mas'ud ra. berkata,
"Sekiranya aku mengetahui kalau ajalku
hanya tinggal sepuluh hari dan aku meninggal dunia setelahnya, dan aku mempunyai
kemampuan untuk menikahi mereka, tentu aku akan menikahinya karena takut akan terjadi
fitnah
C. Hukum Pernikahan
7
1.Wajib
Bagi orang yang sudah siap untuk melangsungkan pernikahan dan dia
khawatir manakala tidak menikah, dia akan terjebak pada perzinaan, maka
pernikahan baginya adalah wajib. Sebab, menjaga diri dari sesuatu yang
diharamkan (zina, red) hukumnya adalah wajib, sementara untuk mencegah
perbuatan tersebut hanya bisa dilakukan dengan jalan menikah. Karena itu,
hukum menikah adalah wajib.
“Dan orang-orang yang tidak mampu menikah,hendaklah mereka menjaga
kesucian(dirinya).Sampai memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia Nya(an-Nur
ayat 33)
“Wahai para memuda,siapa diantara kalian yang sudah mampu,hendaknya
menikah.Karena sesungguhnya menikah dapat menundukkan pandangan dan menjaga
kemaluan dan bagi yang belum mampu hendaklah berpuasa, karena berpuasa baginya
adalah sebagai tameng .
2.Sunnah
Bagi seseorang yang rremungkinkan dan mampu untuk melangsungkanPernikahan, tapi
dia masih mampu untuk menjaga dirinya dari hal-hal yangDiharamkan jika tidak menikah,
maka nikah baginya hukumnya sunnah.Meskipun demikian, menikah tetap dianjurkan dan
mungkin lebih utama Daripada melakukan berbagai macam ibadah. Pada pembahasan
sebelumnyaTelah ditegaskan bahrva hidup melajang dan enggan menikah tidak ada
dalamAjaran Islam.Thabrani rneriwayatkan dari Sa’ad bin Abu Waqqash ra. Bahwasanya
Rasulullah saw. Bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah menggantikan dengan ajaran yang lurus dan toleransi”
Baihaki juga meriwayatkan Abu Umamah RA, Rasulullah Saw bersabda,:
Menikahlah, sesungguhnya aku membanggakan kalian kepada umat yang lain karena
banyaknya jumlah kalian,dan janganlah kalian bertindak seperti pendeta Nasrani(hidup
membujang)
3.Haram
Bagi seseorang yang dipastikan dia tidak akan mampu memberi nafkah
kepada istri (dan keluarganya) baik secara lahir maupun batin, maka menikah
baginya hukumnya adalah haram.
Thabrani berkata, Ketika seseorang mengetahui secara pasti bahwa
dirinya tidak akan mampu untuk memberi nafkah kepada istrinya, membayar
maharnya, dan menjalankan segala tanggung jawab setelah akad nikah, maka
dia diharamkan melangsungkan pernikahan sampai dia benar-benar merasa
mampu. Pernikahan juga diharamkan bagi orang yang mengidap penyakit
yang dapat menghalanginya untuk bersenggama, seperti gila, kusta, dan
penyakit kelamin. Dia harus memberitahukan atas penyakit yang dideritanya
kepada calon istrinya, sebagaimana kewajiban seorang pedagang yang harus
memberitahukan cacat yang ada pada barang dagangannya kepada calon
pembeli. Jika suami ataupun istri mendapati aib pada pasangannya, dia berhak
untuk membatalkan pernikahan; jika suami mendapati aib pada istrinya,dia berhak
membatalkan pernikahan dan meminta lagi mahar yang sudah
diberikan. Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah saw. pernah
menikahi perempuan dari bani Balyadhah, beliau mendapatinya berpenyakit
kusta, maka beliau mengembalikan perempuan itu (membatalkan pernikahan,
red) dan bersabda, "Kalian telah menipuku.'
Berkenaan dengan seseorang yang lemah syahwat, jika sang istri menerima
8
Kekurangannya dan menikah lantas dia bercerai karena kekurangan itu,Ada perbedaan
riwayat dari Malik. Dia pernah berkata, Perempuan berhak Sepenuhnya atas mahar yang dia
dapat. Tapi, dia juga sempat berkata, Perempuan Itu hanya berhak setengah dari
keseluruhan mahar.Perbedaan yang terjadi ini bermula dari pertanyaan; Apakah istri berhak
Menerima mahar L akad nikah atau karena bersetubuh? Berkaitan dengan Masalah ini, ada
dua pendapat yang akan diuraikan pada bab selanjutnya.
4.Makruh
Seseorang yang tidak bisa memberi nafkah lahir dan batin, tapi perempuan Yang akan
dinikahinya mau menerima kondisinya, karena dia tergolong orang Yang kaya dan
syahwatnya tidak begitu besar, maka menikah baginya hukumnya Makruh. Fika dia (suami)
tidak mampu memberi nafkah lahir maupun batin Karena melakukan ketaatan atau adanya
halangan, seperti sedang menuntut Ilmu pengetahuan, maka hukum makruh bertambah
kuat.
5.Mubah
Hukum menikah menjadi mubah jika faktor-faktor yang mengharuskan Maupun
menghalangi terlaksananya pernikahan tidak ada pada diri seseorang
9
Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang
dhalim.”
4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah dan
berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah
salah satu lahan subur bagi peribadatan dan amal shalih di samping ibadat dan amal-
amal shalih yang lain, sampai-sampai menyetubuhi istri-pun termasuk ibadah
(sedekah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Artinya : Jika kalian
bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk sedekah !. Mendengar sabda
Rasulullah para shahabat keheranan dan bertanya : “Wahai Rasulullah, seorang
suami yang memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan mendapat pahala ?”
Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab : “Bagaimana menurut kalian jika
mereka (para suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka
berdosa .? Jawab para shahabat :”Ya, benar”. Beliau bersabda lagi : “Begitu pula
kalau mereka bersetubuh dengan istrinya (di tempat yang halal), mereka akan
memperoleh pahala !” .
5. Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih
Tujuan perkawinan di antaranya ialah untuk melestarikan dan mengembangkan bani
Adam, Allah berfirman :“Artinya : Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu
pasangan suami istri danmenjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan
cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka
beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?”.Dan yang terpenting
lagi dalam perkawinan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha
mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang shalih
dan bertaqwa kepada Allah.Tentunya keturunan yang shalih tidak akan diperoleh
melainkan dengan pendidikan Islam yang benar
Hikmah Pernikahan
a. Mendatangkan keberkahan
Pernikahan akan mendorong seseorang terutama suami untuk sungguh-
sungguh untuk mencari nafkah yang banyak dan halal untuk anak dan
istrinya, sehingga dengan kerja kerasnya akan menimbulkan kemakmuran,
kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup berumah tangga.
b. Memperluas persaudaraan
Pernikahan dalam arti luasa tidak hanya menyatukan dan memperluas
kekerabatan diantara dua keluarga besar yaitu keluarga laki-laki dan
keluarga perempuan. terlebih lagi jika terjadi pernikahan di luar suku,
daerah maka kekerabatan akan semakin luas, karena menyatukan kedua
suku yang berbeda tradisi dan kebudayaan.
c. Meningkatkan kesungguhan mencari nafkah
Nikah dapat mendorong seseorang terutama laki-laki untuk bersungguh-
sungguh dalam mencari rezeki yang banyak dan halal, sebab laki-laki lah
yang harus bertanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya, baik yang
berkaitan dengan jasmani maupun rohani mereka.
d. Menciptakan keturunan yang baik
10
Nikah merupakan jalan terbaik untuk menciptakan keturunan yang baik dan
mulia sekaligus merupakan upaya menjaga kelangsungan hidup sesuai
dengan ajaran agama.
e. Penyempurna Agama
Melaksanakan pernikahan berarti sudah menyempurnakan separuh dari
agama sehingga melengkapi takwa kita yang juga diimbangi dengan
melakukan separuh ibadah lainnya.
Rasulullah SAW bersabda: “Jika seseorang menikah maka berarti dia telah menyempurnakan
separuh agamanya. Maka bertaqwalah pada paruh yang lain”. Hal senada telah diriwayatkan
dari Anas ra, beliau berkata: “Apabila seorang hamba menikah, maka telah sempurna
separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya“.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pernikahan atau nikah adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga dapat berarti Ijab
Qabul (akad nikah) yang menharuskan perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan
olehkata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke pernikahan, sesuai peraturan yang diwajibkan
oleh Islam. Pernikahan bukan saja merupakan satu jalan untuk melanjutkan keturunan. Pernikahan
juga dipandang sebagai jalan untuk meningkatkan ukhwah Islamiyah dan memperluas serta
memperkuat tali silaturrahmi antara manusia.
Menurut KBBI, menikah adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan
yangbukan mahramnya. Dari akad tersebut muncul hak dan kewajiban yang mesti dipenuhi masing-
masing pasangan. Hukum nikah menjadi wajib, bagi orang-orang yang takut akan terjerumus ke
dalam lembah perzinaan jika ia tidak menikah. Karena, dalam kondisi semacam ini, nikah akan
membantunya menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan. Dalam masalah seperti ini Syekh Islam
Ibnu Taimiyah berkata "Jika seseorang membutuhkan nikah, maka ia wajib menikah, dan takut
berbuat zina jika tidak melaksanakannya, maka ia wajib menikah daripada melaksanakan kewajiban
ibadah haji".
Ulama lain ada ang berkata "Nikah bagi orang seperti ini kondisinya lebih utama dibanding dengan
menunaikan haji sunnah, shalat dan puasa sunnah". Para ulama berkata "Dalam kondisi seperti ini
tidak dibedakan hukumnya bagi orang yang mampu memberikan nafkah dan yang belum mampu
untuk menafkahi".
Penulis berharap dengan adanya makalah tentang Pokok Pernikahan ini, penulis khususnya dan para
pembaca dapat memahami Pokok Pernikahan. Penulis pun berharap adanya kritik saran dari para
pembaca. Karena semua itu untuk kesempurnaan pembuatan makalah yang akan datang.
12
DAFTAR PUSTAKA
13