Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Hkum Islam
Pada Program Studi Hukum Keluarga Islam (Ahwal Syakhshiyyah)
Fakultas Syariah dan Hukum Islam IAIN Bone
Oleh :
KELOMPOK 10
SITTI HAMISAH
NIM : 742302020010
Rasulullah Swt atas berbagai nikmat, rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Filsafat Hukum Islam. Makalah ini di susun agar pembaca dapat
memahami cara kerja dari apa yang telah kami buat. Dengan ini kami berharap
agar materi kami buat dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran.
Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, kepada dosen, kami meminta masukan demi perbaikan
pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak. Semoga hal
yang telah kami sampaikan bisa bermanfaat bagi pembaca serta memberikan
inspirasi baru dan memperoleh ibrah pada makalah yang kami susun
Penyusun
Kelompok 10
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan ....................................................................................................10
B. Saran ..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan merupakan cara yang dipilih oleh Allah sebagai jalan bagi
masing pasangan siap melakukan peranan yang positif dalam mewujudkan tujuan
perkawinan. Allah Swt tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya yang
hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan secara anarki tanpa aturan.
hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat, sesuai dengan
(asrār al-ahkām) baik itu tampak ataupun tidak, dan itu bukan suatu kewajiban
bagi Allah Swt.1 Di samping itu juga terdapat ciri-ciri khas suatu hukum
terhadap kebenaran hukum Islam, dan tentunya akan meningkatkan iman kita
kepada pemilik syariat yakni Allah Swt. Oleh karna itu, kita perlu mengetahui
asrār ahkām, khashāis ahkām, mahasin ahkām, dan thawābi’ ahkām terlebih
terkait hukum perkawinan yang merupakan kebutuhan setiap orang. Tulisan ini
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam Al-Qur`an dan hadis, perkawinan disebut dengan اح%% النكdan al-
ziwaj, al-zawju atau al-zijah ( الزواج، الزواج،) الزيجة. Secara harfiah, nikah berarti
al-wath`u
()الوطء, al-dhammu ()الضم, dan al-jam’u ()الجمع. Al-wath`u adalah mashdar dari
َ ََو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن خَ ل
ًق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا لِّتَ ْس ُكنُ ْٓوا اِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرحْ َمة
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaan-Nya dan
rahmat-Nya, bahawa Ia menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki),
isteri-isteri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan
hidup mesra dengannya, dan dijadikannya di antara kamu (suami isteri)
perasaan kasih sayang dan belas kasihan.” (Al-Rūm [30]: 21)
Arti nikah (kawin) pada secara bahasa adalah berkumpul atau berhimpun,
mendefinisikannya sebagai akad yang menggunakan kata nikah atau tazwīj untuk
intim dan akad sekaligus, yang di dalam syariat dikenal dengan akad nikah.
2
Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2005), h. 42.
3
Hassan Salleh, Asas Kekeluargaan Islam Bahasan Empat Mazhab: Syāfi’ī, Hanafī,
Malikī, dan Hanbalī, (Selangor: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka,1989), h. 6.
3
Sedangkan secara syariat berarti sebuah akad yang mengandung arti boleh
bersenang-senang dengan
4
5
sebagainya, jika perempuan tersebut bukan termasuk muhrim dari segi nasab,
Nikah dapat juga diartikan sebagai sebuah akad yang telah ditetapkan oleh
syariat yang berfungsi untuk memberikan hak kepemilikan bagi laki-laki untuk
adalah memberi hak kepemilikan secara khusus, maka laki-laki lain tidak boleh
menghalalkan bukan memiliki hak secara khusus. Oleh karena itu, boleh
isterinya.5
adalah sebuah ungkapan bagi suatu akad yang dilaksanakan dan dimaksudkan
mengunakan redaksi (lafaz) inkāẖ atau tazwīj atau turunan makna keduanya.
Oleh karena itu, nikah dari sudut pandangan ahli fiqh ialah akad yang diatur
oleh agama untuk memberikan hak kepada laki-laki dan perempuan dan seluruh
balik pensyariatan suatu hukum dalam Islam, disebut dengan asrār al-tasyri’
atau hikmah at-Tasyri’.7 Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan asrār
sebagai berikut:
6. Memperbanyak keturunan.
7
Achmad Musyahid, “Hikmat Tasyri’ Dalam Daruriyyah al-Khamsah”, Al-Risalah, Vol.
15, No. 2, November 2015, h. 223.
7
10. Sarana untuk mendapatkan syafa’at untuk masuk surga melalui anak.
maka seseorang akan timbul penjagaan moral dari perbuatan zina, serta dengan
rahmah, yakni keluarga yang tenang, nyaman, bahagia, damai dan tenteram.9
suatu hukum Islam.10 Jadi, yang dimaksud dengan khashāis al-ahkām perkawinan
perkawinan yang dapat membedakannya dengan hukum selainnya. Ciri khas suatu
hukum pada umumnya dapat dilihat dari syarat dan rukun hukum tersebut, karena
syarat dan rukunlah yang paling dapat membedakan suatu hukum dengan yang
lainnya.
bahwa rukun nikah itu ada lima, yaitu istri, suami, wali, dua orang saksi, dan
8
Abu Malik Kamal, Sahih Fikih Sunnah, Jld. III, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h. 109.
9
Abul A’la al-Maududi, Menjaga Keutuhan Rumah Tangga, (Yogyakarta: Absolut, t.t.), h.
7.
10
Muhammad Hasdin Has,”Kajian Filsafat Hukum Islam dalam Al-Qur`an”, Jurnal
Al-‘Adli, Vol. 8, No. 2, Juli 2005, h. 61
8
shighat (ijab dan qabul).11 Bagi setiap rukun tersebut memiliki syarat-syarat
a. Tidak sedang dalam ikatan nikah dan masa iddah dengan orang lain.
atau ridha’).12
b. Bukan mahram.
a. Adil.
b. Merdeka.
c. Taklif.
a. Islam.
b. Taklif.
d. Laki-laki.
e. Adil.
f. Bisa mendengar.
g. Bisa berbicara.
h. Bisa melihat.
11
Zainuddin al-Malibari, Fath al-Mu’in, (Beirut, Dar Ibni Hazm, 2004), h. 451.
12
Zainuddin al-Malibari, Fath al-Mu’in…, h. 455.
9
anakku si fulanah”.
b. Adanya qabul yang muttashil dengan ijab dari suami. Seperti “aku terima
nikahnya”.
Islam, atau yang disebut juga dengan mazaya al-ahkām.14 Jadi, yang dimaksud
13
Zainuddin al-Malibari, Fath al-Mu’in…, h. 452-453.
14
Muhammad Hasdin Has, ”Kajian Filsafat…, h. 61.
10
15
Muhammad Hasdin Has, ”Kajian Filsafat…, h. 61.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
beban dari segala kesibukan rumah tangga, dan melatih diri sabar dalam
2. Khashais al-ahkām (ciri khas suatu hukum) pada umumnya dapat dilihat
dari syarat dan rukun hukum tersebut. Maka khashais al-ahkām perkawinan
dapat dilihat dari syarat dan rukunnya. Rukun nikah ada lima: istri, suami,
wali, dua orang saksi, dan shighat, dan setiap rukun itu memilik syarat
tersendiri.
B. Saran
11
Demi kelancaran dan kelengkapan materi dari makalah, kami menghimbau
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk pembaca agar bisa menjadi
DAFTAR PUSTAKA
Kattani), Judul Asli: al- Islāmī wa Adillātuh, (Jakarta: Gema Insani, 2011),
t.t.),
Bakri, Asafri Jaya Konsep Maqashid Syariah Menurut Al-Syatibi, Ed. I, Cet. I,
Kamal, Abu Malik Sahih Fikih Sunnah, Jld. III, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007),
Summa, Muhammad Amin Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: Raja
Pustaka,1989),
12
Korektot 1
1. Pada bagian kata pengantar, pada kata “Allah swt” harusnya disitu
4. Pada halaman 4 pada paragraph 2 pada kata “inkāẖ atau tazwīj” harusnya
5. Pada halaman 5 pada bagian sub poin bagian B dan 1 disitu harusnya tidak
sejajar
6. Pada halaman 6 pada kata “damanaidan tentram” disitu harusnya pada kata
Korektor 2
1. Pada bagian didaftar isi dan bab 1, poin latar belakang masalah tidak sama
2. Daftar isi pada bagian bab II awal kalimat/kata menggunakan huruf kapital
3. Pada sub bab tidak konsisten penulisannya karena ada yang dimiringkan
13
4. Pada halam 8 SAW harusnya disitu menggunakan huruf kecil
14