Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGANIAYAAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II

KETUA

: HESTI

ANGGOTA

: SUPARDI

MA AL-IKRAM BULUKASA
TAHUN AJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Allah SWT, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Shalawat dan salam tak lupa kami tujukan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membimbing kita dari alam gelap gulita menuju
alam yang terang benderang.
Dalam makalah ini kami membahas mengenai Penganiayaan. Makalah ini
dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.

Lappariaja, 26 Agustus 2016


Penulis
Kelompok II

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................

ii

BAB I

PENDAHULUAN.....................................................................

A. Latar Belakang....................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................
C. Tujuan..................................................................................

1
1
1

PEMBAHASAN.......................................................................

A. Pengertian Tindak Pidana Penganiayaan............................


B. Jenis Tindak Pidana Penganiayaan Dalam KUHP..............
1. Tindak Pidana Penganiayaan Biasa...............................
2. Tindak Pidana Penganiayaan Ringan............................
3. Tindak Pidana Penganiayaan Berencana.......................
4. Tindak Pidana Penganiayaan Berat...............................
5. Tindak Pidana Penganiayaan Berat Berencana.............

2
2
2
3
4
5
5

PENUTUP.................................................................................

A. Kesimpulan.........................................................................
B. Saran ...................................................................................

7
7

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................

BAB II

BAB III

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum, tidak berdasarkan
kekuasaan belaka. Penegakan hukum harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku
juga berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Hukum tersebut harus ditegakkan demi terciptanya tujuan
dan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang diamatkan pada Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea ke-empat
yaitu membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap
Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tentunya tidak terlepas
dari pengaruh perkembangan jaman yang sudah mendunia.
Dimana perkembangan yang terjadi sudah mulai merambah banyak aspek
kehidupan. Perkembangan jaman sekarang ini tidak hanya membawa pengaruh
besar pada Negara Indonesia melainkan juga berdampak pada perkembangan
masyarakat, perilaku, maupun pergeseran budaya dalam masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan tindakan penganiayaan?
2. Sebutkan jenis-jenis penganiayaan!
3. Sebutkan contoh penganiayaan!
C. TUJUAN
1. Agar kita dapat memahami sebuah proses hukum dalam kasus pidana
penganiyayaan tersebut diatas.
2. Untuk para penyidik agar tidak bermain main atau jual beli pasal dalam
menangani sebuah perkara pidana (tidak memihak pada siapa pun).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tindak Pidana Penganiayaan


Secara umum, tindak pidana terhadap tubuh pada KUHP disebut
penganiayaan. Dibentuknya pengaturan tentang kejahatan terhadap tubuh
manusia ini dutujukan bagi perlindungan kepentingan hukum atas tubuh dari
perbuatan-perbuatan berupa penyerangan atas tubuh atau bagian dari tubuh yang
mengakibatkan rasa sakit atau luka, bahkan karena luka yang sedemikian rupa
pada tubuh dapat menimbulkan kematian.
Penganiayaan dalam kamus besar bahasa Indonesia dimuat arti sebagai berikut
perilaku yang sewenang-wenang. Pengertian tersebut adanya pengertian dalam
arti luas, yakni termasuk yang menyangkut perasaan atau batiniah.
Menurut yurisprudensi, maka yang diartikan dengan penganiayaan yaitu
sengaja menyebabkan perasaan tidak enak, rasa sakit atau luka. Masuk pula dalam
pengertian penganiayaan ialah sengaja merusak kesehatan orang. perasaan
tidak enak misalnya mendorong orang terjun ke kali sehingga basah kuyup. rasa
sakit misalnya menyubit, mendupak, memukul. luka misalnya mengiris,
memotong, menusuk dengan pisau. merusak kesehatan misalnya orang sedang
tidur dan berkeringat dibuka jendela kamarnya sehingga orang itu pasti masuk
angin.
B. Jenis Tindak Pidana Penganiayaan Dalam KUHP
1.
Tindak Pidana Penganiayaan Biasa
Penganiayaan biasa yang dapat juga disebut dengan penganiayaan
pokok atau bentuk standar terhadap ketentuan Pasal 351 yaitu pada
hakikatnya semua penganiayaan yang bukan penganiayaan berat dan
bukan penganiayaan ringan. Mengamati Pasal 351 KUHP maka ada 4
(empat) jenis penganiayaan biasa, yakni:
a) Penganiayaan biasa yang tidak dapat menimbulkan luka berat
maupun kematian dan dihukum dengan dengan hukuman penjara
selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebayakbanyaknya tiga ratus rupiah. (ayat 1)
b) Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat dan dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya 5 tahun (ayat 2)
2

c) Penganiayaan yang mengakibatkan kematian dan dihukum dengan


hukuman penjara selama-lamanya 7 tahun (ayat 3)
d) Penganiayaan berupa sengaja merusak kesehatan (ayat 4)
Unsur-unsur penganiayaan biasa, yakni:
a)
b)
c)

2.

Adanya kesengajaan
Adanya perbuatan
Adanya akibat perbuatan (yang dituju), rasa sakit pada tubuh, dan

atau luka pada tubuh.


d) Akibat yang menjadi tujuan satu-satunya
Tindak Pidana Penganiayaan Ringan
Hal ini diatur dalam Pasal 352 KUHP. Menurut Pasal ini, penganiayaan

ringan ini ada dan diancam dengan maksimum hukuman penjara tiga bulan atau
denda tiga ratus rupiah apabila tidak masuk dalam rumusan Pasal 353 dan 356,
dan tidak menyebabkan sakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau
pekerjaan. Hukuman ini bias ditambah dengan sepertiga bagi orang yang
melakukan penganiayaan ringan ini terhadap orang yang bekerja padanya atau
yang ada dibawah perintah.
Penganiayaan tersebut dalam Pasal 352 (1) KUHP yaitu suatu penganiayaan
yang tidak menjadikan sakit atau menjadikan terhalang untuk melakukan jabatan
atau pekerjaan sehari-hari.
Unsur-unsur penganiayaan ringan, yakni:
a)
b)

Bukan berupa penganiayaan biasa


Bukan penganiayaan yang dilakukan
1.
Terhadap bapak atau ibu yang sah, istri atau anaknya
2.
Terhadap pegawai negri yang sedang dan atau karena menjalankan
3.

c)

tugasanya yang sah


Dengan memasukkan bahan berbahaya bagi nyawa atau kesehatan

untuk dimakan atau diminum


Tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan dan pencaharian.

3.

Tindak Pidana Penganiayaan Berencana

Menurut Mr.M.H Tirtaadmidjaja,mengutarakan arti direncanakan lebih


dahulu yaitu bahwa ada suatu jangka waktu betapapun pendeknya untuk
mempertimbangkan dan memikirkan dengan tenang.
Menurut Pasal 353 KUHP ada 3 macam penganiayanan berencana , yaitu:
a) Penganiayaan berencana yang tidak berakibat luka berat atau kematian
dan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun.
b) Penganiayaan berencana yang berakibat luka berat dan dihukum denhan
hukuman selama-lamanya 7 (tujuh) tahun.
c) Penganiayaan berencana yang berakibat kematian dan dihukum dengan
hukuman selama-lamanya 9 (Sembilan) tahun.
Unsur penganiayaan berencana adalah direncanakan terlebih dahulu sebelum
perbuatan dilakukan. Penganiayaan dapat dikualifikasikan menjadi penganiayaan
berencana jika memenuhi syarat-syarat:
a) Pengambilan keputusan untuk berbuat suatu kehendak dilakukan dalam
suasana batin yang tenang.
b) Sejak timbulnya kehendak/pengambilan keputusan untuk berbuat sampai
dengan pelaksanaan perbuatan ada tenggang waktu yang cukup sehingga
dapat digunakan olehnya untuk berpikir, antara lain:
1.
Resiko apa yang akan ditanggung.
2.
Bagaimana cara dan dengan alat apa serta bila mana saat yang tepat
untuk melaksanakannya.
3.
Bagaimana cara menghilangkan jejak.
c) Dalam melaksanakan perbuatan yang telah diputuskan dilakukan dengan
suasana hati yang tenang.
4.

Tindak Pidana Penganiayaan Berat


Tindak pidana ini diatur dalam Pasal 354 KUHP. Perbuatan berat atau dapat

disebut juga menjadikan berat pada tubuh orang lain. Haruslah dilakukan dengan
sengaja oleh orang yang menganiayanya. Unsur-unsur penganiayaan berat, antara
lain: Kesalahan (kesengajaan), Perbuatannya (melukai secara berat), Obyeknya
(tubuh orang lain), Akibatnya (luka berat)
Apabila dihubungkan dengan unsur kesengajaan maka kesengajaan ini harus
sekaligus ditujukan baik terhadap perbuatannya, (misalnya menusuk dengan
pisau), maupun terhadap akibatnya yakni luka berat.

Istilah luka berat menurut Pasal 90 KUHP berarti sebagai berikut:


a) Penyakit atau luka yang tidak dapat diharapkan akan sembuh dengan
sempurna atau yang menimbulkan bahaya maut.
b) Menjadi senantiasa tidak cakap mengerjakan pekerjaan jabatan atau
c)
d)
e)
f)

pencaharian.
Kehilangan kemampuan memakai salah satu dari panca indra.
Kekudung-kudungan
Gangguan daya pikir selama lebih dari empat minggu.
Pengguguran kehamilan atau kematian anak yang masih ada dalam
kandungan.

Penganiayaan berat ada 2 (dua) bentuk, yaitu:

5.

a) Penganiayaan berat biasa (ayat 1)


b) Penganiayaan berat yang menimbulkan kematian (ayat 2)
Tindak Pidana Penganiayaan Berat Berencana
Tindak Pidana ini diatur oleh Pasal 355 KUHP. Kejahatan ini merupakan

gabungan antara penganiayaan berat (Pasal 353 ayat 1) dan penganiayaan


berencana (Pasal 353 ayat 2). Kedua bentuk penganiayaan ini harus terjadi secara
serentak/bersama. Oleh karena itu harus terpenuhi unsur penganiayaan berat
maupun unsur penganiayaan berencana. Kematian dalam penganiayaan berat berat
berencana bukanlah menjadi tujuan. Dalam hal akibat, kesenganjaannya ditujukan
pada akibat luka beratnya saja dan tidak pada kematian korban. Sebab, jika
kesenganjaan terhadap matinya korban, maka disebut pembunuhan berencana.
Ardina Rasti Berikan Bukti Baru Terkait Penganiayaan Eza Gionino
Pengakuan Ardina Rasti yang dianiya Eza Gionino saat mereka masih pacaran
agaknya akan memasuki babak baru. Di saat banyak orang yang masih meragukan
pengakuan itu, kini bintang film Virgin tersebut menyodorkan bukti baru lagi.
Lewat sang ibunda, Erna Santoso, Rasti memberikan bukti baru tersebut.
Bukti itu tak lain berupa foto dirinya usai dianiaya Eza.
Foto yang diterima detikHOT, Rabu (23/1/2013) menunjukkan wajah Rasti
yang lebam. Pemilik nama lengkap RA Ardina Rasti Widiani itu mengalami lebam
membiru di sekitar mata sebelah kiri. Bukti tersebut pun menjadi senjata baru
Rasti menjerat sang mantan kekasih.

Sementara hingga kini Eza membantah semua tuduhan Rasti. Ia mengaku tak
pernah menyakiti Ardina Rasti secara fisik. Bahkan soal visum Rasti sebagai bukti
penganiayaan, Eza masih enggan berkomentar.
Sampai detik ini aku nggak tahu (hasil visum) dan no comment aja, ujarnya
beberapa waktu lalu usai diperiksa polisi.
Rasti sudah melaporkan kejadian itu ke Polres Jakarta Selatan. Selain itu ia
juga mengadu ke Komnas Perempuan awal minggu ini atas permasalahan
penganiayaan tersebut

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari kasus pidana penganiayaan tersebut diatas maka disimpulkan sebagai
berikut:
1. Bahwa pandangan tersebut sangatlah konservatif, diskirminatif dan sangat
jauh dari rasa keadilan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia,
mengingat konstruksi hukum yang dibangun oleh penyidik terlalu simplikatif
dalam mengartikan sakit yang dapat mengahalangi seseorang untuk bekerja.
Bagaimana jika si Korban adalan seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerja
/ pengangguran, ketika dirinya teraniaya dan menimbulkan luka dijarinya
sehingga akibat luka dijarinya dia tidak bisa memotong bawang atau cabai
apakah sipelaku bisa dikenakan pasal 351 ayat (1) KUHP dan ditahan.
2. Dalam beberapa perkara pidana penganiayaan memang tidak mudah untuk
menentukan

apakah

sebuah

penganiayaan

masuk

dalam

kategori

Penganiayaan Biasa dengan Penganiaayaan Ringan. Hal ini nampaknya perlu


kita kaji lebih dalam, menginggat dalam beberapa perkara terkadang Penyidik
(Kepolisian) tidak sejalan dengan apa yang diinginkan oleh korban.
Khususnya berkaitan dengan ditahan atau tidaknya seorang pelaku
Penganiayaan, mengingat jika si pelaku dikenakan pasal 351 (1) KUHP maka
hal tersebut masuk dalam unsur penganiayaan biasa dimana pelaku harus
ditahan, jika pelaku dikenakan pasal 352 (1) KUHP maka hal tersebut masuk
dalam unsure penganiayaan ringan sehingga pelaku tidak bisa ditahan. (Lihat
ketetuan pasal 21 Ayat (4) KUHAP).
B. SARAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat dilakukan beberapa cara untuk mencegah
terjadinya kesalahan kesalahan dalam penerapan pasal agar tidak merugikan pihak
pihak yang terkait dalam masalah pidana .

DAFTAR PUSTAKA
http://maulanaagusni.blogspot.co.id/2014/01/makalah-tentang-penganiayaan.html
https://www.scribd.com/doc/149523178/MAKALAH-Tindak-PidanaPenganiayaan

Anda mungkin juga menyukai