Di Susun Oleh
Kelompok 2 :
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
Hukum Pidana merupakan bagian dari ranah hukum publik. Hukum Pidana di Indonesia diatur
secara umum dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), yang merupakan peninggalan
zaman penjajahan Belanda. KUHP merupakan lex generalis bagi pengaturan hukum pidana di
Indonesia, dimana asas-asas umum termuat dan menjadi dasar bagi semua ketentuan pidana yang
diatur di luar KUHP. Undang-undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional mengamanatkan
asas setiap warga negara sama kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan. Hal ini tidak
terbukti dengan adanya ketidakseimbangan antara perlindungan hukum antara perlindungan
korban kejahatan dengan pelaku kejahatan karena masih sedikitnya hak-hak korban kejahatan
diatur pada perundang-undangan nasional.
Segala aktivitas manusia dalam segala aspek kehidupan sosial, politik, dan ekonomi dapat menjadi
sebab terjadinya kejahatan. Kejahatan akan selalu hadir dalam kehidupan ataupun lingkungan
sekitar, sehingga diperlukan upaya untuk menanganinya. Dengan upaya penanggulangan
kejahatan, diharapkan dapat menekan baik dari kualitas maupun kuantitasnya hingga pada titik
yang paling rendah sesuai dengan keadaannya.
Upaya untuk menekan kejahatan secara garis besar dapat dilalui dengan 2 (dua) cara yaitu, upaya
penal (hukum pidana) dan non penal (di luar hukum pidana). Penanggulangan kejahatan melalui
jalur penal, lebih menitik beratkan pada sifat represif (merupakan tindakan yang diambil setelah
kejahatan terjadi). Pada upaya non penal menitik beratkan pada sifat preventif (menciptakan
kebijaksanaan sebelum terjadinya tindak pidana)
1.2.RUMUSAN MASALAH
a.Apa Pengertian Hukum ?
b.Apa Pengertian Hukum Pidana ?
c.Apa contoh Kasus Hukum Pidana ?
Pada tahun1848 dibentuk lagi intermaire strafbepalingen, barulah pada tahun 1866 muncul
kodifikasi yang sistematis. Mulai tanggal 10 Februari 1866 berlakulah dua KUHP di Indonesia :
Het Wetbook van Starftrecht voor Europeanen (Stbl. 1866 No. 55) yang berlaku bagi golongan
Eropa mulai 1 Januari 1867. Kemudian dengan Ordonansi tanggal 6 Mei 1872 berlaku KUHP
untuk golongan Bumiputera dan Timur Asing.
Het Wetbook van Starftrecht voor Inlands en daarmede gelijkgestelde (Stbl. 1872 No. 85) mulai
berlaku 1 Januari 1873.
B. Zaman Hindia Belanda
Berdasarkan sejaragh dari tahun 1811 sampai 1814 Indonesia pernah dibawah kepemimpinan
Inggris. Berdasarkan Konvensi London 13 Agustus 1814, maka bekas koloni Belanda
dikembalikan kepada Belanda lagi. Dengan Regerings Reglement 1815 dengan tambahan
(Supletoire Instructie 23 September 1815)maka hukum dasar colonial tercipta. Agar tidak terjadi
kesenjangan peraturan, maka dikeluarkan proklamasi 19 Agustus 1816 , Stbl.1816 No. 5 yang
mengatakan bahwa untuk sementara waktu semua peraturan bekas pemerintahan Inggris tetap
dipertahankan. Untuk orang pribumi hukum adat pidana masih diakui asalkan tidak bertentangan
dengan undang-undang dari pemerintah.
Kepada bangasa Indonesia ditetapkan pidana berupa kerja paksa di perkebunan yang didasarkan
pada Stbl. 1828 No. 16, mereka dibagi atas dua golongan, yaitu:
Pertama kali ada kodifikasi di bidang hukum pidana terjadi sejak adanya Crimineel Wetbook voor
het koninglijk Holland 1809. Kitab undang-undang 1809 memuat ciri modern di dalamnya,
menurut vos, yakni:
Berdasarkan asas konkordansi KUHP Belanda harus diberlakukan pula di daerah jajahan seperti
Hindia Belanda. Semula direncanakan tetap ada dua KUHP, masing-masing untuk golongan Eropa
dan Bumiputera. Setelah selesai kedua rancangan tersebut Menteri jajahan Belanda Mr. Idenburg
berpendapat sebaiknya hanya ada satu KUHP di Hindia Belanda. Sesuai usul Mr. Idenburg maka
dibentuklah komisi yang menyelesaikan tugasnya tahun 1913dengan KB tanggal 15 oktober 1915
dan diundangkan pada September 1915nomor 732 lahirlah Wesboek van straftrecht voor
Nederlandsch Indie untuk seluruh golongan penduduk dan mulai berlaku tanggal 1 Januari 1918.
Peralihan dari masa dualisme, yaitu dua macam WvKuntuk dua golongan penduduk menurut
Jonkers lebih bersifat formil daripada materiel.
Kajian dan pemikiran baru hukum pidana saat ini makin perlu guna mengantisipasi perkembangan
masyarakat. Bahkan, dalam perkembangannya, ternyata arus dari persoalan-persoalan itu
menggema dan menghantam teori-teori yang telah diajarkan kepada pembelajar hukum
sebelumnya. Dengan kondisi seperti sekarang ini, tampaknya
Adapun fungsi hukum pidana berguna melindungi kepentingan hukum. Dalam hal ini, yang
dilindungi tidak hanya kepentingan individu, tetapi juga kepentingan masyarakat dan kepentingan
negara.
Selanjutnya, perlu memetakan hukum pidana. Dalam hal ini yang menjadi titik sentral adalah
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946. Undang-undang ini sesuai dengan politik hukum yang
digariskan oleh piagam persetujuan yang menghendaki peraturan Republik Indonesialah yang
harus diberlakukan untuk Indonesia.
Undang-undang tersebut tampaknya perlu dilihat dalam "bestek" waktu itu yang belum dapat
melakukan pembentukan undang-undang hukum pidana baru. Hal ini perlu menyesuaikan dengan
peraturan-peraturan hukum pidana dengan keadaan yang timbul sesudah proklamasi kemerdekaan.
Sebagai bangsa merdeka, sudah semestinya kita juga ingin berbuat dan berpikir merdeka, termasuk
dalam membuat regulasi dan mempraktikkan insitusi negara yang telah direncanakan sebagai suatu
negara yang berdasarkan hukum.
Suatu kenyataan bahwa kondisi kekinian dalam aktivitas kehidupan di dalam masyarakat telah
berubah. Perubahan-perubahan ini terkadang telah begitu jauh melampaui nilai-nilai yang berbeda
dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat sebelumnya.
Pada kenyataannya, perkembangan masyarakat ini menimbulkan dampak positif maupun negatif
jika tidak mengantisipasinya dan menyesuaikan dengan zamannya.
Masalahnya, jika terlalu lama tidak adanya penyesuaian, timbullah kelalaian dalam merombak dan
memperbarui regulasi. Inilah yang pada akhirnya menimbulkan suara-suara yang meragukan
dasar-dasar yang telah digariskan dalam hukum pidana positif maupun meragukan pengaruh
keilmuan hukum pidana baik dalam penerapan hukum pidana itu sendiri yang hidup di atas dasar-
dasar tersebut.perlu memberikan definisi operasional hukum pidana dan fungsi hukum pidana.
KESIMPULAN
Jadi Hukum Pidana adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang menentukan perbuatan apa
yang dilarang dan termasuk ke dalam tindak pidana, serta menentukan hukuman apa yang dapat
dijatuhkan terhadap yang melakukannya.
SARAN
Hukum pidana Indonesia harus berkembang, karena masyarakat Indonesia pun telah berkembang.
Hanya dengan penjatuhan pidana pokok yang diatur dalam pokok yang diatur dalam Pasal 10
KUHP saja kurang cukup karena hanya unsur pembalasan yang menjadi tujuan pemidanaan.
Dengan pemikiran konsekualis dan pendekatan keadilan restoratif serta dimuatnya pidana kerja
sosial dalam Rancangan KUHP sebagai alternatif jenis pemidanaan yang mengantikan pidana
penjara jangka pendek diharapkan masyarakat Indonesia mendapatkan edukasi dan pembinaan
atas konsekuensi yang akan mereka dapat bila melakukan tindak pidana.
DAFTAR PUSTAKA