A. Latar Belakang
yang diakibatkan adanya kepentingan yang tidak terpenuhi satu sama lain. Hal ini
tersebut wajar, tetapi apabila tidak terselesaikan dengan baik maka dapat
terjadinya sengketa dengan orang lain. Tetapi memang dalam setiap hubungan,
kemudian hari. Misalnya dalam suatu perjanjian, sengketa yang perlu diantisipasi
1
R.M. Gatot P. Soemartono, Mengenal Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Arbitrase,
(HKUM4409/MODUL1), 1.3
2
pilihan cara penyelesaiannya. Pada umumnya beberapa cara yang dapat dipilih
konsultasi, penilaian ahli, mediasi, arbitrase dan lain-lain, yang sering disebut
mediasi sudah dikenal berbagai suku bangsa di Indonesia, karena setiap suku
Pada makalah ini akan dibahas mengenai pengertian tentang apa itu
Hukumnya
2
Ibid.
3
Daniel S. Lev, Hukum dan Politik di Indonesia, Kesinambungan dan Perubahan, (Jakarta:
LP3ES, 1990), 158.
3
adalah suatu jenis akad (perjanjian) untuk mengakhiri perlawanan (sengketa) atara
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar
ahli.
undang, ada juga pendapat para ahli hukum menegani pengertian APS.
APS adalah suatu bentuk penyelesaian sengketa selain pengadilan. Oleh karena itu
para pihak dapat memilih penyelesaian sengketa yang akan ditempuh yakni
ahli.6
4
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, terj. Jilid 13, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1997), 189.
5
Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI), Bentuk-bentuk Penyelasaian Alternatif
Sengketa, http://www.bapmi.org/in/ref_articles7.php diakses pada tanggal 27 April 2019.
6
Jimmy Joses Sembiring, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan (Negosiasi, Mediasi,
Konsiliasi, dan Arbitrase, (Jakarta: Visimedia, 2011), 11.
4
konflik atau sengketa di luar pengadilan secara kooperatif yang diarahkan pada
suatu kesepakatan atau solusi terhadap suatu konflik atau sengketa yang bersifat
namun kini APS juga dikembangkan dalam kerangka beracara di pengadilan atau
dapat dirumuskan kembali bahwa APS secara sederhana merupakan lembaga yang
No. 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman pasal 3: “tidak terdapat keharusan
tetapi para pihak dapat memilih menyelesaikan sengketa yang terjadi dengan cara
7
Laporan Penelitian Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Penyelesaian Sengketa yang Terkait
dengan Pengadilan, (Proyek Peneleitian dan Pengembangan Mahkamah Agung RI, 2000), 6.
8
http://www.kontras.org/uu_ri_ham/UU_Nomor_4_Tahun_2004_tentang_Kekuasaan
Kehakiman.pdf.
5
kehakiman yaitu: Pasal 58: “Upaya penyelesaian sengketa perdata dapat dilakukan
Pasal 59: “(1) Arbitrase merupakan cara penyelesaian suatu sengketa perdata di
luar pengadilan yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara
tertulis oleh para pihak yang bersengketa. (2) Putusan arbitrase bersifat final dan
mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak. (3) Dalam hal para
berdasarkan perintah ketua pengadilan negeri atas permohonan salah satu pihak
ayat (1) hasilnya dituangkan dalam kesepakatan tertulis. (3) Kesepakatan secara
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat final dan mengikat para
pihak untuk dilaksanakan dengan itikad baik. Pasal 61: “Ketentuan mengenai
arbitrase dan sengketa diluar pengadilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58,
pedoman arbitrase yang sesuai dan dapat diterima, baik nasional maupun
9
http://junaidioke.files.wordpress.com/2011/05/uu_48_2009_kekuasaan_kehakiman_by_
junaidi.pdf
6
1999 tentang arbitrase dan alternatif penyelsaian sengketa. Model arbitrase yang
suatu sengketa di luar pengadilan umum yang didasarkan atas perjanjian tertulis
dari pihak yang bersengketa. Akan tetapi, tidak semua sengketa dapat diselesaikan
melalui arbitrase, hanya sengketa mengenai hak yang menurut hukum dikuasai
sepenuhnya oleh para pihak yang bersengketa atas dasar kesepakatan mereka.
Sebelumnya Arbitrase juga diatur dalam Keppres no. 34 tahun 1981 yang
arbital award mengatur: “setiap perjanjian yang diadakan oleh para pihak yang
Ekonomi Syariah. Kemudian terjadi choice of Law dan Choice of forum dalam
10
Nevi Hasnita, Alternative Dispute Resolution, Makalah (Banda Aceh: 2013), 4.
7
Pasal 55 ayat (2) bahwa penyelesaian sengketa ekonomi syariah dapat dilakukan
hal tersebut menyebabkan munculnya Yudicial Review terhadap Pasal 55 ayat (2),
1. Mediasi
sengketa dengan perantara pihak ketiga, yakni pihak yang memberi masukan-
masukan kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa mereka karena tidak
terdapat kewajiban para pihak untuk menaati apa yang disarankan oleh mediator.11
nonlitigasi melalui proses perundingan para pihak dengan di bantu oleh mediator
Penyelesaian sengketa jalur nonlitigasi (di luar pengadilan) dan litigasi (di
11
Sembiring, Cara Menyelesaikan Sengketa.., 28.
8
pengadilan) sesuai ketentuan pasal 1 angka (7) PERMA Nomor 1 Tahun 2016
kedua belah pihak sepakat menempuh proses mediasi, 2) memahami konflik yang
2. Negosiasi
dua orang yang berperkara atau lebih untuk dikompromikan atau tawar-menawar
beberapa hal dalam bernegosiasi yakni: memahami tujuan yang ingin dicapai;
menguasai materi yang akan dinegosiasikan; memahami tujuan dari negosiasi itu
Proses negosiasi tidak terikat secara formal dan apabila berhasil mencapai
kesepakatan, maka para pihak membuat kesepakatan secara tertulis berupa akta
perdamaian yang ditandatangani oleh kedua belah pihak yang berperkara dan
12
Abdul Mannan, Hukum Ekonomi Syariah dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama,
(Cet.II; Jakarta: Kencana, 2016), 450.
13
Mardani, Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia, (Cet. I; Bandung: PT Refika Aditama, 2011),
109-110.
14
Mannan, Hukum Ekonomi Syariah.., 442-445.
9
Ketentuan negosiasi di atur pada Pasal 6 ayat (2) , (6) dan (7) Undang-
sendiri terhadap apa yang akan dicapai. Kunci yang harus diperhatikan dalam
negosiasi:15
sengketa ekonomi syariah di buat sendiri oleh para pihak yang berperkara
Negosiasi merupakan salah satu cara yang paling aman, cepat, tepat, dan
karena tidak melibatkan pihak ketiga dalam penyelesaiannya dan para pihak
15
Ibid.
10
berperkara.16
3. Konsiliasi
seorang pihak ketiga atau lebih dimana pihak ketiga yang diikutsertakan untuk
dibuktikan kehandalannya.18
pertemuan konsiliasi bisa juga disebut pertemuan suka rela. Konsiliator biasanya
tidak terlibat secara mendalam atas subtansi dari perselisihan dan pertemuan
dan sebagainya.
memuat penjelasan konsiliasi sebagai salah satu cara yang yang digunakan para
16
Ibid.
17
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Konsiliasi, http://kbbi.web.id/konsiliasi., diakses pada
tanggal 27 April 2019.
18
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2006), 3.
11
kesepakatan kedua pihak melalui konsiliasi harus dibuat secara tertulis dan
ditanda tangani secara bersama oleh para pihak yang bersengketa, dan didaftarkan
mengikat.
4. Konsultasi
pihak (klien) dan pihak lain yang merupakan konsultan, yang memberikan
pendapatnya atau saran kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan dan
a. Asas Kerahasiaan
konsultan.
b. Asas Kesukarelaan
19
Mannan, Hukum Ekonomi Syariah.., 442.
20
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 66-74.
12
Kerjasama akan terjalin jika dengan suka rela dan terbuka menjelaskan
c. Asas Kemandirian
5. Penilaian Ahli
(10) dan Pasal 6 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
aturan diatas maka penilaian ahli bisa dijadikan sebagai alternatif penyelesaian
sengketa ekonomi syariah dengan meminta bantuan berupa nasihat ahli dan
kesepakatan perdamaian.
Ruang lingkup sengketa yang dapat diselesaikan melalui APS sangat luas
yang meliputi hampir setiap aspek hukum, sehingga dikenal adanya beraneka
ragam APS. APS dalam bidang hukum publik, APS yang menyangkut
21
Mannan, Hukum Ekonomi Syariah.., 459.
13
internasional publik.
antar organisasi.
penerimaan.
konsumen.
beneficiaries.
pidana.
para pihak sendiri, atau yang mungkin timbul dari data yang diberikan
15
bersangkutan.
yang bersangkutan.
E. Kesimpulan
diserahkan sepenuhnya kepada para pihak dan para pihak dapat memilih
Daftar Pustaka