Anda di halaman 1dari 11

MULTIKULTURAL DAN

KESETARAAN GENDER DALAM


ISLAM
Annisa Eka Darmanto (11190820000086)
Diyanti Tri Puspita (11190820000090)
Annisa Aprilia Fitri (11190820000098)
MULTIKULTURALISME
Kebudayaan berasal dari Bahasa Sanksekerta yaitu budhaiyah yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi yang berarti budi atau akal.

Dr. Moh. Hatta Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa

Dari definisi yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan sebuah
gagasan, tindakan, dan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan cara belajar yang tersusun dalam kehidupan bermasyarakat.
Multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai
kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa, ataupun
agama.
Ditinjau dari agama, bangsa Indonesia juga memiliki aneka ragam agama yang
berbeda-beda. Namun, agama tersebut juga dapat hidup saling berdampingan, saling
menghormati, dan saling toleransi. Masyarakat pemeluk agama tertentu dalam
komunikasi sehari-hari pada umumnya juga tidak mempersoalkan berbedaan
agamanya, mereka juga diikat oleh suatu identitas, sama-sama satu bangsa Indonesia,
satu tanah air Indonesia, dan satu bahasa bahasa Indonesia.
PANDANGAN ISLAM TENTANG
MULTIKULTURALISME
Islam adalah agama universal yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, persamaan
hak dan mengakui adanya keragaman latar belakang budaya dan kemajemukan. Multikultural
menurut Islam adalah sebuah aturan Tuhan (sunnatullah) yang tidak akan berubah, juga tidak
mungkin dilawan atau diingkari. Setiap orang akan menghadapi kemajemukan di manapun dan
dalam hal apapun. Ungkapan ini menggambarkan bahwa Islam sangat menghargai
multikultural karena Islam adalah agama yang dengan tegas mengakui perbedaan setiap
individu untuk hidup bersama dan saling menghormati satu dengan yang lainnya.
Di satu sisi multikultural masyarakat dapat menjadi kekuatan jika dikelola dengan baik
dan profesional, namun jika tidak, perbedaan cara pandang antar individu bangsa yang
multikultural ini akan menjadi faktor penyebab disintegrasi bangsa dan konflik yang
berkepanjangan
MULTIKULTURALISME MENURUT
AL QUR’AN
Al-Qur’an memuat ayat-ayat yang berisi pedoman-pedoman dan pokok-pokok peraturan yang sangat
dibutuhkan manusia untuk mengatur kehidupannya, baik yang berhubungan dengan keimanan, maupun
peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku dan tata cara hidup manusia baik secara personal
maupun komunal.
Terdapat ayat-ayat yang berisi pesan-pesan yang seharusnya menjadi pedoman bagi umat manusia
terhadap upaya menjaga kerukunan dan kedamaian dalam kehidupan yang multikultural. Sebagaimana
dijelaskan di dalam surat al-Hujurat ayat 13 :

Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami 
jadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku agar  kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Q.S Al Hujurat : 13)
PENGERTIAN GENDER
Secara mendasar, gender berbeda dari jenis kelamin biologis. Jenis kelamin merupakan
perbedaan fungsi biologis antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan, gender merupakan
seperangkat peran yang seperti halnya kostum dan topeng di teater menyampaikan kepada
orang lain bahwa kita adalah feminine atau maskulin. Perangkat perilaku khusus ini yang
mencakup penampilan, pakaian, sikap, kepribadian, bekerja di dalam dan di luar rumah
tangga, seksualitas, tanggung jawab keluarga dan sebagainya secara bersama-sama memoles
peran gender kita.
KESETARAAN GENDER DALAM AL-
QUR’AN

Al Qur’an secara umum dan dalam banyak ayatnya telah membicarakan relasi


gender, hubungan antara laki- laki dan perempuan, hak- hak mereka dalam
konsepsi yang rapi, indah dan bersifat adil. Al Qur’an yang diturunkan sebagai
petunjuk manusia, tentunya pembicaraannya tidaklah terlalu jauh dengan keadaan
dan kondisi lingkungan dan masyrakat pada waktu itu. Seperti apa yang
disebutkan di dalam QS. An-Nisa, yang memandang perempuan sebagai makhluk
yang  mulia dan harus di hormati, yang pada satu waktu masyarakat Arab sangat
tidak menghiraukan nasib mereka.
Prinsip-prinsip Kesetaraan Gender
Nasaruddin Umar mengemukakan bahwa ada beberapa variabel yang dapat digunakan sebagai standar
dalam menganalisa prinsip-prinsip kesetaraan gender dalam al-Qur’an. Variabel-variable tersebut antara
lain sebagai berikut:
a. Laki-laki dan perempuan Sama-sama sebagai Hamba. Salah satu tujuan penciptaan manusia adalah
untuk menyembah kepada Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Zariyat: 56 artinya sebagai
berikut:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan
siapa yang banyak amal ibadahnya, maka itulah mendapat pahala yang besar tanpa harus melihat dan
mempertimbangkan jenis kelaminnya terlebih dahulu. Keduanya mempunyai potensi dan peluang
yang sama untuk menjadi hamba ideal.
b. Laki-laki dan perempuan sebagai Khalifah di Bumi
Maksud dan tujuan penciptaan manusia di muka bumi ini adalah, disamping untuk menjadi
hamba yang tunduk dan patuh serta mengabdi kepada Allah Swt., juga untuk menjadi khalifah di
bumi. Kata khalifah dalam ayat tersebut tidak menunjuk kepada salah satu jenis kelamin atau
kelompok etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah,
yang akan mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya di bumi, sebagaimana halnya
mereka harus bertanggung jawab sebagai hamba Tuhan.

c. Perempuan dan laki-laki sama-sama mengemban amanah dan menerima perjanjian awal dengan
Tuhan, yakni ikrar akan keberadaan Tuhan yang disaksikan oleh para malaikat. Sejak awal sejarah
manusia dalam Islam tidak dikenal adanya diskriminasi jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan
sama-sama menyatakan ikrar ketuhanan yang sama. Al-Qur’an juga menegaskan bahwa Allah
memuliakan seluruh anak cucu Adam tanpa pembedaan jenis kelamin
d. Perempuan dan Laki-laki sama-sama berpotensi meraih prestasi, peluang untuk
meraih prestasi maksimum tidak ada pembedaan antara perempuan dan laki-laki
ditegaskan secara khusus dalam 3 (tiga) ayat, yakni: QS. Ali Imran, (3):195, QS. An-
Nisa, (4):124, QS. An-Nahl, (16):97. Ketiganya mengisyaratkan konsep kesetaraan
gender yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam
bidang spiritual maupun karier profesional, tidak mesti didominasi oleh satu jenis
kelamin saja.
KESIMPULAN
Multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa
mempedulikan perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa, ataupun agama. Islam merupakan agama
universal yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, persamaan hak dan mengakui adanya
keragaman latar belakang budaya dan kemajemukan. Hal ini menggambarkan bahwa Islam sangat
menghargai keberagaman karena Islam adalah agama yang dengan tegas mengakui perbedaan setiap
individu untuk hidup bersama dan saling menghormati satu dengan yang lainnya.
Gender adalah seperangkat peran, kedudukan, tanggung jawab dan pembagian kerja antara laki-laki
dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat,
kepercayaan atau kebiasaan. Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai keadilan dan persamaan
antara laki-laki dan perempuan yang sama-sama dianggap sebagi seorang hamba dan khalifah di bumi
dimata Allah SWT. Laki-laki dan perempuan juga sama-sama mengemban amanah dari Allah SWT.
serta sama-sama berpotensi untuk meraih prestasi

Anda mungkin juga menyukai