PERNIKAHAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fiqih Munakahat
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Dosen Pengampu:
Mufti Ulil Amri, MA
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat serta salam tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga
akhir zaman. Atas berkat karunia-Nya, penulis telah selesai menyusun makalah yang berjudul
“Pernikahan”
Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas mata kuliah Fiqih Munakahat dengan
dosen Mufti Ulil Amri, MA. Adapun ruang lingkup pembahasan dalam karya tulis ini
meliputi: Pengertian, dasar hukum, hukum, dan hikmah nikah; rukun dan syarat nikah; serta
perempuan yang haram untuk dinikahi”
Dalam penyusunannya, penulis mengambil sumber dari beberapa literatur, terutama
buku – buku pegangan yang biasa dipakai di kampus UIN Imam Bonjol. Pembaca mungkin
akan menemukan beberapa kekurangan dan kesalahan penulisan dalam makalah ini, oleh
karena itu kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan
di masa yang akan datang.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang ikut membantu
dalam penyelesaian makalah ini sehingga dapat terselesaikan tepat waktu. Akhir kata,
semoga makalah ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi syiar Islam.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Pengertian, Dasar Hukum, Hukum dan Hikmah Nikah..................................................2
1. Pengertian Nikah.........................................................................................................2
2. Dasar Hukum Nikah....................................................................................................3
3. Hukum Nikah..............................................................................................................4
4. Hikmah Nikah.............................................................................................................4
B. Rukun dan Syarat Nikah.................................................................................................5
1. Rukun Nikah................................................................................................................5
2. Syarat Nikah................................................................................................................5
C. Wanita-Wanita yang Haram Untuk Dinikahi..................................................................6
1. Wanita-Wanita yang Haram Dinikahi Selamanya......................................................6
2. Wanita-Wanita yang Haram Dinikahi Sementara.......................................................7
BAB III PENUTUP..................................................................................................................9
A. Kesimpulan.....................................................................................................................9
B. Saran................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan di atas, ada beberapa tujuan rumusan masalah sebagai berikut,
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian, dasar hukum, hukum, dan
hikmah dari pernikahan.
2. Untuk mengetahui dan memahami terkait rukun dan syarat pernikahan.
3. Untuk mengetahui dan memahami kriteria perempuan yang haram dinikahi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Nikah
Nikah, menurut bahasa “al-jam'u dan al-dhamu” yang artinya kumpul. Makna
nikah (Zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah. Juga bisa
diartikan (wath'u al-zaujah) bermakna menyetubuhi istri. Definisi yang hampir sama
dikemukakan oleh Rahmat Hakim, bahwa kata nikah berasal dari bahasa Arab ( ) نكاح
yang artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan digunakan untuk arti
bersetubuh.1
Makna nikah adalah akad atau ikatan karena dalam suatu proses pernikahan
terdapat ijab (pernyataan penyerahan dari pihak perempuan) dan qabul (pernyataan
penerimaan dari pihak lelaki). Selain itu, nikah bisa juga diartikan sebagai bersetubuh.
Adapun menurut syarak, nikah adalah akad serah terima antara laki-laki dan
perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama lainnya dan untuk
membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah serta masyarakat yang
sejahtera.2
Para ulama menjelaskan berbagai definisi terkait pengertian perkawinan,
diantaranya sebagai berikut.
a. Jalaludin al-Mahalli menerangkan bahwa perkawinan adalah suatu akad
yang membolehkan adanya wath’i (hubungan intim) dengan menggunakan
lafadz inkāh atau tazwij.
b. Imam Syafi’i mengungkapkan, perkawinan sebagai suatu akad yang
mencakup kepemilikan terhadap wath’i dengan lafadz inkāh, tazwij atau
menggunakan lafadz lain yang semakna.
c. Imam Hanbali berpendapat bahwa perkawinan adalah suatu akad yang
dilakukan dengan menggunakan lafadz inkāh atau tazwij untuk mengambil
manfaat kenikmatan.3
Dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974, perkawinan didefiniskan sebagai
ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.4
1
M.Sy Hikmatullah, Pernikahan Dalam Islam, SEIKAT: Jurnal Ilmu Sosial, Politik Dan Hukum, vol. 1, 2022, 17,
https://doi.org/10.55681/seikat.v1i1.97.
2
Yuliatin Yuliatin, “Hukum Pernikahan Islam Dalam Konteks Indonesia,” Al-Risalah: Forum Kajian Hukum Dan
Sosial Kemasyarakatan 14, no. 02 (2018): 270–92, https://doi.org/10.30631/alrisalah.v14i02.451.
3
Muhammad Yunus Shamad, “Hukum Pernikahan Dalam Islam,” Istiqra’ 5, no. 1 (2017): 74.
4
Dengan Rakhmat et al., “UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,” 1974, 1–15.
2
2. Dasar Hukum Nikah
a. Al-Qur’an
1) QS ar-Ra’d ayat 38
ًۗة
َو َلَقْد َاْر َس ْلَنا ُرُس اًل ِّم ْن َقْبِلَك َو َجَع ْلَنا َلُهْم َاْز َو اًجا َّو ُذ ِّر َّي َو َم ا َك اَن ِلَر ُسْو ٍل َاْن َّيْأِتَي ِبٰا َيٍة
٣٨ ِااَّل ِبِاْذ ِن ِۗهّٰللا ِلُك ِّل َاَج ٍل ِكَتاٌب
Artinya: “Sungguh Kami benar-benar telah mengutus para rasul sebelum
engkau (Nabi Muhammad) dan Kami berikan kepada mereka istri-istri dan
keturunan. Tidak mungkin bagi seorang rasul mendatangkan sesuatu bukti
(mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Untuk setiap masa ada
ketentuannya.”
2) QS an-Nur ayat 32
َو َاْنِكُحوا اَاْلَياٰم ى ِم ْنُك ْم َو الّٰص ِلِح ْيَن ِم ْن ِعَباِد ُك ْم َو ِاَم ۤا ِٕىُك ْۗم ِاْن َّيُك ْو ُنْو ا ُفَقَر ۤا َء ُيْغ ِنِهُم ُهّٰللا ِم ْن
٣٢ َفْض ِلٖۗه َو ُهّٰللا َو اِس ٌع َع ِلْيٌم
Artinya: “Nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara
kamu dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba
sahayamu, baik laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah
akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah
Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.5
3) QS ar-Rum ayat 21
َو ِم ْن ٰا ٰي ِتٖٓه َاْن َخ َلَق َلُك ْم ِّم ْن َاْنُفِس ُك ْم َاْز َو اًجا ِّلَتْس ُك ُنْٓو ا ِاَلْيَها َو َجَعَل َبْيَنُك ْم َّمَو َّد ًة َّو َر ْح َم ًۗة ِاَّن
٢١ ِفْي ٰذ ِلَك ٰاَل ٰي ٍت ِّلَقْو ٍم َّيَتَفَّك ُرْو َن
Artinya: “Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia
menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar
kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta
dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
b. Hadist Nabi
َع ْن َع ْبِد ِهَّللَا ْبِن َم ْسُعوٍد رضي هللا عنه َقاَل َلَنا َر ُسوُل ِهَّللَا صلى هللا عليه وسلم ( َيا َم ْعَش َر
َو َم ْن َلْم, َو َأْح َص ُن ِلْلَفْر ِج, َفِإَّنُه َأَغُّض ِلْلَبَص ِر, َالَّش َباِب َمِن اْسَتَطاَع ِم ْنُك ُم َاْلَباَء َة َفْلَيَتَز َّو ْج
َيْسَتِط ْع َفَع َلْيِه ِبالَّص ْو ِم ; َفِإَّنُه َلُه ِو َج اٌء ) ُم َّتَفٌق َع َلْيِه
Artinya: “Dari Abdullah bin mas’ud r.a. ia berkata: rasulullah saw pernah
bersabda kepada kami: “hai para pemuda, barang siapa di antara kamu
telah sanggup untuk kawin maka hendaklah ia kawin. Maka kawin itu
5
Lindha Pradhipti Oktarina, Wijaya Mahendra, and Argyo Demartoto, “Pemaknaan Perkawinan : Studi Kasus
Pada Perempuan Lajang,” Analisa Sosiologi 4, no. 1 (2015): 75–90.
3
menghalangi pandangan (kepada yang di larang oleh agama) dan lebih
menjaga kemaluan, dan barang siapa tidak sanggup, hendaklah ia
berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu merupakan perisai baginya.6
3. Hukum Nikah
4. Hikmah Nikah
6
Hikmatullah, Pernikahan Dalam Islam.
7
Dr Hj. Iffah Muzammil, “FIQH MUNAKAHAT (Hukum Pernikahan Dalam Islam),” Journal of Chemical
Information and Modeling 53, no. 9 (2019): 1689–99.
4
d. Menjaga kehormatan dengan cara menyalurkan kebutuhan biologis secara
syar’i.
e. Melatih kerja sama pasangan dalam mendidik dan merawat anak.8
1. Rukun Nikah
2. Syarat Nikah
Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai syarat sahnya pernikahan antara lain:
a. Syarat sah calon mempelai laki-laki
1) Calon suami beragama Islam.
2) Calon suami tersebut memang jelas adalah laki-laki.
3) Orangnya diketahui dan tertentu.
4) Calon suami harus jelas halal dikawinkan dengan calon istri.
5) Calon suami tahu atau kenal dengan calon istri dan tahu bahwa calon
istri halal untuknya.
8
Aisyah Ayu Musyafah, “Perkawinan Dalam Perspektif Filosofis Hukum Islam,” Crepido 2, no. 2 (2020): 111–22,
https://doi.org/10.14710/crepido.2.2.111-122.
9
Yuliatin, “Hukum Pernikahan Islam Dalam Konteks Indonesia.”
5
6) Calon suami rela melakukan pernikahan (UU RI No. 1 Tahun 1974
Pasal 6 ayat 1).
7) Tidak sedang melakukan ihram.
8) Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri.
9) Tidak sedang mempunyai istri empat (UU RI No. 1 Tahun 1974 Pasal
3 ayat 1).10
b. Syarat sah calon mempelai perempuan
1) Beragama Islam.
2) Jelas bahwa calon istri adalah perempuan.
3) Orangnya diketahui dan tertentu.
4) Halal bagi calon suami (UU No. 1 Tahun 1994 Pasal 8).
5) Tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak masih dalam masa iddah.
6) Tidak dipaksa.
7) Tidak dalam ihram.11
Ada dua penyebab wanita haram untuk dinikahi. Pertama, sebab yang
menjadikannya haram untuk dinikahi selamanya. Kedua, sebab yang menjadikannya
haram untuk dinikahi sementara waktu.
ُحِّر َم ْت َع َلْيُك ْم ُاَّم ٰه ُتُك ْم َو َبٰن ُتُك ْم َو َاَخٰو ُتُك ْم َو َع ّٰم ُتُك ْم َو ٰخ ٰل ُتُك ْم َو َبٰن ُت اَاْلِخ َو َبٰن ُت اُاْلْخ ِت...
Artinya: “Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anak
perempuanmu, saudara-saudara perempuanmu, saudara-saudara
perempuan ayahmu, saudara-saudara perempuan ibumu, anak-anak
perempuan dari saudara laki-lakimu, anak-anak perempuan dari saudara
perempuanmu...”
َو اَل َتْنِكُحْو ا َم ا َنَك َح ٰا َبۤا ُؤ ُك ْم ِّم َن الِّنَس ۤا ِء ِااَّل َم ا َقْد َس َلَۗف ِاَّنٗه َك اَن َفاِح َش ًة َّو َم ْقًتۗا َو َس ۤا َء َس ِبْيًل
٢٢
Artinya: “Janganlah kamu menikahi wanita-wanita yang telah dinikahi
oleh ayahmu, kecuali (kejadian pada masa) yang telah lampau.
10
Muzammil, “FIQH MUNAKAHAT (Hukum Pernikahan Dalam Islam).”
11
Rosidin Rosidin, “Fiqih Munakahat Praktis : Terjemah Dha ’ u Al-Mishbah Karya KH . Hasyim Asy ’ Ari,” Litera
Ulul Albab, no. June (2020): 7–9.
6
Sesungguhnya (perbuatan) itu sangat keji dan dibenci (oleh Allah) dan
seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).
.... َو ُاَّم ٰه ُتُك ُم اّٰل ِتْٓي َاْر َض ْعَنُك ْم َو َاَخٰو ُتُك ْم ِّم َن الَّر َض اَع ِة َو ُاَّم ٰه ُت ِنَس ۤا ِٕىُك ْم َو َر َبۤا ِٕىُبُك ُم اّٰل ِتْي ِفْي
ُحُجْو ِر ُك ْم ِّم ْن ِّنَس ۤا ِٕىُك ُم اّٰل ِتْي َد َخ ْلُتْم ِبِهَّۖن َفِاْن َّلْم َتُك ْو ُنْو ا َد َخ ْلُتْم ِبِهَّن َفاَل ُجَناَح َع َلْيُك ْۖم
َو َح ۤاَل ِٕىُل َاْبَنۤا ِٕىُك ُم اَّلِذ ْيَن ِم ْن َاْص اَل ِبُك ْۙم...
َلٗه ِم ْۢن َبْعُد َح ّٰت ى َتْنِكَح َز ْو ًجا َغْيَر ۗٗه َفِاْن َطَّلَقَها َفاَل ُجَناَح َع َلْيِهَم ٓا َاْن َفِاْن َطَّلَقَها َفاَل َتِح ُّل
٢٣٠ ُّيِقْيَم ا ُح ُد ْو َد ِۗهّٰللا َو ِتْلَك ُح ُد ْو ُد ِهّٰللا ُيَبِّيُنَها ِلَقْو ٍم َّيْع َلُم ْو َن َّيَتَر اَجَع ٓا ِاْن َظَّنٓا َاْن
Artinya: “Jika dia menceraikannya kembali (setelah talak kedua),
perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia menikah dengan laki-
laki yang lain. Jika (suami yang lain itu) sudah menceraikannya, tidak ada
dosa bagi keduanya (suami pertama dan mantan istri) untuk menikah
kembali jika keduanya menduga akan dapat menjalankan hukum-hukum
Allah. Itulah ketentuan-ketentuan Allah yang diterangkan-Nya kepada
orang-orang yang (mau) mengetahui.”
َو اْلُم ْح َص ٰن ُت ِم َن الِّنَس ۤا ِء ِااَّل َم ا َم َلَك ْت َاْيَم اُنُك ْۚم ِكٰت َب ِهّٰللا َع َلْيُك ْم....
Artinya: “(Diharamkan juga bagi kamu menikahi) perempuan-perempuan
yang bersuami, kecuali hamba sahaya perempuan (tawanan perang) yang
kamu miliki sebagai ketetapan Allah atas kamu...”
7
c. Diharamkan karena beda agama dan keyakinan
d. Diharamkan karena status wanita tersebut sebagai saudara atau keluarga
dekat istri yang sedang berjalan.
Sesuai firman Allah swt. dalam QS an-Nisa ayat 23
َو َاْن َتْج َم ُعْو ا َبْيَن اُاْلْخ َتْيِن ِااَّل َم ا َقْد َس َلَف........
Artinya: “....dan (diharamkan pula) mengumpulkan (dalam pernikahan)
dua perempuan yang bersaudara, kecuali (kejadian pada masa) yang telah
lampau.”
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
10