Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERNIKAHAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fiqih Munakahat

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Ahmad Gustriawan : 2212010025


Sindi Saldifa Sari : 2212010037
Deju Harpenda : 2212010080

Dosen Pengampu:
Mufti Ulil Amri, MA

PRODI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
1445 H/2024 M
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, shalawat serta salam tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga
akhir zaman. Atas berkat karunia-Nya, penulis telah selesai menyusun makalah yang berjudul
“Pernikahan”
Makalah ini disusun guna menyelesaikan tugas mata kuliah Fiqih Munakahat dengan
dosen Mufti Ulil Amri, MA. Adapun ruang lingkup pembahasan dalam karya tulis ini
meliputi: Pengertian, dasar hukum, hukum, dan hikmah nikah; rukun dan syarat nikah; serta
perempuan yang haram untuk dinikahi”
Dalam penyusunannya, penulis mengambil sumber dari beberapa literatur, terutama
buku – buku pegangan yang biasa dipakai di kampus UIN Imam Bonjol. Pembaca mungkin
akan menemukan beberapa kekurangan dan kesalahan penulisan dalam makalah ini, oleh
karena itu kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi perbaikan
di masa yang akan datang.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yang ikut membantu
dalam penyelesaian makalah ini sehingga dapat terselesaikan tepat waktu. Akhir kata,
semoga makalah ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi syiar Islam.

Padang, 24 Februari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Pengertian, Dasar Hukum, Hukum dan Hikmah Nikah..................................................2
1. Pengertian Nikah.........................................................................................................2
2. Dasar Hukum Nikah....................................................................................................3
3. Hukum Nikah..............................................................................................................4
4. Hikmah Nikah.............................................................................................................4
B. Rukun dan Syarat Nikah.................................................................................................5
1. Rukun Nikah................................................................................................................5
2. Syarat Nikah................................................................................................................5
C. Wanita-Wanita yang Haram Untuk Dinikahi..................................................................6
1. Wanita-Wanita yang Haram Dinikahi Selamanya......................................................6
2. Wanita-Wanita yang Haram Dinikahi Sementara.......................................................7
BAB III PENUTUP..................................................................................................................9
A. Kesimpulan.....................................................................................................................9
B. Saran................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan (perkawinan) adalah sunnatullah yang berlaku untuk semua


makhluk-Nya, baik manusia, hewan, atau tumbuh-tumbuhan. Allah memilih
pernikahan sebagai cara bagi makhluk-Nya untuk berkembang biak dan
mempertahankan budaya mereka.
Menurut agama Islam, pernikahan adalah akad yang menghalalkan hubungan
antara laki-laki dan perempuan dengan rukun dan syarat tertentu. Dasar hukum
pernikahan menurut agama Islam adalah al-Qur'an, hadis, ijma', dan qiyas. Menurut
agama Islam, tujuan pernikahan adalah untuk menyalurkan fitrah dan menjaga
kesucian diri. Selain itu, di dalam pernikahan, ada beberapa rukun dan syarat yang
harus dipenuhi agar pernikahan tersebut sah secara agama dan hukum serta juga harus
memperhatikan kriteria-kriteria tertentu terkait wanita yang tidak boleh untuk
dinikahi.
Oleh karena itu, pernikahan harus dilakukan dengan penuh kesadaran,
tanggung jawab, dan ketaatan kepada Allah. Pernikahan yang baik akan membawa
berkah, kebahagiaan, dan ketenangan bagi suami, istri, dan keluarga. Sebaliknya,
pernikahan yang buruk akan membawa bencana, kesengsaraan, dan kekacauan bagi
mereka.
Makalah ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam terkait pengertian, dasar
hukum, hukum, hikmah, rukun, syarat, dan wanita yang haram untuk dinikahi dalam
pernikahan. Penulis berharap makalah ini bermanfaat dan memberikan wawasan bagi
pembaca. Selain itu, penulis berharap makalah ini dapat digunakan sebagai bahan
referensi dan studi bagi peneliti dan akademisi yang tertarik dengan topik pernikahan.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah-masalah berikut,


1. Apa saja pengertian, dasar hukum, hukum dan hikmah nikah?
2. Apa saja rukun dan syarat nikah?
3. Bagaimana kriteria perempuan yang haram untuk dinikahi?

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan di atas, ada beberapa tujuan rumusan masalah sebagai berikut,
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian, dasar hukum, hukum, dan
hikmah dari pernikahan.
2. Untuk mengetahui dan memahami terkait rukun dan syarat pernikahan.
3. Untuk mengetahui dan memahami kriteria perempuan yang haram dinikahi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Dasar Hukum, Hukum dan Hikmah Nikah

1. Pengertian Nikah

Nikah, menurut bahasa “al-jam'u dan al-dhamu” yang artinya kumpul. Makna
nikah (Zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah. Juga bisa
diartikan (wath'u al-zaujah) bermakna menyetubuhi istri. Definisi yang hampir sama
dikemukakan oleh Rahmat Hakim, bahwa kata nikah berasal dari bahasa Arab ( ‫) نكاح‬
yang artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan digunakan untuk arti
bersetubuh.1
Makna nikah adalah akad atau ikatan karena dalam suatu proses pernikahan
terdapat ijab (pernyataan penyerahan dari pihak perempuan) dan qabul (pernyataan
penerimaan dari pihak lelaki). Selain itu, nikah bisa juga diartikan sebagai bersetubuh.
Adapun menurut syarak, nikah adalah akad serah terima antara laki-laki dan
perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama lainnya dan untuk
membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah serta masyarakat yang
sejahtera.2
Para ulama menjelaskan berbagai definisi terkait pengertian perkawinan,
diantaranya sebagai berikut.
a. Jalaludin al-Mahalli menerangkan bahwa perkawinan adalah suatu akad
yang membolehkan adanya wath’i (hubungan intim) dengan menggunakan
lafadz inkāh atau tazwij.
b. Imam Syafi’i mengungkapkan, perkawinan sebagai suatu akad yang
mencakup kepemilikan terhadap wath’i dengan lafadz inkāh, tazwij atau
menggunakan lafadz lain yang semakna.
c. Imam Hanbali berpendapat bahwa perkawinan adalah suatu akad yang
dilakukan dengan menggunakan lafadz inkāh atau tazwij untuk mengambil
manfaat kenikmatan.3
Dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974, perkawinan didefiniskan sebagai
ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.4
1
M.Sy Hikmatullah, Pernikahan Dalam Islam, SEIKAT: Jurnal Ilmu Sosial, Politik Dan Hukum, vol. 1, 2022, 17,
https://doi.org/10.55681/seikat.v1i1.97.
2
Yuliatin Yuliatin, “Hukum Pernikahan Islam Dalam Konteks Indonesia,” Al-Risalah: Forum Kajian Hukum Dan
Sosial Kemasyarakatan 14, no. 02 (2018): 270–92, https://doi.org/10.30631/alrisalah.v14i02.451.
3
Muhammad Yunus Shamad, “Hukum Pernikahan Dalam Islam,” Istiqra’ 5, no. 1 (2017): 74.
4
Dengan Rakhmat et al., “UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,” 1974, 1–15.

2
2. Dasar Hukum Nikah

a. Al-Qur’an
1) QS ar-Ra’d ayat 38
‫ًۗة‬
‫َو َلَقْد َاْر َس ْلَنا ُرُس اًل ِّم ْن َقْبِلَك َو َجَع ْلَنا َلُهْم َاْز َو اًجا َّو ُذ ِّر َّي َو َم ا َك اَن ِلَر ُسْو ٍل َاْن َّيْأِتَي ِبٰا َيٍة‬
‫۝‬٣٨ ‫ِااَّل ِبِاْذ ِن ِۗهّٰللا ِلُك ِّل َاَج ٍل ِكَتاٌب‬
Artinya: “Sungguh Kami benar-benar telah mengutus para rasul sebelum
engkau (Nabi Muhammad) dan Kami berikan kepada mereka istri-istri dan
keturunan. Tidak mungkin bagi seorang rasul mendatangkan sesuatu bukti
(mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Untuk setiap masa ada
ketentuannya.”

2) QS an-Nur ayat 32

‫َو َاْنِكُحوا اَاْلَياٰم ى ِم ْنُك ْم َو الّٰص ِلِح ْيَن ِم ْن ِعَباِد ُك ْم َو ِاَم ۤا ِٕىُك ْۗم ِاْن َّيُك ْو ُنْو ا ُفَقَر ۤا َء ُيْغ ِنِهُم ُهّٰللا ِم ْن‬
‫۝‬٣٢ ‫َفْض ِلٖۗه َو ُهّٰللا َو اِس ٌع َع ِلْيٌم‬
Artinya: “Nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara
kamu dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba
sahayamu, baik laki-laki maupun perempuan. Jika mereka miskin, Allah
akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Allah
Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.5

3) QS ar-Rum ayat 21

‫َو ِم ْن ٰا ٰي ِتٖٓه َاْن َخ َلَق َلُك ْم ِّم ْن َاْنُفِس ُك ْم َاْز َو اًجا ِّلَتْس ُك ُنْٓو ا ِاَلْيَها َو َجَعَل َبْيَنُك ْم َّمَو َّد ًة َّو َر ْح َم ًۗة ِاَّن‬
‫۝‬٢١ ‫ِفْي ٰذ ِلَك ٰاَل ٰي ٍت ِّلَقْو ٍم َّيَتَفَّك ُرْو َن‬
Artinya: “Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia
menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar
kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta
dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”

b. Hadist Nabi

‫َع ْن َع ْبِد ِهَّللَا ْبِن َم ْسُعوٍد رضي هللا عنه َقاَل َلَنا َر ُسوُل ِهَّللَا صلى هللا عليه وسلم ( َيا َم ْعَش َر‬
‫ َو َم ْن َلْم‬, ‫ َو َأْح َص ُن ِلْلَفْر ِج‬, ‫ َفِإَّنُه َأَغُّض ِلْلَبَص ِر‬, ‫َالَّش َباِب َمِن اْسَتَطاَع ِم ْنُك ُم َاْلَباَء َة َفْلَيَتَز َّو ْج‬
‫َيْسَتِط ْع َفَع َلْيِه ِبالَّص ْو ِم ; َفِإَّنُه َلُه ِو َج اٌء ) ُم َّتَفٌق َع َلْيِه‬
Artinya: “Dari Abdullah bin mas’ud r.a. ia berkata: rasulullah saw pernah
bersabda kepada kami: “hai para pemuda, barang siapa di antara kamu
telah sanggup untuk kawin maka hendaklah ia kawin. Maka kawin itu
5
Lindha Pradhipti Oktarina, Wijaya Mahendra, and Argyo Demartoto, “Pemaknaan Perkawinan : Studi Kasus
Pada Perempuan Lajang,” Analisa Sosiologi 4, no. 1 (2015): 75–90.

3
menghalangi pandangan (kepada yang di larang oleh agama) dan lebih
menjaga kemaluan, dan barang siapa tidak sanggup, hendaklah ia
berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu merupakan perisai baginya.6

3. Hukum Nikah

Menurut jumhur ulama, ada beberapa pendapat berbeda mengenai hukum


nikah, di antaranya sebagai berikut.
a. Wajib
Hukum ini berlaku bagi orang yang sudah mempu nikah, sedangkan
nafsunya telah mendesak untuk melakukan persetubuhan yang
dikhawatirkan akan terjerumus dalam praktek perzinahan. Sederhananya
menikah sebagai satu-satunya solusi untuk menghindari perbuatan
maksiat.
b. Sunnah
Hukum ini berlaku bagi orang yang nafsunya telah mendesak dan
mempunyai kemampuan untuk nikah, tetapi ia masih dapat menahan diri
dari berbuat haram. Sederhananya mampu memberi nafkah dan mahar
namun masih dapat menahan diri.
c. Makruh
Hukum ini berlaku bagi orang yang lemah syahwatnya dan tidak
mampu memberi nafkah pada calon istrinya. Sederhananya berkeinginan
untuk menikah namun tidak mampu memberi mahar dan nafkah atau
mampu memberi nafkah namun memiliki penyakit seperti impoten.
d. Mubah
Hukum ini berlaku bagi orang tidak terdesak oleh alasan-alasan yang
mewajibkan segera nikah atau karena alasan-alasan yang mengharapkan
untuk nikah. Sederhananya berkeinginan menikah hanya untuk memenuhi
syahwat saja namun juga tidak menelantarkan istrinya.
e. Haram
Hukum ini berlaku bagi orang yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan nafkah lahir dan batin kepada calon istrinya, sedangkan
nafsunya belum mendesak. Sederhananya haram hukumnya jika menikahi
mahramnya dan yakin jika menikah akan menyakiti calon istrinya.7

4. Hikmah Nikah

Menurut Ali Ahmad al-Jurjawi, beberapa hikmah pernikahan di antaranya:


a. Agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup manusia melalui
pernikahan hingga menghasilkan keturunan.
b. Mengendalikan syahwat serta mencegah melihat sesuatu yang dilarang.
c. Mampu menenangkan diri dan menentramkan jiwa.

6
Hikmatullah, Pernikahan Dalam Islam.
7
Dr Hj. Iffah Muzammil, “FIQH MUNAKAHAT (Hukum Pernikahan Dalam Islam),” Journal of Chemical
Information and Modeling 53, no. 9 (2019): 1689–99.

4
d. Menjaga kehormatan dengan cara menyalurkan kebutuhan biologis secara
syar’i.
e. Melatih kerja sama pasangan dalam mendidik dan merawat anak.8

B. Rukun dan Syarat Nikah

1. Rukun Nikah

Ada beberapa pendapat terkait rukun dalam pernikahan, yaitu:


Ulama Syafi’iyah mengatakan bahwa rukun nikah ada lima yaitu:
a. Calon pengantin laki-laki.
b. Calon pengantin perempuan
c. Wali.
d. Dua orang saksi.
e. Sighat akad nikah.
Ulama Hanafiyah mengatakan bahwa rukun nikah ada empat yaitu:
a. Sighat (ijab dan qabul).
b. Calon pengantin laki-laki.
c. Calon pengantin perempuan.
d. Wali dari pihak perempuan
Ulama Malikiyah mengatakan bahwa rukun dari pernikahan ada lima yaitu:
a. Adanya wali dari pihak calon isteri.
b. Mahar (maskawin).
c. Calon suami.
d. Calon isteri.
e. Sighat akad nikah.
Menurut jumhur ulama, ada empat rukun dalam sebuah pernikahan, yaitu:
a. Adanya calon suami dan calon istri yang akan menikah.
b. Adanya wali dari pihak pengantin perempuan.
c. Adanya dua orang saksi.
d. Sighat akad nikah (ijab dan qabul).9

2. Syarat Nikah

Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai syarat sahnya pernikahan antara lain:
a. Syarat sah calon mempelai laki-laki
1) Calon suami beragama Islam.
2) Calon suami tersebut memang jelas adalah laki-laki.
3) Orangnya diketahui dan tertentu.
4) Calon suami harus jelas halal dikawinkan dengan calon istri.
5) Calon suami tahu atau kenal dengan calon istri dan tahu bahwa calon
istri halal untuknya.

8
Aisyah Ayu Musyafah, “Perkawinan Dalam Perspektif Filosofis Hukum Islam,” Crepido 2, no. 2 (2020): 111–22,
https://doi.org/10.14710/crepido.2.2.111-122.
9
Yuliatin, “Hukum Pernikahan Islam Dalam Konteks Indonesia.”

5
6) Calon suami rela melakukan pernikahan (UU RI No. 1 Tahun 1974
Pasal 6 ayat 1).
7) Tidak sedang melakukan ihram.
8) Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri.
9) Tidak sedang mempunyai istri empat (UU RI No. 1 Tahun 1974 Pasal
3 ayat 1).10
b. Syarat sah calon mempelai perempuan
1) Beragama Islam.
2) Jelas bahwa calon istri adalah perempuan.
3) Orangnya diketahui dan tertentu.
4) Halal bagi calon suami (UU No. 1 Tahun 1994 Pasal 8).
5) Tidak dalam ikatan perkawinan dan tidak masih dalam masa iddah.
6) Tidak dipaksa.
7) Tidak dalam ihram.11

C. Wanita-Wanita yang Haram Untuk Dinikahi

Ada dua penyebab wanita haram untuk dinikahi. Pertama, sebab yang
menjadikannya haram untuk dinikahi selamanya. Kedua, sebab yang menjadikannya
haram untuk dinikahi sementara waktu.

1. Wanita-Wanita yang Haram Dinikahi Selamanya.

a. Hubungan kekeluargaan (nasab).


Sesuai dengan firman Allah dalam QS an-Nisa ayat 23:

‫ُحِّر َم ْت َع َلْيُك ْم ُاَّم ٰه ُتُك ْم َو َبٰن ُتُك ْم َو َاَخٰو ُتُك ْم َو َع ّٰم ُتُك ْم َو ٰخ ٰل ُتُك ْم َو َبٰن ُت اَاْلِخ َو َبٰن ُت اُاْلْخ ِت‬...
Artinya: “Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anak
perempuanmu, saudara-saudara perempuanmu, saudara-saudara
perempuan ayahmu, saudara-saudara perempuan ibumu, anak-anak
perempuan dari saudara laki-lakimu, anak-anak perempuan dari saudara
perempuanmu...”

b. Hubungan kekerabatan melalu pernikahan (musaharah).


Sesuai firman Allah dalam QS an-Nisa ayat 22 dan 23:

‫َو اَل َتْنِكُحْو ا َم ا َنَك َح ٰا َبۤا ُؤ ُك ْم ِّم َن الِّنَس ۤا ِء ِااَّل َم ا َقْد َس َلَۗف ِاَّنٗه َك اَن َفاِح َش ًة َّو َم ْقًتۗا َو َس ۤا َء َس ِبْيًل‬
‫۝‬٢٢
Artinya: “Janganlah kamu menikahi wanita-wanita yang telah dinikahi
oleh ayahmu, kecuali (kejadian pada masa) yang telah lampau.

10
Muzammil, “FIQH MUNAKAHAT (Hukum Pernikahan Dalam Islam).”
11
Rosidin Rosidin, “Fiqih Munakahat Praktis : Terjemah Dha ’ u Al-Mishbah Karya KH . Hasyim Asy ’ Ari,” Litera
Ulul Albab, no. June (2020): 7–9.

6
Sesungguhnya (perbuatan) itu sangat keji dan dibenci (oleh Allah) dan
seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).

.... ‫َو ُاَّم ٰه ُتُك ُم اّٰل ِتْٓي َاْر َض ْعَنُك ْم َو َاَخٰو ُتُك ْم ِّم َن الَّر َض اَع ِة َو ُاَّم ٰه ُت ِنَس ۤا ِٕىُك ْم َو َر َبۤا ِٕىُبُك ُم اّٰل ِتْي ِفْي‬
‫ُحُجْو ِر ُك ْم ِّم ْن ِّنَس ۤا ِٕىُك ُم اّٰل ِتْي َد َخ ْلُتْم ِبِهَّۖن َفِاْن َّلْم َتُك ْو ُنْو ا َد َخ ْلُتْم ِبِهَّن َفاَل ُجَناَح َع َلْيُك ْۖم‬
‫َو َح ۤاَل ِٕىُل َاْبَنۤا ِٕىُك ُم اَّلِذ ْيَن ِم ْن َاْص اَل ِبُك ْۙم‬...

Artinya: “...dan diharamkan pula bagimu (untuk dinikahi) ibu-ibu istrimu


(mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang
telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu
(dan sudahkamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan
diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu)...”

c. Pertalian sepersusuan (rada’ah)


Sesuai firman Allah swt. dalam QS an-Nisa ayat 23
....‫َو ُاَّم ٰه ُتُك ُم اّٰل ِتْٓي َاْر َض ْعَنُك ْم َو َاَخٰو ُتُك ْم ِّم َن الَّر َض اَعة‬....
Artinya: “....Dan diharamkan pula untuk dinikahi ibu yang menyusuimu,
saudara-saudara perempuan sepersusuan...”

2. Wanita-Wanita yang Haram Dinikahi Sementara.

a. Diharamkan karena status wanita sudah ditalak tiga


Sesuai firman Allah dalam QS al-Baqarah ayat 230

‫َلٗه ِم ْۢن َبْعُد َح ّٰت ى َتْنِكَح َز ْو ًجا َغْيَر ۗٗه َفِاْن َطَّلَقَها َفاَل ُجَناَح َع َلْيِهَم ٓا َاْن‬ ‫َفِاْن َطَّلَقَها َفاَل َتِح ُّل‬
‫۝‬٢٣٠ ‫ُّيِقْيَم ا ُح ُد ْو َد ِۗهّٰللا َو ِتْلَك ُح ُد ْو ُد ِهّٰللا ُيَبِّيُنَها ِلَقْو ٍم َّيْع َلُم ْو َن‬ ‫َّيَتَر اَجَع ٓا ِاْن َظَّنٓا َاْن‬
Artinya: “Jika dia menceraikannya kembali (setelah talak kedua),
perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia menikah dengan laki-
laki yang lain. Jika (suami yang lain itu) sudah menceraikannya, tidak ada
dosa bagi keduanya (suami pertama dan mantan istri) untuk menikah
kembali jika keduanya menduga akan dapat menjalankan hukum-hukum
Allah. Itulah ketentuan-ketentuan Allah yang diterangkan-Nya kepada
orang-orang yang (mau) mengetahui.”

b. Diharamkan karena status wanita yang terkait dengan suaminya (baik


sebagai isteri, maupun sementara dalam keadaan iddah)
Sesuai firman Allah swt. dalam QS an-Nisa ayat 24

‫َو اْلُم ْح َص ٰن ُت ِم َن الِّنَس ۤا ِء ِااَّل َم ا َم َلَك ْت َاْيَم اُنُك ْۚم ِكٰت َب ِهّٰللا َع َلْيُك ْم‬....
Artinya: “(Diharamkan juga bagi kamu menikahi) perempuan-perempuan
yang bersuami, kecuali hamba sahaya perempuan (tawanan perang) yang
kamu miliki sebagai ketetapan Allah atas kamu...”

7
c. Diharamkan karena beda agama dan keyakinan
d. Diharamkan karena status wanita tersebut sebagai saudara atau keluarga
dekat istri yang sedang berjalan.
Sesuai firman Allah swt. dalam QS an-Nisa ayat 23

‫َو َاْن َتْج َم ُعْو ا َبْيَن اُاْلْخ َتْيِن ِااَّل َم ا َقْد َس َلَف‬........
Artinya: “....dan (diharamkan pula) mengumpulkan (dalam pernikahan)
dua perempuan yang bersaudara, kecuali (kejadian pada masa) yang telah
lampau.”

e. Diharamkan karena wanita tersebut akan menjadi isteri kelima dalam


waktu bersamaan
Sesuai firman Allah swt. dalam QS an-Nisa ayat 3

‫َفاْنِكُحْو ا َم ا َطاَب َلُك ْم ِّم َن الِّنَس ۤا ِء َم ْثٰن ى َو ُثٰل َث َو ُر ٰب َع‬........


Artinya: “....nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau
empat.....”

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan materi di atas, dapat kami simpulkan:


1. Nikah menurut bahasa “al-jam'u dan al-dhamu” yang artinya kumpul. Makna
nikah (Zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah. Juga
bisa diartikan (wath'u al-zaujah) bermakna menyetubuhi istri. Nikah menurut
syarak adalah akad serah terima antara laki-laki dan perempuan dengan tujuan
untuk saling memuaskan satu sama lainnya dan untuk membentuk sebuah bahtera
rumah tangga yang sakinah serta masyarakat yang sejahtera.
2. Makna nikah adalah akad atau ikatan karena dalam suatu proses pernikahan
terdapat ijab (pernyataan penyerahan dari pihak perempuan) dan qabul
(pernyataan penerimaan dari pihak lelaki).
3. Dasar hukum nikah terdapat dalam QS ar-Ra’d ayat 38, QS an-Nur ayat 32, QS
ar-Rum ayat 21, dan hadist nabi.
4. Hukum nikah ada lima, di antaranya yaitu wajib (menikah sebagai satu-satunya
solusi untuk menghindari perbuatan maksiat), sunnah (mampu memberi nafkah
dan mahar namun masih dapat menahan diri), makruh (berkeinginan untuk
menikah namun tidak mampu memberi mahar dan nafkah atau mampu memberi
nafkah namun memiliki penyakit seperti impoten), mubah (berkeinginan menikah
hanya untuk memenuhi syahwat saja namun juga tidak menelantarkan istrinya),
dan haram (menikahi mahramnya dan yakin jika menikah akan menyakiti calon
istrinya).
5. Beberapa hikmah nikah seperti menghasilkan keturunan, mengendalikan syahwat,
memenuhi kebutuhan biologis dengan cara halal, dan sebagainya.
6. Jumhur ulama berpendapat ada empat rukun nikah di antaranya ada calon suami
dan istri, ada wali, ada dua orang saksi, serta ijab dan qabul.
7. Ada beberapa kategori wanita-wanita apa saja yang haram untuk dinikahi, seperti
karena hubungan kekeluargaan, hubungan kekerabatan setelah menikah, pertalian
sepersusuan (haram selamanya) serta haram untuk sementara waktu seperti status
wanita yang sudah ditalak tiga, perbedaan agama, menjadi istri kelima dalam
waktu yang bersamaan.

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah


ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan
evaluasi untuk ke depannya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Hikmatullah, M.Sy. Pernikahan Dalam Islam. SEIKAT: Jurnal Ilmu Sosial, Politik Dan
Hukum. Vol. 1, 2022. https://doi.org/10.55681/seikat.v1i1.97.
Musyafah, Aisyah Ayu. “Perkawinan Dalam Perspektif Filosofis Hukum Islam.” Crepido 2,
no. 2 (2020): 111–22. https://doi.org/10.14710/crepido.2.2.111-122.
Muzammil, Dr Hj. Iffah. “FIQH MUNAKAHAT (Hukum Pernikahan Dalam Islam).”
Journal of Chemical Information and Modeling 53, no. 9 (2019): 1689–99.
Oktarina, Lindha Pradhipti, Wijaya Mahendra, and Argyo Demartoto. “Pemaknaan
Perkawinan : Studi Kasus Pada Perempuan Lajang.” Analisa Sosiologi 4, no. 1 (2015):
75–90.
Rakhmat, Dengan, Tuhan Yang, Maha Esa, and Presiden Republik Indonesia. “UU No. 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan,” 1974, 1–15.
Rosidin, Rosidin. “Fiqih Munakahat Praktis : Terjemah Dha ’ u Al-Mishbah Karya KH .
Hasyim Asy ’ Ari.” Litera Ulul Albab, no. June (2020): 1–18.
Shamad, Muhammad Yunus. “Hukum Pernikahan Dalam Islam.” Istiqra’ 5, no. 1 (2017): 74.
Yuliatin, Yuliatin. “Hukum Pernikahan Islam Dalam Konteks Indonesia.” Al-Risalah: Forum
Kajian Hukum Dan Sosial Kemasyarakatan 14, no. 02 (2018): 270–92.
https://doi.org/10.30631/alrisalah.v14i02.451.

10

Anda mungkin juga menyukai