Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“MUNAKAHAT”

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Ilmu Fiqih

Dosen Pengampu : Bapak Nandang Abdurohim, H., M.Ag.

Disusun oleh :
Kelompok 1 MPI 1A
Aulia Azzahrah(1212010020)
Fajar Perdana Adha(1212010036)
Alifah Nurhida(1212010011)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
inayahnya kepada kita semua. Dengan izin dan ridho-Nya, kami dapat menyusun makalah
yang berjudul “MUNAKAHAT” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dari mata kuliah Ilmu
Fiqih.Selain itu,makalah ini ditulis dengan tujuan menambah wawasan Munakahat bagi
pembaca dan penulis.Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
memberikan bantuan dan saran atas penulisan makalah ini :

1. Bapak Nandang Abdurohim, H., M.Ag selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila.

2. Teman-teman yang telah membantu memberikan saran dan semangat kepada para penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung,7 Desember 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………
3
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………...………
3
C. Tujuan………………………………………………………………………….………3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Munakahat…………………………………..…………………….……….4
B. Dasar hukum munakahat……………………………….………………………..…….4
C. Hukum pernikahan…………………………………………………………………….8
D. .Rukun Munakahat dan Syaratnya…………………………………………………….5
E. Tujuan Pernikahan…………………………………………………………………….7
F. Kewajiban dan hak suami istri………………………………………………………...9
G. Hikmah
perkawinan…………………………………………………………………..10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan……………………………………………………………………………...10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Perkawinan yang merupakan akad untuk membangun suatu keluarga dalam kehidupan
manusia merupakan salah satu kebutuhan dasar. Perkawinan merupakan pintu gerbang
menuju bangunan rumah tangga. Salah satu dari tujuan perkawinan adalah agar suami istri
dapat hidup serumah dengan mawaddah wa rahmah. Kehidupan rumah tangga sangan
dipengaruhi oleh hubungan sepasang suami istri tersebut. Kebahagian, ketentraman,
kedamaian atau sebaliknya dalam satu rumah tangga sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh
interaksi keduanya. Keberhasilan perkawinan tidak akan tercapai apabila kedua belah pihak
saling memperhatikan kewajiban dan haknya .dimakalah ini kami akan sajikan tentang tujuan
sampai dengan kewajiban dan hak sepasang suami istri dalam islam.

B.Rumusan masalah
a) Apa pengertian dari fiqih munakahat?
b) Dari mana saja hukum pernikahan
c) Apasaja huku-hukum pernikahan
d) Bagaimana syarat dan rukun pernikahan
e) Tujuan pernikahan
f) Kewajiban dan hak suami istri
g) Hikmah pernikahan

C.Tujuan
a) Paham akan pengertian munakahat
b) Tahu dasar hukum dan hukum pernikahan
c) Mengetahui syarat dan rukun pernikahan
d) Memahami tujuan pernikahan
e) Tahu akan kewajiban dan hak suami istri
f) Dapat mengambil hikmah dari sebuah pernikahan
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Munakahat

Fiqh munakahat terdiri dari dua kata, yaitu Fiqh dan Munakahat. Fiqh Al-fiqh secara
bahasa adalah al-fahmu (faham yang mendalam). Alfiqh diartikan juga sebagai pengetahuan
terhadap sesuatu dan memahaminya secara mendalam, Al-fiqh pada umumnya pengetahuan
tentang ilmu agama karena keagungannya, kemulyaannya, dan keutamaannya diatas segala
macam pengetahuan. Sedangkan kata “munakahat”dalam bahasa arab berasaldari kata nakaha
,yang dalam bahasa Indonesian adalah kawin atau pernikahan. Kata kawin adalah terjemahan
dari kata nikah dalam bahasa Indonesia. Kata nikah itu sendiri artinya mengawini dan
menikahi, sama dengan mengawinkan yang berarti menjadi bersuami. Dengan demikian
istilah oernikahan sama dengan perkawinan.
Sedangkan Istilah nikah diambil dari bahasa Arab, nikah. Para ulama madzab syafi,i
mengartikan nikah secara bahasa diantara disampaikan oleh Taqiyuddin Ibn Abi Bakr dalam
kitabnya Kifayatul akhyar fi hili ghaayatul al-ikhtishar mengartikan nikah secara bahasa iala
‫َ النكاح فِّي اللُّغَة ال َّضم والجمع‬Nikah secara bahasa penggabungan dan pengumpulan). Para ulama
dari madzhab lain pun memiliki pngertiannya masing-masing entah itu dari madzhab syafi.i.
madzhab hanbali, madzhab hanafi, dan madzhab maliki. Dapat diartikan bahwa dari beberapa
ulama itu bahwa secara bahasa dengan tiga arti yaitu ‫ و الوطء والجمع والتداخل الضم‬empat arti
tersebut secara maksud dari nikah mengarah ke tujuan yang sama, yaitu menyatunya dua
jenis laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim sehingga sehingga menjadi halal
disatukan.
pengertian nikah menurut istilah (syara’) yang dikemukakan oleh para ulama madzab
Hanafi, madzab Maliki, madzab Syafi’i, dan madzab Hanbali bermuara pada satu konteks
akad dengan menggunakan lafad inkahatau tazwij, atau terjemahannya setalah syarat-syarat
dan rukun-rukun semuanya terpenuni, kemudian setelah akad selesai maka halal untuk
melakukan hubungan biologis.

B.Dasar hukum munakahat

Yang menjadi dasar untuk istinbath hukum fiqh munakahat adalah:


1.Al quran,
menurut penelitian Muhammad Fuad al-Baaqii dalam kitabnya alMu’jam al-Mufahras li
al-faadz al-Qur’an al-kariim32 bahwa kata nakaha berikut tashrifnya terdapat di dua pulu tiga
tempat dalam lima surat yaitu :
a. al-Baqarah ayat 221, 230, 232, 235 dan 237
b. al-Nisaa’ ayat 3, 6, 22, 25, dan 127 , surat al-Nur ayat 3, 23,32 dan 60
c. al-qoshosh ayat 27,
d. al- Ahzab ayat 50 dan 53
e. al-Mumtahanah ayat 10
Sedangkan kata zawaja berikut tashrifnya terdapat di delapan pulu satu tempat dalam empat
pulu satu surat33

2.Al-Hadits
Banyak hadits yang menjadi dasar istinbat hukum fiqih munakahat munakahat,
diantaranya Telah diberitakan kepada kami Ibn Hafash hiyast Ibn Ghiyas telah diberitakan
kepada kami Bapaku telah diberitakan kepada kami al-A’masy dia berkata telah diberitakan
kepada kami Umarah dari Abdurahman Ibn Yazid ia berkata masuk kepadaku beserta
Alqomah dan Aswad pada Abdullah, Maka Abdullah berkata Kami berserta Nabi SAW juga
pemuda yang tidak menemukan sesuatu maka Rsulullah SAW bersabda kepada kami: “hai
para pemuda, barang siapa di antara kamu telah sanggup untuk kawin maka hendaklah ia
kawin. Maka kawin itu menghalangi pandangan (kepada yang di larang oleh agama ) dan
lebih menjaga kemaluan, dan barang siapa tidak sanggup, hendaklah ia berpuasa, karena
sesungguhnya puasa itu merupakan perisai baginya.”

3.Ijma ulama
Yang dimaksud dengan ijma ulama ini yaitu hal-hal yang telah disepakati para ulama

C. Hukum Pernikahan
Menurut Abdurahman al-Jaziri dalam fiqh ala madzab al-Arba’ah bahwa hukum nikah
dikembalikan ke hukum syarah yang lima yaitu wajib, haram, sunnah, mubah dan makruh.
Salah satunya menurut madzab syafi’iyyah bahwa hukum asal dari nikah adalah mubah,
maka bagi seseorang dimubahan melakukan pernikahan untuk tujuan mencari kesenangan
dan kenikmatan. Adapun penjelasan tentang wajib, makhruh,dan sunnah menurut madzhab
syafi’I :
a. Wajib nikah untuk tujuan mencegah perbuatan haram seperti seorang takut pada dirinya
terjerumus dalam berbuat dosa tidak bisa dicega kecuali dengan nikah, maka baginya wajib
nikah.
b. Makruh nikah bagi seseorang yang takut tidak bisa melaksanakan hak-hak suami istri
seperti seorang yang tidak ingin nikah dan tidak mampu untuk membayar mahar serta
memberi nafaqah.
c. Sunah apabila seseorang berkeinginan nikah dan mampu untuk menanggung biaya hidup.
Hukum nikah ini menurut Ibn Rusyd dalam kitab Bidaytul mujtahid dilihat dari sisi dasar
hukum dan metologi istinbat hukum, bahwa hukum nikah menurut jumhur ulama adalah
mandub atau sunnah, menurut ahli dahir hukum nikah wajib, menurut sebagian ulama
malikiyyah bahwa hukum nikah hak sebagian manusia wajib,hak sebagian manusia sunnah,
dan hak sebagian manusia mubah tergantung kesulitan yang dihadapi dirinya.

D.Rukun Munakahat dan Syaratnya

Syarat menikah itu harus tedapat:


a) pengantin lelaki.
b) pengantin perempuan.
c) wali, d) dua orang saksi, serta.
e) ijab dan qabul (akad nikah).
Adapun rukun dan syarat dari masing-masing syat yaitu:
a) Pengantin lelaki
Pengantin laki-laki harus memenuhi syarat,yaitu:
1. Beragama islam
2. Benar-benar pria
3. Tidak dipaksa
4. Bukan mahram pengantin wanita
5. Tidak sedang ihram, haji, dan umroh
6. Usia sekurang-kurangnya 19 tahun

b) Pengantin wanita
Pengantin wanita harus memenuhi syarat,yaitu:
1. Beragama islam
2. Benra-benar perempuan
3. Tidak dipaksa
4. Halal bagi pengantin lelaki
5. Bukan mahram pengantin lelaki
6. Tidak sedang ihram, haji, atau umroh
7. Usia sekurang-kurangnya 16 tahun

c) Wali nikah
Wali nikah harus memenuhi syarat,yaitu:
1. Beragama islam
2. Baligh (dewasa)
3. Berakal sehat
4. Tidak sedang ihrom, haji, atau umroh
5. Adil (tidak fasik)
6. Mempunyai hak untuk menjadi wali
7. Laki-laki

Mayoritas ulama sepakat bahwa wali nikah ada dua macam, yakni wali mujbir dan wali
non mujbir. Wali mujbir adalah wali yang dapat memaksa (ijbār) anak gadisnya untuk
menikah tanpa seizinnya. Wali non mujbir tidak memiliki hak paksa, maka ia harus meminta
izin terhadap yang bersangkutan sebelum menikahkan. Penjelasan ini diungkapkan oleh hadis
Nabi:

َ ‫ َو ْالبِ ْك ُر تُ ْستَْأ َمر‬،‫ق بِنَ ْف ِسهَا ِم ْن َولِيِّهَا‬


‫وِإ ْذنُهَا‬،ُ ُّ ‫ الثَّيِّبُ َأ َح‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬ َّ ِ‫ َأ َّن النَّب‬،‫س رضي هللا عنهما‬
َ ‫ي‬ ٍ ‫َع ِن ا ْب ِن َعبَّا‬
ُ
‫ُسكوتهَا‬ ُ

“Perempuan yang telah janda lebih berhak atas dirinya daripada walinya dan perempuan yang
masih perawan diminta izin dari dirinya dan izinnya ialah diamnya.” (HR Tirmidzi, Ahmad,
Muslim).

d) Dua orang saksi


Dua orang saksi harus memenuhi syarat,yaitu:
1. Beragama islam
2. Baligh (dewasa)
3. Berakal sehat
4. Tidak sedang ihrom, haji, umroh
5. Adil (tidak fasih)
6. Mengerti maksud akal nikah
7. Laki-laki.
Apabila pernikahan dilakukan tanpa saksi maka pernikahan itu tidaklah sah,seperti sabda
rasulullah saw;
“tidak sah nikah melainkan dengan saksi dan dua orang saksi yang adil.” (riwayat
Ahmad)

e) Ijab kabul
Menurut imam syafi’iyah ijab Kabul itu lafadz yang digunakan dalam akad ,harus lafaz
nikah dan tazwij atau terjemahannya dalam bahasa lain.
Hadist tentang ijab Kabul
“allah dan kamu menghalalkan mereka dengan kalimat allah”(HR.Muslim)
E.Tujuan Pernikahan

Orang yang menikah sepantasnya tidak hanya bertujuan untuk menunaikan syahwatnya
saja, sebagaimana tujuan kebanyakan manusia hari ini. Namun hendaknya ia menikah karena
tujuan-tunjuan berikut ini:
Pertama :
melaksanakan ajnuran nabi Muhammad saw dalam sabdanya ;”wahai sekalian para pemuda !
siapa diantar kalian yang telah mampu untuk menikah maka hendaknya ia menikah…..”
Kedua :
memperbanyak keturuanan kaarean nabi Muhammad bersabda :
“menikahlah kalian dengan wanita penyayang lagi subur, karean(hari kiamat nanti) akan
membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat lain “
Ketiga :
menjaga kemaluan dirinya dan juga istrinya serta menundukan pandangannya dan juga
istrinya dari pandangan yang haram. Allah swt berfirman dalam surat an-nur :30-31
َ ِ‫وا فُرُو َجهُ ْم ۚ ٰ َذل‬
َ‫ك َأ ْز َك ٰى لَهُ ْم ۗ ِإ َّن ٱهَّلل َ خَ بِي ۢ ٌر بِ َما يَصْ نَعُون‬ ۟ ُ‫صر ِه ْم َويَحْ فَظ‬ ۟
ِ َ ٰ ‫قُل لِّ ْل ُمْؤ ِمنِينَ يَ ُغضُّ وا ِم ْن َأ ْب‬

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya,
dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".
(Surat an-nur :30)
‫ُوجه َُّن َواَل يُ ْب ِدينَ ِزينَتَه َُّن ِإاَّل َما ظَهَ َر ِم ْنهَا ۖ َو ْليَضْ ِر ْبنَ بِ ُخ ُم ِر ِه َّن َعلَ ٰى‬ َ ‫ظنَ فُر‬ ْ َ‫ص ِر ِه َّن َويَحْ ف‬ َ ٰ ‫ت يَ ْغضُضْ نَ ِم ْن َأ ْب‬ ِ َ‫َوقُل لِّ ْل ُمْؤ ِم ٰن‬
‫ين ِزينَتَه َُّن ِإاَّل لِبُعُولَتِ ِه َّن َأوْ َءابَٓاِئ ِه َّن َأوْ َءابَٓا ِء بُعُولَتِ ِه َّن َأوْ َأ ْبنَٓاِئ ِه َّن َأوْ َأ ْبنَٓا ِء بُعُولَتِ ِه َّن َأوْ ِإ ْخ ٰ َونِ ِه َّن َأوْ بَنِ ٓى ِإ ْخ ٰ َونِ ِه َّن‬¥َ ‫جُ يُوبِ ِه َّن ۖ َواَل يُ ْب ِد‬
۟
‫ظهَرُوا َعلَ ٰى‬ ‫ُأ‬ ٰ
ْ َ‫ت َأ ْي ٰ َمنُه َُّن َأ ِو ٱلتَّبِ ِعينَ َغي ِْر ۟ولِى ٱِإْل رْ بَ ِة ِمنَ ٱل ِّر َجا ِل َأ ِو ٱلطِّ ْف ِل ٱلَّ ِذينَ لَ ْم ي‬ ْ ‫َأوْ بَنِ ٓى َأخ ٰ ََوتِ ِه َّن َأوْ نِ َسٓاِئ ِه َّن َأوْ َما َملَ َك‬
ْ ُ َّ ْ ‫َأ‬ ‫هَّلل‬ ۟
َ‫ت ٱلنِّ َسٓا ِء ۖ َواَل يَضْ ِر ْبنَ بَِأرْ ُجلِ ِه َّن لِيُ ْعلَ َم َما يُخفِينَ ِمن ِزينَتِ ِه َّن ۚ َوتُوب ُٓوا ِإلَى ٱ ِ َج ِميعًا يُّهَ ٱل ُمْؤ ِمنُونَ لَ َعلك ْم تُفلِحُون‬
ْ ِ ‫عَوْ ٰ َر‬

Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-
putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka
miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita)
atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
(surat an-nur :31)
F.Kewajiban dan hak suami istri

Pada dasarnya antara kewajiban dan hak suami istri suatu yang timbal balik,yakni apa
yang menjadi kewajiban suami merupakan hak bagi istri. Dan apa yang menjadi kewajiban
istri merupakan hak bagi suami.
a.kewajiban suami terhadap istri
kewajiban suami terhadap istri ada dua macam, kewajiban yang bersifat material dan
kewajiban immaterial .
adapun kewaiban material,yaitu:
1.Mahar
Mahar adalah harta yang menjadi hak istri yang harus dipenuhi suami karena
adanya akad.adapun ayat-ayat yang menunjukan kewajiban membayar mahar yaitu;
‫صد ُٰقتِ ِه َّن نِحْ لَةً ۗ فَا ِ ْن ِط ْبنَ لَ ُك ْم ع َْن َش ْي ٍء ِّم ْنهُ نَ ْفسًا فَ ُكلُوْ هُ هَنِ ۤ ْيـًٔا َّم ِر ۤ ْيـًٔا‬
َ ‫َو ٰاتُوا النِّ َس ۤا َء‬
Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka menyerahkan kepada kamu
sebagian dari (maskawin) itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah
pemberian itu dengan senang hati. (an-nisa ; 4)
2.Nafkah
Kewajiban kepada istri telah ada dalam al quran surat al baqarah ayat 233, yang
berbunyi :
“Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang
patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya.”
Sebenarnya ayat ini menjelaskan menyelaskan penyusuan namu juga menjelaskan
kewajiban memberikan biaya penyusuan. Biaya penyusuan ini mejadi kewajiban
seorang ayah karena anak membawa nama ayahnya atau karena anak itu kelak akan
dinasabkan kepada ayahnya.
Kewajiban immaterial yaitu nafkah batin.

b.Kewajiban istri terhadap suami


Kewajiban suami untuk memimpin istri tidak akan terlaksana dengan baik apabila istri
tidak taat kepada kepimimpinan suami. Isi dari pengertian ini adalah:
1.istri berkewajiban memenuhi hak suami untuk bertempat tinggal dirumah yang telah
disediakan apabila suami telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
2.taat kpada perintah suami, keculai apabila melanggar larangan allah swt
3.berdiam diri dirumah tidak keluar kecuali dengan izin suami.
4. tidak menerima masuknya oranglain kerumah tanpa izin suami

G.Hikmah Pernikahan

Nikah adalah jalan terbaik dalam rangka memperbanyak keturunan dengan menjaga
terpeliharanya nasab, membuat anak-anak menjadi mulia serta melestarikan hidup manusia.
Menyadari tanggung jawab beristri dan menanggung anak-anak akan menimbulkan sikap
sungguh-sungguh dalam mengembangkan bakat dan rajin dalam mencari penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan perkawinan dapat membuahkan tali kekeluargaan,
rasa cinta antar keluarga dan memperkuat hubungan kemasyarakatan yang memang oleh
islam direstui, ditopang dan ditunjang.
menurut al-Jurjawi, dengan pernikahan maka banyaklah keturunan. Ketika keturunan itu
banyak, maka proses memakmurkan bumi berjalan dengan mudah, karena suatu perbuatan
yang harus dikerjakan bersama-sama akan sulit jika dilakukan secara individual.

KESIMPULAN
1. Istilah nikah diambil dari bahasa Arab, nikah. Menurut para ulama madzhab syafi’I Nikah
secara bahasa penggabungan dan pengumpulan.
2. Hukum pernikahan terdapat lima,yaitu wajib,sunnah,makruh,mubah,dan haram
3. Adapun syarat sah nikah hars terdapat mempelai pria,mempelai wanita, wali, dua saksi,
serta ijab dan Kabul
4. Tujuan menikah tidak hanya untuk kebutuhan syahwatnya saja melainkan untuk
mengikuti ajaran rasulullah dan juga menyempurnakan iman
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/download/57103423/05_PERNIKAHAN_DALAM_ISLAM_-
_Wahyu.pdf
http://stismu.ac.id/ejournal/ojs/index.php/qolamuna/article/view/2

Anda mungkin juga menyukai