A. Pengertian Nilai dalam filsafat dan menurut Islam:
1. Makna Nilai: NILAI adalah istilah filsafat (dalam jenis filsafat nilai) yang membahas mengenai SIFAT UKURAN KUALITAS BENDA, KEADAAN, atau PERBUATAN (bathin/ dhohir). 2. Islam sebagai agama yang diturunkan Alloh (Dinullah) pada prinsipnya adalah syari’at tentang “Nilai”, jalan hidup yang harus dilalui agar bernilai dan lulus diakhir perjalanan, pada saat mati. (Lihat: Q.S Al Mulk:2) Ahsanu ‘amala, bermakna nilai kehidupan yang baik yang sesuai dengan rambu rambu syari’at yang ditetapkan Alloh B. Objek Substansi yang diukur dalam ilmu akhlak Islami: 1. Substansi Pokok yang diukur: Akhlak sebagai ilmu/ pengetahuan adalah ilmu yang bersifat normatif untuk mengukur sesuatu. Yang diukurnya bukanlah perilaku atau perbuatan dlohir melainkan “perbuatan bathini” yaitu motiv yang bersifat abstrak/ psikis yang tidak nampak, dan sangat samar-samar; indikator (dohir) nya dapat berwujud perilaku dohir yang berbagai macam. Bandingkan: Infak-Shodaqoh Ilmu fikih mengukur tata cara perilakunya; ikhlash atau Riya dibahas dalam Ilmu akhlak. 2. Substansi komplemen (yang tak terpisahkan): Selain yang pokok adalah motiv atau niyat suatu perbuatan, ada bagian komplementer yang dinilai, yaitu CARAnya, mewujudkan motiv/ niyat tersebut, apakah sesuai syari’at atau tidak 3. Jadi yang dinilai adalah : a. motif/ niyat nya b. Konsistensi antara niyat dengan norma yang dianut dalam mewujudkan motiv tersebut. Contoh ke 1: niyat/ motiv : baik (lillah) norma/ tindakannya : asal-asalan atau tidak sesuai syari’at nilai akhir : buruk (niyatna sudah baik, tetapi tidak konsisten dengan syariat) Contoh ke 2: niyat/ motiv : riya norma tindakan : sesuai syariat nilai akhir : akhlak buruk (karena akhlaknya= buruk)
Contoh ke 3: Niyat/ motiv : baik (lillah) Norma tindakan : (berusaha optimal) sesuai syari’at Nilai akhir : akhlak baik
C. Sumber Norma rujukan untuk mengukur nilai baik buruknya Akhlak:
1. Dalam Ilmu akhlak (islami); yang dijadikan sumber nilai atau norma nya adalah wahyu serta sumber nilai lain selama selaras dan tidak bertentangan dengan nilai wahyu. Wahyu adalah sumber utama, sedangkan nilai lain adalah derivasinya dari wahyu. (wahyu= al Quran dan al Hadits; Sumber nilai lain =pemikiran ulama, filsafat, maupun tradisi/ hukum negara, dll.) 2. Sekedar pembanding: dalam filsafat Etika, dan filsafat Moral, sumber norma untuk ukuran baik dan buruk adalah hasil pemikiran orang, ahli, filosof, dll. yang berkembang, mengadat (menjadi budaya) dan dianut bersama dalam suatu komunitas tertentu. Secara garis Aliran/ Faham /Filsafat yang biasa dipakai mengukur baik- buruknya sifat atau perbuatan manusia, diantaranya: a. Paham/ Filsafat Naturalisme: baik buruknya etika/ perbuatan didasarkan pada alamiah atau tidaknya b. Paham/ Filsafat Tradisionalisme: baik buruknya suatu etika/ perbuatan diukur oleh kesesuaian dengan adat istiadat setempat/ tradisi; c. Paham/ Filsafat Hedonisme: baik buruknya suatu etika/ perbuatan diukur oleh menyenangkan/lezat/ membahagiakan atau tidaknya sesuatu; d. Faham/ Filsafat Teologi: baik-buruknya suatu etika/ perbuatan diukur oleh norma yang berdasarkan wahyu Tuhan; dll. Aliran aliran fisafat Etika atau Moral tersebut belum tentu sesuai syariat dan akhlak Islami; masih harus diseleksi, disaring secara kritis berdasarkan syariat dan nilai yang bersumber dari wahyu.
D. Subjek/ objek yang dinilai dalam akhlak Islami:
(Akhlak orang lain, masyarakat, atau diri sendiri?): Karena yang diukur adalah motifnya, yang bersifat psikis/ bathiny, maka akhlak orang lain susah mengukurnya, oleh karena itu dalam ilmu Akhlak, yang diukur adalah AKHLAK DIRI SENDIRI. Akhlak orang lain bersifat dzhanniy (dugaan), agak susah mengukurnya kecuali sudah ahli dalam ilmu akhlak, atau ahli psikologi. Diantara tanda-tanda yang menjadi indikator niyat/ motivnya baik atau buruk akhlak seseorang adalah kebiasaannya, jika perilaku seseorang tiba-tiba mendadak/ kadang-kadang diluar kebiasaannya, mungkin patut dipertanyakan motiv nya. Misalnya orang kikir tiba-tiba sering memberi, jadi (seperti) dermawan, maka wajar jika diduga tidak ikhlash, mungkin ada pamrih lain. Dugaan itu bersifat zhonny (hipotetik). sebaiknya tidak menduga negatif, karena adalah dosa, tentang niyat (akhlak) yang bersifat bathiny sebaiknya husnuzhzhon, dan serahkan pada Alloh.
Catatan untuk kelompok penyaji:
1. Boleh dibuat dalam bentuk power point;
2. Ayat Al Quran dan Hadits dapat dilengkapi ditulis arabnya; 3. Pembahasan/ penjelasan dari kelompok penyaji diutamakan fokus pada bahan pokok (point-point penting) yang terdapat pada kisi-kisi; misalnya dengan banyak contoh untuk membantu pemahaman. 4. Kelengkapan bahan berikut SUMBER KUTIPAN agar dicari dan dilengkapi pada makalah setelah penyajian (dikumpul pada akhir semester); 5. WAKTU PENYAJIAN: MAKSIMAL HANYA 30 atau 40 MENIT UNTUK 3, atau 4 ORANG PENYAJI, sisanya, kurang lebih 20 menit untuk diskusi atau tanya jawab; (karenanya harus latihan penyajian ringkas/ efisien)
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita