DISUSUN OLEH :
YUNIAR (CA181112145)
ALFIN SUKMA (CA181112150)
JURUSAN : PERPAJAKAN
KELAS : A4-18-01H
KATA PENGANTAR
dengan lancer. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata
kami juga masih dalam tahap belajar, oleh karena itu kami
selanjutnya bisa lebih baik dai sebelumnya. Dalam makalah ini saya
Kelompok 11
i
Kata Pengantar…………………………………………………………………………..i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan……………………………………………………………….35
3.2. Saran………………………………………………………………………..35
3.3. Daftae Pustaka………………………………………………………….37
ii
BAB I
PENDAHULUAN
tidak mau manusia harus setiap saat berpaling pada kaidah – kaidah
moral.
manusia.
1
Moral lebih ditekankan pada tingkah laku yang bersifat
sepontan seperti murah hati, rasa kasih saying dan kebaikan, jadi
hukum.
kepada publik.
2
Dalam perwujudan tanggung jawab inilah etika tidak boleh
3
BAB II
PEMBAHASAN
hidup dalam masyarakat; apa yang baik dan apa yang buruk”.
prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). Etika menurut
yang artinya cara hidup atau kebiasaan. Dari istilah ini muncul pula
istilah morale atau moril, tetapi artinya sudah jauh sekali dari
Di samping itu terdapat istilah norma yang berasal dari bahasa Latin.
4
(norma: penyiku atau pengukur), dalam bahasa inggris norma berarti
dilakukan.
cabang ilmu dalam filsafat yang mempelajari nilai baik dan buruk
5
Judistira K. Garna, (Materi Kuliah Etika Kebijakan Publik,
moralitas masyarakat.
serupa dengan hukum disatu pihak dan dengan etiket di pihak lain.
6
moralitas juga dapat dibedakan dengan hukum, sebab ia tidak dapat
norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap serta pola
yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control,
norma hukum, norma moral, norma agama, dan norma sopan santun.
agama berasal dari agama, norma moral berasal dari suara hati dan
7
Etika tidak dapat menggantikan agama. Agama merupakan hal
mewujudkannya.
Teologisme
8
Prinsip/asas etika menurut aliran ini, sesuatu yang baik, susila
sebaliknya.
Naturalisme
alam.
9
Utilitarianisme
dan John Stuart Mill. Sempalan dari ajaran ini antara lain adalah
(scientisme).
Vitalistis
daya hidup.
Idealisme
10
2.1.3. Empat Hirarki Etika
Moralitas Pribadi
Etika Profesi
Etika Organisasi
11
4. Dalam praktek penegakan kode etik organisasi
dipengaruhi oleh kepentingan sempit organisasi,
kepentingan birokrat, atau kepentingan politik dari
politisi yang membawahi birokrat.
5. Penegakan etika organisasi melalui sanksi organisasi.
Etika Sosial
12
Munculnya etika sebagai suatu pedoman bertingkah laku
Definisi
13
Ethics is the rules or standards governing, the moral conduct
masyarakat.
14
merupakan pola perbuatan manusia dalam bidang administrasi,
masyarakat.
dicapai.
15
mengatakannya sebagai “the process by which the execution of a
studi manajemen.
16
techniques (tehnik pelaporan) Sistem informasi (information
sumber tenaga manusia (working force) yang harus ada pada setiap
17
menyimpan pelbagai keterangan yang diperlukan dalam usaha
18
rakyat. Asas kedaulatan rakyat mensyaratkan bahwa rakyatlah
19
Dengan diskresi yang dimiliki, administrator publik pun tidak
secara memadai.
bertindak etis, atau dengan kata lain, tidak ada “otonomi dalam
beretika”.
20
Alasan kedua, lebih berkenaan dengan lingkungan di dalam
21
Etika administrasi publik dapat digunakan sebagai rujukan
(ASPA).
hal yang tidak etis, tetapi juga untuk mengusahakan hal yang etis
22
Etika administrasi tersebut di atas belum cukup untuk
suatu disiplin ilmu saja – putting the ideas (Peter Senge, 1990)
membuatnya.
berbangsa.
23
Etika ini dimaksudkan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih,
siap mundur apabila dirinya telah melanggar kaidah dan sistem nilai,
negara.
kelompoknya.
24
berhubungan langsung dengan kegiatan negara dilanggar inilah
tidak diperhatikan.
25
prakteknya, kepegawaian di Indonesia seringkali berjalan tidak
sesuai dengan etika yang ada. Dapat dilihat dari awal, proses
berkualitas.
Bupati Garut yang hanya bertahan empat hari dan diakhiri talak
Korupsi oleh Kepala Daerah (54 orang, 2004-2014, data KPK); Kasus
lain sebagainya.
26
2.3. Faktor Perilaku Tidak Etis
27
Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar diri orang
suatu tatanan nilai yang dibuat untuk diikuti dan dipatuhi oleh para
kepastian tentang mana yang benar dan salah, baik dan buruk.
28
Penerapan peraturan etika dapat membuat perilaku etis
individu.
legislatif).
29
undang dan peraturan yang dapat mendisiplinkan para pelanggar
publik.
30
Sejalan dengan perkembangan zaman dan makin kompleksnya
secara keseluruhan.
31
Sedangkan UNDP mendefinisikan good governance sebagai
32
stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi
dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan
tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal
organisasi.
negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif,
33
Oleh karena itu, upaya perwujudan ke arah good governance
governance.
34
BAB III
3.1.KESIMPULAN
3.2.SARAN
Masyarakat.
35
Komitmen menerapkan prinsip good governance dalam
menjalankan pemerintahan.
sesuai etika dan aturan, hanya saja tidak cukup seksi untuk disorot
36
3.4.Daftar Pustaka
Alfabeta.
Universitas Terbuka.
Utomo, Tri Widodo W., 2000. Etika dan Hukum Administrasi Publik.
http://www.kumham-jakarta.info/download/karya-ilmiah/pelayanan-
publik/70-etika-aparatur-dalam-pelayanan-publik/file
https://irvanamu.wordpress.com/category/makalah-etika-
administrasi-publik/
37