Anda di halaman 1dari 20

KONSEP NIKAH

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu : Mughniatul Ilma,M.H.

Disusun Oleh :

1. M.Fikry Al Fatih 201230173


2. Megan Anggilia 201230216
3. Agustina pratiwi 201230013

JURUSAN TADRIS PENGAJARAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAN PONOROGO

2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah SWT menciptakan manusia telah berpasang-pasangan , seperti halnya


manusia yang pertama diturunkan pertama dibumi yaitu Nabi Adam dan Siti
Hawa mereka diturunkan dari surga ke bumi karena kesalahannya sendiri yang
telah memakan buah Quldi. Mereka ditugaskan oleh Allah SWT di bumi menjadi
manusia pertama yang kemudian mempunyai keturunan yang bertambah banyak
dan berlipat-lipat jumlahnya seperti sekarang ini,karena mereka telah melalui alur
perkawinan/pernikahan karena perintah Allah SWT.

Pernikahan atau munakahat dalam islam memiliki syarat serta hukum tertentu
karena pernikahan adalah sesuatu yang sakral dalam hidup kita dan seharusnya
hanya sekali dilakukan dalam hidup,sehingga kita perlu memperhatikan dengan
sebaik-baiknya,janganlah kita menjadi hanya sebuah pernikahan tanpa kita
mengetahui ketentuan-ketentuannya apalagi kita sebagai kaum muslim hendaknya
kita mendambakan sebuah keluarga yang sakinah mawadah warahmah melalui
sebuah pernikahan. Oleh karena itu langsungkanlah sebuah pernikahan dengan
syarat dan syariat yang telah di tentukan oleh hukum negara maupun agama. Dan
jadilah keluarga yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Untuk selanjutnya
ikuti pembahasan yang lebih lanjut dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud munahakat?

2. Apa sajakah macam-macam hukum nikah?

3. Apa saja rukun nikah itu?

4. Sebutkan urutan wali nikah?

5. Sebutkan macam-macam wali nikah?

6. Apa pengertian kafa’ah?

7. Apa pengertian khitbah?

8. Apa pengertian walimah?

9. Apa pengertian nusyuz?

10. Apa pengertian talak?

11. Apa pengertian iddah?

12. Apa pengertian rujuk?

C. TUJUAN

1. Dapat mengetahui pengertian munahakat.


2. Dapat mengetahui macam-macam hukum nikah.

3. Dapat mengetahui rukun rukun nikah.

4. Dapat mengetahui urutan dan macam-macam wali nikah.

5. Dapat mengetahui tentang kafa’ah, khitbah, walimah, nusyuz, talak, iddah, dan rujuk

BAB 2

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN MUNAHAKAT

Nikah menurut bahasa berarti menghimpun,sedangkan menurut terminologis


adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang
bukn muhrim sehingga menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya .

Pernikahan dalam arti luas adalah suatu ikatan lahir batin antara laki-laki dan
perempuan untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga.pernikahan dilakukan
untuk mendapatkan keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan
syariat islam . Pernikahan merupaka merupakan suatu hal yang sangat penting
dan mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan.Tanpa
pernikahan tidak akan terbentuk rumah tangga yang baik,teratur dan bahagia serta
akan timbul hal-hal yang tidak diinginkan dalam masyarakat.Misalnya,manusai
tadak bisa menahan nafsunya sehingga timbul pemerkosaan.Oleh karena itu,
dengan pernikahan akan timbul kasih-mengasihi,sayang-menyayangi antara suami
dan istri, saling kenal-mengenal,tolong-menolong antar keluarga uami dengan
keluarga istri dan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya.

2. HUKUM NIKAH

Pada dasarnya Islam sangat menganjurkan kepada umatnya yang sudah mampu untuk
menikah. Namun karena adanya beberapa kondisi yang bermacam - macam, maka hukum
nikah ini dapat dibagi menjadi lima macam.

a. Sunnah

bagi orang yang berkehendak dan baginya yang mempunyai biaya sehingga dapat
memberikan nafkah kepada istrinya dan keperluan - keperluan lain yang mesti dipenuhi.

b. Wajib

bagi orang yang mampu melaksanakan pernikahan dan kalau tidak menikah ia akan
terjerumus dalam perzinaan.

Sabda Nabi Muhammad SAW. :

“Hai golongan pemuda, barang siapa diantara kamu yang cukup biaya maka hendaklah
menikah. Karena sesumgguhnya nikah itu enghalangi pandangan (terhadap yang dilarang
oleh agama.) dan memlihara kehormatan. Dan barang siapa yang tidak sanggup, maka
hendaklah ia berpuasa. Karena puasa itu adalah perisai baginya.” (HR Bukhari Muslim).

c. Makruh

bagi orang yang tidak mampu untuk melaksanakan pernikahan Karena tidak mampu
memberikan belanja kepada istrinya atau kemungkinan lain lemah syahwat.
Firman Allah SWT :

‫وليستعفف الذين ال يجدون نكاحا حتى يغنيهم هللا من فضله‬

“Hendaklah menahan diri orang - orang yang tidak memperoleh (biaya) untuk nikah,
hingga Allah mencukupkan dengan sebagian karunia-Nya. . . .” (An Nur / 24:33)

d. Haram

bagi orang yang ingin menikahi dengan niat untuk menyakiti istrinya atau menyia -
nyiakannya. Hukum haram ini juga terkena bagi orang yang tidak mampu memberi
belanja kepada istrinya, sedang nafsunya tidak mendesak.

e. Mubah

bagi orang - orang yang tidak terdesak oleh hal - hal yang mengharuskan segera nikah
atau yang mengharamkannya.

3. RUKUN NIKAH

Untuk sahnya pernikahan dan dapat berlangsung dengan baik maka hendaknya
memenuhi rukun dan syarat-syaratnya.

 Rukun, ada 5 macam


a. Calon Suami
Calon suami harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Beragama islam
2. Benar-benar pria
3. Tidak dipaksa
4. Bukan mahram calon istri
5. Tidak sedang ihram, haji ,atau umroh
6. Usia sekurang-kurangnya 19 tahun
b. Calon istri
Calon istri harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. Beragama islam
2. Benar-benar perempuan
3. Idak dipaksa
4. Hala bagi calon suami
5. Bukan mahram calon suami
6. Tidak sedanh ihram, haji,atau umroh
7. Usia sekurang-kurangnya 16 tahun
c. Wali
Wali harus mempinyai syarat-syarat sebagai berikut:
1. Beragama islam
2. Baligh(dewasa)
3. Berakal sehat
4. Tadak sedang ihram, haji,atau umroh
5. Adil(tidak fasik)
6. Mempunyai hak untuk menjadi wali
7. Laki-laki
d. Dua orang saksi
Dua orang saksi harus mempunyai syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Islam
2. Baligh(dewasa)
3. Berakal sehat
4. Tidak sedang ihram,haji,atau umroh
5. Adil(tidak fasik)
6. Mengerti maksud akad nikah
7. Laki-laki
e. Ijab dan Qabul
Ijab di ucapkan oleh wali yang berisi persyaratan menikah,
misalnya : “Bapak nikahkan ananda, dengan putri bapak
yang bernama......... dengan mas
kawin(mahar)......bebentuk......
Qabul adalah ucapan dari seorang suami yang berisi
pengakuan atau penerimaan nikah misalnya :”Saya terima
nikah denga putri bapak yang bernama......dengan mas
kawin....!

4. URUTAN WALI NIKAH


1.Wali Nasab
Merupakan wali yang diambil berdasarkan keturunan, atau yang punya hubungan nasab
dengan pengantin perempuan. Mayoritas ulama mengurutkan wali nasab dari paling
berhak dan masih hidup, karena yang terdekat adalah amat utama.
1) ayah kandung,
2) ayahnya ayah (kakek) terus ke atas,
3) saudara lelaki seayah-seibu,
4) saudara lelaki seayah saja,
5) anak lelaki saudara laki-laki seayah-seibu,
6) anak lelaki saudara laki-laki seayah,
7) anak lelaki dari anak laki-laki saudara laki-laki seayah-seibu,
8) anak lelaki dari anak laki-laki saudara laki-laki seayah,
9) anak lelaki dari no. 7 di atas,
10) anak lelaki dari no. 8 dan seterusnya,
11) saudara lelaki ayah, seayah-seibu,
12) saudara lelaki ayah, seayah saja,
13) anak lelaki dari no. 11,
14) anak lelaki no. 12, dan
15) anak lelaki no. 13 dan seterusnya.

Bila diringkas, wali nasab terdiri tiga kelompok; ayah kandung seterusnya ke atas,
saudara laki-laki ke bawah, dan saudara lelaki ayah ke biy lainnya.

2. Wali Hakim
Sesuai namanya, ialah wali yang berasal dari hakim (qadhi), seperti kepala pemerintah,
pemimpin, atau orang yang diberi kewenangan oleh kepala negara untuk menikahkan
perempuan yang berwali hakim.

Seorang wanita baru boleh diwakilkan wali hakim apabila; tidak adanya wali nasab
seperti yang disebutkan di atas seluruhnya, serta tidak mencukupinya syarat bagi wali
nikah di atas jika masih hidup.

Ketentuan wali hakim sendiri adalah tidak menikahkan; perempuan yang belum baligh,
pasangan dari kedua pihak keluarga yang tidak sekufu (sepadan), orang yang tanpa
mendapat izin dari wanita yang akan menikah, dan orang yang berada di luar wilayah
kekuasaannya. Dalam kondisi tersebut, wali hakim dilarang menikahkan.

3. Wali Tahkim
Yaitu wali nikah yang diangkat sendiri oleh calon suami atau calon istri. Syarat akada
nikah bisa diwakilkan wali satu ini, jika; wali nasab pada urutan di atas tidak ada
seluruhnya atau tidak memenuhi syarat, serta tak adanya wali hakim. Sehingga wali
hakim baru boleh menikahkan, apabila tak terdapatnya wali nasab dan wali hakim.

4. Wali Maula
Adalah majikan dari seorang hamba sahaya yang ingin menikah. Maka jika ada wanita
yang berada di bawah kuasanya (yakni sebagai budak), maka majikan laki-lakinya boleh
menjadi wali akad nikah bagi hamba sahaya perempuannya itu.

5. MACAM-MACAM WALI NIKAH

1. Wali Nasab
Yang dimaksud wali nasab, yaitu wali berhubungan tali darah dari pihak ayah dengan
perempuan yang akan nikah. Orang-orang yang termasuk ke dalam wali nasab juga dibagi
menjadi dua, di antaranya sebagai berikut:

- Wali aqrab, yaitu:

Ayah kandung

Ayah dari ayah kandung (kakek)

- Wali ab’ad, yaitu:

Saudara laki-laki kandung

Saudara laki-laki seayah

Anak saudara laki-laki kandung

Anak saudara laki-laki seayah

Paman kandung

Paman seayah

Anak paman kandung

Anak paman seayah

2. Wali Mu’thiq

Yaitu orang yang menjadi wali terhadap perempuan bekas hamba sahaya yang
dimerdekakannya.

3. Wali Hakim
Wali hakim berlaku ketika semua urutan di atas sudah tidak bisa dipenuhi lagi karena
sebab-sebab tertentu. Wali hakim adalah orang yang menjadi wali sebagai hakim atau
penguasa yang diangkat oleh negara yang telah ditauliyahkan sebagai wali hakim.

4. wali muhakam

Yang dimaksud wali muhakam adalah orang yang diangkat oleh kedua calon mempelai
untuk bertindak sebagai wali dalam akad nikah mereka. Apabila suatu pernikahan yang
seharusnya dilaksanakan dengan wali hakim, padahal di tempat itu tidak ada wali hakim,
maka pernikahan dilangsungkan dengan wali muhakam.

6. PENGERTIAN KAF'AH
Kafa'ah atau kufu artinya kesamaan, kecocokan dan kesetaraan. Dalam konteks
pernikahan berarti adanya kesamaan atau kesetaraan antara calon suami dan calon istri
dari segi (keturunan), status sosial (jabatan, pangkat) agama (akhlak) dan harta kekayaan.

7. PENGERTIAN KHITBAH
Pinangan (Khitbah)
Pengertian Pinangan (Khitbah) Menurut bahasa, meminang atau melamar artinya antara
lain adalah meminta wanita dijadikan istri (bagi diri sendiri atau orang lain). Menurut
istilah, peminangan ialah kegiatan atau upaya kearah terjadinya hubungan perjodohan
antara seorang pria dengan seorang wanita.

8.PENGERTIAN WALIMAH
Pengertian Walimah al-’urs Walimah (َِْْٔٞ‫( ى َْ٘ َىأ‬berasal dari bahasa Arab yang artinya al-
jam‟u yaitu kumpul, sebab sebab antara suami dan istri berkumpul, bahkan sanak
saudara, kerabat dan para yang) ِ ٌَ‫ ) َأ َْ٘ى ى‬kata dari berasal) ‫ى‬
َِْْٔٞ ‫ ) َأ َْ٘ى‬Walimah .tetangga artinya
makanan pengantin, maksudnya adalah makanan yang disediakan khusus dalam acara
pesta perkawinan bisa juga diartikan sebagai makanan untuk tamu undangan atau
lainnya.1 Ibnu Atsir dalam kitabnya An-Nihayah (juz V/226), yang dikutip oleh
Zakariyah Derajat dkk, mengemukakan bahwa walimah adalah ‫َألّ َط َعا ُم الَذِي يُصْ َن ُع عِ ْندَ ْالعُرْ س‬
Artinya: “ makanan yang dibuat untuk pesta perkawinan.”2 Walimah diadakan ketika
acara akad nikah berlangsung atau sesudahnya atau seketika hari perkawinan
(mencampuri istrinya) atau sesudahnya. Walimah juga bisa diadakan menurut adat dan
kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan secara terminologi Imam Syafi’i
dalam kitab Al-Umm menyebutkan bahwa walimah ialah tiap-tiap jamuan merayakan
pernikahan, kelahiran anak, khitan atau peristiwa menggembirakan lainnya yang
mengundang orang banyak, dinamakan walimah AlSyafi’I. sehari-hari kata walimah
al-‟urs sering diartikan sebagai pertemuan (perjamuan) yaitu pertemuan makan, minum,
resepsi perkawinan dan sebagainya. Walimah sendiri diserap dalam bahasa Indonesia
menjadi “walimah al-‟urs” dalam fiqih Islam mengandung makna yang umum dan
makna yang khusus. Maka makna yang umum dari walimah al-‟urs adalah seluruh
bentuk perayaan yang melibatkan orang banyak. Sedangkan makna walimah al-‟urs
dalam pengertian khusus yaitu peresmian pernikahan yang tujuannya untuk memberitahu
khalayak ramai bahwa kedua mempelai telah resmi menjadi suami istri, sekaligus sebagai
rasa syukur keluarga kedua belah pihak atas berlangsungnya pernikahan tersebut.
Sesungguhnya walimah adalah istilah yang didapatkan dari literatur Arab yang secara arti
kata berarti jamuan yang Khusus untuk perkawinan dan tidak digunakan untuk perhelatan
diluar perkawinan. Sebagian ulama menggunakan kata walimah itu untuk setiap jamuan
makan, untuk setiap mendapatkan kesenangan, hanya penggunaannya untuk kesempatan
perkawinan lebih banyak. Berdasarkan pendapat ahli bahasa di atas untuk selain
kesempatan perkawinan tidak digunakan kata walimah meskipun menghidangkan
makanan, untuk acara jamuan makan untuk khitanan disebut al-„udzroh, sedangkan
jamuan untuk kelahiran anak disebut al-khurasah, untuk jamuan kembalinya orang hilang
disebut an-naqiah sedangkan kata al-aqiqoh digunakan untuk sembelihan bagi anak yang
telah lahir.
kebiasaan tersebut menjadi syariat Islam, diantaranya adalah pada waktu penyembelihan
aqiqah, penyembelihan hewan kurban, dan pada saat pernikahan. Sedangkan menurut As-
Shan’ani juga mengartikan bahwa walimah berasal kata (ٌَْ‫) َْ٘ى َىا‬sinonimya adalah alijtima
yang artinya berkumpul yang menurut Al-Azhary adalah karena kedua suami istri itu
berkumpul atau pada saat yang sama banyak orang berkumpul. dalam definisi yang
terkenal dikalangan ulama walimah diartikan dengan perhelatan dalam rangka
mengsyukuri nikmat Allah SWT atas telah terlaksananya akad perkawinan dengan
menghidangkan makanan. Walimah mempunyai nilai tersendiri melebihi perhelatan yang
lainnya sebagaimana perkawinan itu mempunyai nilai tersendiri dalam kehidupan
melebihi peristiwa lainnya. Menurut Imam Syafi’i bahwa walimah terjadi pada saat
dakwah (perayaan dengan mengundang seseorang) yang dilaksanakan dalam rangka
untuk memperoleh kebahagiaan yang baru. Yang paling mashur menurut pendapat yang
mutlak, bahwa pelaksanaan walimah hanya dikenal dalam sebuah pernikahan. Berbeda
dengan ungkapan Zakariyah Al-Anshari, bahwa walimah terjadi atas setiap makanan
yang dilaksanakan untuk mendapatkan kebahagiaan yang baru dari pesta pernikahan dan
kepemilikan, atau selain dari keduanya. Tentang kemashuran pelaksanaan walimah bagi
pesta perkawinan sama dengan apa yang telah diungkapkan oleh Imam Syafi’i. Muhazzab
menjelaskan bahwa walimah al-‟urs berlaku tiap tiap makanan yang dihidangkan ketika
ada peristiwa menggembirakan, akan tetapi penggunaannya lebih mashur uuntuk
pernikahan. Defenisi di atas baik secara bahasa dan istilah maupun dari segi makna yang
umum dan makna yang khusus dapat disimpulkan bahwa yang dinamakan walimah
al-‟urs adalah pesta atau jamuan makan yang disyariatkan yang disuguhkan untuk
merayakan pernikaha yang dilaksanakan pada saat akad nikah atau sesudah
berkumpulnya suami istri sebagai tanda rasa gembira dan rasa syukur kepada Allah SWT
atas berlangsungnya pernikahan tersebut. Walimah yaitu penyajian makanan untuk
upacara pesta. Ada juga yang mengatakan, Walimah berarti segala macam makanan yang
dihidangkan untuk pesta atau lainnya.
1. Pengertian Nusyuz
Nusyuz secara bahasa berasal dari kata nazyaya-yansyuzunasyazan wa nusyuzan, yang
berarti meninggi, menonjol, durhaka, menentang, atau bertindak kasar. Sikap tidak patuh
dari salah seorang diantara suami dan isteri atau perubahan sikap suami atau isteri. Dalam
pemakaiannya, arti kata annusyuuz ini kemudian berkembang menjadi al-’ishyaan yang
berarti durhaka atau tidak patuh. Menurut terminologis, nusyuz mempunyai beberapa
pengertian di antaranya: Menurut fuqaha Hanafiyah seperti yang dikemukakan Saleh
Ganim mendefinisikanya dengan ketidaksenangan yang terjadi diantara suami-isteri.
Ulama mazhab Maliki berpendapat bahwa nusyuz adalah saling menganiaya suami isteri.
Sedangkan menurut ulama Syafi’iyah nusyuz adalah perselisihan diantara suami-isteri,
sementara itu ulama Hambaliyah mendefinisikanya dengan ketidaksenangan dari pihak
isteri atau suami yang disertai dengan pergaulan yang tidak harmonis. Menurut Al-
Qurtubi, nusyuz adalah: ‫“ تخا فون عصبيان وتعا لبيهن عما اوجب اهللا عليهن من طا عةال‬Mengetahui
dan meyakini bahwa isteri itu melanggar apa yang sudah menjadi ketentuan Allah dari
pada taat kepada suami” Nusyuz menurut Slamet Abidin dan Aminudin adalah
kedurhakaan yang dilakukan istri terhadap suaminya. Apabila istri menentang kehendak
suami tanpa alasan yang dapat diterima menurut hukum syara’, maka tindakan itu
dipandang durhaka. Isteri yang melakukan nusyuz dalam Kompilasi Hukum Islam
didefinisikan sebagai sebuah sikap ketika isteri tidak mau melaksanakan kewajibannya
yaitu kewajiban utama berbakti lahir dan batin kepada suami dan kewajiban lainnya
adalah menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan
sebaik baiknya.
10.PENGERTIAN TALAK
Pengertian talak dalam istilah fikih adalah melepaskan ikatan atau pelepasan
ikatan dengan menggunakan kata-kata yang telah ditentukan.
Melansir buku Hukum Perceraian oleh Muhammad Syaifuddin, talak secara
bahasa berarti lepas atau bebas. Dalam artian istilah, talak yakni melepaskan
hubungan pernikahan dengan menggunakan lafaz talak atau sejenisnya.

Wahbah az-Zuhaili mengatakan dalam Fiqhul Islam wa Adillatuhu, talak termasuk


perkara yang dibenci Allah SWT. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang
diriwayatkan Ibnu Umar RA,

ِ ‫َأ ْب َغضُ ْال َحاَل ِل ِإلَى‬


َّ ‫هللا‬
‫الطاَل ُق‬

Artinya: "Perbuatan halal yang sangat dibenci Allah adalah talak." (HR Abu
Dawud dan Ibnu Majah)

Hadits tersebut turut diriwayatkan oleh Al Hakim dan ia mengatakannya shahih.

Wahbah az-Zuhaili juga menjelaskan dalam Tafsir Al Munir, meskipun talak


adalah hal yang diperbolehkan dalam Islam, tetap hal itu harus dihindari kecuali
sudah mencapai kondisi darurat atau hajat.

"Meskipun talak adalah hal yang boleh dan mubah serta berada di tangan suami,
namun ia mesti menjauhinya dan tidak melakukannya kecuali ketika adanya
suatu hal yang mencapai tingkatan darurat atau hajat, harus dilakukan secara
terpisah dan tidak boleh lebih dari satu talak sekaligus serta dilakukan ketika
suasana hati dan pikiran dalam keadaan normal," jelas Wahbah az-Zuhaili.
Hukum Talak
Dalam buku Hadis Ahkam: Perkawinan, Nafkah, Hadanah, Waiyat dan Peradilan,
dikatakan mengenai hukum talak yang terdapat perbedaan pandangan. Ulama
Ibnu Abidin berpendapat bahwa talak adalah mubah, dengan mengambil dalil
dari firman Allah SWT dalam surah At-Talaq ayat 1.

‫ٰ ٓيا َ ُّي َها ال َّن ِبيُّ ا َِذا َطلَّ ْق ُت ُم ال ِّن َس ۤا َء َف َطلِّقُ ْوهُنَّ لِ ِع َّدت ِِهنَّ َواَحْ صُوا ْال ِع َّد ۚ َة‬

Yā ayyuhan-nabiyyu iżā ṭallaqtumun-nisā`a fa ṭalliqụhunna li'iddatihinna wa


aḥṣul-'iddah

Artinya: "Wahai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu, hendaklah kamu


ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) idahnya (yang wajar),
dan hitunglah waktu iddah itu."

Juga surah Al-Baqarah ayat 236,

‫اَل ُج َنا َح َعلَ ْي ُك ْم اِنْ َطلَّ ْق ُت ُم ال ِّن َس ۤا َء‬

Lā junāḥa 'alaikum in ṭallaqtumun-nisā`a

Artinya: "Tidak ada dosa bagimu (untuk tidak membayar mahar) jika kamu
menceraikan istri-istrimu."

Mazhab Hanafi dan Hambali menyatakan bahwa talak merupakan perbuatan


yang seharusnya dihindari, kecuali ada penyebab yang mengharuskannya. Dalil
yang dijadikan landasan adalah hadits Nabi SAW, "Allah melaknat orang yang
tukang mencicipi dan mentalak."

Talak berarti tidak bersyukur atas nikmat yang diberi Allah SWT, yang mana
pernikahan merupakan suatu nikmat dari-Nya.

Baca artikel detikhikmah, "Talak dalam Islam: Pengertian, Dalil, Hukum, dan
Lafaznya"
selengkapnya https://www.detik.com/hikmah/muslimah/d-6428849/talak-dalam-
islam-pengertian-dalil-hukum-dan-lafaznya.

11.PENGERTIAN MASA IDDAH


Pengertian masa iddah dalam Minhajul Muslim oleh Syaikh Abu Bakar Jabir Al-
Jazairi adalah masa ketika seorang perempuan yang telah menikah kemudian
ditalak dan harus menjalani penantian. Selama masa iddah atau penantian ini,
perempuan tidak diperbolehkan untuk menikah lagi atau diminta menikah.
Dijelaskan juga bahwa hukum dari masa iddah ini adalah wajib bagi setiap
perempuan yang bercerai dengan suaminya, baik karena ditalak ataupun
ditinggal wafat. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat
228 yang artinya:

‫ت َي َت َربَّصْ َن ِبَأنفُسِ ِهنَّ َث ٰلَ َث َة قُر ُٓو ٍء ۚ َواَل َي ِح ُّل لَهُنَّ َأن َي ْك ُتمْ َن َما َخلَقَ ٱهَّلل ُ ف ِٓى َأرْ َحام ِِهنَّ ِإن ُكنَّ يُْؤ مِنَّ ِبٱهَّلل ِ َو ْٱل َي ْو ِم‬
ُ ‫ُطلَّ ٰ َق‬
َ ‫َو ْٱلم‬
‫ال َعلَي ِْهنَّ َد َر َج ٌة‬ ٰ َ ِ‫ٱ ْل َءاخ ِِر ۚ َو ُبعُولَ ُتهُنَّ َأ َح ُّق ِب َر ِّدهِنَّ فِى ٰ َذل‬
ِ ‫ك ِإنْ َأ َراد ُٓو ۟ا ِإصْ لَحً ا ۚ َولَهُنَّ م ِْث ُل ٱلَّذِى َعلَي ِْهنَّ ِب ْٱل َمعْ رُوفِ ۚ َولِلرِّ َج‬
‫ۗ َوٱهَّلل ُ َع ِزي ٌز َحكِيم‬

Artinya: "Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka (menunggu)
tiga kali quru'. Tidak boleh bagi mereka menyembunyikan apa yang diciptakan
Allah dalam rahim mereka, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan
para suami mereka lebih berhak kembali kepada mereka dalam (masa) itu, jika
mereka menghendaki perbaikan. Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak
seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut. Tetapi para suami
mempunyai kelebihan di atas mereka. Allah Maha Perkasa, Mahabijaksana" (QS.
Al-Baqarah: 228).

Baca juga:
Surat Al Baqarah, Surat Terpanjang dan Mengandung Ayat Paling Agung
Jenis-jenis Iddah
Dikutip dari Buku Pintar Fikih Wanita oleh Abdul Qadir Manshur, masa iddah
terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Iddah Karena Perceraian


Pada kategori ini juga dibagi menjadi dua kategori yang memiliki hukumnya
sendiri:

Pertama, perempuan yang diceraikan dan belum disetubuhi. Hukumnya adalah


ia tidak wajib menjalani masa iddah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
QS Al-Ahzab: 49:

َ ‫ٰ َٓيَأ ُّي َها ٱلَّذ‬


ِ ‫ِين َءا َم ُن ٓو ۟ا ِإ َذا َن َكحْ ُت ُم ْٱلمُْؤ ِم ٰ َن‬
َّ‫ت ُث َّم َطلَّ ْق ُتمُوهُنَّ مِن َقب ِْل َأن َت َمسُّوهُنَّ َف َما لَ ُك ْم َعلَي ِْهنَّ مِنْ عِ َّد ٍة َتعْ َتدُّو َن َها ۖ َف َم ِّتعُوهُن‬
‫َو َسرِّ حُوهُنَّ َس َراحً ا َجمِياًل‬
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu menikahi perempuan-
perempuan mukmin, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu
mencampurinya maka tidak ada masa iddah atas mereka yang perlu kamu
perhitungkan. Namun berilah mereka mut'ah dan lepaskanlah mereka itu dengan
cara yang sebaik-baiknya." Kedua, perempuan yang sudah diceraikan dan sudah
disetubuhi. Apabila perempuan itu hamil, maka masa iddahnya adalah sampai ia
melahirkan kandungannya. Allah berfirman dalam QS At-thalaq ayat 4:

ٓ ٰٓ
َ ‫ال َأ َجلُهُنَّ َأن َي‬
‫ضعْ َن‬ ِ ‫ت ٱَأْلحْ َم‬ ُ َ‫ِيض مِن ِّنسَٓاِئ ُك ْم ِإ ِن ٱرْ َت ْب ُت ْم َف ِع َّد ُتهُنَّ َث ٰلَ َث ُة َأ ْشه ٍُر َوٱ ٰلَّـِٔى لَ ْم َيحِضْ َن ۚ َوُأ ۟و ٰل‬
ِ ‫َوٱلَّـِٔى َيِئسْ َن م َِن ْٱل َمح‬
‫َحمْ لَهُنَّ ۚ َو َمن َي َّت ِق ٱهَّلل َ َيجْ َعل لَّهُۥ مِنْ َأ ْم ِرهِۦ يُسْ رً ا‬

Arab-Latin: Wal-lā`i ya`isna minal-maḥīḍi min nisā`ikum inirtabtum fa


'iddatuhunna ṡalāṡatu asy-huriw wal-lā`i lam yahiḍn, wa ulātul-aḥmāli ajaluhunna
ay yaḍa'na ḥamlahunn, wa may yattaqillāha yaj'al lahụ min amrihī yusrā

Artinya: Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara


perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya), maka
masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan
yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu
ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang
bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam
urusannya."

Namun apabila perempuan tersebut tidak sedang dalam keadaan hamil, maka
ada dua kemungkinan yang terjadi. Pertama, ia sedang menstruasi. Dalam
keadaan ini, maka masa iddahnya adalah dalam waktu tiga kali menstruasi.
Kemudian apabila ia tidak mengalami menstruasi maka masa iddahnya adalah
tiga bulan.

2. Iddah Karena Kematian


Masa iddah untuk perempuan yang ditinggal meninggal suaminya juga memiliki
beberapa kategori hukum, yaitu:

Pertama, perempuan tidak dalam keadaan hamil. Dalam kondisi ini, maka masa
iddahnya adalah empat bulan sepuluh hari. Hal ini sesuai dengan firman Allah
dalam QS Al-Baqarah ayat 234:

"Dan orang-orang yang mati di antara kamu serta meninggalkan istri-istri


hendaklah mereka (istri-istri) menunggu empat bulan sepuluh hari. ..."

Kedua, perempuan yang sedang dalam keadaan hamil. Masa iddahnya adalah
sampai ia melahirkan kandungannya. Seperti dalam firman Allah dalam QS At-
Thalaq ayat 4:

"...sedangkan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah


sampai mereka melahirkan kandungannya."
 https://www.detik.com/hikmah/muslimah/d-6334992/masa-iddah-pengertian-
jenis-larangan-dan-hikmahnya.

12.PENGERTIAN RUJUK
Rujuk berasal dari bahasa arab yaitu raja‟a - yarji‟u - ruju‟an yang berarti kembali atau
mengembalikan. Rujuk menurut istilah adalah mengembalikan status hukum perkawinan
secara penuh setelah terjadi thalak raj‟i yang dilakukan oleh bekas suami terhadap bekas
istrinya dalam masa iddahnya dengan ucapan tertentu. 1 Rujuk ialah mengembalikan istri
yang telah dithalak pada pernikahan yang asal sebelum diceraikan. Sedangkan rujuk
menurut para ulama madzhab adalah sebagai berikut:
1. Hanafiyah, rujuk adalah tetapnya hak milik suami dengan tanpa adanya penggantian
dalam masa iddah, akan tetapi tetapnya hak milik tersebut akan hilang bila masa iddah.
2. Malikiyah, rujuk adalah kembalinya istri yang dijatuhi talak, karena takut berbuat dosa
tanpa akad yang baru, kecuali bila kembalinya tersebut dari talak ba‟in, maka harus
dengan akad baru, akan tetapi hal tersebut tidak bisa dikatakan rujuk.
3. Syafi‟iyah, rujuk adalah kembalinya istri ke dalam
ikatan pernikahan setelah dijatuhi talak satu atau dua dalam masa iddah. Menurut
golongan ini bahwa istri diharamkan berhubungan dengan suaminya sebagaimana
berhubungan dengan orang lain, meskipun sumi berhak merujuknya dengan tanpa
kerelaan. Oleh karena itu rujuk menurut golongan syafi‟iyah adalah mengembalikan
hubungan suami istri kedalam ikatan pernikahan yang sempurna.
5. Hanabilah, rujuk adalah kembalinya istri yang dijtuhi talak selain talak ba‟in
kepada suaminya dengan tanpa akad. Pada dasarnya para ulama madzhab
sepakat, walaupun dengan redaksi yang berbeda bahwa rujuk adalah kembalinya
suami kepada istri yang dijatuhi talak satu dan atau dua, dalam masa iddah
dengan tanpa akad nikah yang baru, tanpa melihat apakah istri mengetahui rujuk
suaminya atau tidak, apakah ia senang atau tidak, dengan alasan bahwa istri
selama masa iddah tetapi menjadi milik suami yang telah menjatuhkan talak
tersebut kepadanya. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ulama
tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa dengan terjadinya thalak antara
suami istri yang berstatus thalak raj‟i, dalam masa iddah namun pada dasarnya
thalak itu mengakibatkan keharaman dengan perbuatan (bersetubuh) antara
keduanya Bekas suami dalam masa iddah berhak merujuk istrinya itu dan
mengembalikan sebagaimana suami istri yang sah secara penuh, namun karena
timbulnya keharaman itu berdasarkan thalak yang diucapkan oleh bekas suami
kepada bekas istrinya itu. Maka untuk membolehkan kembali bekas istri menjadi
istrinya lagi harus dengan pernyataan rujuk yang diucapkan oleh bekas suaminya
tersebut. Rujuk yang berasal dari bahasa arab telah menjadi bahasa Indonesia
terpakai artinya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (yang selanjutnya
disingkat KBBI adalah Kembalinya suami kepada istrinya yang ditalak, yaitu
talak satu atau talak dua, ketika istri masih dimasa iddah. Definisi yang
dikemukakan KBBI tersebut diatas secara esensial bersamaan maksudnya dengan
yang dikemukakan dalam kitab fiqh, meskipun redaksionalnya sedikit berbeda.
BAB III

KESIMPULAN

Munakahat atau menikah merupakan suatu peritiwa yang akan di lalui manusia
dengan penuh persiapan dan pemikiran yang benar-benar,karena dimana seorang
laki-laki sebelum menikah yang biasa hidup sendiri,tanpa harus memikirkan
orang lain,tanpa beban tanggung jawab dan tanpa memikiran kehidupan
keluarganya,tetapi setelah menikah seorang laki-laki tersebut harus menjalankan
syariat dan syarat pernikahan dalam agama islam dan mau tidak mau harus
menjalankannya. Maka dari itu kita yang masih jauh perjalanan hidupnya untuk
bisa menghadapi peristiwa tersebut kita harus memahami serta mempersiapkan
untuk hal itu dari sekarang.

Anda mungkin juga menyukai